Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular
(PTM) seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan segera menggantikan
penyakit menular dan malnutrisi sebagai penyebab kematian dan disabilitas.
Angka kematian penyakit tidak menular (PTM) pada kasus hipertensi masih
diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang diseluruh dunia
atau sekitar 13% dari total kematian (Svealv, dkk, 2009).
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada
masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik yang lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan dua kali
pengukuran atau lebih dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat / tenang (Smeltzer, 2013). Tekanan darah bisa berubah secara tiba-tiba
dan berubah dengan cepat bahkan pada kondisi tubuh seseorang yang dalam
kondisi kesehatan optimal. Perubahan ini dipengaruhi oleh tingkat usia, stres,
etnik, jenis kelamin, variasi harian, obat-obatan, merokok, aktivitas dan berat
badan. Seseorang yang mengalami kenaikan usia atau pertambahan usia maka
semakin tinggi pula kemungkinan seseorang tersebut mengalami hipertensi atau
tekanan darah tinggi (Potter & Perry, 2010).
Berdasarkan sumber data Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun
2008 jumlah lansia tercatat 30.065 orang, pada tahun 2009 lansia tercatat
sebanyak 32.815 orang. Sedangkan berdasarkan sumber data Dinas Kesehatan
Kota Tanjungpinang, jumlah lansia pada tahun 2008 tercatat 24.433 orang, terdiri
dari 12.190 orang pralansia dan 12.243 orang lansia. Pada tahun 2009 jumlah
lansia tercatat 33.936 orang, pada tahun 2010 tercatat 44.313 orang, pada tahun
2011 jumlah lansia tercatat 44.564 orang. (Profil Dinas Kesehatan Kota
Tanjungpinang, 2011).

1
Hipertensi merupakan salah satu penyakit gangguan kardiovaskular yang
tidak bisa dipandang remeh. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner), dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Hipertensi diderita oleh satu
milliar orang di dunia dan diperkirakan pada tahun 2025 akan melonjak menjadi
1,5 milliar orang. Setiap tahun tercatat hampir 9,4 juta orang meninggal akibat
penyakit jantung dan stroke dan kejadian ini di gabungkan, kedua penyakit ini
merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia (WHO, 2013). Sedangkan di
Indonesia sendiri, prevalensi yang didapat melalui pengukuran pada umur >18
tahun sebesar 25,8% dan yang didapat melalui kuisioner terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan adalah sebesar 9,4%, yang di diagnosis sedang minum obat sebesar
9,5%. Jadi prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia adalah
sebesar 26,5% (Riskesdas, 2013). Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan
tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan. Di Indonesia, dalam rentang 2010-2013
terjadi kenaikan prevalensi hipertensi dari 8,3% menjadi 21%. Pada tahun 2015,
prevalensi hipertensi sebesar 37%. Dari 639 juta kasus di tahun 2000,
diperkirakan akan meningkat menjadi 1,15 milliar kasus di tahun 2025 (42%)
(Dewi, 2010).
Gambaran di tahun 2013 dengan mengunakan unit analisis individu
menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita
penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa
maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013). Di Provinsi Kepulauan Riau, penyakit jantung dan
pembuluh darah ini terutama hipertensi juga terus meningkat. Berdasarkan data
dari Seksi Pelayanan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011, hipertensi
menjadi urutan ke dua penyakit terbanyak berdasarkan kunjungan di Puskesmas
setelah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), yakni 18.235
kunjungan. Sedangkan penyakit terbanyak berdasarkan kunjungan rawat jalan di

2
Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011, kunjungan pasien dengan
hipertensi sebanyak 2.070, menempati urutan ke 4 setelah ISPA, cedera, dan
penyakit pulpa dan perapikal (Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 2012).
Secara garis besar pengobatan penyakit yang ada dibagi menjadi dua yaitu
pengobatan medis / farmakologi (menggunakan obat-obatan dengan bahan kimia)
dan pengobatan komplementer atau tradisional / nonfarmakologi (menggunakan
bahan-bahan alami). Salah satu terapi nonfarmakologi untuk pasien hipertensi
adalah hydrotherapy. Hydrotherapy dapat menurunkan tekanan darah jika
dilakukan secara rutin. Jenisnya antara lain adalah mandi air hangat, mengompres,
dan merendam kaki dengan air hangat. Adapun manfaat dari terapi rendam air
hangat ini adalah efek titik panas / hangat yang dapat menyebabkan zat cair, padat
dan gas mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat meningkatkan reaksi
kimia.
Pada jaringan akan terjadi metabolisme seiring dengan peningkatan
pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Secara fisiologis respon
tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah, menurunkan kekentalan darah,
menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan
meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari hangat inilah yang dipergunakan
untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh (Destia,
dkk, 2014). Rendam air hangat dapat membuat vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) sehingga diharapkan dapat mengurangi tekanan darah (Ilkafah, 2016).
Hydrotherapy dapat menurunkan tekanan darah jika terapi ini dilakukan
secara rutin. Secara ilmiah, air hangat mempunyai dampak dan faktor fisiologis
bagi tubuh terutama pada pembuluh darah, dimana hangatnya air membuat
sirkulasi darah menjadi lancar dan menguatkan otot-otot ligament yang
mempengaruhi sendi tubuh (Lalage, 2015). Sementara itu, garam dapur terdiri
atas ion sodium dan chloride yang secara pasif ditransportasikan melewati
membrane sel. Larutan garam pada konsentrasi tinggi dapat mematikan
pertumbuhan bakteri dengan cara menarik air dari sel bakteri tersebut dan

3
menyebabkan lisis. Hal ini berkaitan dengan tekanan osmosis yang tinggi dari air
garam. Larutan garam dengan temperature hangat dapat meningkatkan aliran
darah lokal sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus untuk
melihat Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan
Hipertensi menggunakan Terapi Rendam Kaki Warm Salt Water di Panti Embung
Fatimah Tanjungpinang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dari karya
tulis ilmiah ini yaitu Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Lansia
dengan Hipertensi menggunakan Terapi Rendam Kaki Warm Salt Water di Panti
Embung Fatimah Tanjungpinang.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui
apakah ada pengaruh terapi rendam kaki warm salt water pada lansia dengan
hipertensi di panti Embung Fatimah Tanjungpinang.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa/i mengetahui konsep dasar medik pada lansia dengan
hipertensi.
b. Mahasiswa/i mampu mengetahui konsep dasar keperawatan pada lansia
dengan hipertensi.
c. Mahasiswa/i mampu melakukan pengakajian pada lansia dengan
hipertensi.
d. Mahasiswa/i mampu menentukan masalah keperawatan pada lansia
dengan hipertensi.
e. Mahasiswa/i mampu mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
lansia dengan hipertensi.
f. Mahasiswa/i mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada lansia
dengan hipertensi.

4
g. Mahasiswa/i mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan sesuai
dengan tujuan.
h. Mahasiswa/i mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat dalam
teori dan kasus.
i. Mahasiswa/i mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung,
penghambat serta dapat mencari solusinya.
j. Mahasiswa/i mampu mendokumentasikan semua pelaksanaan
keperawatan yang dilakukan terhadap lansia dengan hipertensi.
D. Manfaat
Karya tulis ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam terapi warm salt water untuk
menurunkan tekanan darah tinggi.
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan terhadap
penurunan takanan darah melalui terapi warm salt water.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur terapi warm
salt water terhadap penurunan tekanan darah tinggi.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Konsep Lansia
a. Definisi Lansia
Menurut UU RI No 4 tahun 1965 lansia adalah mereka yang
berusia 55 tahun ke atas, sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut
usia dalam kehidupan bangsa batas usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih
(Fatmah, 2010).
Menua atau menjadi tua adalah satu keadaan yang pasti terjadi
pada setiap manusia dalam kehidupannya. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu
melainkan dimulai sejak manusia itu sendiri dilahirkan. Proses ini tidak
bisa dihentikan ataupun dihindari. Namun proses menua ini bisa
perlambat. Menjadi tua merupakan proses alamiah, ketika seseorang telah
melewati tiga tahap yaitu anak, dewasa dan tua. Dari ketiga tahap ini
tentunya berbeda dari sisi biologis maupun psikologisnya. Masuk kedalam
usia tua artinya seseorang akan mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi sudah mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan yang semakin lama semakin memburuk, gerakan yang
perlahan-lahan semakin lambat, dan figure tubuh yang tidak proporsional.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjalaskan
tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum proses menua di
definisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,
instrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan
untuk dapat bertahan hidup (Nugroho, 2012).

6
Menurut WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan
bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam mengahadapi stimulus dalam dan luar tubuh yang berakhir
dengan kematian.
b. Batasan Lansia
Menurut WHO dalam Nugroho (2012), batasan lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), adalah usia antara 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun

Menurut Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia), lanjut usia


merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi
empat bagian yaitu :

a. Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun


b. Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun
c. Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun
d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia
c. Tipe-tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah
sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho (2012)
adalah :
a. Tipe arif dan bijaksana, yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
b. Tipe mandiri, yaitu bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan.

7
c. Tipe tidak puas, yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses
penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.
d. Tipe pasrah, yaitu lanjut usia yang menerima dan menunggu nasib
baik.
e. Tipe bingung, yaitu lanjut usia yang kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, minder, pasif, dn kaget.
d. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat seseorang bertambah
tua. Dari ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan
makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2012) perubahan yang
terjadi pada lansia adalah sebagai berikut :
a. Perubahan Fisik
1) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, dan hati, dan jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca
indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan
dan perdegaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih
sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Penglihatan
Menurunnya lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa
lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul
sklerosis, daya membedakan warna menurun.
4) Sistem Pendengaran

8
Hilangnya atau turunnya daya pendengara, terutama pada bunyi
suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
5) Sistem Kardiovaskular
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering
ditemukan antara lain : temperature tubuh menurun, keterbatasan
reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu menigkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun
(menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,
CO2 arteri tidak berganti.
8) Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbs
menurun.
9) Sistem Genitourinaria

9
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering
terjadi atrofi vulva, selaput lendir mengering, elastisitas jaringan
menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse
berefek pada seks sekunder.
10) Sistem Endokrin
Hampir semua produksi hormon menurun (ACTH, TSH, FSH,
LH), penurunan sekresi hormon kelamin, misalnya : estrogen,
progesteron dan testosteron.
11) Sitem Integumen
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya
elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dn mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah keram dan tremor.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1) Perubahan fisik
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Hereditas
5) Lingkungan
6) Perubahan kepribadian yang dratis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
7) Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.

10
8) Kenangan lama tidak berubah.
9) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan keterampilan, psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari
faktor waktu.
c. Perubahan Psikososial
1) Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung, panik dan depresif. Hal ini disebabkan
antara lain kerena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
2) Pensiunan, kehilangan finansial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasi.
3) Sadar akan datangnya kematian.
4) Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
5) Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
6) Penyakit kronis.
7) Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
8) Gangguan syaraf panca indra.
9) Gizi
10) Kehilangan teman dan keluarga
11) Berkurangnya kekuatan fisik

Menurut Hermawati (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu


perubahan biologis, psikologis, sosiologis.

a. Perubahan biologis meliputi :


1) Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah
mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit
kelihatan mengkerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-
garis yang menetap.

11
2) Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada lanjut usia
sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C
dan asam folat, sedangkan gangguan pada indra pengecap yang
dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan
nafsu makan, penurunan indra pendengaran terjadi karena adanya
kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3) Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan
gangguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya
asupan gizi pada lanjut usia.
4) Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran
pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu
makan lanjut usia. Penurunan mobilitas usus dapat juga
menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan
wasir.
5) Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan lanjut
usia menjadi lambat, kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap
makanan dapat mengganggu aktivitas / kegiatan sehari-hari.
6) Pada lanjut usia terjadi penurunan fungsi sel otak yang
menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan
proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-
benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan
gangguan dalam menyusun rencana mengatur sesuatu,
mengurutkan daya abstraksi yang mengakibatkan kesulitan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut demensia atau pikun.
7) Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam
jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran
nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa
lelah.
8) Inkontenensia urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah
kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia

12
lanjut yang mengalami IU sering kali mengurangi minum yang
mengakibatkan dehidrasi.
b. Kemunduran Psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi yang
dihadapinya antara lain sindroma lepas jabatan, sedih yang
berkepanjangan.
c. Kemunduran Sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
dan pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status sosial
seseorang sangat penting bagi kepribadiannya didalam pekerjaan.
Perubahan status sosial usia lanjut akan membawa akibat bagi yang
bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam
menghadapi perubahan tersbut, aspek sosial ini sebaiknya diketahui
oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri
sebaik mungkin.

2. Konsep Dasar Medik


a. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal (Wijaya & Putri, 2013).
Hipertensi berkaitan dengan tekanan sistolik atau tekanan diatolik
atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90
mmHg (Brunner & Suddarth, 2005).

13
b. Klasifikasi Hipertensi
1. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi esensial (primer) merupakan 90% dari kasus penderita
hipertensi. Dimana sampai saat ini belum diketahui penyebabnya
secara pasti. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya
hipertensi esensial, seperti : faktor genetik, stres dan psikologis,
serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam
dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium). Peningkatan
tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda
hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung.
b. Hipertensi Sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat
diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan
dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder ini diantaranya
adalah kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal,
kelainan aorta, kelinan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi
insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti
kontrasepsi oral dan kortikosteroid.
2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi

Derajat Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 140-159 90-99
I
Hipertensi derajat >160 >100
II

14
3. Klasifikasi menurut WHO / ISH (International Society of
Hypertension) dalam Mubin, 2013.

Katagori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Normal <39 <85
Tinggi-normal 130-139 85
Hipertensi
- Ringan 140-139 90-99
- Borderline 140-149 90-94
- Sedang 160-179 100-109
- Berat >180 >110
Hipertensi sistolik >140 <90
Borderline 140-149 <90

c. Anatomi Fisiologi
Secara fisiologis, jantung merupakan organ utama dalam sistem
kardiovaskular. Jantung dibentuk oleh organ-organ muskular, apeks dan
basis kordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran
jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm.
berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200-425 gram dan sedikit lebih besar
dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan
dalam masa priode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara
7.571 liter darah. Posisi jantung terletak diantara kedua paru-paru dan
berada di tengah dada, bertumpu pada diafragma dan berada kira-kira 5
cm diatas processus xiphoideus.
Jantung adalah organ yang paling vital dibandingkan dengan
organ-organ yang lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung
mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ
tubuh lainnya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung

15
adalah sebagai single pompa yang memompakan darah keseluruh tubuh
untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.
Jantung dibungkus oleh lapisan yang disebut perikardium, dimana
lapisan ini dibagi lagi mejadi 3 lapisan yaitu :
a. Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
melindungi jantung ketika mengalami overdistention.
b. Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa.
c. Lapisan visceral, lapisan perikardium yang yang bersentuhan dengan
lapisan luar dari otot jantung atau perikardium.
Otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Epikardium, yaitu bagian luar otot jantung atau perikardium visceral.
b. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung
jawab atas kemampuan kontraksi jantung.
c. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung lapisan
tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat
sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada
pembuluh darah lainnya.
Katup jantung terbagi menjadi 2 bagian yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup
atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik
dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup
atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara
atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau
bikuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup
semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel
kiri dengan asenden aorta yaitu katup aorta.

16
Ada beberapa pembuluh darah besar di jantung yaitu :
a. Vena kava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
b. Vena kava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian bawah diafragma menuju atrium kanan.
d. Etiologi
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini. Berbagai
faktor diduga turut beroperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteroinisme)
dan lain-lain (Guimaraes, dkk, 2013).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar, yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita
hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang memiliki tekanan
darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi

17
lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah
tinggi lebih tinggi pada kembar identik dari pada yang kembar tidak
identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang
diturunkan untuk masalah-masalah tekanan darah tinggi.
b. Usia
Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah,
tekanan darah pun akan meningkat.
c. Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa
orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan,
orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
d. Kolestrol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah akan menyebabkan
timbunan kolestrol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat
membuat penyempitan pembuluh darah dan akibatnya tekanan darah
akan meningkat.
e. Obesitas / kegemukan
Orang yang memiliki berat badan di atas 30% berat badan ideal,
memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
f. Stres
Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan
darah tinggi.
g. Rokok
Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi.
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko diabetes, serangan
jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan yang merokok yang terus
dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan
kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-
penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
h. Kafein

18
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, maupun minuman cola bisa
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
i. Alkohol
Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah
tinggi.
j. Kurang Olahraga
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam
tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah
tinggi namun jangan melakukan olahraga yang berat jika menderita
tekanan darah tinggi.
e. Patofisiologi
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi
dengan ketidakpastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%)
memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab tunggal
yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut dengan
“hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam
pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian dapat turut berperan
dalam terjadinya hipertensi esensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan mugkin juga turut serta
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi, dan
peran mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor-faktor yang
telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan
resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf simpatis.
Pada beberapa tahun belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk
genetik, disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan endotelin dan
nitrat oksida).
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

19
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan aselkolin,
yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dn steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
pencetus keadaaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemapuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

20
dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth,
2005).
f. Manifestasi Klinis
Corwin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013) menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengakakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
g. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan modifikasi gaya
hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati
tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin, 2007). Penatalaksanaan
hipertensi dengan nonfarmakologi terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
a. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai dengan indeks massa
tubuh dengan rentang 18.5-24.9 kg/m2 (Kaplan, 2006). Indeks
massa tubuh dapat diketahui dengan membagi berat badan dengan
tinggi badan dalam meter yang telah dikuadratkan. Mengatasi
obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan dengan melakukan diet
rendah kolestrol namun kaya dengan serat dan protein dan jika

21
berhasil menurunkan berat badan 2.5-5 kg maka tekanan darah
diastolic dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg (Radmarssy, 2007).
b. Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet
rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/ hari (kira-kira 6 gr
NaCl atau 2.4 gr/hari). Jumlah yang lain dengan mengurangi
asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap
hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari,
dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan
diastolik sekitar 2.5 mmHg (Radmarssy, 2007).
c. Batasi konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat
mempunyai risiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar
dari pada mereka yang tidak minum minuman beralkohol.
d. Makanan yang mengandung K dan Ca yang cukup
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol atau 3500 mh/hari)
dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah
lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak
total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama dengan urin.
Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali
dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yang
cukup.
e. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan
timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan risiko
komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke, maka perlu dihindari mengonsumsi tembakau (rokok)
karena dapat memperberat hipertensi (Dalimatha, 2008). Nikotin

22
dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena
menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi
denyut jantung serta tekanan darah.
f. Penurunan stres
Stres memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun
jika episode stres sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan
sementara yang sangat tinggi. Menghindari stres dengan
menciptakan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi
yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
g. Terapi masase (pijat)
Menurut Dalimarha (2008), pada prinsipnya pijat yang dilakukan
pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi
dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya
dapat diminimalisir, ketika semua jalur energi terbuka dan aliran
energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain
maka risiko hipertensi dapat ditekan.
2. Pengobatan Farmakologi
1. Diuretik (Hidroklorotiazid)
Obat ini digunakan untuk mengeluarakan cairan tubuh sehingga
volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan.
2. Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat ini digunakan untuk menghambat aktivitas saraf simpatis.
3. Betabloker (Metoprolol, Propanolol, dan Atenolol)
a. Menurunkan daya pompa jantung
b. Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
c. Pada penderita diabetes melitus : dapat menutupi gejala
hipoglikemia.

23
4. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos pembuluh darah.
5. ACE inhibitor (Captopril)
a. Menghambat pembentukan zat angiotensin II
b. Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Penghambat Reseptor Angitensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor sehingga
memperingan daya pompa jantung.
7. Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Digunakan untuk menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
h. Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi,
maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam
tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut :
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja
jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak
mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahandi paru
maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau
oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke, apabila
tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan di

24
dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang
zat-zat yang tidak dibutuhkan yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan didalam tubuh.
4. Mata
Pada mata, hipertensi dapat mengakibtakan retinopati hipertensi dan
dapat menimbulkan kebutaan.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
Pengakajian pada lansia dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan
dan keterbatasan klien, sehingga intervensi yang efektif dan tepat dapat
diberikan untuk meningkatkan fungsi yang optimal, mencegah
ketidakmampuan dan ketergantungan (Mubarak, 2009).
a. Identitas Diri Klien
Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
agama, alamat, sumber informasi keluarga yang dapat dihubungi, diagnosa
medis (bila ada).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan kesehatan utama, kronologi keluhan yang terdiri dari (faktor
pencetus, timbulnya keluhan, lamanya dan upaya mengatasi), alasan
masuk panti, tanggal masuk panti.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat imunisasi, riwayat alergi (obat, makanan, binatang, dll), riwayat
kesehatan, riwayat dirawat di rumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Riwayat Psikososial dan Spiritual
Tentang menggali perasaan klien dengan menanyakan siapa orang
terdekat klien, masalah yang mempengaruhi klien, mekanisme koping
klien terhadap stres, persepsi tentang penyakit klien.

25
2) Sistem Nilai Kepercayaan
Apakah kegiatan agama yang dilakukan klien, frekuensinya berapa
kali, apakah klien percaya dengan adanya kematian.
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Klien perlu ditanya apakah ada masalah-masalah / keluhan kesehatan yang
dialami klien mengenai :
1) Pola Nutrisi
Nafsu makan, frekuensi makan, jenis makanan, kebiasaan sebelum
makan, makanan yang tidak disukai, dan berapa berat badan klien saat
ini dan satu tahun yang lalu.
2) Pola Eliminasi
Disuria, frekuensi berkemih, urin hanya menetes, dorongan untuk
terus berkemih, hematuria, poliuria, oliguria, mokturia, inkontinensia,
nyeri pada saat berkemih, keluar batu saat berkemih dan infeksi.
Defekasi : frekuensi, waktu BAB, bau feses klien, warna, konsistensi,
keluhan saat BAB, apakah ada pengalaman pemakaian laksatif.
3) Hygiene personal
Frekuensi mandi, frekuensi oral hygiene, frekuensi cuci rambut dan
menggunting kuku.
4) Istirahat dan Tidur
Frekuensi, kebiasaan tidur sehari-hari, apakah ada kesulitan saat mau
tidur.
5) Aktivitas dan Latihan
Tentang kegiatan klien sehari-hari seperti apakah klien berolahraga,
frekuensi olahraga, apakah ada keluhan saat beraktivitas.
6) Kebiasaan
Tentang kebiasaan sehari-hari, apakah klien merokok, meminum-
minuman keras, dan adanya ketergantungan obat.

26
b. Pemeriksaan Fisik
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui fungsi
tubuh klien, yaitu :
a. Keadaan umum
Kelelahan, perubahan nafsu makan, berat badan, demam, berkeringat
dimalam hari, kesulitan tidur, sering pilek dan mudah terkena infeksi,
penilaian diri terhadap status kesehatan, kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari, tingkat kesadaran secara kualitatif dan kuantitatif serta TTV.
b. Rambut
Warna rambut, adanya rontok atau tidak.
c. Mata
Perubahan penglihatan, penggunaan kaca mata, lensa kontak, nyeri, air
mata berlebihan, pruritus, pembengkakan disekitar mata, pndangan kabur,
fotopobia, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan mata yang paling akhir,
dan dampak kabur, penampilan sehari-hari.
d. Hidung dan sinus
Rinorea, rabas efitaksis, abstruksi mendengkur, nyeri pada sinus, allergen,
riwayat infeksi, dan penilaian diri pada kemampuan olfaktorius.
e. Telinga
Perubahan pendengaran, rabas, titanus, vertigo, sensitivitas pendengaran,
alat-alat proteksa, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan pling akhir,
kebiasaan perawatan telinga, dan dampak terhadap aktivitas sehari-hari.
f. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan, lesi / ulkus, serak, perubahan suara, kesulitan menelan,
pendarahan gusi, penggunaan alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal
pemeriksaan paling akhir, pola menggosok gigi, serta masalah dan
kebiasaan membersihkan gigi palsu.

27
g. Leher
Kaku pada daerah leher, nyeri / nyeri tekan, benjolan / massa, keterbatasan
gerak dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
h. Dada
Kesimetrisan bentuk dada, adanya kelainan bentuk dada, payudara :
benjolan / massa, nyeri / nyeri tekan, bengkak, keluarnya cairan dari
putting susu, pola pemeriksaan payudara.
i. Pernafasan
Batuk, sesak nafas, hemoptisis, mengi, atau alergi pernafasan, frekuensi
pernafasan, auskultasi, palpasi, perkusi dan wheezing.
j. Kardiovaskuler
Nyeri dan ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak nafas, dispneu pada
aktivitas, ortopnea, murmur, edema, varises, kaki timpang, parestisia, dan
perubahan warna kaki.
k. Gastrointestital
Disfagia, tidak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar, mual
muntah, hematemesis, perubahan nafsu makan, intolerasi makanan, ulkus,
nyeri, ikterik, benjolan atau massa, perubahan kebiaaan defekasi, diare,
konstipasi, melena, hemoroid, pendarahan rektum dan pola defekasi.
l. Genitourinaria
Disuria, frekuensi berkemih, urin hanya menetes, dorongan untuk terus
berkemih, hematuria, poliuria, oliguria, nokturia, inkontinensia, nyeri saat
berkemih, keluar batu pada saat berkemih dan infeksi.
m. Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas, spasme,
keram, kelemahan otot, masalah cara berjalan, nyeri punggung, protesa,
pola kebiasaan latihan, serta dampak pada aktivitas pada harian klien.
n. Sistem saraf pusat
Sakit kepala, kejang, sinkop / serangan jatuh, paralisis, gangguan dalam
koordinasi, tremor, parestesia, cidera kepala, dan masalah memori.

28
c. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikuler.
2. Nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung b.d
gangguan sirkulasi.
4. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan perawatan diri.

29
d. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi


1. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau TD, ukur pada kedua
penurunan curah jantung keperawatan diharapkan tidak terjadi tangan, gunakan manset dan
b.d peningkatan afterload, penurunan curah jantung / masalah teknik yang tepat.
vasokontriksi, iskemia penurunan curah jantung teratasi. 2. Catat keberadaan, kualitas
miokard, hipertropi KH : denyutan sentral dan perifer.
ventrikuler. - Berpartisipasi dalam 3. Auskultasi tonus jantung dan
aktivitas yang menurunkan bunyi nafas.
TD. 4. Amati warna kulit, kelembaban,
- Mempertahankan TD dalam suhu dan masa pengisian kapiler.
rentang yang dapat diterima. 5. Catat edema umum.
- Memperlihatkan irama dan 6. Berikan lingkungan tenang,
frekuensi jantung stabil. nyaman, kurangi aktivitas.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas
seperti istirahat ditempat tidur /
kursi.
8. Bantu melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan.
9. Lakukan tindakan yang nyaman
seperti pijatan punggung dan

30
leher.
10. Anjurkan teknik relaksasi,
panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
11. Pantau respon terhadap obat
untuk mengontrol tekanan darah.
12. Berikan pembatasan cairan
dan diit natrium sesuai indikasi.
13. Kolaborasi untuk pemberian
obat-obatan sesuai indikasi.

2. Nyeri (sakit kepala) b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan tirah baring,
peningkatan tekanan keperawatan diharapkan masalah lingkungan yang tenang, sedikit
vaskuler serebral. nyeri berkurang / teratasi. penerangan.
KH : 2. Minimalkan gangguan lingkungan
- Klien mengungkapkan tidak dan rangsangan.
adanya sakit kepala dan klien 3. Batasi aktivitas.
tampak nyaman. 4. Hindari merokok atau
menggunakan nikotin.
5. Beri obat analgesia dan sedasi
sesuai pesanan.

31
6. Beri tindakan yang
menyenangkan sesuai indikasi
seperti kompres es, posisi
nyaman, teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi, hindari
konstipasi.
3. Potensial perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan tirah baring;
perfusi jaringan : serebral, keperawatan diharapkan tidak terjadi tinggikan kepala tempat tidur.
ginjal, jantung b.d perubahan perfusi jaringan. 2. Kaji tekanan darah saat masuk
gangguan sirkulasi. KH : pada kedua lengan; tidur, duduk
- Pasien mendemonstrasikan dengan pemantau tekanan arteri
perfusi jaringan yang jika tersedia.
membaik seperti ditunjukkan 3. Pertahankan cairan dan obat-
dengan : TD dalam batas obatan sesuai indikasi.
yang dapat diterima, tidak 4. Amati adanya hiopotensi
ada keluhan sakit kepala, mendadak.
pusing, nilai-nilai 5. Ukur masukan dan pengeluaran.
laboratorium dalam batas 6. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin
normal. sesuai indikasi.
- Haluaran urin 30 ml/menit. 7. Ambulasi sesuai kemampuan;
- TTV stabil hindari kelelahan.

32
4. Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan
b.d kurangnya informasi keperawatan diharapkan masalah dari pengobatan dan prosedur.
tentang proses penyakit kurang pengetahuan dapat teratasi. 2. Jelaskan pentingnya lingkungan
dan perawatan diri. KH : yang tenang, tidak penuh dan
- Klien mengungkapkan stres.
pengetahuan dan 3. Diskusikan tentang obat-obatan :
keterampilan nama, dosis, waktu pemberian,
penatalaksanaan perawatan tujuan dan efek samping atau efek
dini. toksik.
- Melaporkan pemakaian obat- 4. Jelaskan perlunya menghindari
oabatan sesuai indikasi. pemakaian obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter.
5. Diskusikan gejala kambuhan atau
kemajuan penyulit untuk
dilaporkan dokter : sakit kepala,
pusing, pingsan, mual dan
muntah.
6. Diskusikan pentingnya
mempertahankan berat badan
stabil.
7. Diskusikan pentingnya diet

33
rendah kalori, rendah natrium.
8. Diskusikan pentingnya
menghindari kelelahan dan
mengangkat berat.
9. Jelaskan pentingnya
mempertahankan pemasukan
cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan
seperti kopi yang mengandung
kafein, teh serta alkohol.
10. Jelaskan perlunya
menghindari konstipasi dan
penahanan.

34
e. Implementasi
Tindakan keperawatan dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat. Tindakan keperawatan dilaksanakan bersama-
sama dengan klien beserta orang-orang terdekat klien berdasarkan rencana
yang telah disusun.
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, yang
mana pada tahap ini dilakukan penilaian apakah tindakan yang telah
dilaksanakan berhasil memenuhi kebutuhan klien berdasarkan respon klien
dan orang terdekat klien.
C. Konsep Terapi
1. Air Hangat
a. Definisi
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.
Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat
sirkulasi darah menjadi lancar (Lalage, 2015). Rendam air hangat
bermanfaat untuk vasodilatasi aliran darah sehingga diharapkan dapat
mengurangi tekanan darah (Ilkafah, 2016).
b. Waktu yang diperlukan untuk merendam kaki
Rendam kaki selama 20 sampai 30 menit. Air jangan terlalu panas
atau terlalu dingin. Kira-kira dalam temperatur sedang 38 derajat.
Sebaiknya gunakan ember kayu, jangan logam karena logam akan
membuat air terlalu cepat dingin. Tuang air yang cukup hingga menutupi
pergelangan kaki Anda (Indospiritual, 2015)
c. Kondisi yang tidak dianjurkan merendam kaki
Merendam kaki dalam air hangat baik untuk kebanyakan orang,
tetapi tidak semua orang dianjurkan melakukannya. Jika menderita
penyakit jantung parah, seperti angina atau tekanan darah rendah, akan
membuat anda pingsan saat kaki direndam. Merendam kaki juga tidak
dianjurkan bagi penderita diabetes karena kulit mereka akan sangat mudah

35
kebakar akibat air hangat. Saat Anda merasa sangat lapar atau baru saja
makan terlalu banyak, sebaiknya juga hindari merendam kaki Anda
(Indospiritual, 2015)
2. Garam

Menurut Subiyantoro (2001), secara fisik, garam adalah benda


padatan yang berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan
senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa
lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida,
dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik hidroskopis yang berarti
mudah menyerap air. Air garam bersifat ionik yang akan mengeluarkan racun
dengan cara memaksa racun keluar melalui kaki. Air garam hangat akan
mengeluarkan ion positif dan negatif didalam air. Larutan air garam hangat
juga terbukti dapat menurunkan edema dikarenakan sifat garam yaitu
hidroskopis atau menyerap air.

36
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A. Rancangan Studi Kasus
Karya tulis ilmiah ini menggunakan studi kasus eksperimental dengan
hasil kuantitatif. Dengan melakukan Observer untuk mengtahui hubungan tentang
tekanan darah dengan menggunakan Terapi Rendam Kaki Warm Salt Water di
Panti Embung Fatimah Tanjungpinang. Dengan melakukan pengakjian dan
melakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi.
B. Subyek Studi Kasus
Subyek studi kasus pada karya tulis ilmiah ini adalah Lansia Ny. M
berumur 77 tahun yang mengalami hipertensi di Panti Embung Fatimah
Tanjungpinang.
C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus dalam karya tulis ilmiah ini adalah Gambaran Asuhan
Keperawatan pada Lansia dengan Hipertensi menggunakan Terapi Rendam Kaki
Warm Salt Water.

D. Definisi Operasional

No Verbal Definisi Operasional Alat Ukur


.
1. Hipertensi Merupakan suatu keadaan -
dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal
dan terus menerus pada beberapa
kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan satu atau
beberapa faktor risiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya
dalam mempertahankan tekanan

37
darah secara normal.
2. Terapi Warm Salt Terapi warm salt water adalah Lembar
Water terapi menggunakan air hangat Observasi
dengan campuran garam, dimana
air hangat ini dapat membuat
vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) yang akan menyebabkan
aliran darah menjadi lancar. Air
garam sendiri bersifat
hidroskopis dimana akan dengan
cepat menarik air yang ada apa
kaki, sehingga dapat mengatasi
oedema.

E. Instrumen Studi Kasus


Instrumen dalam studi kasus ini adalah alat pengukur tekanan darah yaitu
spigmomanometer dan alat dan bahan yang digunakan adalah air hangat, garam,
baskom.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam karya tulis ilmiah ini adalah dengan
melakukan observasi (pengamatan terhadap lansia).
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Lokasi dalam studi kasus ini adalah di Panti Embung Fatimah yang berada
di km. 9 Tanjungpinang. Dan waktu studi kasus adalah mulai tanggal 3 April
2018- 6 April 2018.
H. Analisa Data dan Penyajian Data
Analisa data dalam karya tulis ilmiah ini dalah menggunakan lembar
pengkajian Keperawatan Gerontik yang khususnya atau fokusnya pada lanjut usia
(lansia) dan observasi tekanan darah menggunakan spigmomanometer.

38
Sedangkan penyajian data dalam studi kasus ini diperoleh 2 sumber data sebagai
berikut :
a. Tahap persiapan, terdiri dari :
1) Memilih dan menentukan lahan studi kasus dengan masalah yang akan
dilakukan studi kasus.
2) Melakukan observasi serta mengumpulkan data untuk studi pendahuluan .
3) Melakukan studi kepustakaan.
b. Tahap pelaksanaan
Mendapatkan izin untuk melakukan studi kasus di Panti Embung
Fatimah Tanjungpinang Tahun 2018.
1) Menentukan subyek studi kasus sesuai Kriteria yang telah ditentukan.
2) Menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur studi kasus pada klien.
3) Memberikan informant consent pada klien.
4) Mengisi data pada lembar pengkajian Keperawatan Gerontik.
5) Melakukan pengukuran TD sebelum terapi rendam kaki warm salt water.
6) Memberikan terapi Warm Salt Water pada lansia dengan hipertensi.
7) Melakukan pengukuran TD setelah terapi rendam kaki warm salt water.
8) Mengolah dan menganalisa data yang di dapat.
9) Menyusun laporan hasil studi kasus.

39
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
1. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Ny. M
Umur : 77 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan terakhir : SD
Sumber informasi : Klien dan Perawat yang ada dipanti
Keluarga yang dapat dihubungi :Tidak ada Keluarga yang bisa
dihubungi
(bila ada)
Diagnosa medis (bila ada) : Hipertensi.
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama :
Klien mengatakan kepalanya pusing. Klien mengatakan apabila
tensinya kepala akan terasa nyut-nyutan.
b. Kronologi keluhan
1) Faktor pencetus
Klien mengatakan senang dengan makanan bersantan. Dan senang
dengan makanan yang asin-asin.
2) Timbulnya keluhan
Klien merasa pusing dan berbaring saja dikamar.
3) Lamanya
Klien mengatakan lamanya pusing tidak menentu.
4) Upaya mengatasi

40
Klien mengatakan minum obat yang diberikan oleh petugas panti.
c. Alasan masuk panti
Petugas panti mengatakan klien di bawa ke panti karena ditelantarkan
oleh keluarga.
d. Tanggal masuk panti
06 Oktober 2014 jam 16.00 WIB
2. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Riwayat imunisasi
Tidak ada riwayat imunisasi
b. Riwayat alergi (obat, Makanan, binatang, lingkungan)
Tidak ada alergi obat-obatan, makanan, binatang dan lingkungan.
c. Riwayat kesehatan
Petugas panti mengatakan klien sudah mengalami hipertensi sejak
masuk panti.

d. Riwayat dirawat di Rumah Sakit


Klien mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah sakit
e. Riwayat pemakaian obat
Petugas panti mengatakan klien mengonsumsi obat darah tinggi
(Kaptopril) apabila tensinya tinggi.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat psikososial dan spritual
a. Orang yang terdekat dengan klien :
Teman-tema klien yang ada di panti
b. Masalah yang mempengaruhi klien :
Masalah yang mempengaruhi klien adalah klien takut apabila tekanan
darahnya tinggi.
c. Mekanisme koping terhadap stress :
( O ) Pemecahan masalah ( ) Minum obat
( ) Makan ( ) Cari pertolongan
( ) Tidur ( ) Lain-lain. Sebutkan :
d. Persepsi klien terhadap penyakitnya
1) Hal-hal yang dipikirkan saat ini :

41
Klien megatakan tidak ada.
2) Harapan setelah mendapat pembinaan di panti :
Harapan klien selalu diberi perhatian lebih dari petugas/perawat
panti
3) Perubahan yang dirasakan setelah masuk Panti :
Klien mengatakan lebih terawat dari pada tinggal sendiri di
Tanjungpinang.
e. Sistem nilai kepercayaan
1) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekuensi) :
Aktivitas klien selama dipanti adalah bersolawat, berdoa, makan
dan tidur.
2) Kegiatan keagamaan/kepercayaan yang ingin dilakukan selama di
panti (saat ini) :
Klien mengatakan ingin ikut pengajian bersama setiap hari jum’at.
3) Percaya adanya kematian :
Klien mengatakan percaya adanya kematian.
4. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Frekeunsi makan : 3X sehari, Sarapan pagi, makan siang, dan
makan malam.
2) Nafsu makan : Tergantung lauk yang diberikan oleh panti
3) Jenis makanan : Bubur, nasi biasa, lauk dll.
4) Makanan yang tidak disukai/ Alergi/pantangan :
Petugas panti mengatakan klien makan apa saja yang disediakan
petugas panti.
5) Kebiasaan sebelum makan:
Membaca Do’a sebelum makan dan memcuci tangan
6) Berat badan/tinggi badan(sekarang dan satu tahun yang lalu ) :
Sekarang : BB 59 Kg, TB 145 cm
1 Tahun lalu : BB 52 Kg, TB 145 cm
b. Eliminasi
1) Berkemih
a) Frekeunsi :Klien mengatakan jika banyak minum
berkemih juga banyak.

42
b) Warna : Kuning bening
c) Keluhan yang : Klien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK
berhubungan BAK.
2) Defekasi
a) Frekuensi : Klien mengatakan lancar 2X sehari
b) Waktu : Klien mengatakan pagi dan siang hari
c) Warna : Kecoklatan
d) Bau : Berbau
e) Konsistensi : Lembek
f) Keluhan yang : Tidak ada keluhan dengan defekasi
berhubungan
dengan defekasi
g) Pengalaman : tidak ada pengalaman memakai laksatif
memakai Laksatif
3) Hiegiene personal
a) Mandi
(1) Frekuensi : Klien mengatakan mandi 2X sehari
(2) Penggunaan sabun: Iya
b) Hiegiene oral
(1) Frekeunsi : 2X sehari
(2) Waktu : Pagi dan malam hari
c) Cuci rambut
(1) Frekuensi : 2X sehari
(2) Penggunaan shampo :Iya
d) Gunting kuku. Frekuensi: seminggu sekali
4) Istirahat dan tidur
a) Lama tidur (jam/hari) : Klien tidur mulai dari jam 9 sampai
jam 5 subuh.
b) Tidur siang ya/tidak : Klien mengatakan tidur siang, sekitar 1
jam
c) Kesulitan tidur malam : Tidak
5) Aktivitas dan latihan
a) Olah raga (ya/tidak) : Tidak berolahraga
b) Jenis dan fekuensi :-
c) Kegiatan waktu luang : Klien mengatakan gemar menonton TV
d) Keluhan dalam beraktivitas :
( ) Pergerakan tubuh

43
( ) Sesak nafas setelah beraktifitas
( ) Mengenakan pakaian ( ) Mandi
( ) Bersolek ( O) Lain-lain : tidak ada keluhan
6) Kebiasaan
a) Merokok : Klien Tidak merokok
b) Minuman keras : Klien Tidak meminum minuman keras
c) Ketergantungan obat : Klien tidak ada ketergantungan obat
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak sehat dan baik
Tanda-tanda vital : TD :140/80
mmHg, N : 67x/m, RR : 21x/m,
T : 36, 2 C.
b. Rambut : Hitam sedikit beruban, dan lembab.
c. Mata : Tidak ada masalah dengan mata.
d. Hidung dan sinus : Bersih tidak ada masalah dengan sinus
e. Telinga : Bersih, tidak ada peradangan dan simetris
f. Mulut dan tenggorokan :Bersih tidak ada tanda-tanda peradangan
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
h. Dada : Tampak simetris
i. Payudara : Tampak simetris tidak ada kelainan bentuk
j. Pernafasan : Tidak ada masalah dengan pernafasan
k. Kardiovaskuler :Tidak ada masalah dengan Karidovaskuler
l. Gastrointestinal : Tidak ada masalah dengan lambung
m. Genitourinaria : Tidak ada masalah pada Genitourinaria
n. Muskuloskeletal :Tidak ada masalah dengan Muskuloskeletal
6. Pengkajian status mental
a. Daya orientasi :
(waktu, orang, dan tempat)
b. Daya ingat : Daya ingat klien masih bagus
c. Kontak mata : Bagus
d. Afek : Klien sangat ingin bertenu dengan
anaknya.
7. Pengkajian status fungsional (Indeks Katz).
1. Mandi : Mandiri
2. Berpakaian : Mandiri
3. Toileting : Mandiri
4. Kontinen : Mandiri

44
5. Berpindah : Mandiri
6. Makan : Mandiri
Tingkat kemandirian lansia : Klien sangat mandiri.
8. Pengkajian status kognitif/Afektif
a. Short Portable Mental Status Quetionnare (SPMSQ)
Instruksi : ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar, dan catat jawabannya.
1) Tanggal berapa hari ini (hari, tanggal, tahun)? : Klien mengatakan
hari ini tanggal 19.
2) Hari apa sekarang : Klien mengatakan hari minggu.
3) Apa nama tempat ini ? : klien mengatakan nama tempat
ini adalah panti
4) Berapa nomor telp anda (jika memiliki) atau nama alamat anda :
Klien mengatakan tidak tau.
5) Berapa umur anda : 52 tahun.
6) Kapan anda lahir : klien mengatakan tidak ingat
kapan lahir.
7) Presiden sekarang ? : klien tidak tau siapa presiden
sekarang.
8) Siapa presiden sebelumnya ? : klien tidak tau siapa presdien
sebelumnya.
9) Siapa nama kecil ibu anda ? : klien menjawab mul
10) Kurangi 3 dari 20 dan terus kurangi dari masing-masing hasil
angkanya sampai habis.

Jumlah kesalahan :4
Jumlah kesalahan total : 4
b. Mini Mental State Exam (MMS)
Hasil : Kerusakan Intelektual Ringan
Kriteria penilaian :
 Kesalahan 0 – 2 : Fungsi intelektual utuh.
 Kesalahan 3 – 4 : Kerusakan intelektual ringan.
 Kesalahan 5 – 7 : Kerusakan intelektual sedang.
 Kesalahan 8 – 10 : Kerusakan intelektual berat.
c. Mini Mental State Exam (MMSE)

No Nilai Nilai Nilai Pengkajian


Maks
1 5 1 Orientasi (tahun, musim, tanggal, hari, bulan apa
sekarang)

45
2 5 3 Dimana sekarang (negara, wilayah, kota, rumah
sakit, lantai)
3 3 3 Registrasi (nama 3 objek (1 detik untuk setiap
objek)
4 5 5 Perhatian dan kalkulasi (mulai dari angka 100
dan hitung mundur setiap angka) atau eja huruf
dari belakang)
5 3 3 Mingingat (minta untuk mengulang nama ketiga
objek dan minta klien untuk menemani objek
tersebut
6 2 2 Bahasa (diperlihatkan 2 objek dan minta klien
untuk menamai objek tersebut)
7 1 1 Pengulangan (minta klien untuk mengulangi
nama benda yang anda sebutkan
8 3 3 Ikuti perintah 3 langkah (ambil secarik kertas
dengan tangan kanan anda dan lipat menjadi dua,
minta lansia untuk melakukannya
9 1 - Baca dan ikuti perintah inti (perlihatkan bahan2
tertulis)
10 1 1 Tulis satu kalimat
11 1 - Menyalin gambar

Nilai Total : 22 Normal

a. Inventaris
Penilaian : Depresi Beck (IDB

3  Saya
20 – 30merasa: Normal.
sangat tidak bahagia atau sedih sampai tidak
 < 21 : Kerusakan kognitif (demensia, depresi,
tertahankan.
Gangguan kognitif).

2 Saya merasa sedih sepanjang waktu.

1 1 Saya sering kali merasa sedih.

0 Saya tidak merasa sedih

2). Pesimis

46
3 Saya merasa masa depan saya tidak ada harapan dan akan
semakin buruk

2 Saya merasa segala sesuatu tidak berjalan dengan baik bagi


saya

1 Saya merasa lebih meragukan masa depan saya disbanding


biasanya

0 0 Saya tidak meragukan masa depan saya

3). Kegagalan masa lalu

3 Saya merasa gagal sama sekali (betul-betul gagal)

2 Saya melakukan banyak kegagalan di masa lalu

1 Saya telah gagal lebih dari yang seharusnya

0 0 Saya tidak merasa gagal

4). Kehilangan gairah

3 Saya tidak mendapatkan kesenangan sama sekali dari hal-hal


yang biasanya bisa saya nikmati

2 Saya hanya mendapatkan sangat sedikit kesenangan dari hal-hal


yang biasanya bisa saya nikmati

1 1 Saya tidak menikmati sesuatu seperti biasanya

0 Saya mendapatkan kesenangan dari hal-hal yang saya lakukan

47
5). Perasaan bersalah

3 Saya merasa bersalah setiap saat

2 Saya sering merasa bersalah

1 Saya merasa bersalah atas banyak hal yang telah atau


seharusnya saya lakukan

0 0 Saya sama sekali tidak merasa bersalah

6). Perasaan dihukum

3 Saya merasa bahwa saya sedang dihukum

2 Saya yakin bahwa saya akan dihukum

1 Saya merasa bahwa mungkin saya akan dihukum

0 0 Saya tidak merasa bahwa saya sedang dihukum

7). Tidak menyukai diri sendiri

3 Saya benci pada diri sendiri

2 Saya merasa kecewa pada diri sendiri

1 Saya kehilangan kepercayaan pada diri sendiri

0 0 Saya tidak merasa kecewa pada diri sendiri

48
8). Mengkritik diri sendiri

3 Saya menyalahkan diri sendiri untuk semua hal-hal buruk yang


terjadi

2 Saya mengkritik diri sendiri atas semua kesalahan yang saya


lakukan

1 Saya mengkritik diri sendiri lebih dari biasanya

0 0 Saya tidak mengkritik atau menyalahkan diri sendiri lebih dari


biasanya

9). Pikiran-pikiran atau keinginan bunuh diri

3 Saya akan bunuh diri seandainya ada kesempatan

2 Saya ingin bunuh diri

1 Saya berpikir untuk bunuh diri, tetapi hal itu tidak akan saya
lakukan

0 0 Saya tidak berpikir untuk bunuh diri

10). Menangis

3 Rasanya saya ingin sekali menangis tetapi tidak bisa

2 Saya menangis bahkan untuk masalah-masalah kecil

1 1 Saya lebih sering menangis disbanding biasanya

0 Saya tidak menangis lagi seperti biasanya

49
11). Gelisah

3 Saya sangat gelisah sehingga harus senantiasa bergerak atau


melakukan sesuatu

2 Saya sangat tertekan dan gelisah sampai sulit untuk berdiam


diri

1 Saya merasa lebih mudah gelisah atau tertekan disbanding


biasanya

0 0 Saya tidak lagi merasa gelisah atau tertekan dibandingkan


biasanya

12). Kehilangan Minat

3 Saya tidak berminat akan apapun

2 Saya kehilangan hampir seluruh minat saya untuk berelasi


dengan orang lain atau terhadap sesuatu

1 Saya kurang berminat untuk berelasi dengan orang lain atau


terhadap sesuatu dibandingkan biasanya

0 0 Saya tidak berminat akan apapun

13). Sulit mengambil keputusan

3 Saya sangat mengalami kesulitan setiap kali mengambil


keputusan

2 Saya lebih banyak mengalami kesulitan dalam mengambil


keputusan disbanding biasanya

1 1 Saya agak sulit mengambil keputusan dibanding biasanya

50
0 Saya dapat mengambil keputusan sebagaimana yang biasanya
saya lakukan

14). Merasa tidak layak

3 Saya merasa sama sekali tidak layak

2 Saya merasa lebih tidak layak dibanding orang lain

1 Saya merasa tidak layak dan tidak berguna dibandingkan


biasanya

0 0 Saya merasa layak

15). Kehilangan tenaga (semangat)

3 Saya tidak memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan


apapun

2 Saya tidak memiliki tenaga yang cukup untuk berbuat banyak

1 1 Saya memiliki tenaga lebih sedikit dibanding yang seharusnya


saya miliki

0 Saya memiliki teanga (semangat) seperti biasanya.

16). Perubahan pola tidur

3 a. Saya tidur hampir sepanjang hari


b. Saya bangun 1-2 jam lebih awal dan tidak dapat tidur

51
kembali
(pilihan b)

2 a. Saya tidur jauh lebih lama dari biasanya


b. Saya tidur sangat kurang dari biasanya
(pilihan b)

1 a. Saya tidur lebih dari biasanya


b. Saya tidur kurang dari biasanya
(pilihan b)

0 0 Saya tidak mengalami perubahan apapun dalam pola tidur saya

17). Mudah Marah

3 Saya mudah marah sepanjang waktu

2 Saya jauh lebih mudah marah dibanding biasanya

1 1 Saya lebih mudah marah dibanding biasanya

0 Saya tidak lebih mudah marah seperti biasanya

18). Perubahan selera makan

3 a. Saya ingin makan setiap waktu


b. Saya tidak punya selera makan sama sekali
(pilihan a)

2 a. Selera makan saya sangat kurang dibanding biasanya


b. Selera makan saya sangat lebih dibanding biasanya
(pilihan b)

52
1 a. Selera makan saya kurang dari biasanya
b. Selera makan saya lebih dari biasanya
(pilihan b)

0 0 Selera makan saya tidak berubah (tidak lebih buruk) dari


biasanya

19). Sulit berkonsentrasi

3 Saya merasa saya tidak mampu berkonsentrasi dalam semua hal

2 Saya sangat sulit untuk tetap memusatkan pikiran terhadap


sesuatu dalam jangka waktu yang panjang

1 Saya tidak mampu berkonsentrasi seperti biasanya

0 0 Saya mampu berkonsentrasi seperti biasanya

20). Capek atau kelelahan

3 Saya terlalu capek atau lelah untuk melakukan hampir semua


hal yang biasanya saya lakukan

2 Saya merasa capek atau lelah untuk melakukan banyak hal


yang biasanya saya lakukan

1 Saya lebih mudah capek atau lelah dari biasanya

0 0 Saya tidak lebih capek atau lelah dibanding biasanya

21). Kehilangan gairah seksual

3 Gairah seksual saya hilang sama sekali

53
2 Saya menjadi sangat kurang berminat pada aktivitas seksual saat ini

1 1 Gairah seksual saya berkurang, tidak seperti biasanya

0 Saya tidak melihat adanya perubahan pada gairah seksual saya

Nilai Total :7

Penilaian :
0–4 : Depresi tidak ada atau minimal.
5–7 : Depresi Ringan.
 8 – 15 : Depresi Sedang.
 ≥ 16 : Depresi Berat.
1. Pengkajian fungsi sosial
APGAR Keluarga

Selalu Kadan Hampi


(2) g- r tidak Pernyataan
kadang pernah
(1) (0)
1 Saya puas dapat kembali pada
keluarga (teman) saya untuk
membantu pada saat sesuatu
menyusahkan saya (adaptasi)
0 Saya puas dengan cara keluarga
(teman) saya membicarakan sesuatu
dan mengungkapkan masalah dengan
saya (hubungan)
1 Saya puas bahwa keluarga (teman)
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas (pertumbuhan)

1 Saya puas dengan cara keluarga


(teman) saya menerima dan

54
mendukung keinginan saya (afek)
1 Saya puas dengan cara teman saya dan
saya menyediakan waktu bersama-
sama

Nilai Total :4

Penilaian :
 < 3 : Disfungsi Keluarga yang sangat tinggi.
 4–6 : Disfungsi Keluarga Sedang

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 Data Subjektif : Peningkatan Resiko penurunan
- Klien mengatakan agak afterload curah jantung
sedikit pusing, tapi tidak
terlalu pusing.
- Petugas panti mengatakan
klien mengonsumsi obat
tekanan darah tinggi yaitu

55
kaptopril.

Data Objektif :
- Dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital
- TD : 151/80 mmHg
- N : 67 x/m
- RR : 21 x/m
- S : 36,2 0C
- Tidak ada edema.
- Wajah klien tampak
sedikit mengkerut.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
2 Data Subjektif : Kurangnya Kurangnya pengetahuan
- Klien mengatakan tidak informasi tentang
tau tentang darah tinggi. penyakit.
- Klien mengatakan takut
kalau tensinya tinggi.
- Klien mengatakan suka
dengan makanan yang
bersantan dan asin.

Data Objektif :
- Klien selalu bertanya
pada perawat
mengenai tekanan
darah tinggi.
- Klien tampak
kebingungan.

ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH

56
. KEPERAWATAN
3. DS :
- Klien mengatakan
pusing dan kaku di
daerah tengkuk.
DO :
- Klien tampak
meringis.
- Mata klien tampak
merah dan kurang
bercahaya, tampak
kacau.
- Skala nyeri 4
- TTV
TD : 151 / 80 mmHg
-

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan


2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit.
3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
pengingkatan afterload.

57
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. M
Usia : 77 tahun

No Dx Kep Tujuan/kriteria hasil Intervensi


1 Resiko tinggi terhadap Tujuan : 1. Pantau tekanan darah, ukur, dan gunakan
penurunan curah jantung - Setelah dilakukan tindakan manset dan teknik yang tepat.
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 2. Catat adanya edema umum.
peningkatan afterload. diharapkan afterload tidak 3. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman,
meningkat, tidak terjadi kurangi aktivitas.
vasokontriksi, tidak terjadi iskemia 4. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti
miokard. istirahat ditempat tidur.
Kriteria hasil : 5. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri
- Berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kebutuhan.
yang menurunkan TD. 6. Lakukan tindakan yang nyaman seperti
- Mempertahankan TD dalam pijatan punggung dan leher.
rentang yang dapat diterima. 7. Berikan pembatasan cairan dan diit
- Memperlihatkan irama dan natrium sesuai indikasi.
frekuensi jantung yang stabil. 8. Lakukan terapi rendam kaki warm salt
water

58
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. M


Usia : 77 tahun

No Dx Kep Tujuan/kriteria hasil Intervensi


2 Kurangnya pengetahuan Tujuan : 1. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari
berhubungan dengan kurangnya - Setelah dilakukan tindakan pengobatan dan prosedur.
informasi tentang penyakit. keperawatan selama 3x24 jam 2. Jelaskan pentingnya lingkungan yang
diharapkan klien terpenuhi dalam tenang, tidak penuh dengan stres.
informasi tentang hipertensi. 3. Diskusikan tentang obat-obatan : nama,
Kriteria hasil : dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
- Klien mengungkapkan pengetahuan samping atau efek toksik.
dan keterampilan penatalaksanaan 4. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian
perawatan dini. obat bebas tanpa pemeriksaan dokter.
- Melaporkan pemakaian obat-obatan 5. Diskusikan pentingnya mempertahankan
yang sesuai pesanan. berat badan stabil.
6. Diskusikan pentingnya menghindari
kelelahan dn mengangkat berat.
7. Diskusikan perlunya diet rendah kalori,
rendah natrium sesuai pesanan.
8. Jelaskan pentingnya mempertahankan
pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi
yang mengandung kafein, teh serta alkohol.

59
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. M


Usia : 77 tahun

No Dx Kep Tujuan/kriteria hasil Intervensi


3. Nyeri akut berhubungan dengan Tujuan : 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Setelah dilakukan intervensi yang meliputi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
diharapkan nyeri berkurang. atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
Kriteria hasil : 2. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang
- Nyeri terkontrol dapat mencetuskan atau meningkatkan
- Klien mengungkapkan tidak nyeri (misalnya, ketakutan, kelelahan,
adanya sakit kepala dan tampak keadaan monoton dan kurang pengetahuan).
nyaman. 3. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
(seperti, biofeed-back, TENS, hypnosis,
relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi
musik, terapi bermain, terapi aktivitas,
akupressur, aplikasi panas dingin dan
pijatan, sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan, ketika melakukan aktivitas
yang menimbulkan nyeri; sebelum nyeri
terjadi atau meningkat; dan bersamaan
dengan tindakan penurun rasa nyeri
lainnya).
4. Dukung istirahat / tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri.
5. Minimalkan gangguan lingkungan dan

60
rangsangan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. M


Usia : 77 tahun

DIAGNOSA HARI / JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
Resiko tinggi Selasa 09.00 1. Melakukan pegukuran TTV Subjektif :
terhadap penurunan 27-feb WIB Hasil : - Klien mengatakan tidak pusing lagi.
curah jantung 2018 TD : 140/80 mmHg. - Klien mengatakan enak setelah
berhubungan dengan N : 67 x/menit dilakukan rendam kaki dan pijatan di
peningkatan 09.10 RR : 21 x/menit. punggung dan leher.
afterload. WIB S : 36.2 0C - Klien mengatakan merasa nyaman.
2. Mencatat adanya edema umum.
Hasil : tidak ada edema. Objektif :
09.30 - Klien tampak tersenyum.
WIB 3. Memberikan terapi rendam kaki warm - Klien tampak nyaman diberikan terapi
salt water rendam kaki warm salt water.
Hasil : klien merasa nyaman. Klien - Tekanan darah klien turun dari 140/80
09.45 mengatakan “enak tenan, mantep” mmHg menjadi 130/78 mmHg setelah
WIB 4. Melakukan pijatan punggung dan dilakukan terapi rendam kaki warm
leher. salt water selama 30 menit.
Hasil : klien mengatakan “makasih ya Assessment :
ndok” senyum pada perawat. Masalah resiko penurunan curah jantung
5. Melakukan pengukuran TTV setelah teratasi.
10.00 selesai melakukan terapi warm salt Planning :
WIB water. Intervensi dihentikan.
Hasil :
- TD : 130/78 mmHg

61
- N : 62x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 36.2 0C
12.00
WIB

62
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. M


Usia : 77 tahun

DIAGNOSA HARI / JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
Kurangnya Selasa 09.15 1. Menjelaskan sifat penyakit dan Subjektif :
pengetahuan 27-feb WIB penyebab yang dapat membuat - Klien mengatakan mengerti sedikit
berhubungan dengan 2018 tekanan darah tinggi. tentang tekanan darah tinggi.
kurangnya informasi 10.15 Hasil : klien mengangguk dan Objektif :
mengenai penyakit. WIB senyum. Klien masih tampak sedikit bingung
2. Menjelaskan pentingnya lingkungan dengan apa yang dijelaskan perawat.
yang tenang, tidk penuh dan stres.
10.30 Hasil : klien mengangguk dan
WIB senyum.
3. Menganjurkan klien untuk Assessment :
menghindari kelelahan dan Masalah kurangnya pengetahuan teratasi
10.45 mengangkat yang berat. sebagian.
WIB Hasil : Planning :
Klien mengatakan tidak pernah Intervensi dilanjutkan.
mengangkat yang berat berat selama
disini.
4. Menganjurkan klien untuk
mempertahankan berat badan yang
stabil.
Hasil : klien mengatakan iya dan
sambil tersenyum.
5. Menjelaskan pada klien untuk tidak
meminum obat bebas tanpa

63
pemeriksaan dokter.
Hasil :
Klien mengatakan hanya minum obat
dari petugas panti.

64
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. M

Umur : 77 Tahun

DIAGNOSA HARI / JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
1. Resiko tinggi Kamis, 5 09.00 1. Melakukan pegukuran TTV Subjektif :
terhadap April WIB Hasil : - Klien mengatakan tidak pusing lagi.
penurunan curah 2018. TD : 135/70 mmHg. - Klien mengatakan enak setelah
jantung N : 70 x/menit dilakukan rendam kaki dan pijatan di
berhubungan 09.10 RR : 20 x/menit. punggung dan leher.
dengan WIB S : 36.6 0C - Klien mengatakan merasa nyaman.
peningkatan 2. Mencatat adanya edema umum.
afterload. Hasil : tidak ada edema. Objektif :
09.30 - Klien tampak tersenyum.
WIB 3. Memberikan terapi rendam kaki warm - Klien tampak nyaman diberikan terapi
salt water rendam kaki warm salt water.
Hasil : klien merasa nyaman. Klien - Tekanan darah klien turun dari 135/70
09.45 mengatakan “enak tenan, mantep” mmHg menjadi 125/66 mmHg setelah
WIB 4. Melakukan pijatan punggung dan dilakukan terapi rendam kaki warm
leher. salt water selama 30 menit.
Hasil : klien mengatakan “makasih ya Assessment :
ndok” senyum pada perawat. Masalah resiko penurunan curah jantung
5. Melakukan pengukuran TTV setelah teratasi.
10.00 selesai melakukan terapi warm salt Planning :
WIB water. Intervensi dihentikan.
Hasil :
- TD : 125/66 mmHg
- N : 68x/menit

65
- RR : 20x/menit
- S : 36.6 0C
12.00
WIB

IMPLEMENTSI KEPERAWATAN

66
Nama Klien : Ny. M
Umur : 77 Tahun
DIAGNOSA HARI / JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI
KEPERAWATAN TANGGAL
2. Kurangnya Kamis, 5 09.15 1. Menjelaskan sifat penyakit dan Subjektif :
pengetahuan April WIB penyebab yang dapat membuat - Klien mengatakan mengerti sedikit
berhubungan 2018 tekanan darah tinggi. tentang tekanan darah tinggi.
dengan 10.15 Hasil : klien mengangguk dan Objektif :
kurangnya WIB senyum. Klien masih tampak sedikit bingung
informasi 2. Menjelaskan pentingnya lingkungan dengan apa yang dijelaskan perawat.
mengenai yang tenang, tidk penuh dan stres.
penyakit. 10.30 Hasil : klien mengangguk dan Assessment :
WIB senyum. Masalah kurangnya pengetahuan teratasi
3. Menganjurkan klien untuk sebagian.
menghindari kelelahan dan Planning :
10.45 mengangkat yang berat. Intervensi dilanjutkan.
WIB Hasil :
Klien mengatakan tidak pernah
mengangkat yang berat berat selama
disini.
4. Menganjurkan klien untuk
mempertahankan berat badan yang
stabil.
Hasil : klien mengatakan iya dan
sambil tersenyum.
5. Menjelaskan pada klien untuk tidak
meminum obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter.
Hasil :
Klien mengatakan hanya minum obat

67
dari petugas panti.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

68
Nama Klien : Ny. M

Umur : 77 Tahun

DIAGNOSA HARI / JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
1. Resiko tinggi Jum’at, 6 09.00 1. Melakukan pegukuran TTV Subjektif :
terhadap April WIB Hasil : - Klien mengatakan tidak pusing lagi.
penurunan curah 2018 TD : 141/70 mmHg. - Klien mengatakan enak setelah
jantung N : 63 x/menit dilakukan rendam kaki dan pijatan di
berhubungan 09.10 RR : 21 x/menit. punggung dan leher.
dengan WIB S : 36.4 0C - Klien mengatakan merasa nyaman.
peningkatan 2. Mencatat adanya edema umum.
afterload. Hasil : tidak ada edema. Objektif :
09.30 - Klien tampak tersenyum.
WIB 3. Memberikan terapi rendam kaki warm - Klien tampak nyaman diberikan terapi
salt water rendam kaki warm salt water.
Hasil : klien merasa nyaman. Klien - Tekanan darah klien turun dari 141/70
09.45 mengatakan “enak tenan, mantep” mmHg menjadi 138/52 mmHg setelah
WIB 4. Melakukan pijatan punggung dan dilakukan terapi rendam kaki warm
leher. salt water selama 30 menit.
Hasil : klien mengatakan “makasih ya Assessment :
ndok” senyum pada perawat. Masalah resiko penurunan curah jantung
5. Melakukan pengukuran TTV setelah teratasi.
10.00 selesai melakukan terapi warm salt Planning :
WIB water. Intervensi dihentikan.
Hasil :
- TD : 138/52 mmHg
- N : 59x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 36.4 0C

69
12.00
WIB

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. M

70
Umur : 77 Tahun

DIAGNOSA HARI / JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
2. Kurangnya Jum’at, 06 09.15 6. Menjelaskan sifat penyakit dan Subjektif :
pengetahuan April WIB penyebab yang dapat membuat - Klien mengatakan mengerti tentang
berhubungan 2018. tekanan darah tinggi. tekanan darah tinggi.
dengan 10.15 Hasil : klien mengangguk dan Objektif :
kurangnya WIB senyum. - Klien masih tampak mengerti
informasi 7. Menjelaskan pentingnya lingkungan dengan apa yang disampaikan oleh
mengenai yang tenang, tidk penuh dan stres. perawat.
penyakit. 10.30 Hasil : klien mengangguk dan - Klien tampak tenang.
WIB senyum.
8. Menganjurkan klien untuk
menghindari kelelahan dan Assessment :
10.45 mengangkat yang berat. Masalah kurangnya pengetahuan teratasi
WIB Hasil : sebagian.
Klien mengatakan tidak pernah Planning :
mengangkat yang berat berat selama Intervensi dilanjutkan.
disini.
9. Menganjurkan klien untuk
mempertahankan berat badan yang
stabil.
Hasil : klien mengatakan iya dan
sambil tersenyum.
10. Menjelaskan pada klien untuk tidak
meminum obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter.
Hasil :
Klien mengatakan hanya minum obat
dari petugas panti.

71
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas mengenai kesenjangan yang terdapat


pada teori dan kasus yang didapatkan dalam melakukan penerapan asuhan
keperawatan pada Ny.D untuk Mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Hipertensi di Ruang dahlia RSUD kota Tanjungpinang tahun 2018.
Selama tiga hari perawatan dimulai dari tanggal 17 April 2018 melalui asuhan
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi,
evaluasi.
A. Pengkajian keperawatan
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan
darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan, hipertensi yang dialami klien
merupakan hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak dapat diketahui secara
pasti penyebabnya. Namun secara teoritis ada beberapa faktor seperti faktor
genetic, stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (penggunaan
garam). Dari pengkajian yang didapat ditemukan bahwa klien mengalami depresi
ringan. Hal ini tentunya juga mempengaruhi tekanan darah. Kondisi stres dapat
meningkatkan produksi hormon kortisol dan adrenalin dimana hormon ini dapat
meningkatkan kerja jantung.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori ada 4 diagnosa yang muncul,
sedangkan pada kasus penulis mendapatkan 2 diagnosa yaitu resiko tinggi
penurunan curah jantung dan kurangnya pengetahuan. Yang kami tidak temukan
dikasus yaitu ada 2 diagnosa yaitu : nyeri (sakit kepala) dan potensial perubahan

72
perfusi jaringan. Karena saat kami melakukan pengkajian tidak ditemukan data
yang dapat menunjang untuk ditegakkannya diagnosa tersebut.
Factor pendukung yang kami temukan dalam menegakkan diagnosa yaitu
adanya data-data yang menunjang dan mengacu pada diagnosa tersebut.
C. Intervensi keperawatan
Intervensi yang ada sesuai dengan intervensi yang ada di teori dan kasus
dari diagnosa yang kami tegakkan dikasus. Tujuan sudah sesuai dan kriteria hasil
juga sudah sesuai dengan yang ada diteori.
Dalam membuat intervensi factor pendukung yang penulis dapatkan yaitu
tersedianya referensi asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi serta
bimbingan yang intensif dari dosen serta petugas panti sehingga memudahkan
kami dalam menyusun intervensi keperawatan. Factor penghambat yang kami
temukan yaitu terbatasnya pengalaman dalam membuat intervensi keperawatan
pada klien dengan Hipertensi.
D. Implementasi keperawatan
Pada tahap pelaksanaan diagnosa prioritas risiko tinggi penurunan curah
jantung. Pelaksanaan yang sesuai dengan kasus yaitu mengukut tanda-tanda vital,
Menciptakan lingkungan yang nyaman, dan melakukan terapi rendam kaki warm
salt water.
Diagnosa kedua yaitu kurangnya pengetahuan pelaksanaan yang sesuai
dengan kasus yaitu menjelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan
prosedur, menjelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dan stres.
Factor pendukung yang kami temukan yaitu klien kooperatif dalam setiap
pelaksanaan yang kami lakukan.
E. Evaluasi keperawatan
Pada tahap evaluasi kami membuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
yang terdapat pada intervensi selama dalam melakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari kami mengevaluasi tiap-tiap diagnosa.
Factor pendukung yang kami temukan adanya keterbukaan dari klien
mengenai kondisi yang dirasakan.

73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan beberapa bab mengenai gambaran asuhan
keperawatan pada Klien dengan Hipertensi dengan menggunakan Terapi Rendam
Kaki Warm Salt Water di Panti Embung Fatimah Tanjungpinang yang dimulai
dengan pengkajian sampai dengan tahap evaluasi, maka dengan ini penulis
menarik kesimpulan :
1. Hipertensi merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah lebih
dari 140 mmHg untuk sistol dan lebih dari 90 mmHg untuk diastol. Hipertensi
merupakan pembunuh atau penyebab kematian secara diam-diam. Pada kasus
hipertensi yang saya ambil memungkinkan adanya masalah kesehatan
diantaranya, resiko tinggi penurunan curah jantung dan kurangnya
pengetahuan.
2. Dari hasil pengkajian melalui observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik
maka didapatkan data baik subjektif dan objektif yang menunjang untuk
menegakkan masalah keperawatan kepada Ny. M.
3. Dari hasil pengukuran TD selama 3 hari didapatkan penurunan setelah
dilakukannya terapi warm salt water selama 30 menit, hari pertama sebelum
dilakukan terapi TD klien adalah 143/80 mmHg, dan setelah dilakukan terapi
tekanan darah klien adalah 130/78 mmHg. Pada hari kedua, sebelum
dilakukan terapi, TD klien adalah 135/70 dan setelah dilakukan terapi sebesar
125/66 mmHg. Pada hari ketiga sebelum dilakukan terapi TD klien sebesar
141/71 mmHg menjadi 138/52 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh dari terapi warm salt water terhadap tekanan darah klien. Setidaknya
terjadinya penurunan kurang lebih 10 mmHg untuk sistol dan kurang lebih 5
mmHg untuk diastol.
4. Diagnosa keperawatan yang muncul :

74
a) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload.
b) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit.
5. Perencanaan yang telah ditetapkan oleh penulis meliputi prosedur data seperti
pendidikan kesehatan serta melakukan terapi warm salt water pada Ny. M.
6. Pelaksanaan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun dan semua
rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik.
7. Hasil evaluasi didapatkan bahwa 1 masalah teratasi dengan baik dan 1
masalah teratasi sebagian karena masalah tersebut butuh penanganan dan
waktu yang cukup lama. Evaluasi keperawatan yang dilakukan dari hasil
pelaksanaan yaitu Ny. M merasa nyaman dengan dilakukannya terapi warm
salt water.
8. Kesenjangan yang penulis temukan terdapat perbedaan diantara diagnosa teori
dan diagnosa yang penulis temukan di kasus.

B. Saran
1. Klien
Diharapkan kepada klien Ny. M mampu mempertahankan cara
perawatan terhadap diri sendiri serta mampu mengubah pola hidup klien
menjadi lebih baik.
2. Tenaga Kesehatan
Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif baik bio-psiko-sosio dan cultural khususnya
bagi lanjut usia di Panti Embung Fatimah Tanjungpinang.
3. Institusi Pendidikan
Bagi pendidikan hendaknya menyedikan segala literatur yang lebih
lengkap, terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan gerontik untuk
hipertensi, sehingga dalam pembuatan asuhan keperawatan dapat lebih
sempurna dan bermanfaat.

75
4. Mahasiswa / mahasiswi
Untuk mahasiswa/i yang akan menyusun karya tulis ilmiah
selanjutnya, agar lebih mendalam lagi untuk melakukan pengkajian terkait
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi pada lansia, dan
melakukan beberapa tindakan keperawatan berupa terapi komplementer yang
berkaitan dengan penatalaksanaan penyakit tersebut agar tujuan yang sudah
ditetapkan tercapai dengan sempurna.

76
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Destia, D., Umi, A., Priyanto. 2014. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat Pada Penderita Hipertensi di Desa
Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.

Dewi & Familia. 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi. Jakarta : Pustaka
Nasional.

Lalage, Z. 2015. Hidup Sehat Dengan Terapi Air. Klaten : Abata Press.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga.

Guimaraes, dkk. 2013. Effect of short term heated water-based exercise training on
systemic blood pressure in patients with resistant hypertension: a pilot study.
Blood Pressure Monitoring. 18 (6), 342-345.

Ilkafah, I. (2016). Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Obat Anti
Hipertensi Dan Terapi Rendam Air Hangat Di Wilayah Kerja Puskesmas
Antara Tamalanrea Makassar. Pharmacon, 5 (2).

Mubin, Halim. 2013. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam, Diagnosis dan Terapi
Edisi 2. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, Wahjudi. 2012. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta :


EGC.

77
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes RI.

78

Anda mungkin juga menyukai