Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ISSUE DAN TREND DALAM PENDIDIKAN, PENELITIAN DAN PROFESI


KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun Oleh:
KELOMPOK 01
MERRY YUNIDARTI
DWI NOVELIA ADESTHY
MINDI MELYANI
JUMIYATI
ISMADI
SUSANTI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2022-2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan sumber segala ilmu pengetahuan yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Shalawat dan salam selalu terlimpah curahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat rahmat-Nya
kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan. Tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas kaitannya dengan Wawasan
Nusantara, yang penulis sajikan dari berbagai sumber informasi dan referensi. Makalah ini
disusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri sendiri maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kami menerima berbagai saran maupun kritikan
yang bersifat membangun. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga tulisan ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Dabo Singkep, 03 Januari 2023

Kelompok 01
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan denganmasalah - masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatanmasalah, tidak hannya di lihat dari kesehatan sendiri tapi
harus dilihat dari segi - segi yangada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit “ atau
kesehatan tersebut.
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang
dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui
pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2025.

Gambaran masyarakat di masa depan yang inging di capai melalui pembangunan


kesehatan adalah masyarakat bangsa, Negara yang ditandai oleh penduduknya, hidup
dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuanuntuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajatkesehatan yang tinggi.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga
dengan bantuan yang diberikan tersebut diperoleh kemampuan melaksanakan
kegiatan hidup Sehari – hari Secara mandiri. Kegiatan pelayanan diberikan dalam
upaya peningkatan kesehatan (promotif),pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
(kuratif), sertya pemeliharaan kesehatan(rehabilitative).
Perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat. Keperawatan
komunitassebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai
perubahan tersebut,seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik
intervensi keperawatan. Adanyaberbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan
berbagai isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan Keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas isu
kecenderungan keperawatan komunitas dan setting praktik keperawatan komunitas.
Di era modern saat ini banyak penyakit yang timbul disebabkan oleh perubahan
gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan, pola aktivitas, serta kebiasaan lain
seperti merokok dan konsumsi obat-obatan. Sebagai akibatnya berbagai masalah
kesehatan sekarang ini banyak terjadi di masyarakat seperti hipertensi, gagal ginjal,
diabetes mellitus, kanker, berbagai penyakit kelainan darah atau yang sekarang ini kita
kenal dengan penyakit tidak menular. Pada masa ini berbagai fasilitas kesehatan telah
menyediakan pelayanan kepada masyarakat untuk mencari pengobatan baik secara medis,
non medis termasuk pengobatan komplementer.
Profesi keperawatan mengembangkan layanan praktik mandiri keperawatan
kepada masyarakat dalam mencari solusi terhadap masalah kesehatannya. Pelayanan
praktik mandiri perawat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai
dengan wewenang seorang perawat professional. Pelayanan keperawatan berbentuk
pelayanan bio-psio-sosio-spiritual yang komprehensif atau holistik ditujukan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia. Praktik mandiri perawat telah diatur dalam Peraturan menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 dan perubahan
peraturan nomor 17 tahun 2013 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Dengan dikeluarkannya payung hukum tersebut maka praktik mandiri perawat menjadi
legal.
Selain itu praktik mandiri perawat semakin diperkuat dengan disahkannya
Undang-Undang nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, yang diantaranya
membahas tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Perawat yang membuka
praktik keperawatan wajib memilii SIPP (Surat Izin Praktik Perawat) dan hanya berlaku
untuk satu tempat praktik perawat (tertuang dalam UU keperawatan pasal 19 dan 20) dan
perawat yang melakukan praktik wajib memasang Papan Nama Praktik (tertuang dalam
UU).
Keperawatan pasal 21).atas dasar hukum tersebut maka masyarakat tidak perlu
ragu lagi untuk memaafkan fasilitas praktik mandiri perawat dalam mencari solusi
kesehatan untuk mengatasi penyakit yang dialaminya.
Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat kepada masyarakat adalah
dalam bentuk pelayanan preventif,promotif,kuratif dan rehabiliatatif.bentuk pelayanan
preventif dan promotif adalah seperti diteksi dini dan identifkasi faktor-faktor terjadinya
suatu penyakit pada individu atau keluarga masyarakat ,serta memberikan pendidikan
atau penyuluh dan konseling pada individu,keluarga atau masyarakat yang berisiko atau
telah mengalami sakit.
Bentuk terapi komplementer yang berkemmbang diantaranya seperti akupuntur ,bekam
hipnoterapi,reiki,pengobatan herbal perawatan luka dan dan ain sebagainya.terapi
komplementer yang diberikan oleh tenaga kesehatanseperti perawat pastilah lebih aman
dan terjamin karena kualifikasinya memang dibidang kesehatan.selanjutnya bentuk
pelayanan rehabililitatif dalam praktik mandiri perawat meliputi pemantauan keteraturan
berobat sesuai program rehabilitasi ,kunjungan rumah (home visit/home health
nursing)sesuai rencana rehabikitasi,pelayanan keperawatan dasar rehabilitasi secara
langsung (direct care)yaitu kontak langsung atau face to face dengan pasien seperti untuk
perawatan luka,pemasangan infus dll,maupun pelayanan rehabilitasi tidak langsung
(indirect care)seperti layanan konsultasi kesehatan.
Dalam operasional praktik mandiri perawat juga dapat berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan seperti ahli gizi,fisioterapi,kesehatan masyarakat,dokter dan profesi
kesehatan lainya.perawat juga memiliki spesialis dibidang keperawatan seperti
spesialisperawatan luk,spesialis keperawatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan isu kecenderungan pada tempat area?
2. Jelaskan setting praktik keperawatan komunitas?
3. Jelaskan konsep isu dan trend dalam keprofesian terkait keperawatan komunitas?
4. Jelaskan konsep tentang praktik mandiri perawat?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep isu kecenderungan dan setting
praktik keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan isu kecenderungan pada tempat area.
2. Menjelaskan setting praktik keperawatan komunitas.
3. menjelaskan konsep praktik mandiri perawat sebagai isu dan trend dalam
keprofesian terkait keperawatan komunitas.
4. menjelaskan hal- hal yang berkaitan dengan praktik mandiri perawat

BAB II
PEMBAHASAN

A. Issue dan Trend dalam Pendidikan Keperawatan Komunitas.


1. Jenis Jenjang Pendidikan Keperawatan
a. Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi adalah suatu program diploma yang menerapkan
pelayanan atau tindakan kesehatan. Berdasarkan pada UU NO 34 tahun 2014
tentang Keperawatan pada pasal 6 (1) tingkat vokasi yang paling rendah adalah
diploma (D3) keperawatan.
b. Pendidikan Akademik
Pendidikan akademik adalah pendidikan sarjana dan pasca sarjana yang
menjerumus pada penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan
keperawatan secara mendalam. Berdasarkan pada UU NO 34 tahun 2014 tentang
Keperawatan pada pasal 7, pendidikan akademik terdiri atas program sarjana
keperawatan, program megister keperawatan, dan program doktor keperawatan.
(S2) dengan peminatan Keperawatan Komunitas sudah banyak beredar pada
Universitas Negeri diantaranya UI, UGM, Universitas Brawijaya dan UNDIP.
Doktor Keperawatan Komunitas (S3) sudah diterapkan di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
c. Pendidikan Profesi
Pendidikan profesi adalah jenjang pendidikan tinggi setelah program
sarjana dimana mahasiswa memiliki skill dalam pekerjaan dengan keahlian
khusus dalam bidang profesi dan spesialis tertentu. Dimana peserta didik Jenjang
pendidikan profesi Ners Komunitas dan Spesialis Komunitas sudah diterapkan
pada Universitas Indonesia.
Pendidikan profesi menurut UU NO 34 tahun 2014 tentang Keperawatan
pada pasal 8 terdiri atas program profesi keperawatan dan program spesialis
keperawatan.

2. Kewenangan Pendidikan dan Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada keperawatan komunitas sudah ditetapkan oleh PBP-PPNI
2007 bahwa kualifikasi Perawat Kesehatan Komunitas berdasarkan jenjang pendidikan
perawat.

PK I dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan


keperawatan pada klien dan keluarga klien dengan tingkat pendidikan minimal adalah D3
Keperawatan dengan memmiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar berdasarkan
ilmu dasar keperawatan komunitas.

PK II dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan


keperawatan pada klien¸keluarga klien dan kelompok dengan masalah kesehatan tertentu,
dengan tingkat pendidikan minimal adalah S1 Keperawatan dan Ners Komunitas, dimana
untuk S1 harus memiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar dalam lingkup
keperawatan komunitas yang masih dalam pengawasan bimbingan dari perawat senior
dengan bimbingan yang terbatas. Sedangkan untuk Ners Komunitas harus memiliki
kompetensi memberikan keperawatan dasar dalam lingkup keperawatan komunitas dalam
pengawasan bimbingan dari perawat senior yang sepenuhnya sudah dilimpahkan atau
diberikan kepercayaan oleh perawat senior.

PK III dalam ruang lingkup ini perawat mampu mengelola dalam penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat, dengan tingkat pendidikan minimal adalah Magister (S2)
Keperawatan Komunitas dengan memiliki kompetensi melakukan tindakan keperawatan
khusus dengan keputusan mandiri dan bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan
keperawatan yang diberikan.

PK IV dalam ruang lingkup ini perawat mampu dalam mengembangkan


penanggulangan masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang komplek, dengan
tingkat pendidikan minimal adalah Spesialis Komunitas. Pada tingkat pendidikan ini
perawat harus memiliki kompetensi melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-
spesialis dengan keputusan mandiri, memberikan keperawatan dasar pada klien dalam
lingkup keperawatan komunitas dengan menyeluruh/utuh dan melakukan rujukan
keperawatan.

PK V dalam ruang lingkup ini perawat mampu melakukan konsultasi dan


pengembangan pelayanan, dengan tingkat pendidikan Doktor dan paling rendah adalah
Magister. Doktor dalam tingkatan ini memiliki kompetensi yang tinggi yaitu melakukan
tindakan dan asuhan secara keperawatan khusus dengan keputusan mandiri dan sebagai
konsultan dalam lingkup komunitas.

B. Issue dan Trend dalam Penelitian Keperawatan Komunitas


Issue dan Trend dalam penelitian keperawatan komunitas sudah banyak sekali
topik/judul yang digunakan oleh para peneliti keperawatan komunitas seperti Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Berkunjung Ke Kelompok Binaan
Khusus Lansia Di Puskesmas Global Limboto Kabupaten Gorontalo dan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar (SD).

Denurut Depkes 2014 angka kejadian diare sangat tinggi, banyak peneliti yang
melakukan penelitian terhadap PHBS pada anak usia sekolah karena anak usia sekolah
lebih aktif dan rasa keingin tahuan yang tinggi terhadap benda asing sehingga rentan
sekali utuk terkena penyakit daire dan kurangnya suatu penerapan tersebut dari orang tua
dan pihak sekolah. Dengan dilakukannya tindakan PHBS maka anak, dan orang tua
mengetahui bahwa pentingnya melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan
air mengalir sebelum dan sesudah makan.

Trend dan issue saat ini juga adalah kurangnya dukungan keluarga terhadap
lansia, sehingga para lansia memiliki harga diri rendah seperti merasa sudah tidak
berdaya didalam keluarganya. Dukungan keluarga kepada lansia sangat di butuhkan agar
lansia merasa bahagia dan berguna, dengan cara memberikan motivasi kepada lansia
dalam mengikuti suatu kegiatan di lingkungan sekitar rumah.

C. Issue dan Trend dalam Profesi Keperawatan Komunitas


Issue dan trend dalam profesi keperawatan komunitas sama seperti jenjang
pendidikan keperawatan. Yang dominan dalam keprofesian keperawatan komunitas
adalah pada program akademik dan program profesi dalam program tersebut sudah
banyak dibuka peminatan pada Keperawatan Komunitas seperti Ners, S2, S3 dan
Spesialis. Bagi jurusan S3 Keperawatan Komunitas hanya berada di Universitas
Indonesia saja.

Bidang keorganisasian atau kolegium keperawatan menurut UU No 38 thn 2014


BAB VII tentang Kolegium Keperawatan adalah suatu organisasi yang bertanggung
jawab pada profesi keperawatan, salah satu organisasi dalam keperawatan yang sudah
tidak asing adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang merupakan suatu
organisasi sebagai wadah bidang keperawatan, seiring dengan bertambahnya jenjang
pendidikan keperawatan PPNI membangun suatu organisasi untuk Keperawatan
Komunitas, yaitu Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) yang telah
dikelola pada masing-masing Provinsi di Indonesia.

Trend lebih sering dan banyak di bicarakan adalah tentang gaij perawat. Banyak
perawat mengeluh tentang penerimaan gaji yang kecil dan berbeda dibandingkan institusi
lainnya, sedangkan pekerjaan yang mereka lakukan sama beratnya. Sehingga mereka
terkadang merasa iri dengan gaji perawat lain yang memiliki gaji lebih besar.

Dengan adanya aturan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia gaji perawat
diberikan berdasarkan jenjang pendidikannya, pada setiap Provinsi dan institusi
kesehatan/Rumah Sakit berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat jenjang pendidikan maka
semakin besar gaji yang mereka peroleh. Tunjangan pada PNS lebih besar daripada gaji
pokok. Pemberian gaji juga berdasarkan pada lamanya pengalaman pekerjaan seorang
perawat.

Perkembangan / pelatihan pada keperawatan komunitas dapat dikatakan masih


jarang dan masih minim, tetapi pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah penyakit serta meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas. Maka dalam komunitas diperlukan suatu pelatihan pada Puskesmas tentang
peningkatan pelayanan kesehatan dan pemberian konseling kepada Kader dan masyarakat
tentang masalah kesehatan yang sering terjadi pada lingkup masyarakat.
Kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat dan Puskemas karena
meningkatkan wawasan bagi masyarakat serta mampu menurunkan morbiditas dan
mortalitas pada desa yang memiliki angka kejadian tinggi. Sebaliknya untuk desa yang
memiliki angka kejadian rendah dapat mempertahankannya agar tidak memiliki kurva
morbiditas dan mortalitas yang meningkat.

ISSUE DAN TREND DALAM PENELITIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. ISSUE KECENDERUNGAN PADA TEMPAT KERJA


1. Pengertian issue keperawatan Komunitas
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis. Secara sederhana isu dapat diartikan sebagai sebuah persoalan, atau isu dapat
juga dikatakan sebagai sebuah masalah, sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang
terlintas, desas desus atau banyak lagi peristilahan lain. Isu berarti sebuah pokok
persoalan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1997, isu adalah “masalah yang
dikedepankan”. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1993, isu adalah :
a. Masalah yang dikedepankan untuk ditangani;
b. Kabar angin yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya
c. Kabar, desas-desus
Dalam praktiknya, aktual memiliki beberapa makna antara lain: benar terjadi atau
akan terjadi, sedang menjadi perhatian orang banyak dan merupakan berita hangat. Jadi,
isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan untuk ditangani
atau desas - desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga
informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan
cepat diketahui oleh masyarakat
2. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang
3. Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat
ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau

2. Trend dan issue yang sedang di bicarakan dalam keperawatan komunitas


A. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu
ada beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia
Dock telah mempengaruhi dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat
kurang di hargai sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada
perwat mengenai masalah keperawatan komunitas
B. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan
Prospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin
berkembang dan dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran
perawat kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah
kesehatan yang terjadi di masa yang akan datang karena mengikuti perubahan secara
keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat berpengaruh pada peran yang
dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat diberbagai tingkat
pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan,
ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat
C. Puskesmas Idaman
Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan serta memberi pelayanan yang
sesuai dengan standart operating procedure (SOP) pelayanan kesehatan. “Puskesmas
Idaman” sebagai pelayanan masyarakat, akan berusaha untuk selalu meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan pelanggan, oleh karena itu
Puskesmas Idaman juga merubah paradigma dari “ Puskesmas yang mengatur
Masyarakat” menjadi “Puskesmas yang memenuhi harapan Masyarakat”.
D. Masalah bidang kesehatan di Indonesia
Keadaan lain di Negara Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus
dihadapi dalam permasalahan Bidang Kesehatan meliputi :
a. Masih cukup tingginya perbedaan status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi.
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian
utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta
tingkat kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan
belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya
kedudukan dan peranan perempuan diberbagai bidang kehidupan dan
pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan
nasional, belum membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga.
Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai
program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya
yang telah diamanatkan dalam GBHN 1999–2004.
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial
dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia
usaha; pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan
keluarga; penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi antarsektor
dan antarlembaga. Lingkungan sosial budaya yang erat kaitannya dengan masalah
kesehatan harus dilihat dari segi kehidupan masyarakat secara luas. Faktor –
faktor kemasyarakatan tersebut antara lain struktur sosial, ekonomi dan budaya.
Ini meliputi kecerdasan rakyat, kesadaran rakyat untuk memlihara kesehatan
dirinya sendiri.
Makin bertambah tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan tercipta
perilaku dan sikap yang baik terhadapa hidup sehat yang menguntungkan upaya
kesehatan. Masyarakat agraris pada umumnya lebih lamban menanggapi
perubahan nilai sosila budaya termasuk ekonomi, hingga sulit mengatasi masalah
kemiskinan maupun pengembangan sosial dan budaya, yang justru berpengaruh
pada sikap dan perilaku hidup sehat.
b. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi
Upaya pengendalian pertumbuhan telah berhasil dengan baik terutama
melalui gerakan Keluarga Berencana. Namun pertambahan jumlah penduduk dan
perbandingan penduduk usia muda yang masih besar, serta penyebaran peduduk
yang masih belum merata, menimbulkan masalah. Perbandingan jumlah penduduk
wanita dan pria, tidak akan banyak berubah dari keadaan sekarang, yaitu 100
orang wanita terhadap 96,8 pria. Jumlah penduduk berusia 40 tahun keatas, secara
relatif akan bertambah. Ini berarti perlunya peningkatan pelayanan untuk penyakit
– penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit
degeneratif lainnya yang biasa diderita oleh penduduk berusia 40 tahun keatas,
yang relatif lebih mahal pelayanannya dibandingkan dengan penyakit menular
Dengan demikian ciri kependudukan di Indonesia sampai sekarang masih
cenderung bergerak lamban dari penduduk usia muda ke arah penduduk usia tua.
Karena itu upaya kesehatan masih ditujukan terutama kepada penyakit-penyakit
yang banyak dideriita oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan tidak
melupakan pula berbagai penyakit yang lazim diderita oleh golongan umur
produktif yang makin besar jumlahnya serta perubahan ciri-ciri penyakit di masa
akan datang kondisi kesehatan lingkungan masih rendah; Pencemaran lingkungan
dewasa ini selain terutama disebabkan karena kebiasaan membuang kotoran yang
tidak semestinya juga disebabkan oleh pencemaran air dan tanah serta udara
karena bahan buangan industri, limbah pertanian dan pertambangan serta
pencemaran udara karena kenderaan bermotor. Pencemaran makanan dan
minuman dapat terjadi karena hygiene dan sanitasi yang belum memadai,
pemakaian bahan tambahan, pemakaian pestisida untuk menyelamatkan produksi
pangan dan keadaan lingkungan yang makin tercemar.
Mengenai perumahan, bahwa dewasa ini masih banyak penduduk
menempati rumah dan pemukiman yang tidak layak, yang merugikan kondisi
kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
c. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku
kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan
dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Tidak merokok
Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah
sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.
bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kitatelah merokok. inilah
tantangan pendidikan kesehatan kita
2. Tidak minum-minuman keras dan narkoba
Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan
bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk
Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini
3. Istirahat cukup
Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian
lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan,
sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan Kesehatan.
4. Mengendalikan stress
Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi
kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti
diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres
tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan
gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan
kegiatan-kegiatan yang positif.
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan
lingkungan, dan sebagainya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu
Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina
suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai
suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya
sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

d. Keterbatasan pelayanan kesehatan


Dalam rangka pemerataan pengembangan dan pembinaan kesehatan
masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah, telah dibangun Pusat-Pusat
Kesehatan Masyarakat. Dewasa ini seluruh kecamatan sudah mempunyai
sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas serta beberapa Puskesmas Pembantu.
Jangkauan upaya pelayanan Puskesmas dan Puskemsas pemantu masih belum
memadai terutama di daerah pedesaan yang sulit perhubungannya atau daerah
terpencil. Untuk mengatasi itu diadakan Puskesmas Keliling dan Polindes untuk
membantu memberiakan pelayanan kepeda penduduk. Namun belum semua desa
bisa terjangkau.

Upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu hanya mungkin


diwujudkan jika sistem rujukan dikembangkan dengan meningkatkan sarana
dalam arti luas, yakni pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat medis
teknis serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah sakit, baik
pemerintah maupun swasta

e. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata


Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya, masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa baik tenaga medis maupun tenaga paramedis jumlah dan
mutunya serta pemerataannya masih belum memadai. Hampir seluruh dokter dan
sebagian besar tenaga paramedis adalah pegawai negeri, sedangkan banyak tenaga
medis merangkap melayani usaha kesehatan swasta. Hal ini dapat mengurangi
mutu pelayanan kesehatan-kesehatan pemerintah. Perbandingan jumlah dokter
dan paramedis serta tenaga kesehatan lainnya terhadap jumlah penduduk masih
jauh dari memuaskan.
Pola ketenagaan untuk unit-unit pelayanan kesehatan serta pendidikan dan
latihannya masih perlu dimantapkan. Sistem pengelolaan tenaga kesehatan yang
baru dirintis belum sepenuhnya memungkinkan pembinaan tenaga kesehatan
berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja. Dengan meningkatnya kecepatan
pembangunan bidang kesehatan sebagi bagian dari pembangunan nsional, kiranya
masalah ketenagaan tersebut juga akan cenderung meningkat pula. Karena itu
masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas penggarapan baik untuk jangka
pendek maupun menengah dan jangka panjang.

f. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal


Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku
ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. Fasilitas
kesehatan sebagi salah satu sumber daya kesehatan sampai dewasa ini telah
dikembangkan tahap demi tahap sesuai dengan keperluan. Jumlah dan fungsi
rumah sakit baik pemerintah maupun swasta telah pula ditingkatkan. Peningkatan
rumah sakit ini merupakan salah satu kegiatan dari peningkatan upaya kesehatan
rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih menunjang upaya kesehatan Puskesmas.
Demikian pula fasilitas kesehatan lainnya seperti laboratorium, kantor,
perumahan dinas, fasilitas pendidikan dan latihan dan yang lainnya telah pula
ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap fasiltas tersebut masih belum optimal,
hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas
dibandingkan dengan kunjungan ke praktek pribadi medis maupun paramedis.
Selain itu masih adanya pemanfaatan pengobatan pada praktik perdukunan pada
sebagain masyarakat di pedesaan.
g. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan
transfortasi yang masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan
terpencil sampai saat ini untuk sarana jalan dan transfortasi dapat dikatakan
kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan
waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga masyarakat di
desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan letak geografis
darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan
petugas kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.

h. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal


Diantara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam
pembangunan antara lain adalah kerja sama lintas sektor. Kerja sama yang
dimaksud adalkah kerja sama berbagai sektor pembangunan, kerjasama
pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta. Yang masih perlu ditingkatkan
adalah kerja sama lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta,
baik dari segi teknis opersional maupun administratif, ketengaan dan kejelasan
mekanisme kerja bahkan termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan
kerja sama secara luas Kerja sama llintas sektor sering sukar diwujudkan jika
kerja sama tersebut tidak didasari oleh saling pengertian dan keterbukaan yang
mendalam antara komponen yang terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan
bersama. Peran yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja
sama itu dan mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.

B. SETTING PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNTAS


1. Kegiatan praktik keperawatan komunitas
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah
kerja perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut:

a. Tahap persiapan.
1. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program
praktek.
2. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah
dan kesehatan utama
3. Penyusunan instrumen data
4. Uji coba instrumen pengumpulan data
5. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan
program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas
6. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader
kesehatan setempat
7. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
8. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan,
menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah
dan menyebarkan undangan
9. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
a) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
b) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah,
garis besar rencana kegiatan
c) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan
d) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan dari instansi terkait.
b. Tahap Pelaksanaan :
1. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan
kelompok kerja kesehatan.
2. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
a) Pelatihan kader kesehatan
b) Penyuluhan kesehatan
c) Simulasi/demonstrasi
d) Pembuatan model/percontohan
e) Kunjungan rumah (home health care)
f) Kerja bakti, daan lain-lain
3. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan
kegiatan.
c. Tahap evaluasi
1. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal
kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari
komunitas
2. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam
pemecahan masalah.
2. Area praktik keperawatan kesehatan komunitas

Menurut Depkes RI (2006), pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dapat


diterapkan langsung pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, seperti:

a. Unit pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas rawat inap dan rawat jalan
(rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya).
b. Rumah. Perawat home care memberikan pelayanan keperawatan pada keluarga di
rumah yang menderita penyakit akut dan kronis. Peran home care adalah untuk
meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang beresiko
tinggi mengalami masalah kesehatan
c. Sekolah. Area praktik perawat komunitas juga mencakup seluruh warga di
lingkungan institusi pendidikan seperti siswa, guru dan karyawan baik di TK, SD,
SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Perawat sekolah dapat memberikan
pelayanan sesaat (day care), screening (proses mengidentifikasi penyakit-penyakit
yang tidak diketahui/tidak terdeteksi dengan menggunakan berbagai test/uji),
maupun memberikan pendidikan kesehatan
d. Tempat kerja atau industri. Perawat melakukan kegiatan perawatan langsung
terhadap kejadian kesakitan maupun kecelakaan minimal yang terjadi di tempat
kerja, industri rumah tangga, pabrik dan lainnya. Selain itu perawat memberikan
pendidikan kesehatan tentang keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang,
penurunan stres, olahraga, penanganan perokok, serta pengawasan makanan.
e. Barak penampungan. Perawat memberikan perawatan langsung terhadap kasus
akut, penyakit kronis, serta kecacatan fisik ganda dan mental.
f. Kegiatan Puskesmas keliling. Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling
diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di pedesaan, dan kelompok
terlantar. Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pengobatan sederhana,
screening kesehatan, perawatan kasus penyakit akut dan kronis, serta pengelolaan
dan rujukan penyakit.
g. Panti atau kelompok khusus lain seperti panti asuhan anak, panti wreda, panti
sosial lain, rumah tahanan serta lembaga pemasyarakatan.
h. Pelayanan pada kelompok resiko tinggi. Kelompok resiko tinggi seperti (1)
kelompok wanita, anak-anak, dan lansia yang mendapat perlakuan kekerasan, (2)
pusat pelayanan kesehatan jiwa dan penyalahgunaan obat, (3) tempat
penampungan kelompok lansia, gelandangan, pengemis, kelompok orang dengan
HIV/AIDS (ODHA), dan wanita tuna susila (WTS).

3. Sasaran keperawatan kesehatan komunitas


Menurut DEPKES tahun 2006, sasaran keperawatan kesehatan komuntas antara lain :
a. Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia
Ianjut, penderita penyakit menular (tuberkulosis pare, kusta, malaria, demam berdarah,
diare, dan ISPA atau pneumonia), dan penderita penyakit degenerative
b. Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan teridap masalah kesehatan
(vulnerable group) atau risiko tinggl (high risk group) dengan prioritas sebagai berikut :
1. Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
2. Keluarga yang sudah memanfaatkan sarana kesehatan serta mempunyai masalah
kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan
reprcuduksi, dan penyakit menular
3. Keluarga yang tidak termasuk miskin dan mempunyai masalah kesehatan prioritas
serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.

c. Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok khusus yang rentan terhadap masalah
kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi.
1. Kelompok tidak terikat dalam suatu institusi seperti posyandu, kelompok balita,
ibu hamil, usia lanjut, penderita penyakit tertentu, dan pekerja informal.
2. Kelompok masyarakat khusus yang terikat dalam suatu institusi seperti sekolah,
pesantren, panti asuhan, panti wreda, rutan, dan lapas
d. Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan seperti berikut :
1. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, kelurahan, desa) yang mempunyai:
a) Bayi meninggal tinggi dibandingkan daerah lain;
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain;
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.
2. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dan lainnya).
3. Masyarakat di lokasi atau barak pengungsian akibat bencana atau akibat lainnya.
4. Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah terpencil
dan perbatasan.
5. Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit sepertl daerah
transmigrasi
4. Prinsip dasar dalam praktik perawatan kesehatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
b. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
c. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat.
d. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya pomotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitative
e. Dasar utama dalam peayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan
f. kegiatan utama perawatan kesehatan mayarakat adalah dimasyarakat dan bukan di
rumah sakit
g. Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang sehat.
h. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat
masyarakat
i. Tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan fungsi kehidupan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
j. Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara team.
k. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat digunakan untuk
kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang
sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang
baru kembali dari rumah sakit.
l. Home visite sangat penting
m. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama
n. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakan harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada
o. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit
pelayanan
5. Pendekatan praktik keperawatan komunitas
Contoh pendekatan yang dapat digunakan:
a. Problem solving approach
Pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dengan menggunakan proses
keperawatan.
b. Family approach
Pendekatan terhadap keluarga binaan.
c. Case Appr
Pembinaan dilakukan berdasar kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai
memerlukan tindak lanjut
d. Community approach
Pendekatan dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas
diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
6. Faktor yang mempengaruhi praktik keperawatan komunitas
a. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai
dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi
seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit
dapat digunakan penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain.
Berdasarkan itu maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan
pelayanan akan lebih professional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang
tertentu.
b. Pergeseran nilai masyarakat
Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai
yang ada di masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya
masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang
berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan,
demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang akan
memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi
demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan Kesehatan.
c. Aspek legal dan etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan
jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik dalam
pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk
memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan memperhatikan nilai-nilai
hukum dan etika yang ada di masyarakat
d. Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi
seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya
dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan
ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.
e. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh
sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat
memberikan pola dalam sistem pelayanan.
A. Trend dan Issu Keperawatan Komunitas
Isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang di kedepankan untuk di
tangani atau desus desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.Keperawatan
komunitas di tunjukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta
memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahlihanya dalam
membantu individu, keluarga, kelompok dan masayarakat dalam mengatasi berbagai masalah
keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari hari (effendi, 2009).
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masayrakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keperawatan
kesehatan berubah, karna gaya hidup masayarakay berubah dan perawat sendiri juga dapat
menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Defenisi dan filisofi terkini dari keperawatan
memiliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian
yang lebih besar.
Profesi keperawatan mengembangkan layanan praktik mandiri keperawatan kepada
masayarakat dalam mencari solusi terhadap masalah kesehatannya. Pelayanan praktik
mandiri perawata memberikan pelayanan kesehatan kepada masayarakat sesuai dengan
wewenang seorang perawat professional. Pelayanan keperawatan berbentuk pelayanan bio-
sio-psiko- spiritual yang komprehensif atau holistic di tunjukan kepada individ, keljurga, dan
masayarakat baik sakit atau maupun sehat yang mencangkup seluruh proses kehidupan
manusia. Praktik mandiri perawat telah di atur dalam peraturan mentri kesehatan republic
Indonesia nomor HK. 02.02/Menkes/148/2010 dan perubahan peraturan no 17 tahun 2013
tentang izin dan Penyelengaraan praktik perawat. Dengan dikeluarkannya paying hokum
tersebut maka praktik mandiri perawat menjadi legal.
Bentuk pelayanan yang dapat diberikana oleh perawat kepada masyarakat adalah
dalam bentuk pelayanan Preventif, Promotif, kuratif dan Rehabilitatif. Bentuk pelayanan
preventif dan promotif adalah seperti deteksi dini dan indentifikasi factor – factor resiko
terjadinya suatu penyakit pada individu atau keluarga dan masyarakat, serta memberikan
pendidikan atau penyuluhan dan konseling pada individu, keluarga atau masyarakat yang
beresiko atau telah mengalami sakit.

B. Trend dan Issu dalam Profesi Keperawatan Komunitas


Trend dan issu dalam profesi keperawatan komunitas sama seperti jenjang pendidikan
keperawatan. Yang dominan dalam keprofesian keperawatan komunitas adalah pada program
akademik dan profesi dalam program tersebut sudah banyak dibuka peminatan pada
keperawatan komunitas seperti Ners, S2, S3, dan Spesialis. Bagi jurusan S3 Keperawatan
Komunitas hanya berada di Universitas Indonesia saja.
Trend lebih sering dan banyak dibicarakan adalah tentang gaji perawat. Banyak
perawat mengeluh tentang penerimaan gaji yang kecil dan berbeda dibandingkan dengan
institusi lainnya, sedangkan pekerjaan yang mereka lakukan sama beratnya. Sehingga mereka
terkadang merasa iri dengan gaji perawat lain yang memiliki gaji lebih besar. Dengan adanya
aturan dari Mentri Kesehatan Republik Indonesia gaji perawat diberikan berdasarkan jenjang
pendidikannya, pada setiap provinsi dan institusi kesehatan/ Rumah sakit berbeda- beda.
Semakin tinggi tingkat jenjang pendidikan semakin tinggi gaji yang mereka peroleh.
Tunjangan pada PNS lebih besar dari pada gaji pokok. Pemberian gaji juga berdasarkan pada
lamanya pengalaman pekerjaan sang perawat.
Perkembangan/ pelatihan pada keperawatan komunitas dapat dikatakan masih jarang
dan masih minim, tetapi pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang masalah penyakit serta meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. Maka
dalam komunitas diperlukan suatu pelatihan pada puskesmas tentang peningkatan pelayanan
kesehatan dan pemberian konseling kepada kader dan masyarakat tentang masalah kesehatan
yang sering terjadi pada lingkup masyarakat.
Kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat dan puskesmas karena
meningkatkan wawasan bagi masyarakat serta mampu menurunkan morbiditas dan mortalitas
pada desa yang memiliki angka kejadian tinggi. Sebaliknya untuk desa yang memiliki angka
kejadian rendah dapat mempertahankannya agar tidak memiliki kurva morbiditas dan
mortalitas yang meningkat.
C. Konsep Praktik Mandiri Perawat
1. Pengertian
Menurut konsorsium ilmu – ilmu kesehatan (1992) praktek keperawatan
profensional atau ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien
maupun tega kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawanya pada berbagai tatanan, termasuk praktik
keperawatan individu dak berkelompok.
Menurut undangan – undang keperawatan (UKK) No. 38 Tahun 2014 pengertian
Pratik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk
Asuhan Keperawatan.
Pasal 28 ayat 2 UKK No. 38 tahun 2014 menyebutkan bahwa Praktik
Keperawatan terdiri atas praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Dasar Hukum Praktik Mandiri Perawat
Dasar hukum praktik mandiri perawat diatur dalam :
a. Undang – undangan Keperawatan No. 38 tahun 2014, antara lain:
1) Pasal 28 ayat 1 dan 2, yaitu:
 Praktik keperawatan dilaksankan di fasilitas pelayanan kesehatan dan
tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya.
 Praktik keperawatan sebagaimana dimaksut pada ayat (1) terdiri atas
praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
2) Pasal 21 UU keperawatan tahaun 2014, pasal 47 UU kesehatan tahun 2014 :
dalam melakukan praktek mandiri keperawatan, seorang perawat wajib
memasang papan nama praktik keperawatan.
b. Peraturan menteri kesehatan (Permenkes) No. 17 tahun 2013, antara lain:
1) Pasal 2 ayat 3 : perawat yang menjalankan praktik mandiri berpendidikan
minimal Diploma III (D III) keperawatan.
2) Pasal 3 ayat 2 : setiap perawat yang menjalankan praktik keperawatan di
praktik mandiri wajib memiliki SIPP.
3) Pasal 5A : perawat hanya dapat menjalankan praktek keperawatan maksimal
di dua tempat yaitu pada fasilitas pelayanan kesehatan dan praktek mandiri
perawat.
3. Syarat untuk melakukan praktik mandiri perawat
Menurut UU Keperawatan No. 38 tahun 2014 syarat untuk dapat melakukan
praktik mandiri perawat, yaitu:
 Perawat berpendidikan vokasi (D III) keperawatan dan profesi (Ners & Ners
spesialis).
 Perawat yang memiliki surat tanda registerasi ( STR).
Dalam UUK no. 38 tahun 2014 pasal 18 ayat 3, persyaratan pembuatan STR meliputi :
 Memiliki ijazah pendidikan tinggi keperawatan.
 Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi.
 Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental.
 Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi
 Membuat pernyatan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Perawat yang memiliki surat izin praktek perawat (SIPP). Dalam UUK no. 38 tahun 2014
pasal 19, SIPP diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan praktiknya. Untuk
mendapatkan SIPP Perawat harus melampirkan : salinan STR yang masih berlaku, Rekomendasi
dari Organisasi Profesi Perawat; dan Surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat
keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanaan Kesehatan.

4. Persiapan sebelum melakukan Praktik Mandiri Perawat.


Alat yang disiapkan sebenarnya tergantung dari kekhususan dari masing-masing
klinik sesuai bidang keahlian teman-teman, misalnya perawat yang mempunyai sertifikat
wound care dan memiliki pengalaman sebagai perawat luka, bisa membuka klinik
keperawatan luka, atau mungkin ada yang sudah mendapatkan pelatihan keperawatan
paliatif, bisa berpikir untuk membuka klinik keperawatan khusus palliative care.
Sementara itu fasilitas dasar yang harus ada adalah:
a. Perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan dan kunjungan rumah, antara lain:
Alat untuk mengukur tanda-tanda vital, timbangan, meteran badan. Alat untuk
mengukur gula darah, asam urat dan kolestero jika ingin menambahkan, tergantung
kemampuan finansial masing-masing.
b. Obat-obatan
Ingat, hanya boleh obat bebas dan obat bebas terbatas.
c. Perlengkapan administrasi, meliputi formulir catatan tindakan asuhan keperawatan
serta formulir rujukan dan formulir persetujuan tindakan keperawatan (inform
consent).

5. Kewenangan perawat dalam praktek mandiri


Melaksanakan proses keperawatan antara lain: pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
a. Merujuk pasien ke rumah sakit.
b. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompensi.Misalnya
memberikan bantuan hidup dasar,atau penanganan pertama pada keselakaan.
c. Berkolaborasi dengan dokter jika ada kasus yang tidak bisa ditangani sendiri
d. Memberikan penyuluhan kesehatan dan konseling.Contohya perawat yang sudah
memiliki sertifikat konselor laktasi,dapat memberikan konseling bagi ibi-ibu yang
mengalami masalah pada saat menyusui
e. Memberikan obat sesuai resep dokter.Pasien tuborkulosis rawat jalan yang harus
mendapatkan obat injeksi setiap hari selama dua bulan,bisa mendatangi klinik kita.
f. Memberikan obat bebas dan obat bebas terbatas

6. Hal-hal penting yang harus diperhatikan


a. Praktik keperawatan mandiri yang kita jalankan harus berdasarkan pada kode
etik,standar pelayanan,standar profesi dan standar prosedur operasional(SPO).
b. Perawat berhak menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan
kode etik,standar pelayanan,standar profesi dan standar prosedur operasional.
c. Rujuk pasien yang tidak dapat ditangani kepada perawat lain,atau tenaga kesehatan
lain yang lebih kompeten.
d. Jangan melakukan pekerjaan tenaga medis,karenakita tidak berwenang,kecuali jika
sudah ada pendelegasian tertulis dari dokter yang bersangkutan.
e. Pasien berhak memberi persetujuan atau menolak tindakan keperawatan yang akan
diterimanya,jadi sebelum melakukan tindakan apapun itu sebaiknya minta surat
persetujuan atau inform consent.
f. Dokumentasikan segala teman pengkajian,tindakan,evaluasi yang telah dilakukan
kepada pasien.
g. Jangan lupa memperpanjang SIPP dan memasang papan nama diklinik yang
dijalankan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan
untuk ditangani atau desas - desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
Tren dan isu yang sedang dibicarakan dalam keperawatan komunitas :
1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan
3. Puskesmas Idaman
Adapun masalah bidang kesehatan di Indonesia salah satunya yaitu masih
cukup tingginya perbedaan status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi dan
mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Untuk keperawatan kesehatan komunitas
di masa mendatang diprediksi bahwa kebutuhan akan pelayanan keperawatan
kesehatan komunitas yang berkualitas akan semakin meningkat.
Kegiatan praktik keperawatan komunitas meliputi tahap persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi.Area praktik keperawatan kesehatan komunitas yaitu
unit pelayanan kesehatan, rumah, sekolah, tempat kerja atau industri, barak
penampungan, kegiatan puskesmas keliling, panti atau kelompok khusus lain serta
pelayanan pada kelompok resiko tinggi. Sasaran keperawatan kesehatan
komunitas antara lain individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Prinsip dasar
dalam praktik perawatan kesehatan komunitas :
a) Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
b) Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
c) Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk
masyarakat
Pendekatan praktik keperawatan komunitas meliputi problem solving
approach, Family approach, case Approach, dan Community approach. Faktor
yang mempengaruhi praktik keperawatan komunitas anatar lain IPTEK yang baru,
pergeseran nilai masyarak, aspek legal dan etik, ekonomi serta politik.

Isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan


untuk ditangani atau desas – desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
Tren dan isu yang sedang dibicarakan dalam keperawatan komunitas. Pengaruh
politik terhadap keperawatan professional, Pengaruh perawat dalam aturan dan
praktik keperawatan Puskesmat Idaman.

Adapun masalah bidang kesehatan di Indonesia salah satunya yaitu masih


cukup tingginya perbedaan status kesehatan antara tingkat sosial ekonomi dan
mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Untuk keperawatan kesehatan komunitas
di masa mendatang diprediksi bahwa kebutuhan akan pelayanan keperawatan
kesehatan komunitas yang berkualitas akan semakin meningkat.

Kegiatan praktik keperawatan komunitas meliputi tahap persiapan,


pelaksanan dan evaluasi. Area praktik keperawatan kesehatan komunitas yaitu
unit pelayanan kesehatan, rumah , sekolah tempat kerja atau industri , barak
penampungan, kegiatan puskesmas keliling , panti atau kelompok khusus lain
serta pelayanan pada kelompok resiko tinggi. Sasaran keperawatan kesehatan
komunitas antara lain individu , keluarga , kelompok dan masyarakat. Prinsip
dasar dalam praktik perawatan kesehatan komunitas, Keluarga adalah unit utama
dalam pelayanan kesehatan masyarat, Sasaran terdiri dari individu ,keluarga ,
kelompok dan masyarakat. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan
bekerja untuk masyarakat. Pendekatan praktik keperawatan komunitas meliputi
problem solving approach, dan Community approach. Faktor yang mempengaruhi
praktik keperawatan komunitas antar lain IPTEK yang baru, pergeseran nilai
masyarakat , aspek legal dan etik, ekonomi serta politik.

B. Saran
Kami selaku penulis menyarankan kepada pada pembaca baik individu.
Serta teman- teman, agar kiranya dapat memperhatikan penulisan makalah kami.
Terima kasih semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Efendy, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
http://www.unpad.ac.id/2016/12/praktik-keperawatan-mandiri-bisa-lebih-berkembang-di-
indonesia/
Efendi, Ferry dan Makhfudli.(2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan.Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai