ABSTRAK
Salah satu penyakit yang menjadi keluhan lansia adalah penyakit hipertensi. Dengan
meningkatnya umur dan tekanan darah tinggi, hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia
karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung
koronel. Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis karena penatalaksanaan
tekanan darah tinggi membutuhkan penanganan pengalaman panjang yang dapat memicu
stresor pada lansia seperti jengkel, khawatir, dan mudah emosi, maka dari itu dengan
pengalaman lansia penderita hipertensi bisa mengatasi penyakitnya itu sendiri agar lansia bisa
menjalani masa tua secara optimal dan sehat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
tentang pengalaman lansia penderita hipertensi di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha
Garut. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan
fenomenologis pada lima orang lansia yang dipilih secara purposive sample. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini telah
ditemukan tentang pengalaman lansia penderita hipertensi, bahwa dapat disimpulkan berupa
teridentifikasi adanya pengalaman yang sangat dalam mereka bisa menyebutkan keaadaan
kondisi fisik, respon psikologis, penyesuain pola hidup, pengendalian diri dalam menghadapi
masalah, pendekatan keagamaan dan aktivitas sehari – harinya. Maka kesimpulan dari hasil
penelitian ini pengalaman lansia penderita hipertensi di Rumah Perlindungan Sosial Tresna
Werdha Garut sebagian besar mengetahui mengatasi penyakitnya. Disarankan sebagai peran
perawat komunitas, gerontik dan keperawatan lainnya dapat meningkatkan pelayanan
keperawatan kepada lansia penderita hipertensi.
A. LATAR BELAKANG
Dalam perjalanan hidup manusia, proses menua atau lanjut usia merupakan hal yang
wajar dan akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang. (Nugroho, 2008).
Proses menua atau (ageing process) adalah menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Azizah, 2011).
Keberhasilan pembangunan dalam menurunkan angka kematian dan kelahiran
berdampak pada perubahan struktur penduduk. Semula penduduk didominasi kelompok
muda, namun berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, telah
memberikan implikasi yang cukup besar terhadap smakin meningkatnya angka harapan hidup
(life exfentance); semakin banyak penduduk mampu bertahan hidup, selanjutnya berimplikasi
1
terhadap peningkatan jumlah penduduk usia tua atau lanjut usia (lansia) (Direktorat Jendral
Pelayanan dan Rehabilisasi Sosial, dan Departemen Sosial RI, 2009).
Saat ini, di seluruh dunia, jumlah lansia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa ( satu
dari 10 orang berusia 60 tahun ), pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di
negara maju, pertambahan populasi atau penduduk lansia telah di antisispasi sejak awal abad
ke-20. Maka tidak heran sudah lebih siap menghadapi pertambahan penduduk lansia
(Nugroho, 2008). Meningkatnya penduduk lansia tidak hanya terjadi di negara-negara maju,
tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 10 juta
orang yang berusia di atas 65 tahun (4,6 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia
termasuk salah satu negara, yang jumlah penduduk lansianya bertambah paling cepat di Asia
Tenggara (Versayanti, 2008).
Peningkatan jumlah usia lanjut akan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupannya
(fisik, mental, dan ekonomi). Mengantisipasi kondisi ini pengkajian masalah-masalah usia
lanjut perlu ditingkatkan, termasuk aspek keperawatannya, agar dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan serta untuk menjamin tercapainya usia lanjut yang bahagia, berdaya guna dalam
kehidupan keluarga, dan masyarakat di Indonesia (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Masyalah
yang terjadi pada lansia seperti adanya masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada
lansia meliputi kecemasan, depresi, insomnia, paranormal, dan demensia menurut Maryam
dkk. (2008). Adanya perubahan mental pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian, takut kehilangan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan
kecemasan.
Peningkatan jumlah lanjut usia jelas akan mendatangkan sejumlah konsekuensi,
antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan
keperawatan, terutama kelainan degeneratif. Masalah keluhan fisik yang terjadi pada lasia
seperti keluhan penyakit yang umumnya terjadi yaitu, gangguan sirkulasi darah, misalnya
hipertensi, kelainan pembuluh darah, ginjal. Dari banyak penelitian efidemiologi, didapat
bahwa dengan meningkatnya umur tekanan darah meninggi, hipertensi menjadi masalah pada
lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit
jantung koroner (Nugroho, 2008).
Menurut (Purnomo, 2009) dalam (Hairitama., dkk, 2011) hipertensi atau yang lebih
dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang berada diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80
mmHg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita
tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
2
Hipertensi belum diketahui faktor penyebabnya, namun ditemukan beberapa faktor resiko
yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu usia lanjut dan adanya riwayat
tekanan darah tinggi dalam keluarga. Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu kelebihan berat badan yang diikuti
dengan kurangnya berolahraga, serta mengonsumsi makanan yang berlemak dan berkadar
garam tinggi (Palmer, 2007) dalam jurnal (Haiiritama., dkk, 2011).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi
(HST) namun, adanya hipertensi baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik.
Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit
koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih
muda (Kuswardhani, 2007) dalam jurnal (Widyaningrum, 2012). Laporan dari ACCF/AHA
2011 Expert Consensus Document on Hypertension in the Elderly terungkap bahwa jumlah
pasien hipertensi dengan hipertensi sistolik terisolasi yaitu hipertensi dengan ciri khas
tekanan sistolik cenderung terus naik >140 mmHg, tekanan diastolik yang cenderung
dibawah 90 mmHg disertai tingginya tekanan nadi meningkat dengan umur, dari laporan ini
diketahui bahwa 65% dari pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi berusia 60-69 tahun dan
lebih dari 90% berusia >70 tahun. Prevalensi hipertensi sistolik terisolasi ternyata lebih
banyak wanita dari pada pria, mengingat proporsi hipertensi yang diakibatkan oleh hipertensi
sistolik terisolasi pada lansia sangat dipengaruhi ras dan etnis (Aronow, 2011) dalam jurnal
(Sriyono., dkk 2012).
Pada tahun 2010 di Indonesia prevalensi hipertensi esensial pada lansia merupakan
peringkat paling tinggi yaitu dari 10 besar penyakit penyebab rawat jalan terhadap seluruh
penyakit pasien rawat jalan di rumah sakit, yaitu dengan jumlah 4,02% yang berumur 45-64
tahun, sedangkan yang berumur 65 thn ke atas yaitu 5,16%. (Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) Tahun 2011 dan Ditjen Bina Upaya Kesehatan, dalam Kemenkes RI, 2013).
Sedangkan jumlah lansia yang mengalami penyakit hipertensi di RPSTW Garut yaitu
sebanyak 16 orang lansia yang termasuk daftar kategori penyakit terbanyak kedua setelah
reumatik (Propil RPSTW Garut, 2014).
Dari uraian pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi beragam
diantaranya adalah: stress, merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak normal,
sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteromia, penyakit kelenjar adrenal,
penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan intra cranial, yang disebabkan tumor otak,
pengaruh obat tertentu misalnya obat kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah
raga, genetik, aterosklerosis, tetapi sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.
3
Berdasarkan fenomena tersebut, maka fokus masalah penelitian ini adalah
pengetahuan lansia terhadap penyakit hipertensi. Penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengalaman Lansia Penderita Hipertensi di Rumah Perlindungan
Sosial Tresna Werda (RPSTW) Garut.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Pengalaman Lansia Penderita Hipertensi
di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werda (RPSTW) Garut tahun 2015.
D. GUNA PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu pengetahuan
E. STUDI KEPUSTAKAAN
1. Konsep Pengalaman
a. Pengertian
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,
ditanggung) baik yang sudah lama atau baru terjadi. Berbagai pengalaman dapat saja terjadi
pada setiap orang, baik pengalaman lucu, mengharukan, menyedihkan, menggembirakan,
maupun membanggakan (KBBI, 2005).
Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
sehari-harinya. Pengalaman adalah peristiwa yang benar-benar pernah dialami oleh setiap
manusia. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat
4
diberikan kepada siapa saja untuk dijadikan sebagai pedoman serta pembelajaran bagi
manusia (Oktaviani, 2014).
Pengalaman Lansia penderita hipertensi merupakan hal yang tidak dapat terlupakan,
dan bisa dijadikan pembelajaran bagi lansia lainnya. Karena menurut Laporan dari
ACCF/AHA 2011 Expert Consensus Document on Hypertension in the Elderly terungkap
bahwa jumlah pasien lansia hipertensi dengan hipertensi sistolik terisolasi yaitu hipertensi
dengan ciri khas tekanan sistolik cenderung terus naik >140 mmHg, tekanan diastolik yang
cenderung dibawah 90 mmHg disertai tingginya tekanan nadi meningkat dengan umur, dari
laporan ini diketahui bahwa 65% dari pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi berusia 60-
69 tahun dan lebih dari 90% berusia >70 tahun. Prevalensi hipertensi sistolik terisolasi
ternyata lebih banyak wanita dari pada pria, mengingat proporsi hipertensi yang diakibatkan
oleh hipertensi sistolik terisolasi pada lansia sangat dipengaruhi ras dan etnis (Aronow, 2011)
dalam jurnal (Sriyono., dkk 2012).
7
Disamping itu terdapat pula hipertensi sekunder yang diakibatkan oleh obat-
obatan,gangguan ginjal, endokrin, berbagai penyakit neurologic dan lain-lain (Budhi
Darmojo,2004) dalam (Fatimah, 2009).
f. Fatofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiostensin II dari
angiostensin I oleh Angiostensin I Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiostensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiostensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiostensin I diubah manjadi
angiostensin II. Angiostensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan
multifaktorial dan sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah
terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, latihan vaskuler, volume
sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah
dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor
meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk
memunculkan gejala hipertensi (Yogiantoro, 2006) dalam (Widyaningrum, 2012).
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri yang
membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan otak kekurangan
oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan
kematian pada bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu
rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat
8
mengakibatkan kebutaan (Beevers, 2001). Gejala-gejala hipertensi antara lain sakit kepala,
jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja,
mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil
terutama di malam hari telinga bordering (tinnitus) dan dunia terasa berputar (Sustrani, 2004)
dalam (Widyaningrum, 2012).
Sementara itu hipertensi paling sering dijumpai pada orang lansia karena dinding
pembuluh darah mengalami penebalan dan pengerasan sehingga menjadi kaku, diameter
rongga pembuluh darah mengecil atau menyempit sehingga aliran darah tidak selancar pada
orang yang berusia muda hal ini menyebabkan elastisitas (kelenturan) pembuluh darah
berkurang. Penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah ini terjadi karena penimbunan
jaringan ikat, kalsifikasi dan penimbunan lemak (Jain, 2011) dalam jurnal (Tryastuti, 2012).
h. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut (Widjadja, 2009) Penatalaksanaan hipertensi yaitu sebagai berikut:
1. Pengobatan non obat (Non Farmakologik)
Pengobatan non farmakologi diantanya dengan mengurangi berat badan jika gemuk,
tidak merokok, mengatur pola kunsumsi, olahraga teratur, pengendalian stress, menghentikan
obat-obatan yang tentunya menaikan tekanan darah, untuk diet, kurangi garam dapur menjadi
5-6 gram/hari dan perbanyak unsur kalium (buah-buahan).
9
Cara pertama diet rendah garam yang terdiri dari diet ringan (konsumsi garam 3,75-
7,5 grm/hari), diet menengah (1,25-3,75 grm/hari), diet berat (konsumsi garam kurang dari
1,25 grm/hari). Cara kedua, diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Cara ketiga, diet tinggi
serat. Keempat, diet rendah energy (bagi yang kegemukan). monitoring hipertensi mengukur
tekanan darah secara periodik.
2. Farmakologik
Obat-obatan yang gunakan disesuaikan dengan kondisi pasien. Obat-obat yang
digunakan yaitu diuretika, beta bloker, calcium antagonis. Obat-obatan diberkan secara
bertahap dari satu macam, mulai dengan dosis rendah sampai kombinasi juga dimulai dengan
dosis rendah.
F. KERANGKA KONSEP
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa
dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010:). Berkembangnya
pengetahuan, teknologi dan informasi berdampak besar pada perubahan gaya hidup
penduduk. Gaya hidup yang kurang baik antara lain adalah: kurangnya konsumsi buah dan
sayur, meningkatnya konsumsi makanan yang berisiko (manis, asin, berlemak, jeroan,
makanan yang diawetkan), gaya hidup yang kurang baik tersebut diduga berhubungan dengan
kejadian hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu gangguan sirkulasi darah yang terjadi
pada lansia. Hipertensi terkadang tidak menimbulkan gejala sementara tekanan darah terus-
menerus meningkat maka dapat menimbulkan komplikasi seperti stroke, serangan jantung,
gagal ginjal (widjaja, 2009:). Dari tinjauan pustaka yang telah diperoleh yang berhubungan
dengan hipertensi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat adanya
interaksi dari berbagai faktor yang dimiliki seseorang.
Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap
timbulnya hipertensi. Beberapa faktor resiko yang merupakan faktor yang dapat
menyebabkan hipertensi yaitu: : stress, merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang
10
tidak normal, obesitas, pengaruh obat tertentu misalnya obat kontrasepsi, kurang olah raga,
genetik, tetapi sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.
Sumber pengetahuan dari:
Media cetak
Faktor-faktor yang menyebabkan Hipertensi: Media elektronik
Genetik Buku
Obesitas Orang lain
Gaya hidup
Pola makan
Hipernatriumia
Stress
Meroko
Olah raga Pengalaman
Hipertensi
G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain penelitian
fenomenologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengalaman lansia penderita
hipertensi. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode yang mengeksplorasi dan
memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal
dari masalah social atau kemanusiaan. Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya
penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,
mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif
mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data
(Cresswell 2007 dalam Cresswell 2012).
Fenomenologi merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti
mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu
(Cresswell 2012). Fenomenologi yang diteliti dalam penelitian adalah pengalaman
manusia (lansia penderita hipertensi) melalui deskripsi dari orang yang menjadi partisipan
penelitian, sehinggga peneliti dapat memahami pengalaman hidup partisipan.
Dengan penelitian kualitatif, penelitian lebih ditekankan pada penggunaan diri
11
peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkapkan gejala sosial yang terdapat di
lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti
harus dapat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap bahasa
tutur, bahasa perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam diri dan
lingkungan responden (Moleong, 2012).
2. Responden
Pada penelitian ini jumlah responden direncanakan 5 orang dengan harapan terjadi
saturasi data dengan jumlah sampel tersebut. Saturasi data maksudnya, kejenuhan data untuk
mencapai ke khususan makna dari informasi yang diberikan oleh partisipan. Pengambilan
partisipan ditentukan dengan sengaja dan penuh perencanaan (Cresswell, 2012). Teknik
pengambilan partisipan tersebut dinamakan purposive sampling, yaitu menentukan responden
dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal
(Arikunto, 2006).
Adapun kriteria responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Lansia yang mengalami penyakit hipertensi
2. Lansia yang tinggal di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha (RPSTW)
Garut.
3. Lansia yang bersedia menjadi partisipan atau subyek penelitian.
4. Lansia yang berumur 60 tahun ke atas.
5. Lansia yang komunikatif.
H. PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam
(in-deph interview) dan dibantu dengan pedoman wawancara (interview guide) yang telah
disusun terlebih dahulu agar mempermudah saat wawancara. Sedangkan untuk jenis
pertanyaan atau jenis wawancara yang diajukan peneliti menggunakan pertanyaan terbuka,
dimana saat pihak yang diajak wancara diminta pendapat, dan ide-idenya, memungkinkan
partisipan menanggapinya dengan leluasa atau bebas untuk mengekpresikan perasaan dirinya
(Moleong, 2012).
Disaat wawancara berlangsung peneliti juga mengobservasi prilaku partisipan dan
melihat keadaanya, reaksi, sikap dan respon-respon non verbal. Observasi Menurut (Ngalim
Purwanto, 1985 dalam Basrowi and Suwandi, 2008) yaitu, metode atau cara-cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
12
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Adapun dalam penelitian
ini teknik observasi yang gunakan peneliti adalah observasi non partisipan, dimana peneliti
hanya bertindak sebagai peneliti total dan tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam
kehidupan orang yang diobservasi.
J. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 08 Mei 2015 – 30 Juni 2015. Penyajian hasil
analisa data dideskripsikan berdasarkan pengalaman lansia penderita hipertensi di RPSTW
Garut. Pengumpulan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan melalui wawancara
mendalam (indeph interview). Pada saat wawancara partisipan menceritakan pengalaman
lansia penderita hipertensi berdasarkan pengalamannya, dengan bahasa, intonasi suara
ekspresi yang berbeda-beda.
Pada saat berkomunikasi dengan partisipan peneliti menggunakan bahasa daerah dan
bahasa Indonesia yang tentunya disesuaikan dengan latar belakang gaya bahasa yang
digunakan oleh partisipan. Bahasa daerah yang digunakan akan diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia. Data-data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dianalisa dan
dihubungkan berdasarkan pernyataan partisipan kemudian disajikan dalam bentuk matriks
dan interpretasi data. Dalam proses analisa data peneliti mereduksi data yang sudah
terkumpul namun tanpa mengurangi keaslian dan makna yang terkandung dari hasil
wawancara dengan partipan. Adapun data-data yang terkumpul dari hasil wawancara sebagai
berikut:
14
dengan adanya data lama lansia mengalami hipertensi untuk mengetahui stadium dan
kronisnya penyakit hipertensi pada lansia sehingga lansia mengalami berbagai respon fisik
dan psikis yang mendorong untuk mencurahkan pengalamannya dengan penyakit tersebut.
Tah rieut….
( Terasa sakit )
Muhun nyeri punduk yeu teh,
ngajelengak.
R2: (Sakit pundak sekali )
Singsireumeun pegeul kadie
teh…(Sambil megang kaki)
( Kesemutan sama pegal-pegal
sambil memegang kaki )
Nyeta teu raos mam teh kur ahh..
sangu saalit.
( Justru gak enak makan cuma ahh..
nasi sedikit )
Hasil dari wawancara dengan partsipan menunjukan adanya kondisi fisik hipertensi
seperti dari partisipan pertama, dua, empat merasakan adanya pusing, sering kaku,
kesemutan dan partisipan kedua merasakan adanya sesak, sedangkan pada partisipan tiga dan
lima hanya merasakan kaku saja, hal tersebut wajar karna hipertensi tidak ada tanda gejala
yang spesiifik hanya terdedeteksi pada saat pemeriksaan saja. Pada empat partisipan
hipertensinya sudah lama dan telah mengalami komplikasi stroke.
Matrik 3 Pengalaman Kondisi Fsikologis Lansia Penderita Hipertensi
No Fakta Hasil
1. P1: Ngan jengkel hungkul we kupanyawat. Pengaruh pada kondisi
( Terasa kesal saja sama penyakit ) fsikologis yang dirasakan
Muhun jengkel hate... lansia dengan penyakit
( Terasa kesal hati... ) hipertensi
Stress kupanyawat ema teh... mengungkapkan bahwa
( Stress sama penyakit ema....) lansia merasa jengkel,
Nya sieun we stroke, sok sieun kieu basa stress, marah/emosi dan
itu ge teu tiasa mapaah.. khawatir.
( Takut stroke, suka takut kaya dulu tidak
bisa berjalan )
Teunan we ngageugeudeug hatemah da
hayang geura cageur, hayang harampang.
( Tidak enak hati Pengen sembuh kaya
dulu..)
16
Ya emosi aja maunya.
Owh pasti cemas, tapi itu semua
tergantung kita, obat-obat tapi gak turun-
turun, obat itu makanan.
Ya stress gak turun-turun tekanan
P3: darahnya. Maunya marah. Boleh aja
marah tapi sama yang lain gak bisa juga.
Was-was kalau kita sakit terus kapan
baiknya jadi pikiranlah, obat terus gak
ada perubahan.
Sebetulnya ribet tapi ya dengan banyak
makanan pantrangan tapi mau gimane
hadapi aja.
Tuk diri sendiri sedih ya.. suka tanya
kenapa saya gini kapan saya baik, tapi
saya sabar aja
Takut stroke lagi cuma itu aja takut
terulang lagi.
Takut terulang lagi wah celaka udah
pegkor gini masa pengkor lagi
17
Pengaruh yang dirasakan lansia terhadap kondisi psikologis atau diri pribadi lansia
dengan penyakit hipertensi mengakibatkan lansia mengalami keseimbangan psikologis
terganggu. Hal tersebut diungkapkan partisipan tiga. yang merasa jengkel dengan kondisi
penyakitnya dan lansia merasa was-was, stress, cemas dan adanya kekhawatiran untuk terjadi
stroke dan mudah emosi. Pada partisipan satu, dua, tiga dan lima adanya kesamaan pula
seperti perasaan jengkel, khawatir, gelisah dan mengungkapkan adanya emosi yang mudah
marah dengan penyakit hipertensi yang dialaminya. Dengan kondisi tersebut maka partisipan
berusaha untuk meredakan emosi atau ketegangan yang dirasakan, seperti pada matrik
berikut.
Matrik 4 Pengalaman Lansia Dalam Penyesuaian Pola Hidup
No Fakta Hasil
18
Makan obat teratur.
Owhh.. otomatis itu gak makan asin-asin.
Makanan yang mengandung lemak.
Suka ikut kegiatan senam, olah raga.
19
aya perobihan jadii turun tina dua ratus teh
(Trapi yang di jalan cimanuk yang baru
lama banget di jln.Pramuka.trapi saja ke
segala penyakit cuman harus sabar dengan
P5: jarak setaun bisa sembuh.
Udah setahun terapi Alhamdullah ada
perubahan jadi turun dari dua ratus)
Upaya yang dilakukan lansia dalam menghadapi kondisi fisik dengan hipertensi yaitu
dengan melakuka penyesuaian pola hidup seperti pengaturan pola makan, dalam pengaturan
pola makan lansia mengurangi konsumsi garam atau asin-asinan, ikan laut dan sebagian
mengurangi konsumsi daging kambing. Selain itu lansia juga mengikuti kegiatan aktifitas
fisik olah raga, opsih dan membuat kerajinan dan juga minum obat. Dengan upaya tersebut
lansia lebih energik dan tekanan darah sedikit menurun walaupun sering kambuh dan belum
sampai tekanan darah ke tahap normal.
Matrik 5 Pengalaman Lansia dalam Menghadapi Kondisi Psikologis Dengan
Pendekatan Keagamaan
No Fakta Hasil
1. P1: Carana kupagawean ulah Upaya yang dilakukan
dilesotkeun dibangbrang-bangbrang lansia dalam menghadapi
( Caranya tidak meninggalkan kondisi fsikologis dengan
pekerjaan ) hipertensi seperti
…ema teh sok hayang kamasjid mengikuti kegiatan
ngabrang-brangkeun. kerajinan, berkumpul,
(...ema suka mau kemesjid berdo’a) melakukan kegiatan
Wirid aya 100 kali.. Ngadoanamah keagamaan dan berdoa
tina sok susuratan we, patihah dengan kepasrahan
kulhu aya kengeng 500. kepada tuhan.
( Wirid ada 100 kali.. dan berdo’a
sama surat patihah kulhu ada
sampai 500.
Ka gusti Allah menta kango
nyanghareup nu lima waktu.
(Sama Alloh minta bisa
melaksanakan yang lima waktu)
Sabar, ngadoa, alpatihah.
( Sabar, berdo’a, alpatihah )
P2: Kumpul we, senam, kegiatan di
mesjid
( Kumpul saja, senam, kegiatan di
masjid begitu )
Ya sabar, semua kalau sabar bisa
20
tenang.
Berdoa pengen selamat ya, tekanan
darahnya supaya turun, sambil kita
usaha sendiri.
P3: Pangaosan…
Nyeta ku istigpar ari Alloh we
kituh..
( Dengan baca istigfar kepada alloh
begitu saja )
Kumpul-kumpul..pami aya kagiatan
pendak teh ngadameul bunga,
opsih, pangaosan, di Aula...
( Kumpul-kumpul kalau ada
kegiatan ketemu langsung membuat
bunga, opsih, pengajian di Aula...)
21
Upaya yang dilakukan lansia dalam menghadapi kondisi psikologis yaitu dengan
mengikuti kegiatan seperti aktivitas fisik, membuat kerajinan dan kegiatan keagamaan serta
kepasrahan kepada tuhan dengan berdoa. Upaya yang dilakukan lansia tersebut merupakan
aktifitas yang positif dan upaya yang dilakukan partisipan yang dianggapnya dapat
mengurangi rasa ketegangan psikologis dari masalah yang dihadapinya.
Matrik 6 Harapan Lansia Terhadap Kondisi Penyakit Hipertensi
No Fakta Hasil
1. P1: Harapan ema mah nyeta hoyong Harapan lansia dengan
sehat we sapanyangna… hipertensi terhadap
penyakit yang dialaminya,
P2: Hoyong damang we.. teridentifikasi adanya
keinginan pada lansia
untuk sembuh.
P3: Harapannya baik…
…Pengen kembali lagi sembuh.
Tekanan darahnya supaya turun,
sambil kita usaha sendiri.
P4: Harapan ema sehat we..
P5:
Harapannya pengen sembuh aja,
bisa maen kemana-mana..
Harapan lansia dengan kondisi yang dialaminya berupa keinginan untuk segera
sembuh dari penyakitnya agar bisa bebas aktifitas, dengan harapan tersebut bisa menjadi
semangat lansia untuk melakukan upaya dalam menghadapi kondisi fisik maupun
psikologisnya dan merupakan bagian pengalaman bagi lansia penderita hipertensi supaya bisa
mengetahui bagai mana cara mencegah dan mengatasi penyakitnya dengan baik.
K. PEMBAHASAN
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,
ditanggung) baik yang sudah lama atau baru terjadi. Berbagai pengalaman dapat saja terjadi
pada setiap orang, baik pengalaman lucu, mengharukan, menyedihkan, menggembirakan,
maupun membanggakan (KBBI, 2005).
Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
sehari-harinya. Pengalaman adalah peristiwa yang benar-benar pernah dialami oleh setiap
manusia. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat
22
diberikan kepada siapa saja untuk dijadikan sebagai pedoman serta pembelajaran bagi
manusia (Oktaviani, 2014).
Pengalaman Lansia penderita hipertensi merupakan hal yang tidak dapat terlupakan,
dan bisa dijadikan pembelajaran bagi lansia lainnya. Karena menurut Laporan dari
ACCF/AHA 2011 Expert Consensus Document on Hypertension in the Elderly terungkap
bahwa jumlah pasien lansia hipertensi dengan hipertensi sistolik terisolasi yaitu hipertensi
dengan ciri khas tekanan sistolik cenderung terus naik >140 mmHg, tekanan diastolik yang
cenderung dibawah 90 mmHg disertai tingginya tekanan nadi meningkat dengan umur, dari
laporan ini diketahui bahwa 65% dari pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi berusia 60-
69 tahun dan lebih dari 90% berusia >70 tahun. Prevalensi hipertensi sistolik terisolasi
ternyata lebih banyak wanita dari pada pria, mengingat proporsi hipertensi yang diakibatkan
oleh hipertensi sistolik terisolasi pada lansia sangat dipengaruhi ras dan etnis (Aronow, 2011)
dalam jurnal (Sriyono., dkk 2012).
27
Partisipan pada penelitian ini juga melakukan aktivitas seperti olah raga, membuat
kreasi kerajinan untuk menghadapi kondisinya, karna menurut partisipan bahwa dengan
melakukan aktivitas atau mengikuti kegiatan yang telah diprogramkan oleh pengurus RPSTW
tersebut dapat mengalihkan pikiran-pikiran yang tegang dari kondisi penyakitnya.
Selain itu partisipan mencari dukungan sosial lain seperti senang berkumpul dengan
teman-temannya dan mengikuti kumpulan dalam setiap kegiatan, mencari informasi dari
orang lain untuk mengatasi penyakitnya, hal tersebut dapat teridentifikasi bahwa partisipan
lansia membutuhkan dukungan dari orang lain yang berfokus pada masalah (seeking social
support) yaitu suatu usaha untuk mencari bantuan dari pihak luar, berupa informasi, dalam
bentuk bantuan nyata, emosional maupun dukungan sosial. Partisipan juga dalam
menghadapi masalahnya yaitu dengan sabar atau tenang perasaannya, yang merupakan
kontrol diri atau kendali diri dengan respon pembatasan dalam perasaan maupun tindakan
dari masalah yang dihadapi. Menghadapi masalah yang dialaminya lansia juga dengan
melakukan hiburan seperti nonton tv. Usaha tersebut merupakan usaha untuk mengatasi
masalah dari situsi yang menekan dengan beralih pada hal-hal lain.
L. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan tentang pengalaman
lansia penderita hipertensi di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wherda (RPSTW) Garut,
bahwa dapat disimpulkan berupa teridentifikasi adanya pengalaman yang sangat dalam
mereka bisa menyebutkan keaadaan kondisi fisik, respon psikologis, penyesuain pola hidup,
28
pengendalian diri dalam menghadapi masalah, pendekatan keagamaan dan aktivitas sehari –
harinya.
Upaya yang dilakukan partisipan dalam menghadapi kondisi penyakit hipertensi
sebagian besar, yaitu lansia melakukan upaya kepasrahan kepada tuhan dengan sikap
penerimaan pada kenyataan atas kondisi penyakit yang dihadapinya, selain itu lansia
melakukan kegiatan keagamaan lainnya seperti pengajian, berdoa, upaya tersebut merupakan
kegiatan yang positif dan termasuk melakukan kegiatan yang religious dan berusaha sabar
atau menenangkan perasaannya, konrol diri lansia dalam menghadapi penykitnya yaitu
dengan penyesuaian pola hidup sehat yaitu pengaturan pola makan dan pengobatan. Dengan
upaya yang dilakukannya tersebut lansia merasa kondisinya lebih energik dan tekanan sedikit
menurun walaupun sering kambuh dan tekanan darah susah untuk sampai ke tahap normal.
Selain itu pada penelitian ini upaya partisipan dalam menghadapi penyakit hipertensi yaitu
dengan berkumpul sesama teman serta mengikuti kegiatan agar bisa berkumpul pula, mencari
informasi dari orang lain untuk mengtasi penyakitnya, dan usaha yang digunakan partisipan
seperti relaksasi tarik napas, olah raga senam, mengikuti kegiatan kerja bakti seperti bersih-
bersih, dengan kegitan tersebut maka lansia bisa berkumpul dengan teman-temannya dan bisa
mengobrol.
M. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi Institusi Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha (RPSTW)
Bagi institusi RPSTW diharapkan dapat mengembangkan panduan pelaksanaan
mengatasi dan mencegah tekanan darah tinggi seperti melakukan deteksi dini kontrol
tekanan darah dan memberikan gizi yang seimbang sesuai penyakit hipertensi pada lansia.
Membekali pengetahuan kepada lansia yang baik dalam menghadapi kondisi fisik dan
psikologisnya supaya bisa menghadapi penyakit hipertensi tersebut dengan tenang,
mengadakan kegiatan yang bervariasi untuk lansia agar dapat menghindari kejenuhan.
29
3. Bagi penelitian selanjutnya
Mengenai penelitian ini peneliti masih menyadari kekurangannya, maka penulis
menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar dapat memberikan penyempurnaan yang
lebih baik dan melakukan penelitian terkait pengalaman lansia penderita hipertensi dengan
secara kuantitatif maupun kulalitatif dengan beda tempat.
.
30
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami penelitian Kualitatif. Jakarta :Rineka Cipta.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi.
Melalui<http://www.depkes.go.id/htm>(19/01/2014)
Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Nugroho , W. (2000). Perawatan Lanjut Usia: Jakarta. EGC 2000.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Racmat, Nurullya. 2010.Pengalaman Lanjut Usia Melakukan PerawatanTekanan Darah
Tinggi Di Kelurahan Ngersep Kecamatan Bayumanik Kota Semarang Jawa
Tengah. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Komunitas Depok.
Melalui<pdfhttp://.ui.ac.id/f.htm>(20/04/2014)
Sharif La Ode. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik, Nuha Medika: Yogyakarta.
Stanley, M dan patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Widyaningrum, Siti. 2012. Hubungan Komsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jamber. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Jamber.
Melalui<web.id/repositorynwu/documents/26.pdf.htm>.(20/04/2014).
Widjaja, Refelina. 2009. Penyakit Kronis Tindakan, Pencegahan, Pengobatan Secara Medis
Maupun Tradisional. Jakarta: Bee Media Indonesia.
31