Anda di halaman 1dari 41

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TEKANAN

DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI


PUSKESMAS SINDANGKASIH KABUPATEN CIAMIS
TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Galuh

Oleh :
IKA KOMALASARI
NIM. 1420117045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun
atau lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
baik jasmani,rohani maupun sosial. Lansia juga merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya,
kelompok yang dikategorikan adalah terjadinya suatu proses yang disebut
dengan aging proses atau proses penuaan. Dimana proses penuaan tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai dari permulaan
kehidupan dan merupakan proses sepanjang hidup (Nugroho,2015).
Menurut World Health Organization (WHO), lansia memiliki
batasan usia antara lain : usia pertengahan (45-59 tahun), usia lanjut (60-70
tahun), usia lanjut usia (75-90 tahun), dan usia sangat tua (>90 tahun).
Seseorang yang sudah memasuki usia lanjut maka harus mempersiapkan
dirinya untuk kondisi yang menurun, mempersiapkan diri untuk etiolog,
membentuk hubungan baik dengan yang lain, mempersiapkan diri untuk
kematiannya maupun kematian pasangannya dan mempersiapkan dengan
kehidupan baruya.
Lansia merupakan sekelompok orang yang mengalami suatu proses
perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Jumlah lansia di
Indonesia berdasarkan proyeksi penduduk, pada tahun 2020 diperkirakan
terdapat 28,7 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (10,6%) pada tahun
2035 diperkirakan akan terus meningkat hingga 16,5% atau sekitar 49,6 juta
jiwa penduduk lansia. Pada saat ini, mayoritas lansia adalah tinggal
bersama keluarga atau bersama tiga generasi dalam satu rumah. Adapun
rinciannya 40,64% lansia tinggal bersama tiga generasi dalam satu rumah,
27,3% tiggal bersama keluarga, 20,03% tiggal bersama pasangan dan 9,38%
tinggal sendiri (Suryani, 2020).
Fenomena terjadinya peningkatan jumlah penduduk lansia
disebabkan oleh perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan
penelitian-penelitian kedokteran, perbaikan status gizi, peningkatan harapan
hidup, pergeseran gaya hidup dan peningkatan pendaptaan perkapita. Hal ini
menyebabkan terjadinya transisi epidemiologi dari penyakit degenerative
yang salah satunya adalah penyakit sistem kardiovaskular ( Fatmah, 2010).
Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan
akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada
lansia seperti : Hipertensi, Arthisis (radang sendi), Stroke, COPD (penyakit
paru yang mengakibatkan penderitanya sulit bernapas), Diabetes Melitus,
Kanker, Penyakit jantung coroner, Batu ginjal, Gagal Jantung, dan Gagal
ginjal kronis. Penyakit ini adalah penyakit yang membuat kualitas hidup
lansia semakin berkurang dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
(Kemenkes, 2017).
Lansia biasanya memiliki tekanan darah yang sangat tinggi yaitu
kisaran 140/90 mmHg. Hal ini terjadi apabila penderita merasakan sakit
kepala parah, pusing, penglihatan buram, mual, telinga berdenging, detak
jantung tidak teratur, kebingungan, kelelahan, nyeri dada, sulit bernapas,
muncul darah dalam urine, serta sensasi berdebar di dada, leher, atau
telinga. Hipertensi biasanya dikaitkan dengan proses penuaan dimana
semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah juga akan ikut
meningkat. Upaya untuk menurunkan tekanan darah ada dua cara yaitu
dengan menggunakan obat yaitu obat anti hipertensi dan tidak menggunakan
obat seperti mengatasi kelebihan berat badan, mengurangi lemak jenuh,
berhenti merokok, mengurangi konsumsi alcohol, dan olahraga teratur
( Dinkes Yogyakarta, 2016).
Hipertensi atau tekanan darah adalah suatu keadaan seseorang
ketika tekanan darah diatas batas normal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan
80 mmHg untuk distolik. Dimana tekanan sistolik yaitu saat jantung
memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan tiologic yaitu
tekanan saat otot jantung relaksasi. Penyakit ini sering disebut dengan istilah
silent killer atau penyakit yang membunuh secara diam-diam, karena
penderita tidak menyadari bahwa dirinya hipertensi dan penderita tidak
mengalami gejala –gejala yang muncul dari penyakit hipertensi tersebut
sebelum pederita memeriksakannya ke tenaga kesehatan terdekat. Selain itu
hipertensi juga menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah dan
meningkatkan resiko penyakit jantung, Stroke, dan terkadang kematian
(Triyanto,2014)
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Dimana Hipertensi primer
merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dialami sekitar
90% penderita hipertensi, penyebab hipertensi primer diperkirakan
disebabkan oleh faktor keturunan, ciri perseorangan dan kebiasaan hidup
sedangkan hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang terjadi akibat
penyebab yang sudah jelas dialami sekitar 10% penderita hipertensi,
biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal seperti stenosis arterilis, gangguan
hormonal, obat-obatan, dan penyebab lainnya seperti kehamilan, luka bakar,
dan tumor otak ( Aspiani,2015).
Menurut World Health Organization (WHO), seseorang dinyatakan
hipertensi apabila tekanan darahnya melebihi >130 mmHg untuk sistolik
dan > 85 mmHg untuk diatolik (batasan tersebut untuk lansia yang
merasakan pusing dan penglihatan buram). Penyakit ini sering disebut
sebagai the slint killer karena penderita tidak menyadari bahwa dirinya
mengidap penyakit hipertensi dan penyakit penyulit atau komplikasi dari
hipertensi. Berdasarkan prevalensi tahun 2015 diprediksikan akan
meningkat tajam sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia. Hipertensi
sudah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun 1,5 juta
kematian terjadi di Asia Tenggara dan yang sepertiga populasinya menderita
hipertensi. ( Kemenkes, 2017)
Peranan faktor etiolog pada etiologic hipertensi didukung oleh
penelitian yang membuktikan bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan diantaranya obesitas, stress, peningkatan asupan natrium,
konsumsi alkohol yang berlebih, merokok dan lain-lain. Peran perawat pada
penyakit hipertensi didukung oleh penelitian yang membuktikan bahwa
pemberian edukasi yang dilakukan oleh perawat berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Peran perawat
dalam melakukan promosi kesehatan sangat mempengaruhi suasana yang
kondusif dalam masyarakat yang menunjang perilaku hidup sehat
(Sutrisno,2013).
Peningkatan angka kejadian hipertensi menuntut peran tenaga
kesehatan untuk melakukan pencegahan dengan upaya promosi kesehatan
dan sebagai educator yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran akan pentingnya pencegahan dan penanganan hipertensi. Upaya
yang dilakukan untuk menurunkan tekanan darah dengan cara farmakologi
(obat-obatan) dan non farmakologi (menjalani pola hidup sehat)
(supriadi,2020).
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2018 di
Indonesia menunjukan hipertensi pada pria 31,3 % dan wanita 36,9 %.
Penyakit ini pada tahun 2007, 2013, 2018 mengalami peningkatan dengan
prevalensi 25,8 %, 31,7 %, 34,1 %. Prevalensi hipertensi berdasarkan
karakteristik diagnosis dokter pada penduduk usia lanjut mancapai (45,3 %
untuk umur 45-54),( 55,2 % umur 55-64),(63,2 umur 65-74), (69,5 % umur
75 keatas). Prevalensi hipertensi berdasarkan tempat tinggal mencapai
34,4% penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dan 33,7 % penduduk
yang tinggal didaerah pedesaan (Riskesdas,2018).
Angka kejadian hipertensi di Jawa Barat memiliki angka yang
cukup tinggi dibandingkan dengan angka kejadian penyakit yang lain. Pada
tahun 2018 angka kejadian hipertensi mencapai 39,60 %, stroke 11,44 %,
gagal ginjal kronis 19,34 %, sendi 8,86 %, diabetes mellitus 1,28 %, kanker
1,41 %, asma 2,79 % ( Riskesdas Jabar,2018).
Dari data Dinas Kesehatan Ciamis tahun 2020 diperoleh jumlah
hipertensi 68.566 jiwa (Dinkes Kabupaten Ciamis, 2020). Data dari Dinas
Kesehatan Ciamis tahun 2020 diketahui bahwa UPTD Puskesmas
Sindangkasih yang memiliki jumlah hipertensi terbanyak dengan jumlah
7.211 jiwa dibandingkan dengan UPTD Puskesmas Banjarsari sebanyak
6.877 jiwa , UPTD Puskesmas Rancah sebanyak 4.310 jiwa, UPTD
Puskesmas Cikoneng sebanyak 4.060 jiwa, dan UPTD Puskesmas Baregbeg
sebanyak 2.959 jiwa.
Salah satu cara untuk mengatasi penurunan tekanan darah pada
lansia adalah keluarga. Keluarga adalah support system dalam kehidupan
pasien agar keadaannya tidak bertambah buruk serta terhindar dari
komplikasi. Maka dukungan keluarga diperlukan oleh penderita hipertensi
yang membutuhkan perawatan dalam jangka waktu yang panjang dan terus-
menerus (Ningrum,2012).
Dukungan keluarga adalah bantuan yang diberikan anggota
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi, dan nasihat yang dapat
membuat penerima merasa disayang, dihargai, dan tentram. Bentuk
dukungan keluarga terhadap anggota keuarga adalah secara moral dan
material. Dengan adanya dukungan keluarga akan berdampak positif bagi
penerima dukungan karena dapat meningkatkan rasa percaya diri pada
penderita untuk menghadapi penyakit yang dialami dan dalam proses
pengobatan penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ani Maryani,2013)
menyatakan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial berupa
dukungan yang diberikan oleh keluarga dengan penerimaan diri terhadap
lansia, semakin tinggi dukungan yang diberikan maka semakin tinggi pula
penerimaan diri pada lansia. Penelitian dari (Liliyani, 2017) menyatakan
bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan penerimaan diri pada
lansia, yang artinya semakin tinggi dukungan keluarga maka akan semakin
tinggi pula penerimaan diri pada lansia.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 24 Maret 2021
kepada 10 orang pasien penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Sindangkasih dengan metode wawancara, ditemukan bahwa 7 orang lansia
diantaranya mengatakan tekanan darah tidak menentu kadang naik kadang
turun karena tidak menjaga pola makan, aktivitas dan keluarganya tidak
peduli terhadap anggota keluarganya yang sakit. Sedangkan 3 orang
diantaranya mengatakan bahwa anggota keluarga mendukung
kesembuhannya dengan cara mengingatkan untuk meminum obat,
menyediakan makanan sehat dan mengantar anggota keluarga penderita
hipertensi untuk control ke pelayanan kesehatan terdekat.
Berdasarkan penjelasan diatas, dalam penelitian ini peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2021” sehingga tenaga kesehatan
dapat menentukan rencana serta strategi selanjutnya agar kejadian hipertensi
pada lansia dapat berkurang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah
untuk penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas
Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2021 ?.”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubugan dukungan keluarga dengan tekanan


darah pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Sindangkasih
Kabupaten Ciamis Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga pada penderita
hipertensi di Puskesmas Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun
2021.
b. Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia di Puskesmas
Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2021.
c. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Sindangkasih
Kabupaten Ciamis Tahun 2021.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi


pengetahuan dan masukan bagi perkembangan ilmu kesehatan
khususnya mengenai pelaksanaan dukungan keluarga dengan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi.

2. Praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi


tenaga kesehatan dalam pelaksanaan dukungan keluarga dengan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

b. Bagi Penderita dan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan


gambaran tentang pentingya tekanan darah normal. Serta
memberitahukan keluarga bahwa dukungan keluarga dapat
menurunkan tekanan darah sehingga tujuan untuk penurunan
tekanan darah dapat tercapai.

c. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi


bahan pertimbangan dalam menyusun program pelayanan
kesehatan serta menentukan metode yang tepat untuk penurunan
tekanan darah pada lansia.
d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan


pengetahuan dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut
mengenai tekanan darah pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
1. LANSIA
a. Pengertian lansia

Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun


atau lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
baik jasmani,rohani maupun social (Nugroho,2015)

Menurut World Health Organization (WHO), Lansia merupakan


seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia juga
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya, kelompok yang dikategorikan adalah
terjadi suatu proses yang disebut dengan aging proses atau proses
penuaan

Lansia adalah suatu kondisi dimana menurunnya kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur, fungsi
normalnya , sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(Darmojo,2015).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia lebih dari 60 tahun,


dan mengalami penurunan kemampuan untuk beradaptasi dan tidak
berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Ratnawati, 2017).

Jadi lansia dapat didefinisikan sebagai seseorang yang


memasuki usia 60 tahun ke atas dan memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupan yang mengalami penurunan fisik maupun penurunan
psikologis.
b. Batasan lanjut usia

Menurut para ahli dalam Nugroho, 2010 batasan-batasan yang


mencakup umur lansia diantaranya :

1. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam bab 1 pasal


1 ayat 2 yang berbunyi “ lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
umur 60 tahun ke atas”.
2. Menurut Word Health Organizazion (WHO), usia lanjut dibagi
beberapa kriteria diantaranya : seseorang dikatakan lansia apabila
usianya mencapai 65 tahun keatas. Lansia bukan suatu penyakit
namun tahapan lanjut dari suatu proses 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu 75-90 tahun,
usia sangat tua (very old) yaitu 90 tahun ke atas.
3. Menurut Dra. Jos Madani (Psikolog UI) terdapat beberapa fase
diantaranya : fase inventus ialah 25-40 tahun, fase verilities ialah 40-
55 tahun, fase presenium ialah 55-65 tahun, dan fase senium ialah 65
tahun sampai tutup usia.
4. Menurut Prof, Dr. Koesmanto Setyonegoro, masa lanjut usia atau
geriatric age yaitu >65 tahun. Terdapat tiga masa lanjut usia yaitu :
young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), old-old ( >80 tahun).
c. Klasifikasi lansia

Menurut WHO, 2013 klasifikasi lansia dapat dibedakan menjadi


beberapa klasifikasi diantaranya :

1. Usia pertengahan (middle age : 45-54 tahun)


2. Lansia (elderly : 55-65 tahun)
3. Lansia muda (young old : 66-74 tahun)
4. Lansia tua (old : 75-90 tahun)
5. Lansia sangat tua (very old : lebih dari 90 tahun)
Sedangkan menurut Bunside dalam Nugroho (2012) klasifikasi
dapat dibedakan menjadi beberapa bagian diantaranya:

1. Young old (usia 60-69 tahun)


2. Middle age old (usia 70-79 tahun)
3. Old-old (usia 80-89 tahun)
4. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
d. Karakteristik Lansia

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2016), karakteristik lansia


dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Jenis kelamin

Lansia biasanya didominasi oleh jenis kelamin perempuan.


Yang artinya menunjukkan bahwa angka harapan hidup yang paling
tinggi adalah perempuan.

2. Status perkawinan

Penduduk lansia dilihat dari status perkawinan sebagaian besar


berstatus kawin sebesar 60% dan yang cerai mati sebesar 37%.

3. Living arrangement (Angka beban tanggungan)

Angka beban tanggunggan merupakan angka yang


menunjukkan perbandingan banyaknya orang tidak produktif (umur
<15 tahun dan >65 tahun ) dengan orang yang berusia produktif ( umur
15-64 tahun).angka tersebut menjadi cerminan besar beban ekonomi
yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai
penduduk usia non-produktif.

4. Kondisi kesehatan
Angka kesakitan merupakan salah satu indicator yang digunakan
untuk mengukur derajat kesehatan negative. Yang artinya semakin
rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang
semakin baik.
e. Proses Penuaan

Proses penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya


secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak bertahan
terhadap jejas termasuk infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Darmojo & Martono,2013).

Proses menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Azizah,
2011).

Menurut Darmojo & Martono, 2013 Healthy aging akan


dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :

1. Endogenic aging, yaitu yang dimulai dengan cellular aging, lewat


tissue dan anatomical aging ke arah proses menuanya organ tubuh,
proses ini seperti jarum jam yang terus berputar.
2. Exogenic factor, yaitu yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan
(envirotment) dimana seseorang hidup daan factor social budaya yang
paling tepat disebut gaya hidup (life style)

2. PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA


a. Perubahan-perubahan yag terjadi pada lansia

Menurut Maryam (2008) dalam Handayani (2018) perubahan


pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial dan psikologis.

1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun,
dan cairan intraseluler menurun
b. Respirasi : otot-otot pernapasan kekuatannya menurundan kaku,
elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya
menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan
pada brokus.
c. Pesarafan : saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun
serta lambat dalam merespon dan waktu beraksi khususnya yang
berhubungan denan stress.
d. Musculoskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan
menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengerut,dan mengalami
sclerosis.
e. Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume)
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resisten
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
f. Gastrointensinal : esofagus melebar, asam labung menurun, lapar
menurun, dan peristaltic menurun sehingga daya absorpsi juga ikit
menurun.
g. Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun dan
retensi urine.
h. Vagina : selaput lendir mengering dan sekresi menurun.
i. Pendengaran : membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran.
j. Penglihatan : respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun dan lapang pandang menurun
bahkan bisa menimbulkan katarak.
k. Endokrin : produksi hormon menurun
l. Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut mmenipis, rambut
dalam telinga dan hidung menebal, rambut memuti, serta kuku kaki
tubuh berlebhan seperti tanduk.
m. Belajar dan memori : kemampuan belaar masih ada tetapi relative
menurun, daya ingat menurun karena adanya proses ecording
menurun.
2. Perubahan sosial
a. Peran : post power syndrome, single woman, dan single parent
b. Keluarga : kesendirian, kehampaan
c. Teman : ketika lansia yang lain meninggal maka akan muncul
perasaan kapan akan meninggal
d. Ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok
bagi lansia
e. Rekreasi : untuk ketenangan batin
f. Keamanan : jatuh atau terpeleset
g. Agama : melaksanakan ibadah
h. Panti jompo : merasa dibuang/diasingkan
3. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,


frustasi, kesepian, merasa takut kehilangan, takut menghadapi kematian,
mengalami perubahan keinginan, depresi dan menglami kecemasan.

3. HIPERTENSI
a. Pengertian hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah adalah suatu keadaan seseorang


ketika tekanan darah diatas batas normal yaitu 120 mmHg untuk
sistolik dan 80 mmHg untuk distolik. Dimana tekanan sistolik yaitu saat
jantung memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan diastolik
yaitu tekanan saat otot jantung relaksasi. Penyakit ini sering disebut
dengan istilah silent killer atau penyakit yang membunuh secara diam-
diam, karena penderita tidak menyadari bahwa dirinya hipertensi dan
penderita tidak mengaami gejala –gejala yang muncul dari penyakit
hipertensi tersebut sebelum pederita memeriksakannya ke tenaga
kesehatan terdekat. Selain itu hipertensi juga menyebabkan komplikasi
kesehatan yang parah dan meningkatkan resiko penyakit janntung,
Stroke, dan terkadang kematian (Triyanto,2014).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang terjadi terus-


menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini tidak terjadi
secara tiba-tiba melainkan dengan jangka waktu lama, tekanan darah
yang tidak terkontrol akan menyebabkan tekanan darah tinggi yang
permanen atau hipertensi ( Lingga,2012).

Tekanan darah tinggi adalah seseorang yang mempunyai


tekanan darah di atas angka normal yaitu > 120/80 mmHg. Hal ini
sudah termasuk kedalam kategori pre-hipertensi atau hipertensi (susilo
dan wulandari,2010).

Sedangkan Menurut ( Nanda Nic-Noc, 2013) hipertensi pada


lansia dibedakan menjadi dua diantaranya :

1. Hipertensi yang tekanan sistolik sama atau lebih besar dari angka
140 mmHg dan untuk tekanan diastolic sama atau lebih besar dari
angka 90 mmHg.
2. Hipertensi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
untuk tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
b. Etiologi hipertensi

Menurut (Nanda Nic-Noc,2013) penyebab hipertensi dibagi


menjadi 2 kategori diantaranya :
1. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Factor-faktor yang mempengaruhi biasanya dari
genetic, lingkungan, hiperaktivitas (banyak aktivitas), obesitas,
merokok, dan lain-lain.
2. Hipertesi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah jelas
atau sudah dialami biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal,
sindrom cushing, penggunaan estrogen, stroke.
c. Tanda dan gejala hipertensi

Menurut (Kemenkes,2019) pada umumnya seseorang yang


mengalami penyakit hipertensi akan mengalami tanda dan gejala yang
spesifik seperti :

1. Sakit kepala (pusing),


2. Jantung berdebar,
3. Nyeri dada, gelisah,
4. Peglihatan kabur, dan
5. Mudah merasa lelah.
d. Komplikasi hipertensi

Menurut (Muwarni A, 2011) berdasarkan komplikasi pada


hipertensi yang akan terjadi sebagai berikut :

1. Yang akan terjadi pada ginjal (hematuri, kencing sedikit)


2. Yang akan terjadi pada otak (stroke)
3. Yang akan terjadi pada mata (retinapati hipertensi)
4. Yang akan terjadi pada jantug (pembesaran ventrikel kiri dengan
tanpa payah jantung dan infark.

Setiap orang yang mengidap penyakit hipertensi atau tekanan


darah tinggi akan berpotensi mengalami penyakit-penyakit seperti
stroke, serangan jantung, gagal ginjal, kebutaan, dan payah jantung
(Dewi R,2011).
e. Klasifikasi hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan


mmHg Diastolik mmHg
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal Tinggi 130- 139 85-89
Hipertensi
Tingkat 1 140-159 90-99
Tingkat 2 160-179 100-109
Tingkat 3 >180 >110
HT Sistolik Terisolasi >140 >90

f. Faktor resiko hipertensi

Menurut (Kemenkes, 2018) berdasarkan faktor dan resiko


hipertensi dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu faktor yang melekat
pada penderita hipertensi yang bersifat permanen diantaranya : umur,
jenis kelamin dan genetik
2. Faktor resiko yang dapat diubah adalah faktor yang diakibatkan
perilaku tidak sehat oleh penderita diantaranya : merokok, diet
rendah serat, dislipidemia, konsumsi garam berlebih, kurang
aktivitas fisik, stress, berat badan berlebih dan konsumsi alkohol.
g. Patofisiologi

Hipertensi adalah proses degenerative sistem sirkulasi yang


dimulai dengan asteoklerosis, yaitu gangguan struktur anatomi
pembuluh darah perifer yang berkelanjutan dengan kekakuan pembuluh
darah/arteri. Hal ini disertai dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah
perifer. Kekakuan dan kelambatan aliran darah akan menyebabkan
beban jantung bertambah berat yang akhirnya jantung dikompensasi
dengan upaya pemompaan jantung yang meningkat dan akan
berdampak pada peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
Dengan demikian proses patologis hipertensi ditandai dengan
peningkatan tahanan perifer yang berkelanjutan sehingga secara kronik
dikompensasi oleh jantung dalam bentuk hipertensi (Bustan, 2015).

h. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah

Faktor yang dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah


yaitu aktivitas fisik atau olahraga. Hal ini terjadi karena olahraga dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan mengakibatkan tekanan darah
menurun selain itu olahraga juga untuk melatih otot jantung agar
jantung terbiasa dengan pekerjaan yang berat karena adanya dorongan
tertentu. Apabila kurang melakukan aktivitas fisik akan mengakibatkan
resiko kenaikan tekanan darah karena beresiko menjadi gemuk.
Seseorang yang tidak aktif beraktivitas cenderung memiliki detak
jantung yang lebih cepat dan kotraksi otot jantungya akan bekerja lebih
keras. ( Susilo & Wulandari, 2011).

i. Upaya pencegahan hipertensi

Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi ada beberapa cara


efektif diantaranya : pertahankan berat badan ideal, melakukan olahraga
rutin maksimal 2-3 hari dalam seminggu selama 2-3 jam, konsumsi
makanan rendah lemak dan kaya akan serat seperti sayuran dan buah-
buahan, batasi jumlah garam dalam makanan, hindari minum minuman
beralkohol, batasi mengonsumsi minuman berkafein seperti kopi,
hentikan kebiasaan merokok. Selain itu penderita hipertensi harus selalu
mengontrol tekanan darahnya ke tenaga kesehatan terdekat. Hal ini
dapat dilakukan setiap minggu sebanyak 1-2 kali pemeriksaan agar
mengetahui perubahan tekanan darah pada setiap minggunya. Selain itu
disetiap desa pasti memiliki posyandu baik itu posyandu balita maupun
posyandu lansia, untuk yang berumur dari 45 tahun ke atas di wajibkan
mengikuti posyandu lansia apalagi yang menderita penyakit hipertensi,
karena hal ini dapat membantu penderita untuk mengetahui
perkembangan kesehatannya. ( Kemenkes, 2020).

j. Upaya pengobatan penyakit hipertensi

Menurut Rudianto (2013) pengobatan pada penderita hipertensi


di bagi 2 golongan yaitu :

1. Pengobatan secara Non Farmakologi meliputi : diet rendah garam,


kolesterol, lemak jenuh, mengurangi asupan garam kedalam tubuh,
menciptakan keadaan yag tenang dan damai, melakukan olahraga
seperti senam aerobic atau senam lansia, jalan cepat selama kurang
lebih 30-45 menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, berhenti
merokok dan meminum minuman yang beralkohol.
2. Pengobatan secara farmakologi ada banyak obat antihipertensi untuk
pemilihan obat yang tepat diharapkan sesuai resep dokter. Obat
antihipertensi ini meliputi :
a. Deuretik adalah obat yang bekerja dengan cara megeluarkan cairan
dalam tubuh melalui kencing
b. Penghambatan simpatetik adalah obat yang dapat menghambat
aktivitas saraf simpatis atau saraf yang bekerja pada saat kita
melakukan aktivitas sehari-hari,
c. Beta bloker adalah obat yang bekerja melalui penurunan daya
pompa jantung dan tidak dianjurkan pada penderita yang
mempunyai riwayat penyakit pernapasan seperti asma
d. Antagonis kalsium adalah obat yang mampu menurunkan daya
pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung.
4. KELUARGA
a. Pengertian keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang


memiliki hubungan darah atau perkawinan yang menyediakan fungsi-
fungsi itrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif bagi anggota
keluarga yang berada dalam satu jaringan ( Lestari,2016).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang tinggal bersama


disuatu rumah yang dihubungkan dengan perkawinan,hubungan darah,
atau tidak memiliki hubungan darah yang bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, social, dan
untuk mempertahankan budaya dalam keluarga. ( Friedman,2010).

Jadi dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga


merupakan unit terkecil dari masyarakat yang memiliki hubungan darah
atau perkawinan yang bertujuan utuk mempertahankan budaya, social,
perkembangan mental, fisik,emsional dalam keluarga.

b. Tipe-tipe keluarga

Tipe-tipe keluarga menurut Friedman 2010 ada beberapa tipe


keluarga diantaranya :

1. Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang menjadi tanggung jawabnya dan tingal dalam
satu atap rumah.
2. Keluarga Extended Family (keluarga besar), yaitu keluarga yang
terdiri dari dua keluarga inti yang tinggal bersama dalam suatu
rumah.
3. Single parent family, yaitu keluarga yang memiliki satu kepala
rumah tangga baik ayah atau ibu dan hidup bersama anak yang
masih bergantung kepadaya.
4. Nuclear dyed, yaitu keluarga yang didalamnya terdiri dari sepasang
suami istri yang tidak mempunyai anak dan tinggal bersama dalam
suatu rumah.
5. Three generation family, yaitu keluarga yang didalamnya terdiri dari
kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam sat atap rumah.
6. Single adult livig alone, yaitu keluarga yang didalamnya hanya ada
satu orang dewasa yang hidup dan bertempat tinggal di rumah.
7. Middle age atau elderly couple, yaitu keluarga yang didalamnya
terdiri dari sepasang suami istri yang separuh baya.
c. Fungsi keluarga

Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional


(BKKBN) (2019) fungsi keluarga yang dapat dijalankan oleh keluarga
diantaranya :

1. Fungsi agama adalah fungsi untuk membimbing dan mengajarkan


anggota keluarganya dengan kehidupan beragama.
2. Fungsi sosial budaya adalah fungsi untuk melihat perkembangan
anak atau anggota keluarga yang mempunyai peranan penting dalam
menanamkan nilai-nilai yang baik dan menanamkan nilai dan norma
sesuai tingkah laku dan usia, serta mewariskan nilai-nilai budaya
keluarga.
3. Fungsi cinta dan kasih sayang adalah fungsi untuk memberikan rasa
cinta dan kasih sayang, rasa aman, serta memberikan perhatian
diantara anggota keluarga yang lain.
4. Fungsi perlindungan adalah fungsi yang bertujuanuntu meindungi
aggota keluarganya dari tindakan yang tidak baik.
5. Fungsi reproduksi adalah fungsi yang memiliki makna bahwa
keluarga merupakan sarana manusia untuk menyalurkan hasrat
seksual kepada manusia lain yang berbeda kelamin secara legal di
mata hukum dan sah secara agama.
6. Fungsi sosialisali dan pendidikan adalah fungsi untuk mengajarkan
anggota keluarganya dari ia lahir sampai dia tumbu dewasa agar
berkepribadian baik.
7. Fungsi ekonomi adalah fungsi yang dijadikan tempat yang baik
dalam memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya.
8. Fungsi lingkungan adalah fungsi untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan sekitar serta menciptakan lingkungan yang aman, sehat
dan bersih.
d. Struktur keluarga

Keluarga dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (nuclear


family) dan keluarga batih (extended family). Menurut Lee keluarga inti
adalah keluarga yang terdiri dari ayah (suami), ibu (istri), dan anak.
Struktur keluarga menjadikan keluarga sebagai orientasi bagi anak yaitu
tempat dia dilahirkan ke dunia. Adapun menurut Berns orang tua akan
menjadikan keluarga sebagai wahana prokreasi karena keluarga inti
terbentuk apabila pasangan laki-laki dan perempuan menikah dan
memiliki anak (Lestari,2016).

Menurut Lee keluarga batih merupakan keluarga yang terdiri


keluarga inti dan menyertakan orang lain didalamnya. Berdasarkan
bentuknya keluarga batih dibedakan menjadi tiga, yaitu keluargga yang
memiliki anak yang sudah menikah tetapi masih tinggal bersama orang
tuanya, hal ini yang paling banyak ditemui di masyarakat, yang kedua
keluarga berumpu (lineal family) yaitu keluarga yang memiliki anak
lebih dari satu dan sudah menikah masih tetap tinggal di rumah orang
tuanya. Yang terakhir ada keluarga berantig (fully extended) yaitu suatu
keluarga yag terdapat generasi ketiga atau cucu yang sudah menikah
dan masih tetap tinggal bersama satu rumah ( Lestari,2016).

e. Tugas keluarga dibidang kesehatan


Menurut Andarmoyo (2012) menyebutkan bahwa tugas
keluarga dalam kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Mengenal masalah kesehatan yang ada didalam keluarga


2. Membuat keputusan dalam tindakan yang tepat
3. Memberikan perawaan pada anggoa keluarga yang sakit
4. Mempertahankan dan menciptakan suasana rumah sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat.

Menurut Donsu (2015) tugas keluarga dalam bidang kesehatan


diantaranya :

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota keluarga


2. Pemeliharaan sumber daya yang ada didalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggota keuarga sesuai denggan
kedudukannya
4. Sosialisasi antara aggota keluarga.

5. DUKUNGAN KELUARGA
a. Pengertian dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan sikap atau tindakan penerimaan


terhadap anggota keluarga berupa dukungan informasi, penilaian,
instrumental, dan dukungan emosional (Friedman,2013). Jadi dukungan
keluarga adalah suatu hubungan interpersonal yang memiliki sikap dan
penerimaan terhadap anggota keluarga sehingga keluarga merasa
diperhatikan, selain itu dukungan keluarga juga dapat mengurangi dan
menyangga efek kesehatan mental anggota keluarga.

Dukungan keluarga adalah suatu tindakan yang diberikan


kepada anggota keluargana berupa barang, jasa, informasi dan nasihat
yang dapat membuat penerima akan merasa disayang, dan dihargai.
Dukungan ini merupakan sikap dalam penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarga yang sedang sakit, dan dalam ranka menjaankan
fungsi-fungsi yang ada di dalam keluarga. Dengan adanya hubungan
keluarga akan berdampak positif pada peningkatan rasa percaya diri
dalam menghadapi penyakit yang diderita dan menghadapi proses
pengobatan penyakitnya ( Misgiyanto & Susilawati,2014).

b. Bentuk dukungan keluarga

Menurut Friedman 2013 bentuk keluarga dibedakan enjadi 4


dimensi diantaranya :

1. Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah dukungan yang terdiri dari


dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan ini melibatkan
espresi empati, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta,
perhatian, dan bantuan emosional sehingga keluarga adalah tempat
yang paling aman dan damai untuk beristirahat dalam pemulihan dan
membantu untuk mengendalikan emosi.

2. Dukungan Intrumental

Dukungan intrumental adalah duungan keluarga yang menjadi


sumber pertolongan praktis dan konkrit, dukugan ini meliputi hal dalam
kebutuhan keuangan, makan, minum, dan istirahat.

3. Dukungan Informasional

Dukungan informational adalah dukungan keluarga yang


berfungsi sebagai pemberi informasi, pemberian saran, sugesti, dan
informasi yang dapat mengungkapkan suatu masalah. Dukungan ini
berupa nasihat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi.

4. Dukungan penilaian atau penghargaan

Dukungan ini merupakan dukungan keluarga yang bertindak


untuk membimbing dan menangani pemecahan masalah, memberikan
support, penghargaan, dan perhatian terhadap keluarga.

c. Manfaat dukungan keluarga

Menurut Irnawati (2016) manfaat dari dukungan keluarga


adalah suatu koping dalam menhadapi masalah pada anggota
keluarganya, sehingga dapat meningkatkan semangat dan motivasi bagi
keluarga untuk berperilaku bersih dan sehat.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Friedman (2013) dari hasil penelitian ada bukti kuat


bahwa keluarga besar dan keluarga kecil memiliki gambaran tentang
pengaaman perkembangan yang berbeda, hal ini ditunjukkan dengan
anak yang berasal dari keluarga kecil akan menerima lebih banyak
perhatian daripadaa anak yang berasal dari keluarga besar. Dukungan
keluarga diberikan oleh orang tua khususnya ibu dapat dipengaruhi
oleh usia, hal ini biasanya ibu yang masih muda cenderung tidak bias
merasakan dan mengenali apa kebutuhan anaknya dan biasanya
mementingkan dirinya sendiri (egois) dibandingkan dengan ibu yang
lebih tua.

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah social


ekonomi, yaitu tingkat pendapatan, pekerjaan, dan. Faktor yang
lainnya adalah tingkat pendidikan, apabila semakin tinggi tinggi
kemungkinan sem akin tinggi dukungan yang akan diberikan kepada
keluarga yang mengalami sakit (Friedman,2013).
6. KETERKAITAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA

Dukungan keluarga merupakan sikap atau tindakan penerimaan


terhadap anggota keluarga berupa dukungan informasi, penilaian,
instrumental, dan dukungan emosional (Friedman,2013). (sigit,2005
dalam Mulyadi 2017) mengemukakan bahwa keluarga adalah tempat
yang aman dan damai untuk membanu pemulihan dari berbagai
penyakit. Hal ini terjadi karena seseorang tidak ungkin memenuhi
kebutuhan fisik maupun psikologis sendirian, maka dari itu individu
membutuhkan dukungan social dimana salah satunya adalah berasal
dari keluarga itu sendiri.

Keluarga adalah sekumpulan orang yang tinggal bersama


disuatu rumah yang dihubungkan dengan perkawinan, hubungan darah,
atau tidak memiliki hubungan darah yang bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, social, dan
untuk mempertahankan budaya dalam keluarga ( Friedman,2010).
Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh system.
Keluarga merupakan system pendukung yang vital bagi individu-
individu yang sakit ( Sudiharto, 2012).

Keluarga berfungsi untuk bertanggung jawab merawat anggota


keluarga dengan penuh kasih saying serta kemampuan keluarga untuk
mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi di keluarga
( Friedman,2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan


oleh Mulyadi, dkk,2017 tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Derajat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Ranomuut
Kota Manado didapati dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 38
orang (55,9%) sisanya rendah sebanyak 30 orang (44,1%). Dari hasil ini
penulis berasumsi bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
responden yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi dan responden
yang memiliki dukungan keluarga yang rendah dimana responden yang
memiliki dukungan keluarga yang tinggi cenderung memiliki derajat
hipertensi yang rendah, dan sebaliknya responden yang memiliki
dukungan keluarga yang rendah cenderung memiliki derajat hipertensi
yang tinggi.

(Friedman, 2010 dalam Mulyadi 2017) mengemukakan bahwa


keluarga adalah sumber utama konsep sehat sakit dan perilaku sehat.
Penelitian di bidang kesehatan keluarga secara jelas menunjukkan
bahwa keluarga berpengaruh besar terhadap kesehatan fisik anggota
keluarga dan sebaliknya disfungsi keluarga dapat menyebabkan tidak
efektif menjalani terapi, pola makan yang pada akhirnya terjadi
gangguan pada anggota keluarga.

Berdasarkan penjelasan diatas dukungan keluarga sangat


dibutuhkan oleh pasien hipertensi agar keadaan yang dialami tidak
semakin memburuk dan terhindar dari komplikasi akibat hipertensi.
Keluarga dapat membantu pasien hipertensi seperti menjaga pola
makan yang sehat, mengajak olahraga, mengingatkan untuk meminum
obat, dan mengingatkan untuk kontrol ke pelayanan kesehatan terdekat.

B. KERANGKA PENELITIAN
a. Kerangka konsep

Dukungan keluarga merupakan sikap atau tindakan penerimaan


terhadap anggota keluarga berupa dukungan informasi, penilaian,
instrumental, dan dukungan emosional (Friedman,2013). Keluarga yang
peduli akan anggota keluarga yang menderita hipertensi, maka keluarga
akan membantu memperhatikan pola makan yang sehat, mengajak
olahraga bersama, menemani dan mengingatkan untuk rutin dalam
memeriksa tekanan darah ke pelayanan kesehatan terdekat dan
mengingatkan akan mminum obat secara teratur. Oleh karena itu
dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga kepada orang yang
sakit itu menunjukkan bahwa keluarga peduli terhadap penderita
hipertensi sehingga penderita akan termotivasi untuk menjalani
pengobatan dengan baik dan benar sehingga penderita hipertensi dapat
teratasi dengan adanya dukungan keluarga (Lubis,2013).

b. Kerangka penelitian

Ada
hubungan
Tekanan
Dukungan
darah pada
Keluarga
lansia Tidak ada
hubungan

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah.


Karena sifatnya masih sementara maka harus dibuktikan kebenarannya
melalui data empirik yang terkumpul ( Sugiyono,2017).

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan


keluarga dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di
Puskesmas Sindangkasih Kabupaten Ciamis.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk


mendapatkan data yang valid dengan tujuan yang dapat ditemukan,
dikembangkan, dibuktikan. Suatu pengetahuan yang dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah (Sugiyono,
2016).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan


menggunakan pendekatan desain cross sectional yaitu mengkaji apakah
ada hubungan dukungan keluarga (indepeden) dengan penurunan tekanan
darah (dependen).

Deskriptif analitik adalah statistik yang digunakan untuk


menganalisis data dengan cara mendesripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,2017).

Cross sectional merupakan penelitian yang hanya dilakukan pada


satu periode terhadap berbagai sampel dalam populasi (Sugiyono,2017).

B. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek


yang mempunyai kualitas dan karakteristik dan diteapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (sugiyono,2016).
Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah pasien lanjut usia
penderita hipertensi diwilayah kerja puskesmas Sindangkasih kabupaten
ciamis berjumlah 747 Orang (Puskesmas Sindangkasih,2021)

2. Sampel

Sampel merupakan tehnik untuk menentukan sampel dengan


pertimbangan tertentu (Sugiyono,2016).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang


menderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sindangkasih yang
berjumlah 747 orang. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah
sampel adalah menggunakan Rumus Slovin :

N
n=
1+ N e 2

Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal
N = Populasi
e = Error Margin (tingkat kesalahan)
Dalam suatu penelitian yang memiliki jumlah populasi 3.705
Orang dan tingkat kesalahan yang diharapkan oleh peneliti sebesar 10%,
maka jika menggunakan rumus slovin akan didapat sampel sebagai berikut
:

747
n=
1+747 ¿ ¿

747
n=
1+747 (0,01)

747
n=
1+7,47
747
n=
8,47

n=88,19 dibuatkan menjadi 88

Adapun penentuan sampel di masing-masing Desa di Puskesmas


Sindangkasih Kabupaten Ciamis dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :

F
P= xn
N

Keterangan :
P = Jumlah Responden / Sampel Per Desa
F = Frekuensi
N = Populasi
n = Jumlah Sampel
Hasil penentuan sampel di masing-masing Desa dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Penentuan Responden Tiap Desa

No Desa Jumlah Pengambilan Responden


Responden Sampel
1. Sukamanah 76 76 8,9 (9)
× 88
747
2. Sukaraja 118 118 13,9 (14)
× 88
747
3. Budiharja 75 75 8,8 (9)
× 88
747
4. Budiasih 133 133 15,6 (16)
× 88
747
5. Gunungcupu 134 134 15,7 (16)
× 88
747
6. Sukasenang 56 56 6,5 (6)
× 88
747
7. Sukaresik 45 45 5,3 (5)
× 88
747
8. Sindangkasih 88 88 10,3 (10)
× 88
747
9. Wanasigra 22 22 2,5 (3)
× 88
747
Jumlah Sampel 88

Teknik penentuan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini


adalah menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan
sampel yang menggunakan metode dengan kriteria yang dipilih oleh
peneliti dalam mengambil sampel.

Kriteria pemilihan sampel dibagi menjadi dua yaitu kriteria inklusi


dan kriteria eklusi, dimana kriteria inkulusi merupakan kriteria sampel
yang diinginkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitiannya.
Sedangkan kriteria ekslusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan
calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari
kelompok penelitian. Misalnya calon responden memiliki penyakit
penyerta atau gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan kriteria sampel, yaitu inklusi dan


ekslusi sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi
1. Pasien hipertensi yang menjalani pengobatan di ruang rawat inap
Puskesmas Sindangkasih.
2. Penderita hipertensi yang berumur ≥ 60 tahun
3. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria ekslusi
1. Penderita yang saat pemeriksaan tekanan darah normal
2. Penderita yang memiliki penyakit penyerta

C. VARIABEL PENELITIAN
Menurut Sugiyono, 2016 variabel penelitian merupakan “Segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.”

1. Variabel Independen

Variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau


yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel dalam penelitan ini adalah dukungan keluarga.

2. Variabel Dependen

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang


menjadi akibat karena timbunya variabel independen (bebas). Variabel
dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada lansia.

D. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah penjelasan dari semua variabel dan
istilah yang digunakan dalam sebuah penelitian secara operasional
sehingga mempermudah pembaca untuk mengartikan makna dari
penelitian (Notoatmodjo,2012).

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional
Variabel
independen
Hubungan Tindakan Kuesioner - Baik, jika Ordinal
dukungan keluarga dalam dukungan skor 60-
keluarga memberikan keluarga 44
motivasi dan - Cukup,
dukungan pada jika skor
anggota keluarga 31- 45
penderita - Kurang,
hipertensi untuk jika skor
penurunan 15- 30
tekanan darah.
Variabel
dependen
Penurunan Tekanan darah Tensimeter, - Normal ≤ Ordinal
tekanan darah pada lansia yaitu stetoskop 130
pada lansia kondisi dimana - Ringan
lansia mengalami 130-149
penurunan - Sedang
tekanan darah 150-179
sistolik 13-16 - Berat ≥
mmHg, diastolik 180
8-10 mmHg.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa


Tensimeter, stetoskop, lembar observasi dan kuesioner yang disusun oleh
peneliti yang berisikan beberapa pertanyaan dan pernyataan untuk
menggali informasi dari responden.

1. Dukungan keluarga

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner


dukungan keluarga yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan materi yang
sudah ada yang meliputi empat jenis dukungan keluarga yaitu dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional (Friedman,2013). Kuesioner berikut terdiri dari 15 item
pertanyaan dengan menggunakan skala likert dengan pertanyaan positif
mendukung (Favorable), terdapat empat skor jawaban dengan rincian
Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1.

2. Tekanan darah
Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa
pengukuran tekanan darah pada lansia dengan nilai penurunan tekanan
sistolik 13-16 MmHg, diastolik 8-10 mmHg (Eko Winarto,2011).

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan


cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012).

Kuesioner yang dilakukan penulis dalam penelitian ini berbentuk


tertutup atau terstruktur, yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan dan
dilengkapi dengan jawaban. Pada tahap ini pasien akan dilakukan
pengisian kuisioner dan pengukuran tekanan darah dengan alat ukur
Tensimeter dan Stetoskop.

G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan


tingkatan-tingatan kevalidan suatu instrument (Arikunto, 2013). Uji
validitas dapat dikatakan valid apabila setiap item pertanyaan pada
kuesioner dapat digunakan untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Kuesioner dapat dinyatakan valid apabila nilai r
hitung lebih besar dari pada r tabel. Jika jawaban yang didapatkan ketika
memberi pertanyaan nilai lebih besar dari 0,3 maka pertanyaan tersebut
dapat dikatakan valid ( Sugiyono, 2016).

Teknik pengukuran validitas dalam penelitian ini akan dilakukan


di Puskesmas Baregbeg dengan metode pengukuran menggunakan rumus
korelasi Product Moment dengan rumus :

n Σ xy−(Σ x)(Σ y )
r=
√¿ ¿ ¿
Keterangan :
r = koefisien korelasi
x = skor pada item pertanyaan nomor ganjil
y = skor pada item pertanyaan nomor genap
Jika r hitung > r tabel pada tingkat signifikansi tertentu, maka item
pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.

Rencana uji validitas untuk penelitian ini akan dilaksanakan pada


bulan mei dengan sasaran lansia penderita hipertensi dan keluarga yang
mempunyai lansia penderita hipertensi yang akan dilaksanakan di Wilayah
Kerja Puskesmas Baregbeg Kabupaten Ciamis.
2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada suatu penelitian merupakan sebuah uji yang


digunakan untuk diketahuinya suatu kuesioner dalam pengumpulan data
dapat dikatakan reliabel/ tidak. Alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur
tersebut memiliki sifat konsisten. Pengujian reliabilitas digunakan untuk
mengetahui konsistensi alat ukur apakah dapat diandalkan dan konsisten
jika dilakukan pengukuran berulang dengan instrumen tersebut. Pada
penelitian ini, uji reliabilitas akan dilakukan dengan metode pengukuran
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Dimana nilai Alpha Cronbach
menunjukkan >0,60 maka dapat disimpulkan bahwa variabel dapat
dikatakan reliabel atau konsisten dalam mengukur (Putri,2015).

Rumus Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach :

K Σs
r ℩= {
( k −1 )
2

1− ℩2
Sτ }
Keterangan:
K = Mean kuadrat antara subyek
∑ S¡ = Mean kuadrat kesalahan
S² = Varians total.

H. ANALISA DATA
1. Pengelolaan data

Pengelolaan data merupakan proses penataan data, dimana data


hasil pengumpulan yaitu data kasar. Pengelolaan data digunakan supaya
data kasar dapat diorganisir untuk disajikan dan dianalisa sehingga dapat
ditarik kesimpulan.

a. Editing (memeriksa data)

Editing atau memeriksa data adalah proses meneliti dimana hasil


pengisian kuesioner dikumpulkan untuk diperiksa kelengkapan apakah ada
respon yang tidak lengkap, tidak komplit dan membingungkan. Jika pada
tahap pemeriksaan ditemukan ketidaklengkapan maka peneliti harus
melakukan pengumpulan data kembali.

b. Coding (memberi kode)

Coding merupakan kegiatan merubah data yang berbentuk huruf


menjadi data yang berbentuk angka/bilangan. Kode adalah simbol yang
berbentuk huruf maupun angka yang bertujuan untuk memberikan
identitas data, kode yang diberikan biasanya memiliki sebuah arti sebagai
data kuantitatif yang berbentuk skor.

c. Processing (proses)

Processing adalah proses dimana semua hasil kuesioner terisi


penuh dan bessssssnar serta telah dikode jawaban responden pada hasil
kuesionr ke dalam aplikasi pengelolaan data di dalam computer.

d. Cleaning data
Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah diteliti
apakah sudah benar atau ada kesalahan pada saat memasukan data.

2. Analisa data
a. Analisis Univariate

Analisis univariate digunakan untuk mendeskripsikan atau


menggambarkan data yang telah terkumpul dengan tanpa adanya maksud
untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum/generalisasi
(Sugiyono,2017). Berikut adalah langkah-langkah analisis univariate
dalam penelitian ini :

Distribusi frekuensi

f
P= x 100 %
n

Keterangan :
P = Poporsi
F = Frekuensi kategori
N = Jumlah sampel
Setelah ditafsirkan ke dalam kriteria, kemudian data
diinterpretasikan ke dalam kata-kata menggunakan kategori dari Arikunto
(2010) yaitu :

1. 0% : Tidak ada yang menjawab


2. 1 % - 25% : Sebagian kecil responden
3. 26 % - 49 % : Hampir sebagian responden
4. 50 % : Setengah dari responden
5. 51% - 75% : Sebagian besar reponden
6. 76% - 99 % : Hampir seluruh responden
7. 100 % : Seluruh responden
Kategori dukungan keluarga menurut Nursalam (2013) adalah
sebagai berikut :
1. Baik, jika skor 60-44
2. Cukup, jika skor 31- 45
3. Kurang, jika skor 15- 30
Sedangkan kategori tekanan darah Eko Winarto (2011) adalah
sebagai berikut :
1. Normal, jika Tekanan Darah ≤ 130
2. Ringan, jika Tekanan Darah 130-149
3. Sedang, jika Tekanan Darah 150-179
4. Berat, jika Tekanan Darah ≥ 180

b. Analisis Bivariate

Analisis bivariate adalah analisi yang digunakan untuk dua


variabel yang diduga berhubugan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Analisis ini biasanya digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
dukungan keluarga dengan tekanan darah pada lansia. dengan
menggunakan uji statistik korelasi Spearman Rank atau Non Parametrik.
Secara umum persamaan yang digunakan untuk menghitung korelasi Rank
Spearman adalah sebagai berikut:

6 Σ b i2
rs=1− 2
n (n −1)
Keterangan:
rs : Koefisien korelasi rank spearman
bi : Selisih mutlak antara ranking data variabel X dan variable Y
n : Banyaknya responden
Untuk mengetahui kuat lemahnya tingkat derajat keeratan
hubungan antara variabel-variabel yang diteliti digunakan tabel kriteria
pedoman untuk koefisien korelasi sesuai dengan pendapat Sugiyono, 2012.

Tabel 3.3 Pedoman Koefisien Korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1.000 Sangat Kuat

I. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas


Sindangkasih Kabupaten Ciamis. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan April sampai dengan Mei.

Anda mungkin juga menyukai