PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga, menjadi salah satu
cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan meningkatkan
akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam
gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di
wilayah kerjanya. Pendekatan keluarga yang dalam hal ini merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh puskesmas dan perluasan dari
upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) yang meliputi kegiatan
kunjungan keluarga untuk pendataan data Profil Kesehatan Keluarga,
kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif
dan preventif, kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan
terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya
adalah penyakit hipertensi (Kemenkes RI, 2017).
Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek (Reisner dalam Murwani,
2014). Keluarga memiliki siklus kehidupan yang didalamnya terdapat tahap
yang dapat diprediksi seperti individu-individu yang mengalami pertumbuhan
dan perkembangan secara terus menerus. Perkembangan keluarga adalah
proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi perubahan pola
interaksi dan hubungan antar anggotanya disepanjang waktu. Tahap
perkembangan keluarga dimulai dari tahap keluarga baru sampai dengan
tahap keluarga usia lanjut. Pada tahap perkembangan usia lanjut ini dimulai
dari saat salah satu pasangan pensiun, dan berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun
merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan
kehilangan yang harus dialami oleh keluarga. Stressor tersebut adalah
berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan
1
2
Terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut dapat dilakukan
dengan beberapa cara seperti terapi farmakologi dan nonfarmakologi.
Analgesik merupakan jenis farmakologi untuk menurunkan nyeri, non-
steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID) merupakan jenis analgesik yang
pada umumnya digunakan untuk mengurangi nyeri ringan dan sedang,
sedangkan analgesik narkotik untuk nyeri sedang dan berat. Terapi non
farmakologi atau disebut juga terapi komplementer merupakan terapi
alternatif selain pengobatan secara medis. Terapi komplementer diantaranya
yaitu akupuntur, cupping therapy (bekam), terapi energy (tai chi, prana, terapi
suara), terapi biologis (herbal dan food combining) serta terapi sentuhan
modalitas (accupressure, pijat bayi, refleksi, dan terapi lainnya (Widyatuti,
2008).
Salah satu pengobatan alternatif yang banyak digunakan oleh masyarakat
saat ini adalah pengobatan dengan terapi bekam. Bekam merupakan
pengobatan yang sudah ada sejak 2000 tahun sebelum Masehi, jauh sebelum
Nabi Muhammad diutus sebagai pembawa syariat islam. Sebagai pengobatan
yang paling lama, bekam sudah dikenal luas dimasyarakat dengan segala
versinya, seperti cupping therapy, kop, blood letting therapy, al-hijamah,
candhuk, dan lain-lain. Tidak hanya di Indonesia, pengobatan bekam juga
menyebar rata di semua benua (Wadda, 2012).
Bekam adalah metode pengobatan dengan penyedotan kulit di bagian-
bagian tertentu untuk mengeluarkan racun dan oksidan dalam tubuh melalui
torehan tipis yang mengenai pembuluh darah kapiler pada epidermis. dengan
terapi ini beberapa penyakit dapat diobati seperti insomnia, hemophilia,
hipertensi, gout, reumatik arthritis, sciatica, back pain, migraine, vertigo,
anxietas serta penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental
(Ridho, 2015).
Bekam berperan mengeluarkan zat prostaglandin. Zat prostaglandin ini
berfungsi mengirim sinyal rasa nyeri ke otak. Melalui proses bekam, zat ini
dikeluarkan sehingga rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien berkurang
(Sharaf, 2012). Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
7
Purnama (2018) dan Nurhikmah (2017) yang mendapatkan hasil bahwa terapi
bekam dapat menurunkan skala nyeri.
Terapi bekam atau hijamah juga merupakan anjuran dari Rasulullah SAW
sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda “Sebaik-baiknya pengobatan
yang kamu lakukan adalah al hijamah (Bekam)”(HR Ahmad). Rasulullah
SAW bersabda “Jika dalam metode pengobatan kalian ada kebaikan, maka itu
ada dalam bekam”(HR. Ibnu Majah, Abu Dawud).
Hasil wawancara pada keluarga Tn. D di desa Wirokerten menyatakan
bahwa Tn. D yang berusia 65 tahun mempunyai penyakit hipertensi dan
sering megalami nyeri di tengkuk sehingga membuat tidak nyaman dalam
beraktivitas. Tn. D mengatakan jarang memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan. Tn. D hanya melakukan pemeriksaan kesehatan apabila merasakan
sakit yang sampai tidak bisa beraktivitas.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti tertarik
untuk malakukan analisis terapi bekam sebagai intervensi masalah
keperawatan nyeri akut pada kasus hipertensi keluarga Tn. D di desa
Wirokerten Banguntapan Bantul Yogyakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melakuan analisis berdasarkan teori asuhan keperawatan serta
analisis pelaksanaan terapi bekam sebagai intervensi masalah
keperawatan nyeri akut pada keluarga Tn. D di desa Wirokerten
Banguntapan Bantul Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga Tn. D dengan
tahap perkembangan keluarga lansia di desa Wirokerten
Banguntapan Bantul.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. D dengan
tahap perkembangan keluarga lansia di desa Wirokerten
Banguntapan Bantul.
8