Oleh :
PENDAHULUAN
Hipertensi dapat menyerang pada usia dewasa maupun pada lanjut usia
dan berkembang secara perlahan lahan dalam waktu yang lama, sehingga terkesan
seseorang di atas 50 tahun, tetapi akhir-akhir ini usia produktif (15-64 tahun) pun
banyak yang terserang (Iskandar, 2010). Menurut dokter Jeffri Aloys Gunawan
CH, CHt, dari Indonesia society of gastrology mengungkapkan bahwa satu dari
10 orang berusia produktif terkena hipertensi dan ketika hal ini tidak diwaspadai
maka resikonya akan meningkat menjadi lima dari 10 orang ketika memasuki usia
bertambah, diperkirakan pada 2025 mendatang sekitar 29% warga dunia terkena
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak
sosial, ekonomi. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
bukam penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
Pada tahun 2018, persentase lansia mencapai 9,27 persen lansia atau sekitar 24,49
juta orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang bertransisi menuju
Fenomena tersebut akan semakin berarti jika kelompok lanjut usia bisa mandiri,
berkualitas, dan tidak menjadi beban masyarakat serta dapat berperan dalam
perkotaan dan perdesaan. Pada tahun 2017, lansia di perdesaan mencapai 50,36
persen, sedangkan di perkotaan sekitar 49,64 persen. Pada tahun 2018 terjadi
suatu pergeseran, lansia Indonesia lebih banyak yang tinggal di perkotaan (51,60
Indonesia didominasi oleh lansia muda (kelompok umur 60-69 tahun) yang
umur 70-79 tahun) sebesar 27,92 persen dan lansia tua (kelompok umur 80+)
2
Meningkatnya jumlah penduduk lansia dapat meningkatkan berbagai
perubahan dalam kesehatan baik secara fisik, kognitif, mental maupun sosial.
Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak terjadi pada lansia yaitu
kesehatan pada sistem kardiovaskuler. Oleh sebab itu, lansia dianjurkan untuk
selalu memeriksakan tekanan darah secara teratur agar dapat mencegah penyakit
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati, maka dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai
darah dari arteri tersebut dan dapat mengakibatkan komplikasi seperti jantung
beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya hipertensi, yaitu antara lain
faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan / diubah seperti umur, jenis kelamin,
riwayat keluarga dan genetik, kemudian untuk faktor resiko yang dapat
(Kemenkes,2014).
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
3
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi
dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh
karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan
ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika
tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan factor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan meningkatkan kelebihan berat
badab dan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan
darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi
stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk
orangorang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi
hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika
4
Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Kawasan Asia penyakit ini telah
membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga
orang menderita hipertensi. (Widiyani, 2013). Menurut hasil dari riset kesehatan
dasar tahun 2018 ditemukan bahwa angka prevalensi hipertensi penduduk usia ≥
18 tahun di Indonesia mencapai 34,1% meningkat sebanyak 8,3% dari tahun 2013
yaitu 25,8%, di Bali sendiri, menurut data dikes provinsi bali tahun 2017
prevalensi 32,8 %.
penderita hipertensi di Provinsi Bali berdasarkan data dari Dinas kesehatan pada
tahun 2014 berjumlah 8.860 jiwa atau kurang lebih 45,5%. Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64
tahun (55,2%). Prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum
obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak
5
terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%),
terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes
(2%).
cukup besar. Terapi non farmakologis salah satunya seperti terapi tertawa.
Tertawa 20 menit setara dengan berolahraga ringan selama 2 jam karena dengan
tertawa peredaran darah dalam tubuh lancar, kadar oksigen dalam darah
meningkat, dan tekanan darah akan normal. Tertawa sama dengan efek latihan
darah sistolik serta meningkatkan kolesterol baik. Lansia tidak mampu melakukan
banyak latihan fisik karena masalah otot lemah dan radang persendian, oleh
karena itu tawa merupakan latihan ideal bagi mereka yang mempunyai
hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, atau senyuman
yang menghiasi wajah, perasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang
lapang, peredaran darah yang lancar sehingga dapat mencegah penyakit dan
stimulus humor dan sengaja tertawa. Tertawa juga dapat membantu membentuk
pola pikir positif sehingga seseorang akan berpikir dengan cara yang lebih positif.
6
Tertawa merupakan cara yang paling baik dan paling ekonomis dalam melawan
(Ayu, 2010).
sebagai berikut: Apakah ada pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tekanan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
tertawa terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi primer.
tertawa.
tertawa.
lansia.
7
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber
2. Bagi Masyarakat
tekanan darah.
test and post-test design. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang
sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai dengan kehendak peneliti (tujuan atau masalah dalam
8
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi
kriteria sebagai berikut Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Lansia
hipertensi dengan tekanan darah ≥ 160/ <90 mmHg. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah Lansia dengan penyakit wasir, Lansia dengan penyakit
hernia, Lansia dengan penyakit jantung yang tidak toleran, Lansia dengan
sesak nafas, Lansia dengan penyakit TBC, Lansia dengan penyakit influenza,
penurunan pendengaran.
Terapi Tertawa Terhadap Stres Psikologis Pada Lanjut Usia Di Panti Werdha
lanjut usia yang mengalami stres di Panti Werdha Kota Manado yang
sampling atau sampling jenuh yaitu suatu teknik penetapan sampel bila semua
dipakai untuk mengukur tingkat stres lansia sebelum dan sesudah diberikan
terapi tertawa.
9
10