Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai


dengan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan
metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat dipulihkan
kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk mengenali keadaan-
keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang berguna untuk
penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya dilakukan suatu
penatalaksanaan yang sesuai.
Satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya
adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang diakibatkan
oleh karena tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital
tubuh akibat disfungsi otot jantung. Hal ini merupakan suatu keadaan gawat yang
membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, bahkan dengan penanganan yang agresif
pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara 80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat
pada penderita syokkardiogenik ini mengambil peranan penting di dalam
pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian.
Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung
akut dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan
komplikasi infark yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang sangat
tinggi. Walaupun akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan sampai 56%
(GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab kematian yang terpenting pada
pasien infark yang dirawat di rumah sakit.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dari makalah ini yaitu
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan syok kardiogenik di ruangan ICU
RSUD Dabo Singkep.

1
C. TUJUAN PENULIS
1. Tujuan umum
Umtuk memahami teori dan asuhan keperawatan pada pasien syok kardiogenik.
2. Tujuan khusus
1. Tujuan Umum
Untuk memahami teori dan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Perawat mampu mengetahui konsep dasar medik pada pasien dengan syok
kardiogenik.
b. Perawat mampu mengetahui konsep dasar keperawatan pada pasien syok
kardiogenik.
c. Perawat mampu melakukan pengakajian pada pasien syok kardiogenik.
d. Perawat mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan syok
kardiogenik.
e. Perawat mampu mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasin
dengan syok kardiogenik.
f. Perawat mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
syok kardiogenik.
g. Perawat mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan sesuai dengan
tujuan.

D. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yait u menggunakan


studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik dari buku perpustakaan maupun di internet
yang tertera dengan Asuhan keperawatan pada pasien syok kardiogenik.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan Makalah Asuhan Keperawatan ini terdiri dari 4 bab,
yang mana dari perbab dan isi dalam bab tersebut diuraikan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab yang memberikan gambaran awal dari Makalah Asuhan Keperawatan yang
berisikan: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulis , metode penulisan, dan
sistematika penulisan

2
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Bab yang berisi tentang isi dari makalah yang terdiri dari Pengertian,anatomi
fisiologi ,etiologi, klasifiksi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan
penunjang, dan penatalaksanaan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Dimana pada Bab ini terdiri dari pengkajian,diagnosa dan intervensi.
BAB IV : PENUTUP
Mencakup kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP DASAR MEDIK
A. DEFENISI
Syok merupakan sindrom klinis yang kompleks yang mencakup
sekelompok keadaan dengan manifestasi hemodinamika yang bervariasi,
tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan ketika
keidakmampuan jantung untuk memompa darah mengalami kerusakan
(Muttaqin, 2010)
Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung secara tiba-tiba
tidak mampu memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Kondisi ni merupakan kegawatandarurat medis dan memerlukan
penangan secara tepat dan cepat. (National heart, lung and blood institute,
2011).
Defenisi Syok merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang
berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya
disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi
perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat
(Tjokronegoro, A., dkk, 2003).
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan
terjadinya hipoksia jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume
intravaskular. Kriteria hemodiamik hipotensi terus menerus (tekanan darah
sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnya cardiac index
(<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan kapiler paru (>15 mmHg).
Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg, 2004).
Syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang mengakibatkan
perfusi jaringan tidak cukup untuk mendistribusi bahan-bahan maknana dan
pengambilan sisa-sisa metabolic tubuh. Darisegi hemodinamik syok
kardiogenik adalah kelaianan jantung primer yang mengakibatkan hal-hal
berikut :
a. Tekanan arterial sistolik < 90mmHg (hipotensi absolut) atau paling tidak
^0 mmHg dibawah tekanan basal (hipotensi relative)
b. Gangguan aliran darah ke organ-organ penting (kesadaran menurun,
vasokontriksi perifer, oliguria (urine <30 ml/jam)

4
c. Tidak adanya gangguan pre-load atau proses non-miokardial sbg etiologi
syok (artimia, asidosid atau antidepresresan jantung secara farmakologik
maupun fisiologik) (Bakta dan suastika dalam Mayoclinic, 2014).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi
tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah kejaringan
perifer.
Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal
dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan darah meninggalkan ventrikel
kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru
(Ethel, 2003: 229).

5
Fungsi ventrikel sebagai pompa, pengisian ventrikel selama sistole
ventrikel, sejumlah besar darah tertimbun dalam artrium karena katup A – V
yang tertutup. Oleh karena itu, tepat setelah sistolik berakhir dan tekanan
ventrikel turun kembali sampai tekanan diastoliknya yang rendah, tekanan
pada atrium yang tinggi dengan segera mendorong katup A – V membuka
dan memungkinkan darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, periode
pengisian cepat berlangsung kira – kira sepertiga pertama diastolik. Selama
sepertiga tengah diastolik dalam keadaan normal hanya sedikit darah yang
mengalir ke dalam ventrikel ini adalah darah yang terus masuk ke dalam
atrium langsung ke ventrikel.
Selama sepertiga diastole selanjutnya,atrium berkontraksi dan
menambah daya mengalir masuknya darah ke dalam ventrikel ini merupakan
kira – kira 30 persen pengisian ventrikel selama setiap kali siklus jantung.

C. ETIOLOGI
Penyebb paling umum syok kardiogenik adalah kerusakan otot jantung
akibat serangan jantung. Namun, tidak semua pasien dengan serangan jantung
akan mengalami syok kardiogenik. Rata-rata sekitar 7% pasien dengan
serangan jantung akan mengalami kondisi ini. (National Heart, lung and
Blood Institute, 2011).
1. Gangguan fungsi miokard :
a. Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark ventrikel kanan.
b. Penyakit jantung arteriosklerotik.
c. Miokardiopati : Kardiomiopati restriktif kongestif atau kardiomiopati
hipertropik.
2. Mekanis :
a. Regurgitasi mitral/aorta
b. Ruptur septum interventrikel
c. Aneurisma ventrikel masif
3. Obstruksi :
a. Pada aliran keluar (outflow) : stenosis atrium
b. Pada aliran masuk (inflow) : stenosis mitral, miksoma atrium
kiri/thrombus, perikarditis/efusi perikardium.

6
D. KLASIFIKASI
Syok dapat dibagi dalam tiga tahap yang semakin lama semakin berat.
1.      Tahap I, syok terkompensasi (non - progresif), ditandai dengan respons
kompensatorik, dapat menstabilakan sirkulasi, mencegah kemunduran
lebih lanjut.
2.      Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manifestasi sistemis dari
hipoperfusi dan kemunduran fungsi organ.
3.      Tahap III, refrakter (irreversibel), ditandai dengan kerusakan sel yang
hebat tidak dapat lagi dapat dihindari, yang ada akhirnya menuju
kematian.

E. PATOFISIOLOGI
LV = left ventricel
SVR = systemic vascular resistance
Respon neurohormonal dan reflek adanya hipoksia akan menaikkan denyut
nadi, tekanan darah, serta kontraktilitas miokard. Dengan meningkatnya denyut
jantung, tekanan darah, dan kontraktilitas miokard, akan meningkatkan kebutuhan
oksigen miokard, yang pada kondisi kardiogenik syok perfusi miokard telah
menurun, hal ini akan memperburuk keadaan. Akibatnya, fungsi penurunan curah
jantung, tekanan darah menurun, dan apabila "Cardiac Index" kurang dari 1,8
ltr/menit/m2, maka keadaan kardiogenik syok semakin nyata (Shoemaker, 1989;
Mustafa, I, 1994).
Hipoperfusi miokard, diperburuk oleh keadaan dekompensasi, akan
menyebabkan semakin memperjelek keadaan, kerusakan miokard ditandai dengan
kenaikan ensim kardial, serta peningkatan asam laktat.
Kondisi ini akan menyebabkan; konsumsi oksigen (O2) tergantung pada transport
oksigen (Supply dependent), hutang oksigen semakin besar (oxygen debt), asidosis
jaringan. Melihat kondisi tersebut, obyektif resusitasi bertujuan menghilangan VO2
yang "supplay-dependent", "oxygen debt" dan asidosis.
Di sisi lain dengan kegagalan fungsi ventrikel, akan meningkatkan tekanan
kapiler pulmoral, selanjutnya diikuti dengan meningkatnya tekanan hidrostatis untuk
tercetusnya edema paru, disertai dengan kenaikan "Pulmonary capilary wedge
pressure" (PCWP), serta penurunan isi sekuncup yang akan menyebabkan hipotensi.
Respon terhadap hipotensi adalah vasokontriksi sistimik yang akan meninggikan

7
SVR ("Sistimik Vaskuler Resistan") dan meninggikan "After load" (Raharjo, S.,
1997) Gambar akhir hemodinamik, penurunan isi sekuncup, peninggian SVR,
LVEDP dan LVEDV.

PATHWAY

Intrakardial: Ekstrakardial : pulmonary


aritmia,ventrivular septal embolism, cardiac8
defect, vasvular lesion, temponade, tension
CHF (chromic heart pneumothorax
diseases) yg berat,
Cedera nekrosis pada miokardial

Kardiac output

Tidak Pembuluh koroner Volume darah Peningkatan


adekuatnya yg terserang, tidak beban kerja
tekanan mampu jantung
pengisian meningkatkan aliran
ventrikel kiri darah

Kongesti paru-paru Penurunan


kontraktilitas preload, volume,
pulmonal edema
jantung & HR ,TD
Ventrikel kiri
gagal bekerja
Diaforesi (berkeringat) dispnea sebagai pompa
Kebutuhan dan tidak
oksigen otot jantung mampu
menyediakan
Pola nafas
Resiko volume curah jantung
tidak efektif
cairan kurang dari
kebutuhan tubuh cardiac output
Kedidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
perfusi jaringan

Penurunan Metabolisme tubuh


disritmia curah jantung menjadi aerob
Berkurangnya suplai Menghasilkan 2
darah dan o2 ke otak ATP + asam Kematian seluler
laktat

9
Kelelahan,keletihan,pucat,
tidak bergairah Kegagalan organ
Asam laktat
merangsang mediator
nyeri
Intoleransi aktivitas

Nyeri dada

Nyeri

F. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran syok pada umumnya, seperti takikardi, oligouri, vasokontriksi perifer,
asidosis metabolik merupakan gambaran klinik pada kardiogenik syok.
Arythmia akan muncul dalam bentuk yang bervariasi yang merupakan
perubahan ekstrem dari kenaikan denyut jantung, ataupun kerusakan miokard.
Dengan adanya kerusakan miokard, enzim-enzim kardiak pada pemeriksaan
laboratorium akan meningkat (Raharjo, S., (1997).
Sebagian besar penderita kardiogenik syok dengan edema paru disertai
naiknya PCWP, LVEDP (Left Ventrikel Diastolic Pressure). Edema paru akan
mencetuskan dyspnoe yang berat ditunjukkan dengan meningkatnya kerja nafas,
sianosis, serta krepitasi. Sedang kardiogenik syok yang tidak tertangani akan
diikuti gagal multi organ, metabolik asidosis, kesadaran yang menurun sampai
koma, yang semakin mempersulit penanganannya.
Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan:
Utama Syok Kardiogenik
1. Oliguri (urin < 20 mL/jam)
2. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut)
3. Nyeri substernal seperti IMA.
Tanda Penting Syok Kardiogenik
1. Tensi turun < 80-90 mmHg.
2. Takipneu dan dalam.

10
3. Takikardi.
4. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
7. Sianosis.
8. Diaforesis (mandi keringat).
9. Ekstremitas dingin.
10. Perubahan mental.

F. KOMPLIKASI
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmi
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung.
5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau
insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.

11
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK
dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah :

1. Membatasi kerusakan miocardium lebih lanjut


2. Memulihkan kesehatan miocardium
3. Memperbaiki kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.

Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :


1. Patikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan
intubasi.
2. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

Medikamentosa :
1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
2. Anti ansietas, bila cemas.
3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit.
5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung
tidak adekuat.Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon
IV.

12
7. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.
8. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan  oksigenasi jaringan.
9. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
Obat alternatif
Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):
1. Emergent therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik pasien dengan
oksigen, pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses intravena.
Diperlukan usaha untuk memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2. Volume expansion
Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru, volume expansion
dengan 100mL bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba;
hingga, baik perfusi yang cukup maupun terjadi kongesti paru. Pasien
dengan infark ventrikel kanan memerlukan peningkatan tekanan untuk
mempertahankan atau menjaga kardiak output.
3. Inotropic support
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg)
dan kongesti pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan dobutamine
(2,5 mikrogram/kg berat badan/menit, pada interval 10 menit).
Dobutamine menyediakan dukungan inotropik saat permintaan oksigen
miokardium meningkat secara minimal.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-80
mmHg) sebaiknya dirawat dengan dopamine.
Pada dosis lebih besar dari 5,0 mikrogram/kg berat badan/menit,
stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan
vasokonstriksi perifer.
Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit,
dopamine meningkatkan ventricular irritability tanpa keuntungan
tambahan.
c. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik
yang efektif untuk syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek
samping dopamine dosis tinggi yang tidak diinginkan dan menyediakan
bantuan/dukungan inotropik.

13
d. Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka dapat
dicoba norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat.
Dosis awal : 0,5-1 mikrogram/menit.
e. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah pasien
mengalami hipotensi. Ini adalah tanda syok paling umum.
f. Foto Thoraks, umunya noral atau kardiomegali ringan hingga berat.
Edea paru intersisil/alveoral, mungkin diteukan efusi pleura
g. EKG, umumnya menunjukkan infark miokard akut dengan tau tanpa
gelombang Q, Electrical alternans menunjukkan adanya efusi
pericardial dengan temponade jantung.
h. Pemeriksaan gas darah arteri , pemeriksaan ini mengukur kadar
oksigen, arbon dioksida, dan pH dalam darah.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik , dengan data
fokus pada :
1.      Aktivitas
 Gejala : kelemahan, kelelahan
 Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas,
perubahan warna kulit  kelembaban, kelemahan umum
2.      Sirkulasi
 Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner,
GJK, masalah TD, diabetes mellitus.
 Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah,
perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri,
nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3
atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau penurun an
kontraktilitas ventrikel, Gejala hipoperfusi jaringan kulit  ;
dioforesis ( Kulit Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena
– vena pada punggung tangan dan kaki kolaps
3.      Eliminasi
 Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jam

14
 Tanda : oliguri
4.      Nyeri atau ketidaknyamanan
 Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat
hebat, tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi
tipikal pada dada anterio substernal, prekordial, dapat menyebar
ketangan, rahang,  wajah, tidak tentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang,abdomen,punggung, leher, dengan
kualitas chorusing, menyempit, berat,tertekan , dengan skala
biasanya 10 pada skala 1- 10, mungkin dirasakan pengalaman
nyeri paling buruk yang pernah dialami.
 Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang,
mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan
frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna kulit/
kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran.
5.      Pernafasan
 Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal,
batuk
dengan atau tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan
pernafasan oksigen atau medikasi,riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis
 Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ;
penggunaan otot aksesori pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/
nyaring/nonprodoktik/ batuk terus – menerus,dengan / tanpa
pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/
berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak
terdengar dengan crakles dari basilar dan mengi  peningkatan
frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau
sianosis, akral dingin.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Tampilan umum (inspeksi)

15
 Pasien tampak pucat, diaphoresis (mandi keringat)
gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan
 Pasein tampak sesak/sulit bernafas
 Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak
keringat dicurigai kuat adanya STEMI
 Oliguria (urin < 20mL/jam)
 Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
b. Denyut nadi dan TD (palpasi)
 Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering
terdengar
 Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi
3. Nyeri akut berhubungan agens pencedera biologis
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.

16
17
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital. 1. Untuk mengetahui keadaan umum
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24jam 2. Manajemen jalan nafas. klien.
hiperventilasi diharapkan status pernafasan kembali - Posisikan untuk mengurangi 2. Untuk mengetahui pernafasan
normal.Dengan kriteriahasil : sesak klien.
1. Frekuensi pernafasan dalam - Monitor status pernafasan dan - Untuk meringankan sesak pada
batas normal 16-20 x/menit. oksigenasi sebagaimana klien.
2. Irama pernafasan normal mestinya. - Memastikan pernafasan dan
vesikuler. - oksigen pada klien.
3. Kepatenan jalan nafas kembali 3. Manajemen asma 3. Mencegah reaksi inflamasi atau
normal. - Monitor reaksi asma kontriksi di jalan nafas.
- Ajarkan teknis bernafas / - Untuk mengetahui reaksi ada
relaksasi pasien ketika terjadi asma.
- Untuk menurunkan nyeri jika
4. Monitor pernafasan ada infeksi dan dapat
- Monitor pola nafas meningkatkan oksigen dalam
- Monitor saturasi oksigen darah.
- Monitor suara nafas 4. Mengetahui pernafasan klien

18
tambahan - Memantau pernafasan klien
cepat atau lambat
- Untuk melihat kadar oksigen
dalam tubuh.
- Memantau adanya suara nafas
tambahan.

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL
2 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan sirkulasi : insufisiensi 1. Untuk membantu sirkulasi darah
jaringan perifer berhubungan keperawatan selama … x 24jam arteri. melalui penggunaan alat bantu
dengan hipertensi diharapkan perfusi jaringan : perifer - Monitor jumlah cairan yang mekanik atau pompa.
teratasi. Dengan kriteriahasil : masuk dan yang keluar. - Mengetahui jumlah cairan
1. Tekanan darah sistolik dalam - Lakukan pemeriksaan fisik yang masuk dan keluar
batas normal sistem kardiovaskuler pada klien.
2. Tekanan darah diastolis dalam - Mengetahui apakah ada
batas normal. 2. Perawatan sirkulasi : insufisiensi kelainan atau tidak pada
3. Kekuatan denyut nadi karotis vena sistem kardiovaskuler.

19
(kanan) dalam batas normal. - Monitor level 2. Untuk meningkatkan sirkulasi
4. Kekuatan denyut nadi karotis ketidaknyamanan atau nyeri aliran vena.
(kiri) dalam batas normal. - Nilai edema dan nadi perifer - Mengetahui skala nyeri
. yang di alami klie.
3. Manajemen sensasi perifer - Mengetahui nilai pitting
- Monitor kemampuan untuk edema klien.
BAB & BAK -
- Pilih metode yg tepat dalam 3. Mencegah atau meminimalisir
membantu BAK cedera dan ketidaknyamanan pada
- Pilih metode yang tepat pasien yang mengalami gangguan
dalam membantu BAB ketidaknyamanan.
- Mengetahui kemampuan
4. Pengecekan kulit klien untuk BAK DAN
- Monitor warna dan suhu kulit BAB
- Monitor kulit untuk adanya - Agar pasien dapat BAK
ruam atau lecet. dengan nyaman.
- Agar pasien dapat BAB
dengan nyaman.
4. Untuk menjaga kulit dan integritas

20
membran mukosa.
- Mengetahui warna dan suhu
kulit.
- Memantau apakah pasien
ada lecet atau tidak.

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL
3 Nyeri akut berhubungan agens Setelah dilakukan tindakan - Pemberian analgesik 1. Untuk mengurangi nyeri pada
pencedera biologis keperawatan selama ... x 24 jam - Cek adanya riwayat alergi klie.
diharapkan : obat - Mengetahui apakah klien
Tingkat nyeri yang dirasakan dapat - Tentukan pilihan obat ada alergi obat atau tidak
teratasi analgesik - Obat-obat analgesik dapat
Dengan kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda memblok reseptor nyeri
1. Nyeri yang di laporkan dapat vitalsebelum dan setelah - Mengetahui keadaan
dipertahankan pada skala 2 pemberian analgesik pasien setelah atau
dan ditingkatkan di skala 4 sebelum di berikan
- Manajemen nyeri analgesik
2. Panjangnya episode nyeri - Dorong pasien untuk 2. Memantau nyeri klien

21
dapat dipertahankan pada memonitor nyeri dan - Mengetahui tingkat nyeri
skala 3 dan di tingkatkan di menangani nyeri dengan yang dirasakan pasien
skala 4 tepat sehingga dapat membantu
3. Tidak bisa beristirahat dapat mengatasi nyeri.
dipertahankan pada skala 2
dan di tingkatkan di skala 5

22
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
4 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum pasien
berhubungan dengan keperawatan selama ... x 24 jam 2. Terapi aktivitas 2. Untuk membantu klien agar dapat
ketidakseimbangan antara diharapkan : - Pertimbangkan kemapuan beraktivitas secara mandiri
suplai dan kebutuhan oksigen. Daya tahan tubuh dapat kembali pasien dengan berpartisipasi 3. Untuk melatih kekuatan otot pasien
normal melalui aktivitas fisik melalui room aktif
Dengan kriteria hasil : - Bantu klien melakukan
1. Melakukan aktivitas rutin aktivitas yang di inginkan
dapat dipertahankan pada - Terapi mobilitas sendi
skala 2 dan di tingkatkan di - Instruksikan pasien atau
skala 5 keluarga untuk melakukan
2. Aktivitas fisik dapat terapi room aktif
dipertahankan pada skala 2
dan di tingkatkan di skala 5

23
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan diilaksanakan berdasarkan rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat. Tindakan keperawatan dilaksanakan
bersam-sama dengan klien berserta keluarganya berdasarkan rencana yang
telah disusun. Dalam pelaksanaan terdapat tiga jenis ini implementasi
antara lain. (Asmadi, 2008) :
a. Independent Implementasi

Implemnetasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk


membantu klien dalam mengatasi masalah sesuai dengan kebutuhan
misalnyya : memabtu dalam memenuhi activity daily living (ADL),
memberikan perawataan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan
lingkungan yang terapetik, memberikan dorongan motivasi,
pemenuhan kebuthan psiko-sosial-spritual, perawatan alat invasive
yang dipergunakan klien, melakukan dokumentasi dan lain-lain.
b. Independent Implementasi

Tindakan keperawatan atas dasar kerjasama tima keperawatan


atau dengan tim kesehatan lainnya dokter. Contohnya dalam hal
pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urine, NGT dan lain-
lain. Keterkaitan dalam kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat
injeksi, jenis obat, dosis an efek samping merupakan tanggung jawab
dokter terapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara
pemberian, ketepatan dosis pemberian dan ketepatan klien, serta
respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan
menjadi perhatian perawat
c. Dependent Implementasi

Tindakan keperawatan atas dasar rujukan profesi lain seperti


ahli gizi, psikologi dan lain-lainnya. Dalam hal pemberian nutrisi pada
klien dengan sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi,
latihan fisik (mobilitas fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian
fisioterapi.

24
E. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang


mana pada tahap ini dilakukan penilaian apakah tindakan yang telah
dilakukan berhasil memenuhi kebutuhan klien berdasarkan respon klien
dan keluarga. Dalam evaluasi terdapat 2 macam. (Asmadi, 2008)
a. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaakukan pada tahap


akhir embahasan suatu pokok bahsan topik dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan
sebagaimana yang direncanakan
b. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah yang dilakukan pada setiap akhir satu-


satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan
dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh ana peserta didik telah
dapat berpindah dri suatu unit ke unit lainnya.

25
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan

I. Identifikas
A. Klien
Nama (Initial) : Ny. R
Tempat / Tgl. Lahir (Umur) : 06-08-1964 (64 Tahun)
Jenis Kelamin :  Laki-laki Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak : 4
Agama / Suku : Islam
Warga Negara : Indonesia
 Asing
Bahasa yang digunakan :  Indonesia

Daerah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah : Jl.Teladan
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Alamat : Jl. Teladan
Hubungan dengan klien : Istri
C. Data Medik
1. Dikirim oleh : IGD
2. Diagnosa Medik :
Saat Masuk : Syok Kardiogenik + AMI+ CAD + CHF
Saat Pengkajian : Syok Kardiogenik

34
D. Keadaan Umum
1. Keadaan Sakit :
Alasan : tidak bereaksi / berbaring lemah / duduk /
aktif / gelisah / posisi tubuh : supine /
pucat / sianosis / sesak nafas /
Penggunaan alat medik : Infus NaCl
Lain lain :
2. Kesadaran : Klien sadar penuh
Kualitatif :  Compos mentis Somnolens
Coma Apatis
Sporocomatous
Kuantitatif :
Coma Glasglow Scale : Respon motorik :6
Respon bicara : 5 TOTAL = 15
Respon buka mata : 4
Kesimpulan :
Flaping Tremor / Asterixis :
3. Tanda-Tanda Vital

a. Tekanan darah : 90/60


MAP : 68 mmHg
Kesimpulan : Perfusi ginjal tidak memadai
b. Denyut nadi : 102 x/menit
c. Pernapasan : frekuensi : 30x/menit
Irama :  teratur kusmaull
Cheyene-stokes
d. Suhu : 36oC
e. Jenis : Oral Axillar  Rectal

E. Pengkuran
1. Lingkar lengan atas :
2. Lingkar kulit triceps :
3. Tinggi badan : 165 cm Berat badan : 88 kg
IMT : 53,9 kg/m
Catatan : Obesitas

35
F. Genogram

x x

54 Tahun

Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Klien
X Meninggal

G. Pengkajian Pola Kesehatan (11 Pola Gordon)


1. Pola Persepsi Kesehatan – Pemeliharaan Kesehatan
(Sakit berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan /
persalinan, abortus, transfusi, reaksi alergi)
Kapan : Catatan :
Klien mengatkan pernah dirawat di
Serangan jantung 2017
RSUD Dabo singkep karena
serangan jantung

a. Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit
Klen mengatakan sebelum sakit klien memang sudah mempunyai
riwayat penyakit jantung, namun klien jarang untuk minum obat
bahkan kontrol ke dokter, klien jarang berolahraga, klien juga
sering merokok.
2) Keadaan sejak sakit

36
Keluarga klien mengatakan sakit kali ini ,kambuh karna klien
sudah cukup lama tidak minum obat dan bahkan klien merokok
terus menerus dan juga pernah mengkonsumsi alkohol,sampai
akhirnya klien di rawat di rumah sakit. .
b. Data Obyektif
1) Observasi
Kebersihan rambut : Tampak bersih berwarna putih
Kulit kepala : Tampak bersih
Kebersihan kulit : Tampak sedikit kotor
Hygiene rongga mulut : Tampak kotor
Kebersihan genitalia : Tampak kotor
Kebersihan anus : Tampak kotor
Tanda / Scar vaksinasi : - BCG - Campak
2. Pola Nutrisi – Metabolik
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :
Keluarga k,ien mengatakn sebelum sakit klien makan 31 sehari
terkadang lebih.
2) Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakn sejak skit klien tidak ad nafsu makan dengan
porsi ½ yng diberikan yait makan bubur.
b. Data obyektif
1) Observasi
Klien tampak makan bubur dibntu istri dengan 3-4 sendok makan
2) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan rambut : Tampak bersih berwarna
putih
b) Hidrasi kulit : Tidak ada
c) Palpebrae : Tidak ad pembengkakan
d) Conjungtiva : Tampak anemis
e) Sclera : Tampak anikterik
f) Hidung : Tampak simetris

g) Gigi geligi : M3 M2 P1 P2 P1 C1 I1 I2 I1 I2 P1 P2 P1 M1 M3

37
M3 M2 P1 P2P1C1 I1 I2 I1 I2 P1 P2 P1 M1 M3
h) Gigi palsu : Tidak menggunakan
i) Kemampuan mengunyah keras : Klien tidak mampu
mengunyah keras
j) Lidah : Tampak kotor
k) Tonsil : Tidak ada pembengkakan
l) Faring : Tidak ada kelainan
m) Kelenjer getah bening leher : Tidak ada pembengkakan
n) Kelenjer parotis : tidak ada pembengkakan
o) Kelenjer thyroid : Tidak ada pembengkakan
p) Abdomen :
- Inspeksi :
Bentuk : Simetris
Bayangan vena : Tidak tampak
Benjolan vena : Tidak tampak
- Auskultasi : Peristaltik : 18x/menit (normal)
- Palpasi
Tanda nyeri umum : Tidak ada
Massa :
Hidrasi kulit : Teraba lembab
Nyeri tekan : - R. Epigastric
- Titik Mc Burney
-R. Suprapubica
-R. Iliaca
Hepar : Tidak ada pembesaran
Lien :

- Perkusi : Ascites  : Negatif


Positif
q) Kelenjar limfe inguinal : Tidak teraba adanya
pembesaran
r) Kulit
- Spider naevi  : Negatif
Positif 

38
- Uremic frost : Negatif
Positif 

- Edema : Negatif
Positif 

- Icteri : Negatif
Positif
- Tanda-tanda radang : Negatif
 Positif
- Lesi :
Tidak ada

3) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan laboratorium :
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
1. HB 17,4 gr% P12-16, P14-18 gr%

2. Leukosit 10.200 5000-10000 mm3


mm3
3. Eritrosit 6,1 jt/mm3 P 3-5 jt, 4-6 jt/mm3
4. Trombosit 253.000 150.000-400.000 mm3
mm3
5. PCV 53 v% P37-47 , 40-45 v%

b) Pemeriksaan radiologi
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
1. Foto Thorax Kardiomegali
dengan
bendungan
paru

c) Lain-lain :
4) Terapi :
NO TERAPI DOSIS CARA INDIKASI

39
OBAT PEMBERIAN
1. KSR 1x1 Oral
2. Omz 1x1 IV Menurunkan
kadar asam
lambung
3. Captopril 6,25 2x1 Oral Mengobati gagal
mg jantung

3. Pola Eliminasi

a. Data subyektif :

Keadaan sebelum sakit :


Klien mengatakan sebelum sakit klienBAB teratur, 1x sehari dan
BAK 4-5 kali /hari

Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan sejak sakit klien BAK 2x/hari. Dan BAB jarang
sudah 2 hari tidak BAB.

b. Data obyektif

1) Observasi :
Klien tampak menggunakan kateter dan diapers. Klien BAB dan
BAK dengan posisi terbaring lemah
2) Pemeriksaan fisik
a) Peristaltik usus : 18x/menit
b) Palpasi suprapublik : penuh  kosong
c) Nyeri ketuk ginjal Kiri :  negatif positif
Kanan :negatif  positif
d) Mulut urethra: Tidak dikaji
e) Anus :
- Peradangan : negative  positif
- Fisura: negatif  positif
- Hemorhoid : negatif  positif
- Prolapsus recti: negatif  positif
3) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan laboratorium :
40
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
1. Sodium/natrium 133 mg/dl 136-146 m EQ/L
2. Potasium/kalium 3,1 mg/dl 3,3-5,4 m EQ/L
3. Chlorida 103 mg/dl 90-110 m EQ/L

b) Pemeriksaan laboratorium
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

c) Lain-lain :
4) Terapi
TERAPI / CARA
NO DOSIS INDIKASI
OBAT PEMBERIAN
1. Simuastatin 1x1 Oral Menurunkan kolesterol
20 mg
2. Loxadin 1x3 Oral Mengencerkan BAB
3. CPG 75 mg 1x1 Oral
4. Ceftriaxon 2x1 IV Mencegah infeksi
5. Spironolacto 1x1 Oral Mencegah serangan
n jantung

4. Pola Aktivitas dan Latihan

a. Data subjektif

Keadaan sebelum sakit :


Klien mengatakan sebelum klien mengidap penyakkt ini, klien bisa
beraktivitas seperti biasa yaitu mencari nafkah untuk keluarga

Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakn sejak akit, klien tidak bisa beraktivitas sediitpun,
badan terasa lemah dan klien mengatakn ia tidak bisa bekerja karena
kondisi yang seperti ini.

41
b. Data objektif
1) Observasi : klien tampak lemah
a) Aktivitas harian
- Makan : 2
0 : Mandiri
- Mandi : 2
- Berpakaian : 2 1 : Bantuan dengan alat
- Kerapian : 2 2 : Bantuan orang
- Buang air besar :1
3 : Bantuan orang dan alat
- Buang air kecil :1
- Mobilisasi ditempat tidur : 0 4 : Bantuan penuh
- Ambulasi :2
b) Postur tubuh : Badan terlihat gemuk
c) Gaya berjalan : -
d) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
e) Fiksasi :-
f) Trakheostomi : -

2) Pemeriksaan fisik
a) JVP : CmH20
Kesimpulan :
b) Capillary refill : > 3 detik
c) Thoraks dan pernapasan :
- Inspeksi : Bentuk thoraks : tidak tampak
Stidor :Negatif Positif 

Dyspnea d’Effort : Negatif Positif 


Sianosis : Negatif  Positif
- Palpasi : vocal fremitus : sama perut kanan dan kiri
- Perkusi : Sonor Redup Pekak
Batas paru hepar : Teraba redup di ics 4 linea
Midklavikularis sinistra
Kesimpulan :
- Auskultasi :
Suara napas : Vesikuler

42
Suara ucapan : Terdengar sama di kedua lapang
paru
Suara tambahan :

d) Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis :
Penggunaan alat pacu jantung : Negatif Positif

- Palpasi Ictus Cordis : Teraba di ics 6 linea


midklavikularis sinistra
Thrill : Negatif  Positif
- Perkusi
Batas atas jantung : ICS 2 linea midklavikularis
sinistra
Batas kanan jantung : ICS 2 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 6 linea midklavikularis
sinistra
- Auskultasi
Bunyi Jantung II (A) :
Bunyi Jantung II (P) :
Bunyi Jantung I (T) :
Bunyi Jantung I (M) :

Bunyi Jantung III : Irama Gallop : Negatif


 Positif
Murmur:  Negatif
Positif
Tempat :-
Grade : 102 x/menit
e) Lengan dan tungkai :
- Atrofi otot : 
Negatif Positif
Tempat : -
- Rentang gerak :
Mati sendi :

43
Kaku sendi :
- Uji kekuatan otot :
1 2 3 4 5
Ekstremitas atas : kiri
1 2 3 4 5
Kanan
1 2 3 4 5
Ekstremitas bawah : kiri
kanan 1 2 3 4 5

- Refleks fisio
- Refleks patologi:Babinski:
Kiri : negatif positif
Kanan : negative positif
- Clubing finger : Negatif Positif
- Varices tungkai : Negatif Positif

f) Columna vertebralis
- Inspeksi : kelainan bentuk : Tidak ada
- Palpasi : nyeri tekan :  Negatif
Positif
Nervus Cranialis : III – IV – VI : -
Nervus Cranialis VII :Romberg test :negatif Positif
Nervus Cranialis XI :
Kaku Kuduk :  negatif positif

3) Terapi
TERAPI / CARA
NO DOSIS INDIKASI
OBAT PEMBERIAN
1. Ondancentro k/p Mengobati mual
n dan muntah
2. Furosemid 2x1 IV Mengeluarkan
cairan
3. Flumodyl 2x1 IV Mengurangi
sesak

E. Pola istirahat dan tidur


a. Data subyektif

44
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit, klien tidur dan beristirahat
seperti biasa biasanya dapat tidur 7-8 jam dan nyenyak
Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan sejak sakit tidur terganggu karena sesak nafas
b. Data Obyektif
1) Observasi

a) Ekspresi wajah : mengantuk : negative positif
b) Banyak menguap :  negative positif
c) Palpebrae Inferior : Berwarna gelap negative  positif

2) Terapi :
TERAPI / CARA
NO DOSIS INDIKASI
OBAT PEMBERIAN
1
2
3
4

F. Pola Persepsi Kognitif


a) Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan tidak menyangka akan mengalami sakit
seperti ini, karena klien menganggap selama ini drinya sehat dan
sudah sembuh dari penyakit jantung yang dideritanya sela ini

Keadaan sejak sakit:


Istri klien mengatakan bahwa klien sekarang badannya lemah,
susah bergerak karena sesak

Pengkajian Nyeri (PQRST)


1. Provocative / Palliative
a. Apa penyebabnya :

45
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
2. Quality
a. Bagaimana dirasakan :
b. Bagaimana dilihat :
3. Region
a. Dimana lokasinya :
b. Bagaimana penyebarannya :
4. Severity(menggangu aktivitas) :
5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) :

b. Data Obyektif
1) Observasi :
Klien tampak gelisah dan terbaring lemah
2) Pemeriksaan fisik
a) Penglihatan
- Cornea : kabur
- Visus : tidak dikaji
- Pupil : reflek cahaya
- Lensa mata : kabur
- Tekanan Intra Ocular (TIO) : tidak dikaji
b) Pendengaran
- Pina : tampak simetris
- Canalis : tampak bersih
- Membran Tympani :
- Test Pendengaran : klien dapat mendengar
suara
c) Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai :
d) Nervus Cranialis I :-
e) Nervus Cranialis II :-
f) Nervus Cranialis V (Sensorik) :-
g) Nervus Cranialis VII (Sensorik) : -
h) Nervus Cranialis VIII (Pendengaran) : -
46
g) Test Romberg : -

3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Laboratorium
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
1.
2.
3.
4.

b) Pemeriksaan Laboratorium
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
1.
2.
3.

c) Lain-lain
4) Terapi
TERAPI / CARA
NO DOSIS INDIKASI
OBAT PEMBERIAN
1
2

G. Pola Persepsi dan Konsep Diri

a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki yang kuat, seorang
kepala rumah tangga

Keadaan sejak sakit :

47
Klien mengatakan sejak ia sakit, ia putus asa dan ia tidak bisa
menafkahi keluarganya. Klien hanya berdoa untuk kesembuhannya
b. Data Obyektif
1. Observasi
a. Kontak mata : Klien menataap lawan bicara
b. Rentang perhatian : baik
c. Suara dan cara bicara : pelan,tidak jelas
d. Postur tubuh : gemuk

2. Pemeriksaan fisik
a. Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ada kelainan
b. Abdomen : Bentuk : Datar
Bayangan vena : -
Benjolan / Massa : -
Kulit : Lesi pada kulit : Luka tertutup dengan perban
c. Penggunaan protesa : Hidung Payudara
LenganTungkai
H. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Data subjektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengataakn hubungan klien dengan keluarganya selalu
rukun, baik dan damai. Klien selalu bersama dengan istri dan anak-
anaknya

Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan hubungan klien dengan istri dan anaknya agak
renggang, ia jarang bertmu dengan istri dan anknya
b. Data Objektif
1. Observasi :
Klien tampak terbaring sendiri dirumah sakit tanpa keluarga

I. Pola Reproduksi – Seksualitas

a. Data subjektif
Keadaan sebelum sakit :

48
Tidak dikaji
Keadaan sejak sakit :
Tidak dikaji
b. Data obyektif
1. Observasi :
Tidak dikaji
2. Pemeriksaan fisik :
Tidak dikaji
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan Laboratorium
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
1.
2.
3.

b. Lain-lain :

4. Terapi
TERAPI / CARA
NO DOSIS INDIKASI
OBAT PEMBERIAN
1
2

J. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengtakan sebelum sakit klien jarang mengalami stres
karena tidak banyak yang dipikirkan
Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan sejak sakit klien sangat stres melihat kondisi
yang sekarang ini dan klien juga merasa sedih karena istri dan
keluarga jarang mengurus saat ia sakit

49
b. Data Obyektif
1. Observasi :
Tampak klien sering sering tanpa ad yang menjaga
2. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah :Berbaring : 92/56 mmHg
Duduk : mmHg
Berdiri : mmHg
d. Kesimpulan : hipotensi ortostatik :  negatif
positif
e. Heart rate : 102 x/menit
f. Kulit : Keringat dingin : 
Basah :
3. Terapi
TERAPI / CARA
NO DOSIS INDIKASI
OBAT PEMBERIAN
1
2
3

K. Pola Sistem Nilai Kepercayaan

a. Data Subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan beragama islam. Klien mengatakan jarang
melakukan ibadah sholat 5 waktu, kadang sholat kadang tidak.
Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan sejak sakit klien tidak sholat karena tidak
mampu klien mengatakn badannya lemah dan sulit bergerak.
b. Data Obyektif
1. Obervasi :
Tampak klien terbarig lemah dan sesekali berdoa untuk
kesembuhannya

50
ANALISA DATA

Nama Klien : Ny. R Ruangan/No.Bed : Zall wanita /1


Umur : 54 Tahun Diagnosa Medis : Syok Kardiogenik
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEMN
(DATA SUBYEKTIF DAN (PENYEBAB) (MASALAH)
OBJEKTIF)
1. Ds : Hiperventilasi Ketidakefektifan
- Klien mengatak nafas pola
terasa sesak
- Klien mengatakan dada
terasa berat dan nyeri
- Klien mengatakn badan
terasa lemah

Do :
- Klien tampak sesak RR
20x/menit
- Klien tampak
menggunakan oksigen
nasal kanul 4 L
- Klien tampak lemah

2. Ds : Perubagan afterload Penurunan curah


- Klien mengatakan dada (dispnea) jantung
terasa berat
- Badan terasa lemah

Do :
- Klien tampak sesak nafas
- Posisi klien semi fowler
- TD : 92/56 mmHg
- N : 102x/menit

51
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. R Ruangan/No.Bed : Zall wanita/1


Umur : 54 Tahun Diagnosa Medis : Syok Kardiogenik
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA JELAS
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi

2. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload


(dispnea)

52
53
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama klien : Ny. R Diagnosa Keperawatan : Syok Kardiogenik


Umur : 54 Tahun Ruang : Zall Wanita/1
N DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola Setel dilakukan tindakan 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui keadaan umum
nafas b/d hiperventilasi keperawatan selama 3x24 jam 2. Manajemen jalan nafas klien
diharapkan status pernafasan - Posisikan untuk 2. Untuk mengetahui pernafasan klien
kembali normal dengan kriteria mengurangi sesak nafas - Untuk meringan sesak pada klien
hasil - Monitor status pernafasan - Memastikan pernafasan dan
1. Frekuensi pernafasa dalam
dan oksigenasi sebagaimana oksigen pada klien
batas normal 16-20x/menit
mestinya 3. Mencegh reaksi inflamasi atau
2. Irama pernafasan normal
(vesikuler) 3.Manajemen asma kontriksi di jalan nafas
- Monitor reaksi asma - Untuk mengetahui reaksi ada
3. Kepatenan jalan nafas
kembali normal - Ajarkan teknis bernafas/ pasien ketika terjadi asma
relaksasi - Untuk menurunkan nyeri jika ada
infeksi dan dapat meningkatkan
4.Monitor pernafasan oksigen dalam darah
- Monitor pola nafas 4. Mengetahui pernafasan klien
- Monitor saturasi omsigen - Memantau pernafasan klien cepat
- Monitor suara nafas atau lambat
tambahan - Untuk meliht kdar oksigen dalam
tubuh
- Memantau adanya suar nafas
tambahan

61
N DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui keadaan umum
b/d perubahan afterload
keperawatan 3x24 jam 2. Perawatan jantung klien
(dispnea)
diharapkan ketidakefektifan - Evaluasi perubahan TD 2. Untuk mencegah terjdinya
pompa jantung dapat teratasi - Monitor toleransi aktivitas komplokasi lebih lanjut
dengan kriteria hasil : pasien - Memantau apakah ada
1. Tekanan darah sistol dalam perubahan TD
3.Perawatan jantung akut
batas normal - Mengecek aktivitas klien
- Evaluasi nyeri dada
2. Tekanan darah diastol 3. Mencegah dan melakukan perawatn
- Monitor irama jantung dan
dalam batas normal jantung agar tidak terjadi komplokasi
kecepatan denyut jantung
- Memantau irama jantung paien
- Auskultasi suara jantung
- Mengecek/mengetahu irama
4.Pengaturan hemodinamik nafas
- Monitor dan catat TD, - Mengecek adanya nyeri dada
denyut jantung, irama dan pada klien
denyut nadi 4. Untuk melihat aliran darah
- Memantau perubahan TD,
denyut jantung, dan irama
jantung

62
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama klien : Ny. R Diagnosa Keperawatan : Syok Kardiogenik

Umur : 54 Tahun Ruangan : Zall Wanita/1


TANGGAL DIAGNOSA JAM TINDAKAN Nama Jelas
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
10/01/2019 Ketidakeektifan pola 14.00 Melakukan obs TTV
Hasil : TD 92/56 mmHg Dwi novelia
nafas b/d hiperventilsi
N : 102x/menit adesthy
S :36oC
RR : 30x/menit

15.00 Mengajarkan klien teknik


relaksasi
Hasil : Klien dapat
melakukannya sendiri

17.00 Melakukan obs TTV


Hasil TD 86/70 mmHg
N : 94 x/menit
RR ; 29x/menit

18.00 Memberikan obat oral


Hasil : Klien dapat minum
obat sendiri

Mengecek urin klien


20.20
Hasil : Jumlah urin 200 ml
Urin berwarna kuning pekat

66
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama klien : Ny. R Diagnosa Keperawatan : Syok Kardiogenik

Umur : 54 Tahun Ruangan : Zall Wanita/1


TANGGAL DIAGNOSA JAM TINDAKAN Nama Jelas
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
11/01/2019 Penurunan curah 21.00 Melakukan injeksi obat Dwi novelia
ceftriaxon melali Iv adesthy
jantung b/d perubahan
Hasil : Obat berhasil masuk
afterload (dispnea)
21.15
Memberikan obat laxadin 3
sendok
Hasil : klien dapat minum
obat

21.25
Memberikan obat oral
Hasil : Klien dapat minum
obat

22.00 Melakukan obs TTV


Hasil TD 135/70 mmHg
N : 104 x/menit
RR ; 40x/menit

22.30 Memantau suara nafas klien


Hasil : Suara nafas ronchi

67
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama klien : Ny.R Diagnosa Keperawatan : syok kardiogenik


Umur : 54 tahun Ruang : Zall wanita/1
HARI/TANGGAL EVALUASI KEPERAWATAN PARAF
Kamis 10/01/2019 Dx :
Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi Dwi novelia
adesthy
S:
- Klien mengatakan nafas terasa sesak
- Klien mengatakan dada terasa berat dan nyeri
- Klien mengatakan badan terasa lemah

O:
- Klien tampak sesak
- Klien tampak menggunkan oksigen nasal
kanul 4 L
- Klien tampak terbaring lemah
- TD : 92/56 mmHg , N : 102x/menit ,
- RR : 30x/menit

A:
Masalah ketidakefektifan pola nafas belum terastasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor TTV
- Manajemen jalan nafas
- Monitor pernafasan

68
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama klien : Ny. R Diagnosa Keperawatan : Syok kardiogenik


Umur : 54 Tahun Ruang : Zall wanita/1
HARI/TANGGAL EVALUASI KEPERAWATAN PARAF
Kamis 10/01/2019 Dx :
Penurunan curah jantung b/d perubhan afterload
(dispnea) Dwi novelia
adesthy
S:
- Klien mengatakan nafas terasa sesak
- Klien mengatakan dada terasa berat dan nyeri
- Klien mengatakan badan terasa lemah

O:
- Klien mengurut dada
- Klien tampak menggunkan oksigen nasal
kanul 4 L
- Klien tampak terbaring lemah
- TD : 135/70 mmHg , N : 104x/menit ,
- RR : 40x/menit

A:
Masalah penurunan curah jantung belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tTV
- Perawatan jantung
- Pengaturan hemodinamik

69
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Ny.R dengan diagnosa medis Syok
Kardiogenik di ruang Zaal wanita RSUD Dabo Singkep meliputi:
 Pengkajian
 Diagnosa Keperawatan
 Perencanaan
 Implementasi, dan
 Evaluasi
Sehingga didapat 2 diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
2. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload (dispnea)
Setelah membuat perencanaan dan dilakukan implementasi oleh tindakan
keperawatan maka masalah berdasarkan diagnosa yang ditegakkan adalah belum dapat
teratasi dan masih dilakukan intervensi yng berkelanjutan.

B. SARAN
Sesuai hasil kesehatan diatas maka mengatasi masalah utama pada penerapan asuhan
keperawatan penulis memberikan beberapa saran :
1. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada Syok Kardiogenik hendaknya
perawat terlebih dahulu mengetahui konsep dasar penyakit dan keperawatan.
2. Perawat hendaknya lebih mengutamakan upaya preventif dan promotif melalui
penkes kepada pasien Syok Kardiogenik mengingat upaya ini masih upaya
terbaik.
3. Dalam memberikan perawatan kepada pasien Syok Kardiogenik pemantauan cara
menghilangakn sesak nafas dan mencegah terjadinya komplokasi lebih lanjut
4. Dalam melakukan Asuhan Keperawatan diharapkan perawat memantau TTV.
5. Dalam melakukan tindakan keperawatan hendaknya perawat melakukan
pendokumentasian yang tepat agar dapat dipertanggung jawabkan.

70
DAFTAR PUSTAKA
Nanda International. (2015). Diagnosa keperawatan :defenisi dan klasifikasi
2015-2017 (10th ed.). jakarta : EGC
Dochterman, J.M., & Bulechek, G.M. (2016). Nursing interventions clasification(NIC) (6th
ed.) united states of america: M0sby Elsevier.
Moorhead, S., jhonshon, M., Maas, M., & Swanson, L. (2016). Nursing outcomes
classification(NOC) (6th ed.). united states of america: M0sby Elsevier.
National heart, lung and blood institute, 2011.

71

Anda mungkin juga menyukai