Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORI
Pada bab ini diuraikan tentang landasan terori penelitian yang akan dilakukan yang
meliputi kunjungan imunisasi dan penyuluhan.
A. IMUNISASI
Pada sub bab ini akan diuraikan yang melandasi tentang teori Definisi imunisasi,
Tujuan imunisasi, Manfaat imunisasi, Jenis-jenis imunisasi, Sasaran imunisasi,
Pokok-pokok kegiatan imunisasi, Faktor-faktor yang mempengaruhi kekebalan
(imunisasi), Tujuan program imunisasi, Tempat pelayanan imunisasi, Kegiatan
pelayanan imunisasi, Acuan persiapan pelayanan imunisasi, Kontraindikasi
pemberian imunisasi, Program imunisasi nasional, Vaksin, Jenis vaksin dan Sifat
vaksin.
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tidak
akan menderita penyakit tersebut karena sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk antibodi untuk melawan
vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai suatu pengalaman.
(Mulyani, 2013).
Imunisasi merupakan pencegahan yang telah berhasil menurunkan mordibitas
(angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi
dan anak (Anik, 2010). Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
11
12
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, Sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu
penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut maka ia tidak
menjadi sakit. (Hadinegoro, 2011).
Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi seperti disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak, polio
dan tuberculosis (Notoatmodjo, 2003).
Imunisasi dapat dilakukan pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada anakanak
karena sistem imun yang belum sempurna, sedangkan pada usia 60 tahun
terjadi penuaan sistem imun nonspesifik seperti perubahan fungsi sel sistem
imun, dengan demikian usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi penyakit auto
imun dan keganasan. (Mulyani, 2013).
Menurut penulis imunisasi adalah Suatu proses pemberian imunisasi dasar :
BCG, Campak, Polio, DPT/HB, DT, TT yang diberikan kepada balita Untuk
meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit Sehingga jika terpajan
pada penyakit tersebut maka ia tidak akan menjadi sakit.
13
2. Tujuan Imunisasi
Menurut Maryuani, (2010) tujuan pemberian imunisasi antara lain :
a. Tujuan/manfaat imunisasi adalah sebagai mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah
penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
c. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbilitas dan mortilitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
d. Tujuan diberikan imunisasi adalah mengurangi angka penderita suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan diberikan imunisasi yaitu untuk mencegah
penyakit dan kematian bayi dan anak–anak yang disebabkan oleh wabah
yang sering muncul.
Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan kekebalan
kepada bayi sehingga bisa mencegah penyaikt dan kematian serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit. Secara umum tujuan
imunisasi menurut (Mulyani, 2013) antara lain :
a) Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada bayi dan balita.
b) Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular
c) Melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakit menular.
14
3. Manfaat Imunisasi
Menurut Mulyani, (2013) manfaat imunisasi adalah :
a) Bagi keluarga : dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuat psikologi
pengobatan bila anak jatuh sakit, mendukung pembentukan keluarga bila
orang tua yakin bahwa anaknya akan menghadapi dan menjalani anak
anaknya di masa kanak-kanak dengan tenang.
b) Bagi anak : dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang ditimbulkan
oleh penyakit yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atau
kematian.
c) Bagi keluarga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan nasional.
4. Jenis-jenis Imunisasi
Berdasarkan proses dan mekanisme pertahanan tubuh imunisasi dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif (Aziz, 2008).
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral
serta dihasilkan cell memory, sehingga apabila benar–benar terjadi infeksi
maka tubuh secara cepat dapat merespon.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
15
manusia atau binatang yang digunakan untuk mngatasi mikroba yang di
duga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
5. Jenis imunisasi dasar
1. BCG (Bacille Calmette-Guerin), Perlindungan penyakit : TBC /
Tuberkulosis. Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberkulosis,
namun dapat mencegah komplikasinya atau tuberkulosis berat.
a. Kandungan : Mycobacterium bovis yang dilemahkan,
b. Waktu pemberian : Umur : usia < 2 bulan, apabila BCG diberikan di
atas usia 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
c. Kontraindikasi : Reaksi uji tuberkulin > 5 mm.Menderita inveksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau dengan resiko tinggi
infeksi HIV Menderita gizi buruk Menderita demam tinggi.
d. Efek samping Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore
hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun
dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit,
merah, atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan
sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu
diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan
dan imunisasi tidak perlu diulang. Jika demam pakailah pakaian
yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin,
jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila
diperlukan.
16
2. POLIO
a. Perlindungan Penyakit : Poliomielitis/Polio (lumpuh layuh).
b. Waktu Pemberian : Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir
sebagai Dosis awal, kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar
mulai umur 2-3 bulan yang diberikan tiga dosis terpisah berturutturut
dengan interval waktu 6-8 minggu.
c. Kontraindikasi Demam (>38.5 0C) Muntah atau diare Keganasan,
HIV (Human Immunodeficiency Virus) Efek samping Diperkirakan
terdapat 1 kasus poliomyelitis paralitik yang berkaitan dengan vaksin
terjadi setiap 2,5 juta dosis OPV (Oral Polio Vaksin) yang diberikan.
Resiko terjadi paling sering pada pemberian pertama dibandingkan
dengan dosis-dosis berikutnya. Setelah vaksinasi sebagian kecil
resipien dapat mengalami gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot.
3. Campak
a. Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus
campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan
panas, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ditemukan spesifik enantem
(Koplik’s spot) diikuti dengan erupsi mukopapular yang
menyeluruh.
b. Penyebab : campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk
dalam family Paramyxovirus. Virus ini sensitif terhadap panas, dan
sangat mudah rusak pada suhu 370c.
c. Waktu pemberian : pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara
subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskular.
17
d. Efek samping
Efek samping pemberian imunisasi campak berupa demam > 39,5oC
yang terjadi pada 5-15% kasus dijumpai pada hari ke 5-6 setelah
imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Ruam dapat dijumpai pada
5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 berlangsung selama 2-4 hari.
e. Reaksi yang berat dapat ditemukan gangguan fungsi sistem saraf
pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati timbul pada 30 hari setelah
imunisasi.
4. Hepatitis B
a. Perlindungan Penyakit : Hepatitis B
b. Waktu dan dosis pemberian : Minimal diberikan sebanyak 3 kali
Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir Interval antara dosis
pertama dan kedua minimal 1 bulan.Dosis ketiga merupakan penentu
respons antibodi karena merupakan dosis booster (3-6 bulan).
c. Efek samping Kejadian pasca imunisasi pada hepatitis B jarang
terjadi, segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak
tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan,
nyeri, rasa mual, dan nyeri sendi. Orang tua/pengasuh dianjurkan
untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika
demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat
dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb
setiap 3-4 jam bila diperlukan, boleh mandi atau cukup disekdar
dengan air hangat. Jika reaksi tersebut menjadi berat dan menetap,
atau jika orang tua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.
18
5. Measles, Mumps, Rubella (MMR)
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, parotitis,dan
campak Jerman (Rubella).
a. Parotitis menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada
salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri.
Parotitis bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan
korda spinalis) dan pembengkakan otak. Campak Jerman (Rubella)
menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar
getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan pembengkakan
otak atau gangguan perdarahan.
b. Perlindungan penyakit : Campak, Parotitisdan Rubella
c. Waktu dan dosis pemberian : diberikan dosis tunggal 0.5 ml
subkutan, dan diberikan pada umur 12-18 bulan.
d. Kontra Indikasi Keganasan Demam akut, defisiensi imun Efek
samping. Pada penelitian yang mencakup 6000 anak yang berusia 1-
2 tahun, dilaporkan setelah vaksinasi MMR dapat terjadi malaise,
demam, atau ruam yang terjadi 1 minggu setelah imunisasi. Dalam
masa 6-11 hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada
0.1 % anak ensefalitis pasca imunisasi <1/1000.000 dan
pembengkakan kelenjar parotis pad 1 % anak berusia sampai 4
tahun, biasanya terjadi pada minggu ketiga dan kadang-kadang lebih.
Trombositopenia biasanya akan sembuh sendiri, kadang- kadang
dihubungkan dengan komponen rubella dari MMR.
19
6. Hepatitis A
a. Perlindungan Penyakit : Hepatitis A
b. Penyebab : Virus hepatitis A
c. Waktu Pemberian : dibuat dari virus yang dimatikan Vaksin
diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster bervariasi antara 6-18
bulan setelah dosis pertama,tergantung produk (IDAI, 2008).Vaksin
diberikan pada usia > 2 tahun.
d. Jarang menimbulkan efek samping. Reaksi lokal merupakan efek
samping tersering (21% -54%) tetapi umumnya ringan.
7. Typhoid & Parathypoid
a. Perlindungan Penyakit : Demam typhoid
b. Dibuat dari kuman Salmonella typhi yang telah dilemahkan
Penyebab penyakit typhoid : Bakteri Salmonella typhi
c. Cara pemberian : oral dan parenteral Dosis : Kemasan dalam bentuk
kapsul, untuk anak umur > 6 tahun atau lebih. Suntikan : untuk anak
> 2 tahun.
d. Waktu Pemberian : imunisasi diulang setiap 3 tahun.
8. VAricella
a. Perlindungan Penyakit : cacar air Penyebab penyakit varicella :
Virus Varicella-Zoster
b. Waktu Pemberian : Vaksin varicella dapat diberikan setelah umur 12
bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila
20
diberikan pada umur >12 tahun, diperlukan 2 dosis dengan interval
minimal 4 minggu.
c. Kontra indikasi Demam tinggi, Defisiensi imun, Pasien dengan
pengobatan kortiko steroid dosis tinggi.
9. Hib (Haemophillus Influenza b)
a. Perlindungan penyakit : Meningitis
b. Bagian kapsul Hib yang disebut polyribosyribitol phosphate (PRP)
menentukan virulensi dari Hib.Vaksin Hib yang beredar di Indonesia
adalah vaksin konjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria
meningitides yang disebut sebagai PRP-OMP dan konjugasi dengan
protein tetanus yang disebut sebagai PRP-T.Kedua vaksin tersebut
menunjukan efikasi dan keamanan yang sangat tinggi. Vaksin Hib
diberikan sejak umur 2 bulan PRP-OMP diberikan 2 kali sedangkan
PRP-T diberikan 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan Vaksin tidak
boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut
belum dapat membentuk antibody.
10. Pneumokokus
a. Penyebab penyakit : Pnemonia
b. Waktu pemberian : diberikan pada bayi berumur 2, 4, 6, bulan dan
diulang pada umur 12-15 bulan.Interval antara dua dosis 4-8 minggu
c. Efek samping : Eritema, bengkak, indurasi dan nyeri di bekas tempat
suntikanEfek sistemik : demam, pusing, gelisah Reaksi berat seperti
reaksi anafilaktik jarang ditemukan Efek samping biasanya terjadi
21
setelah dosis kedua namun tidak berlangsung lama, akan menghilang
dalam 3 hari.
11. Influenza
a. Penyebab penyakit : Influenza
b. Vaksin Influenza mengandung virus yang tidak aktif, diproduksi dari
virus yang tumbuh pada embrio ayam. Terdapat dua macam vaksin,
yaitu whole-virus vaccine dan split-virus vaccine.
c. Jadwal pemberian : diberikan pada anak sehat usia 6-23 bulan.
Dosis: untuk < 3 tahun 0. 25 ml dan untuk > 3tahun 0.5 ml.
d. Efek samping : efek samping minimal berupa ruam makula/papula,
9% menunjukan reaksi lokal ringan dan transien serta 28% reaksi
sistemik ringan.
e. Kontra indikasi: Individu dengan hipersensitif anafilaksis terhadap
pemberian vaksin influenza sebelumnya dan komponen vaksin
seperti telur. Individu yang sedang menderita penyakit demam akut
yang berat Ibu hamil dan menyusui.
12. HPV ( Human Papilloma Virus)
a. Penyebab penyakit : Kanker serviks
b. Terdapat 2 jenis vaksin HPV: vaaksin bivalen dan quadrivalen
diberikan pada anak perempuan sejak usia > 10 tahun Dosis 0.5 ml
diberikan intramuskular pada daerah deltoid.
c. Efek samping : Nyeri, reaksi kemerahan dan bengkak pada tempat
suntikan, Reaksi sistemik : demam, nyeri kepala, dan mual.
22
6. Sasaran imunisasi
Seseorang yang beresiko untuk terkena penyakit dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi diantaranya:
1) bayi dan anak balita, anak sekolah, dan remaja.
2) calon jemaah haji/ umroh.
3) orang tua, manula.
4) orang yang berpergian keluar negeri.
7. Pokok – pokok kegiatan imunisasi.
Menurut Mulyani (2013) pokok-pokok kegiatan imunisasi digolongkan 3
diantaranya :
1. Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap) : 1)Imunisasi BCG;
2)Imunisasi DPT 3 x; 3)Imunisasi polio 3 x; 4)Imunisasi campak 1 x.
2. Pencegahan penyakit untuk anak sekolah dasar : 1) Imunisasi DT; 2)
Imunisasi TT.
3. Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS/calon mempelai wanita :
1) imunisasi TT 2 x.
8. Faktor – faktor yang mempengaruhi kekebalan (imunisasi)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekebalan Menurut Mulyani (2013)
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan orang tua lebih
mudah terserang. Sedangkan pada usia sangat muda atau usia tua lebih
rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini
23
mungkin disebabkan karena kedua kelompok unsur tersebut daya tahan
tubuhnya rendah.
b. Seks
Untuk penyaki-penyakit menular tertentu seperti polio dan diphteria lebih
parah terjadi pada wanita dari pada pria.
c. Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakitpenyakit
menular tertentu misalnya penyakit polio, pnemonia, malaria serta
amebiosis. Sebaliknya untuk penyakit typhoid dan meningitis jarang terjadi
pada wanita hamil.
d. Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap
penyakit-penyakit infeksi, sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan
seseorang terhadap penyakit infeksi.
e. Trauma
Stres, salah satu bentuk trauma merupakan penyebab kerentanan seseorang
terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
9. Tujuan program imunisasi
Menurut Notoatmojo, (2011 hal; 48) tujuan program imunisasi adalah untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah Disentri,
tetanus, bentuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, tuberkulosis.
24
Imunisasi penting untuk diberikan hal ini karena kira-kira 3-100 kelahiran anak
akan meninggal karena penyakit campak. Sebanyak 2 dari 100 kelahiran akan
mati karena batuk rejan. Dari setiap 200.000 anak, akan menderita penyakit
polio. Satu dari 100 anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Imunisasi
yang dilakukan akan melindungi anak terhadap penyakit. Walaupun pada saat ini
fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia dimasyrakat, akan tetapi
tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap.
10. Tempat Pelayanan Imunisasi
Sekarang ini, untuk mengoptimalkan pelayanan imunisasi, dan mencapai
keberhasilan program imunisasi telah tersedia tempat yang digunakan sebagai
tempat pemberian imunisasi.
Imunisasi dapat dilakuakan di posyandu, puskesmas, rumah sakit, praktek
dokter, polindes, dan tempat lain yang sudah disediakan. dibawah ini tempat
pelayanan kesehatan yang dapat melayani imunisasi (Mulyani, 2013) :
1) Praktek dokter/tim kesehatan atau rumah sakit swasta
2) Pos pelayanan terpadu
3) Rumahsakit bersalin, BKIA, atau rumah sakit pemerintah, dan Puskesmas.
11. Kegiatan Pelayanan Imunisasi
Menurut Mulyani, (2013 hal; 12) Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari
kegiatan oprasional rutin dan khusus. kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
A. Kegiatan imunisasi rutin
25
Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin dan terus menerus yang harus
dilakukan pada priode waktu yang telah ditentukan. Kegiatan ini telah
terbukti efektif dan efisien, kegiatan ini meliputi :
(1) Imunisasi pada bayi Yaitu imunisasi yang dilakukan pada bayi yang
berumur 0 - 11 bulan, meliputi BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan
Campak. Idealnya bayi ini harus mendapatkan imunisasi dasar yang
lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 4 kali, hepatitis
3 kali, campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan status imunisasi dasar
lengkap bayi, dapat dilihat distatus imunisasi campak, karena
pemberian imunisasi campak yang dilakukan paling akhir setelah
keempat imunisasi dasar pada bayi yang lain yang telah diberikan.
(2) Imunisasi pada wanita usia subur (WUS)
(3) Imunisasi pada anak usia sekolah.
B. Imunisasi Tambahan
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukanya
masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi.
Kegiatan ini tidak rutin dilakukan karena hanya ditunjukan untuk
mengulangi penyakit tertentu. Beberapa kegiatan imunisasi tambahan yaitu
menurut Mulyani, (2013) adalah sebagai berikut :
a. Backlog fighting adalah upaya aktif dalam melengkapi imunisasi dasar
pada anak yang berumur 1 – 3 tahun. Sasaran utama dari backlog
fighting adalah desa atau kelurahan yang belum mencapai UCI selama
dua tahun berturut-turut. Universal Child Immunization (UCI) adalah
26
tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0 – 11 bulan),
ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi
dasar lengkap pada bayi meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis
Polio, 4 dosis hepatitis, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita
subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1
dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT.
b. Cras program Yaitu ditunjukan untuk wilayah yang memerlukan
intervensi secara tepat untuk mencegah terjadinya KLB (kejadian luar
biasa). Pemilihan lokasi crash program didasarkan atas beberapa
kriteria yaitu : angka kematian bayi tinggi dan angka PD3I (penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi) tinggi, infrastruktur (tenaga
sarana dan dana kurang) dan desa yang selama 3 tahun berturut-turut
tidak tercapai target UCI.
12. Acuan Persiapan Pelayanan Imunisasi
Walaupun imunisasi merupakan suatu hal yang lazim dilakukan akan tetapi
perlu kehati-hatian dalam menjalankanya. Untuk menyampaikan pelayanan
imunisasi menurut Mulyani, (2013) ada beberapa acuan yang harus dilakukan
yaitu :
a) Logistik
Agar dapat memenuhi kebutuhan logistik di posyandu petugas kesehatan
dapat menyampaikan jadwal sasaran imunisasi per antigen kepada
koordinator imunisasi. Dimana koordinasi imunisasi akan menyampaikan
kebutuhan vaksin, alat suntik oplos dan kotak pengaman untuk posyandu.
27
Jenis alat yang diperlukan untuk pelayanan yaitu : a) Termos atau vaksin
carier Alat ini digunakan untuk menyimpan atau membawa vaksin dari
suatu tempat ketempat lainya; b) Cool pack kotak dingin cair Yang
digunakan sebagai pendingin yaitu wadah plastik yang berbentuk segi empat
yang diisi dengan air kemudian di dinginkan dalam lemari es dengan suhu 2
derajat celsius – 8 derajat celsius.selama minimal 24 jam; c) Vaksin, pelarut
dan penetes Jumlah vaksin yang diperlukan dalam pelayanan imunisasi
harus sama dengan jumlah pelarutnya begitu juga dengan penetesnya; d)
Alat suntik (ADS); e) Safety box (kotak pengaman); f) Kapas basah dan
wadah; g) Bahan penyuluh (poster, leaflet); h) Alat tulis; i) Kartu imunisasi
(KMS, kartu TT, buku ibu dan anak); j) Kohort atau register; k) Plastik
sampah atau tempat sampah; l) Sabun.
b). Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es :
d. Sebelum membuka lemari es, tentukan dulu berapa banyak botolvaksin
yang dibutuhkan untuk pelayanan.
e. Catat suhu didalam lemari es. Jangan terlalu sering membuka lemari es
dan meningalkan dalam keadaan terbuka.
Memilih vaksin sesuai urutan yaitu sebagai berikut : a) Vial vaksin yang
sudah terpakai tetap tersimpan dalam lemari es; b) ampul atau botol
vaksin tertutup yang telah dibawa ke pelayanan keluar dan telah berada
diluar lemari es; c) vaksin dengan WM kondisi B atau mulai berubah A
menjadi B; d) vaksin-vaksin paling lama yang belum melewati tanggal
kadaluarsa.
28
c). Memeriksa apakah vaksin aman diberikan.
d). Menyiapkan termos.
e). Menyiapkan tempat kerja.
13. Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi
Menurut Mulyani, (2013) Ada tiga macam kontra indikasi pemberian imunisasi
yaitu:
1. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukan tanda-tanda dan
gejala AIDS sedangkan vaksin yang lain sebaliknya diberikan
2. anafilaksis atau reaksi hipersentivitas yang hebat merupakan kontra indikasi
yang mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dari
panas > 38 derajat celsius merupakan kontra indikasi pemberian DPT atau
HB1 dan campak.
3. jika orang tua sangat keberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi
yang sakit lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali
lagi ketika bayi sudah sehat.
14. Program Imunisasi Nasional
Menurut Hadinegoro, (2011) Program imunisasi nasional dikenal sebagai
pengembangan program imunisasi (PPI) atau expanded program on
immunisation (EPI). dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1977. Program PPI
merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai
komitmen internasional yaitu universal child immunization pada akhir 1982.
UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990, yaitu cakupan DTP, polio 3, dan
campak minimal 80% sebelum umur satu tahun. Sedangkan untuk cakupan DTP,
29
polio 1 BCG minimal 90%. Imunisasi yang termaksuk dalam PPI adalah BCG,
polio, DPT, campak dan hepatitis B.
Program imunisasi melalui PPI mempunyai tujuan akhir (ultimate goal) sesuai
dengan komitmen internasional yaitu : (a) eradikasi polio; (b) eliminasi tetanus
material dan neonatal (maternal and neonataltetanus elimination-MNTE); (c)
reduksi campak (RECAM); (d) peningkatan mutu pelayanan imunisasi; (e)
menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (save injection parcties); (f)
keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management).
15. Vaksinasi
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen
kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna
untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh seseorang, ( Maryuani, 2010).
Menurut Mulyani, (2013) Vaksinasi adalah merupakan suatu tindakan yang
dengan sengaja memberikan paparan antigen yang berasal dari suatu patogen.
Antigen yang diberikan telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan sakit maupun mereproduksi lomfosit yang peka sebagai antibody
dan sel memori. Cara ini cukup memberikan kekebalan. Tujuanya adalah
memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya namun cukup untuk
merespon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya di
kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk
antibody dan mematikan antigen/penyakit yang masuk tersebut.
30
Berbagai Keuntungan Vaksinasi Mulyani, (2013 ) antara lain :
(1) Pertahanan tubuh yang dibentuk oleh beberapa vaksin akan dibawa seumur
hidupnya.
(2) vaksinasi adalah “cost-effective” karena murah dan efektif.
(3) vaksinasi tidak berbahaya. Reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh
lebih jarang dari komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut
secara alami.
16. Jenis Vaksin
Menurut Hadinegoro, (2011) Beberapa jenis vaksin yang dibuat berdasarkan
proses produksinya antara lain :
1. Vaksin hidup (live attenuated vacine ) Yaitu vaksin yang terdiri dari kuman
atau virus yang dilemahkan, masih antigenic akan tetapi tidak fatogenik.
Contohnya yaitu virus polio oral. Oleh karena vaksin yang di berikan sesuai
infeksi alamiah (oral), virus dalam vaksin akan hidup dan berkembang baik
diepitel saluran cerna, sehingga akan memberikan kekebalan local. Sekresi
antibody igA lokal yang ditingkatkan akan mencegah virus liar masuk
kedalam sel tubuh.
Imunitas aktif dari vaksin hidup tidak dapat berkembang karena pengaruh
dari antibody yang beredar. Antibody yang masuk melalui plasenta atau
transfuse dapat mempengaruhi perkembangan vaksin mikroorganisme dan
menyebabkan tidak ada respon. Vaksinasi campak merupakan
mikroorganisme yang paling sensitif terhadap antibody yang beredar dalam
tubuh. Virus vaksin polio dan rotavirus paling sedikit terkena, vaksin hidup
31
dapat menyebabkan penyakit, umumnya bersifat ringan disbanding dengan
penyakit alamiah atau dianggap sebagai kejadian ikutan. Respon imun
terhadap vaksin hidup attenuated pada umumnya sama dengan yang
diakibatkan oleh infeksi alamiah. (Mulyani, 2013).
2. Vaksin Mati (Klied Vaccine/ Inactiveted Vaccine)Vaksin mati ini tidak
patogenik dan tidak berkembang biak dalam tubuh. Oleh karena itu
diperlukan pemberian beberapa kali. Vaksin ini selalu membutuhkan dosis
multiple. Pada umumnya protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan
sistem imun. Respon imun protektif baru timbul setelah dosis kedua atau
ketiga hal ini berbeda dengan vaksin hidup, yang memunyai respon imun
mirip atau sama dengan vaksin hidup, yang mempunyai respon imun
terhadap vaksin mati sebagian besar humoral, hanya sedikit atau tidak
menimbulkan imunitas selulartiter antibody terhadap antigen inactivated
menurun setelah beberapa waktu. Sebagian hasilnya maka vaksin
inactiveted membutuhkan dosis suplemen (tambahan) secara priodik.
3. Rekombinan.
Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitoporganisme yang
patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan
kode gen epitop bagi sel penerima vaksin. Terdapat 3 jenis vaksin yang
dihasilkan dengan rekayasa genetik yang saat ini tersedia.
a. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukan suatu segmen
gen virus hepatitis B ke dalam sel ragi. Sel ragi yang telah berubah ini
menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murni.
b. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bacteria samonella typhy yang genetik
diubah (modified) sehingga tidak menyebabkan sakit.
32
c. Tiga dari 4 virus yang berada dalam vaksin rotavirus hidup adalah
rotavirus kera rhesus yang menghasilkan antigen rotavirus manusia
apabila mengalami replikasi.
4. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah sub-unit yang inactiveted dengan bentuknya
yang unik terdiri dari atas rantai panjang molekul-molekul gula yang
membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. vaksin polisakarida murni
tersedia untuk 3 macam penyakit yaitu pneumokokus, meningkokus, dan
heamophillus influenza tipe B.
5. Taksoid
Bahan yang bersifat imunogenik dibuat dari toksin kuman.pemanasan dan
penambahan pormalin biasanya digunakan dalam proses pembuatannya.
Hasil dari pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai Natural Plain
Toxoid, dan merangsang terbentuknya antibody antitoksin. Imunisasi
bakterial toksoid efektif selama satu tahun. Bahan adjuvan digunakan untuk
memperlama rangsangan antigen dan meningkatkan imunogenestasinya.
6. Vaksin DNA Plasma (Plasmid DNA Vaccine)
Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode
antigen yang patogen dan ssat ini dalam pengembangan penelitian. Hasil
akhir penelitian pada binatang percoban menunjukan bahwa vaksin DNA
(virus dan bakteri) merangsang respon hormonal dan selular yang cukup
kuat, sedangkan penelitian ini klinis pada manusia saat ini sedang
dilakukan.Berdasarkan Fungsinya Vaksin terbagi menjadi 8 menurut
(Mulyani, 2013) yaitu : Vaksin BCG (bacillus calmette guerine) yaitu untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.Vaksin DPT (Difteri
33
Partusis Tetanus) untuk pemberian kekebalan secara stimulan terhadap
difteri, pertusis, dan tetanus.
a. Vaksin TT (Tetanus Toksoit) yaitu untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap tetanus.
b. Vaksin DT (Diefteri Dan Tetanus) untuk pemberian kekebalan stimulan
terhadap difteri dan tetanus.
c. Vaksin polio yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomyelitis.
d. Vaksin campak yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit campak.
e. Vaksin hepatitis B untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi
yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
f. Vaksin DPT/HB untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
diefteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
17. Sifat-sifat vaksin
Berdasarkan kepekaan atau sensivitasnya terhadap suhu dibedakan menjadi 2
yaitu antara lain :
1. Vaksin yang bersifat sensitive terhadap panas (heatsensitive) merupakan
golongan vaksin yang akan rusak jika terpapar dengan suhu yang
berlebihan. Vaksin Polio, BCG, dan Campak.
a. Polio yaitu pada suhu beberapa derajat celsius diatas udara luar
(ambient temperatur < 34 derajat celsius) dan dapat bertahan selama 2
hari.
34
b. Campak dan BCG yang akan rusak pada suhu berapa derajat celsius
diatas suhu udara luar (ambient temperatur < 34 derajat celsius) dan
dapat bertahan selama 7 hari.
2. Vaksin yang sensitive terhadap beku ( freeze sensitive) Merupakan vaksin
yang akan rusak bila terpapar dengan golongan dalam sifat ini antara lain
suhu dingin atau pembekuan. Vaksin yang tergolong dalam sifat ini antara
lain hepatitis B, B-PID, DPT-HB, DT dan TT.
a. Hepatitis B dan DPT-HB pada suhu -0,5 derajat c. Dapat bertahan
selama maksimal setengah jam.
b. DPT, DT, dan TT pada suhu -5 derajat c – 10 derajat c dapat bertahan
selama maksimal 1,5 – 2 jam.
c. DPT, DPT-HB, DT berapa derajat celsius diatas suhu udara luar
(ambient tempratur < 34 derajat celsius) dan bertahan selama 14 hari.
d. Hepatitis B dan TT beberapa derajat celsius diatas suhu udara luar
(ambient tempratur < 34 derajat celsius) bertahan selama 30 hari.
35
B. PENYULUHAN
Pada sub bab ini akan diuraikan teori tentang penyuluhan yang meliputi definisi
penyuluhan, sasaran penyuluhan kesehatan, jenis-jenis penyuluhan, faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam penyuluhan, tinjauan umum tentang balita, tinjauan
umum tentang hubungan penyuluhan ibu dengan anak usia balita terhadap
kunjungan imunisasi.
1. Definisi Penyuluhan.
Kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan,
menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungan dengan kesehatan (Anwar, 2010).
Gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandasan prinsipprinsip
belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, keluarga,
kelompok masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana
caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perorangan maupun
kelompok dalam meminta pertolongan jika perlu. (Depkes, 2010).
Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh
dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “Perilaku” (Behaviour)
yang merupakan perwujudan dari Pengetahuan , Sikap dan Keterampilan
seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain , baik secara langsung
atau tidak langsung. (Persagi. 2010).
36
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,
dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa
dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta
pertolongan (Effendy, 2003).
Menurut penulis penyuluhan adalah Sebagai proses aktif atau interaksi
antara penyuluh dan penerima atau yang disuluh sehingga terjadi suatu
keadaan interaksi Peatback antara penyuluh dan yang disuluh.
2. Macam-macam metode penyuluhan
a. Metode diktatik.
Proses penyuluhan bersifat satu arah (one way method), yang termasuk
dalam metode ini adalah ceramah, poster, media cetak (majalah,
buletin, surat kabar), media elektronik (radio,televisi).
b. Metode sokratik.
Proses penyuluhan yang bersifat dua arah (two way method), termasuk
dalam metode ini adalah diskusi, curah pendapat, demonstrasi, simulasi,
bermain peran. (role playing), sosiodrama, simposium, seminar, studi
kasus, penyuluhan kesehatan melalui telepon, satelit komunikasi.
37
3. Jenis-Jenis Penyuluhan
Menurut teori Suharjo, (2003) ada berbagai jenis-jenis penyuluhan yang
dilakukan diposyandu diantaranya adalah : Penyuluhan diposyandu Tentang
Balita yaitu :
1) Penyuluhan kesehatan
Dalam konsepsi kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan
diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan
cara menyebarluaskan pesan dan menamkan keyaninan. Dengan
demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga
mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan
kesehatan. Terkait dengan definisi tersebut, maka petugas peyuluh
kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi dan menguasai
pemahaman yang lengkap tentang pesan yang akan disampaikan.
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan
kesehatan antara lain :
a. Metode Ceramah
Suatu cara dalam menerangkan suatu ide, pengertian atau pesan
secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh
informasi tentang imunisasi.
b. Metode Diskusi Kelompok
Pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang
suatu topik dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
c. Metode Curah Pendapat
Suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota
mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
38
terpikirkan oleh masing-masing peserta dan evaluasi atas pendapatpendapat
tadi dilakukan.
d. Metode Panel.
Pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau
peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih penulis
dengan seorang pemimpin.
e. Metode Bermain peran.
Memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan
tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
f. Metode Demonstrasi
Suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur
tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan untuk memperlihatkan
bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan
menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap
kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
g. Metode Simposium
Serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan
topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
h. Metode Seminar
Suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas
suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai
bidangnya. Suatu penyuluhan yang bertujuan mengubah perilaku
hidup masyarakat tidak mudah dilakukan. Mengubah perilaku
memerlukan kesadaran, dan memerlukan proses panjang. Oleh
39
karena itu, tenaga penyuluh di lapangan tidak boleh bosan apalagi
putus asa melakukan kegiatan penyuluhan.
Penyuluhan kesehatan, dalam hal ini tentang imunisasi, berdampak
akan menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat, sehingga mereka
akan berperan-serta dalam proses pembangunan kesehatan, terutama
dukungan terhadap pelaksanaan program imunisasi.
Tugas pokok penyuluhan kesehatan masyarakat adalah melaksanakan
kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan
masyarakat, melakukan penyebarluasan informasi, membuat rancangan
media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam
rangka pengembangan perilaku masyarakat yang mendukung
2) Penyuluhan Imunisasi
Penyuluhan imunisasi adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan Imunisasi.
Penyuluhan merupakan gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan
apa yang bisa dilakukan.
40
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar Penyuluhan dapat
mencapai sasaran yaitu :
a. Tingkat

Anda mungkin juga menyukai