Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No.

1 April 2018

Hubungan Kemandirian Keluarga Dengan Perawatan


Hipertensi Pada Keluarga Binaan Puskesmas
Sukaresmi Garut
Udin Rosidin1, Iwan Shalahuddin2, Umar Sumarna3
1
Universitas Padjadjaran, Email: dinr8629@gmail.com
2
Universitas Padjadjaran, Email: shalahuddin.iwan@gmail.com
3
Universitas Padjadjaran, Email: sumarna111058@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit kardiovaskuler kini menjadi penyebab utama kematian di dunia, termasuk di
Indonesia. Dari data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI tahun 2007
diketahui bahwa 31,9 % kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.
diantaranya adalah penyakit hipertensi sebesar 12,3 %, sebagai penyebab kematian
kedua setelah stroke. Selain menjadi penyebab kematian, penyakit hipertensi juga
prevalensinya sangat tinggi yaitu 31,7 %. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor
faktor apa saja yang berhubungan dengan kemandirian keluarga dalam melaksanakan
perawatan hipertensi pada keluarga binaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, dengan metode penelitian adalah cross sectional. Variabel dalam penelitian ini
adalah pengetahuan, akses ke pelayanan kesehatan dan perilaku petugas kesehatan sebagai
variabel independen dan kemandirian keluarga dalam melaksanakan perawatan hipertensi di
rumah adalah variabel dependennya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p ada variabel
independen pengetahuan responden 50% baik, akses ke pelayanan kesehatan 52,6%
jauh, dan perilaku petugas kesehatan 55,3% tidak melakukan standar pelayanan
kesehatan. Sedangkan variabel dependen 39,5 % responden berada pada tingkat
kemandirian I. Kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil adanya hubungan
antara pengetahuan dengan kemandirian keluarga (p value = 0,042), adanya hubungan
antara akses ke pelayanan kesebatan dengan tingkat kemandirian keluarga (p value = 0,044)
dan ada hubungan antara perilaku petugas kesehatan terhadap tingkat kemandirian (p value =
0,030). Saran untuk Puskesmas Sukaresmi yang dapat diberikan adalah untuk tetap
melakukan pembinaan keluarga khususnya pada penderita hipertensi, mendekatkan
jangkauan pelayanan kesehatan kepada keluarga binaan dan selalu bekerja sarna dengan
keluarga dalam melaksanakan program pembinaan keluarga.
Kata Kunci: Hipertensi, Kemandirian, Pengetahuan

ABSTRACT
Cardiovascular disease is now the leading cause of death in the world, including in Indonesia.
From the data of Basic Health Research of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia,
it is known that 31.9% of deaths in Indonesia are caused by cardiovascular disease. including
hypertension by 12.3%, as the second cause of death after stroke. In addition to causing death,
hypertension disease is also very high prevalence of 31.7%. The purpose of this study to
determine what factors are associated with family independence in implementing hypertension
treatment in the assisted family. This research use quantitative approach, with research method
is cross sectional. Variables in this research are knowledge, access to health service and
behavior of health officer as independent variable and family independence in carrying out
hypertension treatment at home is dependent variable. The results showed that the independent
variable of knowledge of 50% respondents good, access to health service 52,6% far, and
behavior of health officer 55,3% not doing health service standard. While the dependent
variable 39.5% of respondents are at the level of independence I. The conclusion based on the

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 12


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

result of statistical test showed that there was a correlation between knowledge with family
independence (p value = 0,042), existence of relation between access to service of debate with
family independence level (p value = 0,044) and there is correlation between behavior of health
officer to level of independence (p value = 0,030). Suggestions for Sukaresmi Puskesmas that
can be given is to keep doing family coaching, especially on hypertension patient, closer the
reach of health service to assisted family and always work together with family in executing
family development program
Keywords: Hypertension, Independence, Knowledge

Diterima:10 Januari 2018, Direvisi: 19 Februari 2018, Diterbitkan: 15 April 2018

PENDAHULUAN Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian


Pembangunan kesehatan adalah bagian dari Kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa 31,9
pembangunan nasional yang bertujuan untuk % kematian di Indonesia disebabkan oleh
meningkatkan kesadaran, kemauan dan penyakit kardiovaskuler. Penyakit
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar kardiovaskuler tersebut diantaranya adalah
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang penyakit hipertensi sebesar 12,3 %, sebagai
setinggi tingginya (Depkes RI, 2004). Untuk penyebab kematian kedua setelah stroke
menjamin tercapainya tujuan pembangunan sebesar 26,9 %.
kesehatan tersebut sangat ditentukan oleh Selain menjadi penyebab kematian, penyakit
perkembangan ilmu pengetahuan dan hipertensi juga prevalensinya sangat tinggi.
teknologi di bidang kesehatan. Keberhasilan Sekitar 600 juta penderita hipertensi tersebar
perkembangan ilmu pengetahuan dan dibeberapa negara berkembang. Angka
teknologi kesehatan tersebut selain berdampak kejadian penyakit hipertensi di Indonesia
pada hasil pembangunan juga dapat berkisar 2 – 18 % yaitu kira kira terdapat 20
meningkatnya produktifitas penduduk, juta orang penderita hipertensi (Arza, P. A.,
penurunan angka kematian akibat sakit dan & Yenni, N. (2014). Menurut Rahajeng, E.,
meningkatnya usia harapan hidup serta terjadi & Tuminah, S. (2009) prevalensi penyakit
pergeseran pola penyakit, dari penyakit infeksi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 %
dan malnutrisi ke penyakit non infeksi sedangkan diabetes mellitus 5,7 % dan
(Sarvasti, 2012). stroke 0,8 %
Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi Dilihat dari jumlah penderita hipertensi yang
dan malnutrisi ke penyakit non infeksi tersebut terjadi di Indonesia, jumlah penderita
sangat di tentukan pula oleh perilaku hipertensi ini tersebar di beberapa provinsi
masyarakat yang tidak mendukung hidup termasuk di Provinsi Jabar. Tingkat
sehat. Keadaan ini sesuai dengan konsep prevalensi di Provinsi Jabar mencapai 9,5%,
transisi epidemiologi yang diperkenalkan oleh sedangkan rata-rata nasional 7,2 %
Sarvasti (2012). Konsep transisi epidemiologi (Riskesdas, 2007). Berdasarkan profil
tersebut menggambarkan adanya kesehatan Kabupaten Garut tahun 2011 pola
kecenderungan dominasi penyakit degenaritf. penyakit rawat inap dan rawat jalan di
Penyakit degeneratif yang merupakan puskesmas, penyakit hipertensi menduduki
penyebab utama morbiditas dan mortalitas saat urutan ke 6 (4.2%) setelah influenza
ini adalah penyakit kardiovaskuler yaitu (17,1%), infeksi saluran nafas akut (11,2%),
jantung koroner, hipertensi dan diabetes gastroduodenitis tidak spesifik 6,3%), tukak
melitus, (Sarvasti, 2012). lambung (5,6%), dan gastroenteritis (5,5%)
Penyakit kardiovaskuler kini menjadi (Garut, D. K. K, 2012).
penyebab utama kematian didunia, termasuk Hipertensi yaitu suatu penyakit dimana
di Indonesia. World Health Organization tekanan darah berkisar 140/90 mmHg yang
(WHO) memprediksikan bahwa dimasa yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus,
akan datang 80 % kematian akibat penyakit seperti gaya hidup yang kurang baik seperti
kardiovaskuler akan terjadi di Negara merokok, kurangnya olah raga dan pola
berkembang (Sarvasti, 2012). Dari data Riset makan yang tidak sehat (Utami, P, 2009).

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 13


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

Seperti halnya yang dikatakan oleh Brunner sebanyak 38 keluarga (36,89 %),
dan Suddart bahwa Tekanan darah adalah rheumatoid 26 keluarga (25,24 %), gastritis
tekanan yang ditimbulkan pada dinding 24 keluarga (23,30 %) dan sisanya 15
arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh keluarga (14,56%) adalah penderita TBC,
beberapa faktor seperti curah jantung, stroke, asma dan diabetes mellitus. Dari data
ketegangan arteri, laju serta kekentalan tersebut hampir setengahnya keluarga
(viskositas) darah. Tekanan darah biasanya binaan dengan entry point penyakit
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik hipertensi. Pembinaan keluarga
terhadapa tekanan diastolik dengan nilai dilaksanakan selama lima minggu, dan hasil
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 dari kegiatan tersebut adalah keluarga
sampai 140/90(Brunner dan Suddart, 2000). dengan tingkat kemandirian I sebanyak 47
Melihat karakteristik penyakit tersebut maka keluarga (41,59 %), keluarga dengan tingkat
penyakit hipertensi perlu ditangani dengan kemandirian II ada 42 keluarga (37,17 %)
baik. Untuk mencegah hal tersebut perlu ada dan keluarga dengan tingkat kemandirian III
keterlibatan keluarga sebagai deteksi dini sebanyak 24 keluarga (21,24 %).
dan pelaksana perawatan hipertensi di Apabila kita lihat data hasil kegiatan
rumah. Melihat hal tersebut diperlukan pembinaan tersebut, terdapat perbedaan
kemandirian keluarga, karena keluarga tingkat kemandirian walaupun dibina secara
mempunyai tugas dalam penanganan bersamaan. Perbedaan tingkat kemandirian
masalah kesehatan di rumah (Padila, 2012). tersebut sangat ditentukan oleh faktor faktor
Kemandirian keluarga adalah kemampuan yang mendukung keluarga dalam
dan inisiatif keluarga dalam mengenal dan melaksanakan perawatan di rumah. Dari
mengatasi masalah kesehatan secara latar belakang di atas, maka tujuan
mandiri. penelitian ini adalah untuk mengetahui
Kemandirian keluarga dalam hal ini adalah faktor faktor apa saja yang berhubungan
perilaku keluarga dalam melaksanakan dengan kemandirian keluarga dalam
tindakan keperawatan secara mandiri. melaksanakan perawatan hipertensi pada
Menurut Green yang diambil dari Ardi keluarga binaan Puskesmas Sukaresmi
perilaku kesehatan terbentuk dari tiga factor, Kabupaten Garut tahun 2014.
yaitu 1). Predisposing factors yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap, KAJIAN LITERATUR
kepercayaan, keyakinan dan nilai nilai, 2), Kemandirian berasal dari kata dasar diri
Enabling factors yang terwujud dalam yang mendapatkan awalan "·ke" dan
lingkungan fisik dan sarana (fasilitas) akhiran "-an" yang kemudian membentuk
kesehatan dan 3). Reinforcing factors yang suatu kata keadaan atau kata benda.
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas Karena kemandirian berasal dari kata
kesehatan(Ardi, 2012). dasar diri, pembaha san mengenai
Petugas kesehatan khususnya tenaga kemandirian tidak dapat dilepaskan dari
keperawatan di puskesmas mempunya peran pembahasan mengenai perkembangan diri
yang sangat penting dalam pelaksanaan itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers
pembinaan keluarga mandiri. Dalam upaya disebut dengan istilah self (Ardi, 2012).
tersebut, petugas keperawatan sering bekerja Karena diri itu merupakan inti dari
sama dengan mahasiswa keperawatan dalam kemandirian. Senada dengan definisi diatas,
pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga. Ardi (2012) menyatakan bahwa kemandirian
Pada tahun 2013 Puskesmas Sukaresmi rnerupakan suatu kemampuan individu
Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak
bekerja sama dengan mahasiswa Akademi tergantung kepada orang lain. Mu'tadin juga
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Garut menyatakan bahwa kemandirian meliputi
melaksanakan kegiatan pembinaan keluarga perilaku mampu berinisiatif, mampu
di tujuh desa wilayah Puskesmas Sukaresmi. mengatasi hambatan/masalah, mempunyai
Keluarga yang dibina sebanyak 113 keluarga rasa percaya diri dan dapat melakukan
dengan entry point penderita hipertensi

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 14


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain a. Hindari makanan berlemak (daging,
(Ardi, 2012). keju, jeroan, santan, gorengan)
Untuk dapat rnandiri seseorang b. Kurangi garam dapur ( 14 sendok teb
rnembutuhkan kesempatan, dukungan dan perhari)
dorongan dari keluarganya, agar dapat c. Hindari makanan yang diawetkan
mencapai otonomi atas diri sendiri. (sarden, ikan asin, mie instan)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas d) Kendalikan stress dengan teknik relaksasi,
maka dapat disimpulkan bahwa nafas dalam, yoga, bercerita).
kemandirian adalah kemampuan seseorang d. Lakukan latihan fisik secara teratur
untuk rnengontrol perilakunya dan (jalan pagi, senam relaksasi)
menyelesaikan masalahnya secara bebas, e. Kontrol Berat Badan
bertanggung jawab, percaya diri dan penuh f. Berhenti merokok / kopi
inisiatif serta dapat memperkecil g. Periksa Tekanan darah secara
ketergantungannya pada orang lain. rutin/perminggu ( Sudiharto, 2005)
Aspek-aspek kemandirian meliputi Keluarga adalah suatu ikatan atau
mengambil inisiatif meneoba mengatasi persekutuan hidup atas dasar perkawinan
rintangan dalam lingkungannya, meneoba antara orang dewasa yang berlainan jenis
mengarahkan perilakunya menuju yang hidup bersama atau seorang perempuan
kesempurnaan, memperoleh kepuasan dari yang sudah send irian dengan atau tanpa
bekerja dan mencoba mengerjakan tugas- anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan
tugas rutin oleh dirinya sendiri (Ardi, tinggal dalam sebuah rumah tangga (Padila,
2012). Dalam melatih kemandirian 2012).
seseorang sangatlah sulit, namun hal Alasan keluarga sebagai salah satu unit
itu dapat dilakukan walau dengan cara dalam pelayanan kesehatan adalah:
bertahap. Prinsip yang perlu diingat adalah a. Keluarga merupakan unit terkecil dari
bahwa seseorang akan terlatih menjadi komunitas/masyarakat, keluarga
mandiri bila ia diberi peluang untuk merupakan lembaga yang menyangkut
melakukannya. kehidupan masyakat. Dari keluarga
Hipertensi merupakan gangguan yang sehat akan tercipta komunitas
asimptomatik yang sering terjadi ditandai yang sehat.
dengan peningkatan tekanan darah secara b. Keluarga sebagai kelompok yang
persisten (Potter & Perry, 2005). Menurut dapat menimbulkan, mencegah,
Brunner & Suddarth Hipertensi dapat mengabaikan atau memperbaiki masalah
didefinisikan sebagai tekanan darah kesehatan yang ada. Jika salah satu
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas anggota keluarga sakit atau
140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mengalami masalah kesehatan, maka
rmnHg. Pada populasi manula, akan mempengaruhi kesehatan anggota
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan keluarga secara keseluruhan.
sistolik 160 rmnHg dan tekanan diastolik c. Masalah kesehatan dalam satu
90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2002) keluarga saling berkaitan. Misalnya
Hipertensi merupakan penyakit yang Ibu hamil kurang gizi, akan mengalami
berhubungan dengan tekanan darah man penurunan daya tahan tubuh sehingga
usia. Tekanan darah itu sendiri mudah terserang penyakit dan pada
didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi akhirnya akan mempengaruhi
di dalam pembuluh arteri manusia ketika pertumbuhan dan perkembangan janin.
darah dipompa oleh jantung ke seluruh d. Dalam penyelesaian masalah
anggota tubuh. (Ridwan, 2009 ). kesehatan, keluarga sebagai pengambil
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan keputusan. Keluarga pada akhirnya
di rumah oleh keluarga pada klien yang menentukan apakah masalah
Hipertensi menurut Sudiharto (2005) adalah keserhatan akan dihilangkan,
: dibiarkan atau bahkan mendatangkan
maslah kesehatan lain, sehingga

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 15


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

dalam hal ini akan mempengaruhi perawatan hipertesnsi pada keluarga


keluarga untuk mengambil keputusan binaan dan variabel independennya adalah
yang tepat terhadap masalah kesehatan pengetahuan responden, akses ke
yang dialami. pelayanan kesehatan dan perilaku petugas
e. Keluarga merupakan perantara yang kesehatan. Karena variabel tersebut akan
efektif dan mudah untuk mengatasi mempengaruhi kepada kemandirian
berbagai masalah kesehatan masyarakat keluarga dalam melaksanakan perawatan
(DepKes, R. I. 2004) hipertensi di rumah.
Dalam melaksanakan pembinaan keluarga
petugas kesehatan diharuskan mengikuti PEMBAHASAN
standart pelayanan kesehatan terhadap Analisis univariat karakteristik responden
tempat pelayanan kesehatan yaitu : dari umur, jenis kelamin, pendidikan dan
Seluruh pelayanan kesehatan dirumah pekerjaan didapatkan sebagai berikut: rata-
direncanakan, diorganisir langsung oleh rata umur responden adalah 55,24 tahun,
tenaga perawatan professional, perawat umur tertua 73 tahun dan umur termuda
menerapkan konsep teori sebagai dasar 35 tahun.
pengambilan keputusan, Secara Kurang dari setengahnya responden berada
berkelanjutan perawat mengumpulkan pada kelompok usia 55 - 64 tahun.
data secara menyeluruh, akurat dan Sedangkan Jenis kelamin responden lebih
sistematis, perawat menggunakan data dari setengahnya adalah perempuan yaitu
pengkajian untuk menentukan diagnose sebanyak 55,3%. Pendidikan responden
keperawatan, Perawat mengembangkan sebagian besar hanya lulus Sekolah Dasar
rencana, menetapkan tujuan berdasrakan yaitu berjumlah 86.8 %, Sedangkan
dioagnosa keperawatan, perawat dipandu pekerjaan responden lebih dari
oleh rencana untuk memberikan setengahnya tidak bekerja yaitu sebesar
kenyamanan, pemulihan, perbaikan dan 72%.
pendidikan kesehatan, Secara Pengetahuan responden di daerah binaan
berkelanjutan perawat mengevaluasi Puskesmas Sukaresmi tentang cara
respon klien dan keluarga, perawat pencegahan dan perawatan hipertensi di
bertanggung jawab terhadap kenyamanan rumah setengahnya responden berada pada
klien dan keluarga, perawat memulai kelompok yang rnemiliki pengetahuan
kerjasama dengan semua pelaksana baik yaitu 50%.
pelayanan kesehatan, dan perawat Persepsi responden terhadap jarak rumah ke
menggunakan kode etik dalam tempat pelayanan kesehatan lebih dari
melaksnakan perawatan (Sumijatun, at, al, setengahnya menyatakan rumahnya jauh
2006) dari tempat pelayanan kesehatan yaitu
52,6%.
METODE PENELITIAN Persepsi responden terhadap perilaku
Rancangan penelitian yang dilakukan dalam petugas kesehatan, lebih dari setengahnya
penelitian ini adalah survey analitik memiliki persepsi “ya” melakukan standar
dilakukan dengan menggunakan pendekatan pelayanan keperawatan masyarakat, yaitu
kuantitatif, metode penelitiannya adalah sebesar 55,3 %.
cross sectional, karena dalam penelitian ini
variabel terikat dan variabel bebas di Tingkat kemandirian Keluarga binaan
kumpulkan pada saat bersamaan dan Puskesmas Sukaresmi kurang dari
sifatnya sesaat (Notoatmojo, 2012). Ini setengahnya berada pada tingkat
berarti setiap subyek hanya diobservasisatu kemandirian I, yaitu sebanyak 39,5%.
kali saja dan pengukuran dilakukan Analisis biavariat menggambarkan
terhadap status karakter atau variabel hubungan antara variabel bebas dengan
subyek pada saat pemeriksaan. variabel terikat, Variabel bebas dalam
Variabel dependen penelitian ini adalah penelitian ini adalah pengetahuan, akses ke
kemandirian keluarga dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan perilaku petugas.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 16


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

Sedangkan variabel terikatnya adalah Hasil analisi bivariat antara pada penelitian
tingkat kemandirian keluarga. adalah sebagai berikut

Tabel 1
Analisis Uji Hubungan antara Pengetahuan Responden dengan Kemandirian Keluarga
di Puskesmas Sukaresmi Kabupaten Garut Tahun 2014

Kemandirian Keluarga
Jml p value
Pengetahuan KM III KM II KM I
F % f % f %
Baik 9 47,4 6 31,6 4 21,1 19 0,042
Kurang 3 15,8 5 26,3 11 57,9 19
Jumlah 12 11 15 38

Tabel 2
Analisis Uji Hubungan Antara Akses ke Yankes dengan Kemandirian Keluarga
di Puskesmas Sukaresmi Kabupaten Garut Tahun 2014

Kemandirian Keluarga
Akses ke
KM III KM II KM I Jumlah P Value
Yankes
F % f % F %
Dekat 9 50 5 27,8 4 22,2 18 0,044
Jauh 3 15 6 30 11 55 20
Jumlah 12 11 15 38

Tabel 3
Analisis Uji Hubungan Antara Perilaku Petugas dengan Kemandirian Keluarga
di Puskesmas Sukaresmi Kabupaten Garut Tahun 2014

Kemandirian Keluarga
Perilaku
KM III KM II KM I Jumlah P Value
Petugas
F % F % F %
Melakukan 10 50 5 25 5 25 20 0,030
Tidak 2 11,1 6 33,3 10 55,6 18
Jumlah 12 11 15 38

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 17


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

Terbuktinya ada hubungan antara pelayanan kesehatan maka akan semakin


pengetahuan tersebut terhadap tingkat baik tingkat kemandirian keluarga dalam
kemandirian keluarga dalam melaksanakan melaksanakan perawatan hipertensi di
perawatan hipertensi pada daerah binaan rumah. Kesimpulannya adalah pada alpha
Puskesmas Sukaresmi sesuai dengan 5% ada hubungan yang signifikan antara
pendapat Agrina, A., & Zulfitri, R. (2013) tingkat kemandirian keluarga dengan
bahwa kemandirian adalah sebuah perilaku persepsi responden tentang akses ke
yang merupakan respon seseorang terhadap pelayanan kesehatan.
stimulus. Respon tersebut diolah dalam Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
pikiran seseorang berdasarkan pengetahuan pernyataan, bahwa perilaku seseorang
yang dimiliknya. Pendapat lain menyatakan sangat ditentukan oleh sarana yang
bahwa kemandirian merupakan suatu mendukung terhadap perilaku yang akan
kemampuan individu untuk mengatur dibentuk. Salah satu sarana tersebut adalah
dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada keterjangkauan terhadap pelayanan
orang lain (Ardi, 2012). Pendapat lain juga kesehatan. Karena penyakit hipertensi sering
menyatakan bahwa kemandirian meliputi terjadi tanpa keluhan maka penyakit
perilaku mampu berinisiatif, mampu hipertensi memerlukan pelayanan rutin dan
mengatasi hambatan atau masalah, berkala, baik di sarana pelayanan kesehatan
mempunyai rasa percaya diri dan dapat maupun tindakan perawatan di rumah
melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan (Ridwan, 2009).
orang lain. Kemampuan-kemampuan hubungan antara perilaku petugas dengan
tersebut harus didukung oleh pengetahuan kemandirian keluarga menunjukan bahwa
yang cukup untuk dapat mandiri dalam responden mempunyai persepsi (“ya”)
mengatasi masalah atau hambatan (Ardi, terhadap petugas kesehatan dalam
2012). melaksanakan standar pelayanan kesehatan,
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka responden tersebut cenderung memiliki
untuk meningkatkan kemandirian keluarga tingkat kemandirian yang baik dan
dalam perawatan hipertensi di rumah perlu sebaliknya apabila responden mempunyai
diberikan pengetahuan secara rutin tentang persepsi tidak terhadap petugas kesehatan
permasalahan penyakit hipertensi. Dengan dalam melaksanakan standar pelayanan
pengetahuan yang dimilikinya maka kesehatan, responden tersebut cenderung
keluarga akan dapat melaksanakan cara memiliki tingkat kemandirian yang kurang.
pencegahan dan cara perawatan hipertensi. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang menyatakan bahwa dalam
keluarga tersebut adalah melalui program melaksanakan pembinaan keluarga petugas
perawatan kesehatan masyarakat dan secara kesehatan diharuskan mengikuti standart
bertahap melalui kegiatan kunjungan rumah pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan
yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan. yang dimaksud adalah tenaga keperawatan
Selain itu dalam pembinaan keluarga untuk yang mengkoordinir seluruh kegiatan
dapat meningkatkan kemandirian pembinaan keluarga. Standar pelayanan
seseorang dalam melaksanakan perawatan kesehatan yang harus dilaksanakan tersebut
hipertensi di rumah membutuhkan yaitu Seluruh pelayanan kesehatan dirumah
kesempatan, dukungan dan dorongan dari direncanakan, diorganisir langsung oleh
keluarganya, maka libatkanlah keluarga tenaga perawatan professional; Perawat
dalam setiap pembinaan yang dilaksanakan menerapkan konsep teori sebagai dasar
oleh petugas Puskesmas. pengambilan keputusan; Secara
Hubungan antara akses ke yankes dengan berkelanjutan perawat mengumpulkan data
kemandirian keluarga menunjukkan secara menyeluruh, akurat dan sistematis;
semakin jauh tempat tinggal responden Perawat menggunakan data pengkajian
dengan tempat pelayanan kesehatan maka untuk menentukan diagnosa keperawatan;
akan semakin rendah tingkat Perawat mengembangkan rencana,
kernandiriannya dan sebaliknya semakin menetapkan tujuan berdasarkan diagnosa
dekat rumah responden dengan tempat keperawatan; Perawat dipandu oleh rencana

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 18


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

untuk memberikan kenyamanan, pemulihan, kemandirian keluarga dalam melaksanakan


perbaikan dan pendidikan kesehatan; perawatan hipertensi pada keluarga binaan
Secara berkelanjutan perawat mengevaluasi Puskesmas Sukaresmi Kabupaten Garut
respon klien dan keluarga; Perawat Tahun 2014.
bertanggung jawab terhadap kenyamanan
klien dan keluarga; Perawat memulai REFERENSI
kerjasarna dengan semua pelaksana Agrina, A., & Zulfitri, R. (2013). Efektifitas
pelayanan kesehatan; Perawat menggunakan Asuhan Keperawatan Keluarga
kode etik dalam melaksanakan perawatan terhadap Tingkat Kemandirian
(Sumijatun, at, al, 2006). Keluarga Mengatasi Masalah
Berdasarkan permasalah tersebut diatas Kesehatan Di Keluarga. Sorot, 7(2),
peran petugas kesehatan sangatlah penting 81-89.
dalam meningkatkan kemandirian keluarga.
Faktor petugas kesehatan sangat penting, Ardi (2012), Konsep Kemandirian, Fakultas
petugas kesehatan sebagai pelaksana dalam Psikologi UIN SUSKA, Riau
program perawatan kesehatan masyarakat Pekanbaru
melalui pembinaan keluarga, memfasilitasi
keluarga dalam penggunaan sarana Arza, P. A., & Yenni, N. (2014). Faktor-
kesehatan, juga petugas kesehatan sebagai Faktor Yang Berhubungan Dengan
pendidik dalam bentuk pemberian Kejadian Hipertensi pada Orang
penyuluhan kesehatan dan membimbing Dewasa D iwilayah Kerja UPTDK
keluarga dalam melaksanakan tugas Puskesmas Simpang Empat Pasaman
keluarga di bidang kesehatan. Sehubungan Barat Tahun 2012. 'AFIYAH, 1(2).
hal tersebut maka Puskesmas Sukaresmi
diharapkan dapat mengembangkan standar DepKes, R. I. (2004). Sistem kesehatan
pelayanan kesehatan tersebut menjadi nasional 2004.
standar operasional prosedur yang tetap dan
harus dilaksanakan oleh petugas kesehatan Garut, D. K. K (2012). Profil Kesehatan
setiap akan melaksakan kegiatan. Kabupaten Garut Tahun 2011. Dinkes
Garut.

Padila, N. (2012). Buku Ajar Keperawatan


PENUTUP Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Karakteristik keluarga binaan dengan Medika.
masalah hipertensi rata-rata umur
responden 55 tahun, Pengetahuan Rahajeng, E., & Tuminah, S. (2009).
responden tentang cara pencegahan dan Prevalensi hipertensi dan
perawatan hipertensi pada keluarga binaan determinannya di Indonesia. Majalah
setengahnya responden pengetahuan baik. Kedokteran Indonesia, 59(12), 580-
Persepsi responden tentang akses ke 587.
pelayanan kesehatan pada keluarga
binaan adalah lebih dari setengahnya Sarvasti. (2012), Penyakit Jantung Dan
responden berpersepsi jauh ke tempat Pembuluh Darah Penyebab Utama
pelayanan kesehatan. Ada hubungan yang Kematian Di Dunia, RSU Husada
signifikan antara pengetahuan responden Utama Surabaya
dengan tingkat kemandirian keluarga dalam
melaksanakan perawatan hipertensi. Sudiharto. (2005). Asuhan keperawatan
Ada hubungan yang signifikan antara keluarga denzan pendekatan
akses responden ke yankes dengan tingkat keperawatan transkulural. Penerbit
kemandirian keluarga dalam melaksanakan Buku Kedokteran.
perawatan hipertensi pada keluarga binaan.
Ada hubungan yang signifikan antara Sumijatun, S., Payapo, T. A., Maruhawa, J.,
perilaku petugas kesehatan dengan tingkat & Sumartini, M. (2005). Konsep

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 19


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

Dasar Keperawatan
Komunitas. Jakarta: EGC.

Utami, P. (2009). Solusi Sehat Mengatasi


Hipertensi. Jakarta: Agromedia
Pustaka.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 20


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Anda mungkin juga menyukai