Anda di halaman 1dari 13

HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Kejadian Hipertensi pada Usia 45-65 Tahun

A’udina Rosyada Ariyani 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Hipertensi adalah salah satu dampak dari adanya transisi epidemiologi, prevalensinya sebanyak
Diterima 19 Januari 2020 34,1% dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta. Jumlah Kasus PTM di seluruh Puskesmas
Disetujui 1 November Semarang sebanyak 161.283,3 kasus dengan peringkat tertinggi ke 3 ialah pada Puskesmas
2020 Bandarharjo sebanyak 11.014 kasus. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang
Dipublikasikan 19 mempengaruhi kejadian hipertensi. Jenis Penelitian ini analitik observasional menggunakan desain
November 2020 cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 77 responden menggunakan teknik purposive sampling.
________________ Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Bandarharjo selama dua bulan Maret –
Keywords: April 2020. Kuesioner sebagai instrumen penelitian dengan uji statistik menggunakan uji chi-square
(α=0,05). variabel umur (p value 0,02), aktifitas fisik (olahraga) (p value 0,01), obesitas (p value
Epidemiologic Transition,
Hypertension, Bandarharjo 0,003), konsumsi garam (p value 0,001), stres (p value 0,001), durasi tidur (istirahat) (p value 0,003)
PHC dan tingkat kolesterol (p value 0,027) dalam hal ini berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
____________________ usia 45-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Tahun 2019. Perlu ditingkatkan lagi
DOI: promosi kesehatan khususnya lansia sebagai upaya pencegahan serta pengendalian penyakit
https://doi.org/10.15294 hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo.
/higeia.v4iSpecial%203/
40392
Abstract
____________________
___________________________________________________________________
Hypertension is one impact of epidemiologic transition, the Prevalens is 34,1% with an estimated population of
260 million.The total cases at Primary Healt care in Semarang as much as 161.283,3 cases with the third
highest number is found at Bandarharjo Primary Health Care with 11.014 cases. This research was
observasional analitycal used cross sectional design. Total sampling is 77 respondent used purposive sampling
technique. The research place in Bandarharjo work area of Primary Health Care during 2 moth is March to
April 2020. Used Quessioner be an Instrument research and Statistic hypothesis with chi-square (α=0,05). Age
(p value 0,02), physical activity (p value 0,01), obesity (p value 0,003) salt consumption (p value 0,001), stress
(p value 0,001), sleep duration (p value 0,003), and cholesterol level (p value 0,027) in this variables have
relationship with hypertension aged 45-65 years old in Primary Helath Care. Need to be improved health
promotion especially in elderly to control hypertension in the work area of Bandarharjo Primary Health Care.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: audyara2014@gmail.com

506
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

PENDAHULUAN et al., 2011). NHANES (National Health and


Nutrition Examination Survey) tahun 2010,
Transisi epidemiologi adalah terjadinya menyebutkan bahwa dari 66,9 juta penderita
perubahan pola penyakit dari penyakit menular hipertensi di USA, terdapat 46,5% hipertensi
menuju penyakit tidak menular. Di Indonesia terkendali dan 53,5% hipertensi tidak terkendali
sendiri, perhatian terhadap penyakit tidak (NHANES, 2010). Menurut WHO (2013),
menular semakin meningkat seiring Indonesia adalah negara dengan prevalensi
meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di hipertensi tertinggi ke-2 setelah Myanmar untuk
masyarakat. Salah satu penyakit tidak menular kawasan Asia Tenggara yaitu sekitar 36,6%.
adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi BALITBANGKES (hasil riset kesehatan dasar
(Depkes RI, 2006). 2013) menyatakan prevalensi hipertensi secara
Hipertensi berdasarkan rekomendasi Join nasional mencapai 25,8%. Riskesdas (2017)
National Committee In The Eighth Report of Join menyebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia
National Committee on Prevention, Detection, sebanyak 31,7%. Sebaliknya, terdapat
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure penurunan angka prevalensi di tahun 2018
menyatakan bahwa tekanan darah tinggi seperti yang dijelaskan pada profil kesehatan
(hipertensi) merupakan suatu keadaan di mana Jawa Tengah yaitu 25,8%. Meskipun demikian,
tekanan darah seseorang ≥ 140 mmHg (sistolik) hal ini perlu diwaspadai mengingat hipertensi
dan atau ≥ 90 mmHg. Efek (dampak) yang merupakan salah satu faktor degeneratif.
disebabkan oleh hipertensi antara lain stroke, Penyakit hipertensi sering disebut sebagai
gagal ginjal, penyakit jantung koroner, dan the silent disease atau penyakit tersembunyi.
bahkan dapat menyebabkan kematian (Susilo Banyak orang yang tidak sadar telah mengidap
dan Wulandari, 2011). Sebanyak 62% kasus penyakit hipertensi sebelum melakukan
stroke dan 49% kasus serangan jantung yang pemeriksaan tekanan darah. Hasil Riset
terjadi setiap tahunnya merupakan komplikasi Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
dari hipertensi. Hal ini juga dapat menimbulkan menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi
dampak ekonomis yaitu hilangnya penghasilan di Indonesia pada penduduk usia 18 tahun ke
rumah tangga apabila terjadi kecacatan atau atas. Disebutkan bahwa dari 15 milliar orang
kematian. Pertumbuhan ekonomi nasional juga yang terkena hipertensi, terdapat 50%
terancam apabila hipertensi menyerang usia merupakan penderita hipertensi tidak terkendali
produktif karena akan memengaruhi (Riskesdas, 2018). Jumlah pasien dengan
pembangunan nasional. hipertensi diperkirakan 15.000.000 orang, hanya
Laporan organisasi kesehatan dunia, 4% memiliki tekanan darah terkontrol
sekitar 40% orang berusia lebih dari 25 tahun sementara, 50% pasien memiliki tekanan darah
menderita hipertensi di tahun 2012. Di seluruh yang tidak terkontrol (Bustan, 2007). Menurut
dunia, 7.600.000 kematian premature (sekitar laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi
13,5% dari total global) yang disebabkan oleh adalah penyebab kematian nomor 3 setelah
tekanan darah tinggi. Hipertensi kini menjadi stroke dan tuberculosis. Di mana proporsi
masalah global karena prevalensinya yang terus kematiannya mencapai 6,7% dari populasi
meningkat dan kian hari semakin kematian di segala usia di Indonesia.
mengkhawatirkan. Diperkirakan pada tahun Selain permasalahan global, hipertensi
2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia juga menjadi salah satu penyakit tidak menular
akan menderita hipertensi (Depkes RI, 2006). yang paling banyak diderita masyarakat
Berdasarkan data dari AHA (American Indonesia (57,6%). Hal ini dibuktikan melalui
Heart Asosiation) tahun 2011, di Amerika Serikat jumlah kunjungan pasien hipertensi di Fasilitas
dari 59% penderita hipertensi hanya 34% yang Kesehatan Tingkat Pertama yang terus
terkendali. Disebutkan bahwa 1 dari 4 orang meningkat setiap tahunnya. Profil kesehatan
dewasa menderita hipertensi (Heidenreich PA, Jawa Tengah (2018), menyebutkan bahwa hasil

507
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

rekapitulasi data kasus baru penyakit tidak Puskesmas Bandarharjo cukup meningkat
menular (PTM), jumlah kasus PTM yang drastis. Pada awal 2017 terdapat 74 kasus
dilaporkan secara keseluruhan pada tahun 2018 kemudian meningkat pada tahun 2018 sebanyak
adalah 2.412.297 kasus. Adapun porsi kasus 15.683 jiwa. Adanya peningkatan kasus ini
tertinggi dengan jumlah terbanyak menepati puskesmas bandarharjo menepati kasus tertinggi
urutan pertama yaitu pada penyakit hipertensi pertama penyakit hipertensi pada puskesmas
sebesar 57,10%. yang ada di seluruh wilayah kota Semarang.
Profil Kesehatan Kota Semarang (2019), Kemudian, pada tahun 2019 terjadi penurunan
Kasus PTM tertinggi di puskesmas dan FKTP dengan jumlah 11.014 kasus, Data (Dinkes
ialah pada penyakit hipertensi, sebanyak sampai bulan September 2019). Pada tahun
161.283 kasus. Peningkatan drastis terjadi 2019 ini Puskesmas Bandarharjo menepati
antara tahun 2014 sampai 2019. Tahun 2014 urutan peringkat ke-3. Meskipun mengalami
kasus hipertensi sebanyak 37.673 kasus, beralih penurunan dari tahun sebelumnya namun kasus
ke tahun 2015 sebanyak 33.582 kasus. ini perlu mendapatkan penanganan khusus dan
Kemudian, pada tahun 2016 meningkat menjadi serius, mengingat hipertensi merupakan
48.756 kasus, tahun 2017 terjadi penurunan penyakit yang tiba-tiba datang tanpa diketahui
kasus sebanyak 8.355 kasus. Kembali menjadi sebelumnya hingga bisa menyebabkan kematian
tren pada tahun 2018 sebanyak 109.233 kasus. jika tidak segera ditangani.
Berdasarkan data yang tercatat sampai bulan
September 2019 kasus hipertensi sebanyak METODE
163.880 kasus. Sebaliknya, berbeda dengan
kasus yang mengalami penurunan dari tahun Penelitian ini menggunakan analitik
sebelumnya ialah penyakit diabetes tergantung observasional dengan rancangan penelitian
insulin (4183 kasus) dan non Insulin sebanyak potong lintang atau cross sectional. Rancangan
47248 kasus. Kasus hipertensi di Semarang penelitian tersebut adalah di mana pengamatan
sendiri, saat ini diperkirakan sebanyak 6,31%. atau pengukuran data yang dilakukan pada
Adanya peningkatan hipertensi dari tahun ke variabel bebas dan terikat dengan kebersamaan
tahun inilah akibat transisi epidemiologi, salah dalam suatu waktu. Variabel bebas dalam
satunya berasal dari pola gaya hidup yang penelitian ini adalah umur, jenis kelamin,
modern yang semuanya serba instan. Maka, riwayat keluarga (genetik), merokok, aktifitas
perlu adanya peningkatan dan perbaikan gaya fisik (olahraga), obesitas, konsumsi garam, stres,
hidup yang sehat agar kasus hipertensi bisa durasi tidur (istirahat), tingkat kolesterol, dan
dikendalikan. konsumsi kopi. Variabel terikatnya adalah
Urutan puskesmas dengan kasus kejadian hipertensi pada usia 45-65 tahun.
hipertensi tertinggi sampai bulan September Populasi penelitian ini adalah penderita
2019 di kota Semarang ialah Puskesmas hipertensi yang bertempat tinggal di wilayah
Tlogosari Wetan dengan jumlah kasus kerja puskesmas Bandarharjo. Kriteria inklusi
terbanyak pertama 18.360, rangking kedua dalam penelitian ini adalah penduduk yang
diduduki oleh Puskesmas Ngesrep sebanyak berusia 45-65 tahun, bisa berbicara verbal, dan
17.981 kasus kemudian 11.014 kasus dengan bersedia menjadi responden saat pengambilan
urutan tertinggi ke-3 ialah Puskesmas data. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo antara lain penduduk kurang dari usia 45-65
merupakan pusat pelayanan kesehatan dasar tahun, tidak dapat berbicara verbal, tidak
yang berada di wilayah Semarang Utara dari bersedia menjadi responden dan tidak berada di
kota Semarang dan merupakan puskesmas yang tempat saat pengambilan data berlangsung.
menyediakan rawat jalan. Dari data yang Bulan Maret–April 2020 merupakan
didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota pelaksanaan penelitian yang dilakukan di
Semarang 2019, peningkatan kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo, Kota

508
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Semarang Utara. 53,2%. Responden dengan konsumsi garam


Wawancara merupakan teknik yang tinggi sebesar 21 orang dengan persentase 27,3%
dipilih peneliti untuk pengambilan data. Sumber dan yang konsumsi garam normal sebesar 56
data dalam penelitian ini adalah data primer atau 72,7%. Responden yang mengalami stres
dan data sekunder. Sumber data primer sebesar 28 orang dengan persentase 36,4% dan
didapatkan melalui wawancara dan kuesioner. yang tidak mengalami stres sebesar 49 orang
Kuesioner sebagai instrumen yang dipilih atau 63,6%. Responden dengan durasi tidur
peneliti untuk memudahkan pengumpulan data. (istirahat) tidak baik sebesar 40 orang dengan
Sumber data sekunder didapatkan melalui persentase 51,9% dan yang durasi tidur
observasi Dinas Kesehatan Kota Semarang, (istirahat) baik 37 orang atau 48,1%.
Puskesmas Bandarharjo dan rekam medik Pada tabel 2 menunjukkan bahwa ada
pasien hipertensi pada wilayah kerja Puskesmas hubungan antara umur (p 0,002; RP 0,592;
Bandarharjo. 95%Cl 0,436-1.097), aktifitas fisik (olahraga) (p
Analisis data dalam penelitian ini 0,001; RP; 0,055; 95% Cl 0,008-0,357), obesitas
menggunakan analisis univariat dan bivariat. (p 0,003; RP 0,283; 95Cl% 0,163-0,493),
Analisis univariat menghasilkan distribusi konsumsi garam (p 0,0; RP; 0,067 95% Cl 0,010-
frekuensi responden berdasarkan variabel yang 0,455), stres (p 0,01; RP; 0,044; 95% Cl 0,006-
ada dalam penelitian. Analisis bivariat 0,301), durasi tidur (istirahat) (p;0,003;
menghasilkan hubungan antara variabel bebas RP;0,159 Cl 0.076-0,333), dan tingkat kolesterol
dan variabel terikat. Uji chi square dengan syarat (p 0,027; RP; 0,622 95% Cl 0,404-0957) dengan
tidak ada sel yang nilai observed nol dan sel kejadian hipertensi pada usia 45-65 tahun di
yang expected (E) kurang dari 5 maksimal 20% wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Tahun
dari jumlah sel dan hasil yang dibaca pada 2019.
bagian Pearson Chi-Square. Tidak ada hubungan antara jenis
kelamin (p 0,099), riwayat keluarga (p 0,857),
HASIL DAN PEMBAHASAN merokok (p 0,951), dan konsumsi kopi (P 0,283)
dengan kejadian hipertensi pada usia 45-65
Pada tabel 1 diketahui bahwa dari 77 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
responden, jumlah responden yang berumur 45- tahun 2019.
54 tahun sejumlah 37 orang dengan persentase Responden dengan umur 55-65 tahun
49,1 % dan yang berumur 54-65 sebesar 40 berpeluang 0,592 kali lebih besar terkena
orang atau 51,9%. Responden yang berjenis penyakit hipertensi dibandingkan dengan
kelamin perempuan sejumlah 33 orang dengan responden umur 45-54 tahun. Hipertensi
persentase 42,9 % dan berjenis kelamin laki-laki meningkat seiring bertambahnya umur
sebanyak 44 orang atau 57,1%. Responden yang seseorang. Hal ini juga disebabkan adanya
mempunyai riwayat keluarga (genetik) sejumlah kemunduran fungsi organ tubuh khususnya
27 orang dengan persentase 35,1% dan yang pada kelompok lanjut usia yang menyebabkan
tidak mempunyai riwayat keluarga (genetik) kelompok ini rawan terhadap serangan berbagai
sejumlah 50 orang atau 64,9%. Responden yang penyakit kronis, salah satunya hipertensi. Di
merokok sejumlah 19 orang dengan persentase samping itu, sensitivitas pengatur tekanan darah
24,7% dan yang tidak merokok sebanyak 58 yaitu refleks bareseptor mulai berkurang.
orang atau 75,3%. Responden dengan tingkat Bertambahnya umur seseorang menyebabkan
aktifitas fisik (olahraga) kurang baik sejumlah 25 terjadinya perubahan struktur pada pembuluh
orang dengan persentase 32,5 % dan yang darah besar sehingga membuat lumen menjadi
tingkat aktifitas fisik (olahraga) baik sebanyak lebih sempit dan dinding pembuluh darah
52 orang atau 67,5%. Responden yang obesitas menjadi kaku. Akibatnya, terjadi peningkatan
sebanyak 36 orang dengan persentase 46,8 % tekanan darah sistolik (Kaplan, 2010).
dan yang tidak obesitas sebanyak 41 atau Ini searah dengan penelitian Hindus

509
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel yag berhubungan dengan kejadian Hipertensi Pada usia 45-65
tahun
Variabel Kategori Frekuensi Persentase
Umur 45-54 tahun 37 48,1
55-65 tahun 40 51,9
Jenis Kelamin Perempuan 33 42,9
Laki-laki 44 57,1
Riwayat Keluarga Ada 27 35,1
Tidak ada 50 64,9
Merokok Merokok 19 24,7
Tidak Merokok 58 75,3
Aktifitas Fisik Kurang baik 25 32,5
Baik 52 67,5
Obesitas Obesitas 36 46,8
Tidak Obesitas 41 53,2
Konsumsi Garam Tinggi 21 27,3
Normal 56 72,7
Stres Stres 28 36,4
Tidak Stres 49 63,6
Durasi Tidur Lama 40 51,9
(istirahat) Pendek 37 48.1
Tingkat Kolesterol Tinggi 36 46,8
Normal 41 53,2
Konsumsi Kopi Sering 17 22,1
Jarang 60 77,9
Hipertensi Hipertensi 41 53,2
Tidak hipertensi 36 46,8

et al., (2016) bahwa banyaknya kelompok yang dinyatakan hipertensi lebih lazim di kelas
mengalami hipertensi terjadi pada umur >35 pegawai dan swasta. Pensiunan pegawai
tahun daripada <35 tahun. Dengan hasil nilai p memiliki proporsi yang lebih tinggi terkena
value 0,01 di mana ada hubungan yang hipertensi. Hasil yang sama disebutkan oleh
bermakna antara variabel umur dengan kejadian Kusuma et al., dalam studi yang dilakukan di
hipertensi. Dalam hal ini, dijelaskan bahwa Delhi bahwa hanya 59% pasien hipertensi
variabel umur terdapat kaitan dengan pekerjaan sedang dalam pengobatan pada usia >35 tahun.
seseorang. Ini konsisten dengan temuan dalam Berdasarkan hasil penelitian ini
studi yang dilakukan oleh Tsutsumi et al., (2001) responden dengan umur 55-65 tahun sebagian
yang mengungkapkan bahwa pekerjaan adalah besar mengalami hipertensi 28 responden
sebagai faktor risiko independen hipertensi yang (70,0%) dan 12 responden (30.0%) tidak
didasarkan pada variabel umur. Di sini mengalami hipertensi. Peningkatan umur pada

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat


No Variabel Bebas p Value RP 95% Cl Keterangan
1. Umur 0,002 0,592 0,310-0,813 Ada hubungan
2. Jenis Kelamin 0,099 - - Tidak ada hubungan
3. Riwayat Keluarga (Genetik) 0,857 - - Tidak ada hubungan
4. Merokok 0,951 - - Tidak ada hubungan
5. Aktifitas Fisik (Olahraga) 0,001 0,055 0,008-0,357 Ada hubungan
6. Obesitas 0,003 0,283 0,163-0,493 Ada hubungan
7. Konsumsi Garam 0,000 0,067 0,010-0,455 Ada hubungan
8. Stres 0,000 0,044 0,006-0,301 Ada hubungan
9. Durasi Tidur (Istirahat) 0,003 0,159 0,076-0,333 Ada hubungan
10. Tingkat Kolesterol 0,027 0,622 0,404-0,957 Ada hubungan
11. Konsumsi Kopi 0,283 - - Tidak ada hubungan

510
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

prevalensi hipertensi juga sependapat dengan pada umur 45-65 tahun ditunjukkan dengan
Todkar bahwa peningkatan umur pada kejadian nilai p Value 0,857 di mana nilai tersebut >0,05.
hipertensi dapat dijelaskan dengan adanya Keeratan hubungan yang terjadi antara riwayat
perubahan gaya hidup, migrasi, stres, perubahan keluarga dengan kejadian hipertensi usia 45-65
aterosklerosis dalam pembuluh darah yang tahun adalah rendah. Tidak adanya hubungan
terjadi dengan usia dan genetik tertentu dan antara kedua variabel tersebut disebabkan oleh
faktor lingkungan. beberapa hal, salah satunya adalah keluarga
Berdasarkan tabel 2. bahwa jenis kelamin yang memiliki riwayat hipertensi sudah
bukan faktor yang berhubungan dengan melakukan tindakan pengendalian secara turun
kejadian hipertensi (P 0,099). Dalam hal ini, temurun. Terkadang responden tidak menyadari
responden yang berjenis kelamin perempuan bahwa aktivitas yang dilakukan dapat
maupun laki-laki mempunyai risiko relatif yang mengendalikan tekanan darah karena sudah
sama terhadap kejadian hipertensi. Berdasarkan menjadi kebiasaan. Tindakan pengendalian
Kemungkinan terjadinya relatif kesamaan risiko yang menjadi kebiasaan seperti pola makan,
hipertensi, bahwa mayoritas perempuan kebiasaan olahraga, dan lain-lain. Faktor
sekarang ialah bekerja sehingga dapat hereditas yang ditekankan bukan dari segi
mempengaruhi keadaan psikologi, misalnya genetik, melainkan lebih kepada pola makan
seperti stres. Adanya stres yang dideritanya yang menurun dalam keluarga. Kecenderungan
akan meningkatkan risiko hipertensi. Hal terjadinya hipertensi dalam keluarga dapat
tersebut didukung oleh Arief (2000), bahwa diakibatkan kesamaan pola makan, orang tua
perempuan menopause memiliki pengaruh yang merokok, dan konsumsi alkohol (Rina,
sama pada terjadinya hipertensi. Perempuan 2015).
yang telah menopause mengalami perubahan Berbeda dengan penelitian Agustina
hormonal yang menyebabkan kenaikan berat (2015) yang menyatakan bahwa terdapat
badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif hubungan yang signifikan antara riwayat
terhadap konsumsi natrium sehingga keluarga dengan kejadian hipertensi (p value=
mengakibatkan peningkatan tekanan darah. 0,019, OR=4,125). Sebagian besar responden
Sebelum memasuki masa menopouse, yang terdiri dari 34 responden dengan
perempuan mulai kehilangan hormon estrogen presentase sebesar 55% tidak memiliki faktor
sedikit demi sedikit dan sampai masanya genetik, sedangkan responden yang memiliki
hormon estrogen harus mengalami perubahan faktor genetik sebanyak 26 responden dengan
sesuai dengan umur perempuan, yaitu dimulai persentase 45%. Riwayat keluarga dekat yang
sekitar umur 45-55 tahun. menderita hipertensi (faktor keturunan)
Sundari (2015) dalam penelitiannya mempertinggi risiko terkena hipertensi,
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara terutama pada hipertensi primer. Tentunya
jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. faktor genetik ini juga dihubungkan dengan
Responden yang berjumlah 94 berjenis kelamin faktor-faktor lingkungan lain yang
perempuan dengan hasil 80 responden (51,6%) menyebabkan seorang menderita hipertensi.
menderita hipertensi esensial (primer) dan 14 Faktor genetik berkaitan dengan metabolisme
responden (9,0%) menderita hipertensi pengaturan garam dan sel membran renin.
sekunder. Hasil uji statistik didapatkan nilai p- Meskipun dalam beberapa penelitian
value 0,04. Menurut penelitian ini berarti orang menyatakan bahwa penyakit hipertensi terjadi
yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak karena faktor riwayat keluarga (genetik), tetapi
menderita hipertensi dibandingkan laki-laki masih sulit untuk menentukan secara pasti
terutama pada penderita hipertensi dewasa tua faktor risiko terjadinya hipertensi. Hal ini
dan lansia. disebabkan karena banyaknya faktor yang
Tidak ada hubugan yang signifikan antara mempengaruhi seperti umur, lyfe style, dan lain-
riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi lain.

511
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Hasil analisis bivariat menunjukkan (olahraga) merupakan faktor risiko yang


bahwa merokok bukan termasuk faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi usia
berhubungan dengan kejadian hipertensi pada 45-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas
usia 45-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo tahun 2019. Ditunjukkan dengan
Bandarharjo. Dibuktikan dengan uji statistik nilai p value 0,001 yang mana nilai tersebut <
menggunakan uji chi square yang menghasilkan 0,05. Nilai Rasio Prevalens (RP) sebesar 0,055
nilai p 0,951 >0,05. Tidak adanya hubungan yang menunjukkan bahwa orang dengan tingkat
merokok dengan kejadian hipertensi disebabkan aktifitas fisik (olahraga) rendah (tidak banyak
oleh besar sampel yang tidak mencukupi untuk bergerak) mereka cenderung mempunyai
menunjukkan kebermaknaan pada penelitian tekanan darah yang lebih tinggi. Dalam hal ini,
ini. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa aktivitas yang berupa gerakan atau latihan
risiko orang yang sedang merokok saat ini aerobik bermanfaat untuk meningkatkan dan
(perokok aktif) relatif sama dengan orang yang mempertahankan kebugaran dan ketahanan
tidak pernah merokok atau bukan perokok kardio-respirator (Giam, 2000).
(Thuy et al., 2010). Aktivitas fisik yang teratur membantu
Hasil penelitian ini sejalan dengan meningkatkan efisiensi jantung secara
penelitian yang dilakukan oleh Stefhany (2012) keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif
terhadap 123 responden. Pada penelitian umumnya mempunyai tekanan darah yang
tersebut, didapatkan hasil bahwa tidak ada lebih rendah dan lebih jarang terkena tekanan
hubungan yang signifikan antara kebiasaan darah tinggi. Mereka yang secara fisik aktif
merokok dengan hipertensi dengan nilai p value cenderung mempunyai fungsi otot dan sendi
1,000 (antara mantan perokok dengan orang yang lebih baik karena organ-organ demikian
yang tidak pernah merokok). Terlihat bahwa lebih kuat dan lebih lentur. Sejalan dengan
responden yang menderita hipertensi lebih penelitian Wan-Fei et al., di Malaysia (p value
banyak dari responden mantan perokok (56,7%) =0,0001) yang menyatakan bahwa 88.75 orang
dibandingkan dengan responden yang perokok (15.48%) telah melakukan aktifitas fisik secara
(54,5%), dan tidak merokok (54,9%). baik dan 82.05 (16.96 %) jarang (tidak aktif
Berbeda dengan hasil penelitian yang melakukan aktifitas fisik). Di dalam penelitian
dilakukan oleh Setyanda (2015) yang yang dilakukan digunakan masa pengukuran
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang menggunakan International Physical Activity
signifikan antara kebiasaan merokok dengan Questionnaire (IPAQ) untuk menilai seberapa
kejadian hipertensi dengan nilai (p-value) 0,003. besar aktifitas fisik yang dilakukan selama 7 hari
Didukung oleh Aula (2010), bahwa zat-zat menggunakan 9 pertanyaan (Craig et al., 2003).
kimia beracun (toksik) dalam rokok dapat Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa
mengakibatkan naiknya tekanan darah atau responden yang melakukan aktivitas fisik secara
hipertensi. Salah satu toksik tersebut adalah baik dapat menurunkan faktor risiko penyakit
nikotin. Nikotin dapat meningkatkan adrenalin hipertensi serta meningkatkan fungsi fisik, peran
yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan fisik, peran emosinal, kesehatan mental, dan
bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat sosial lebih banyak dibandingkan dengan yang
sehingga menimbulkan tekanan darah ikut jarang (tidak melakukan aktifitas fisik).
meningkat. Nikotin yang ada di dalam rokok Berbeda dengan penelitian yang
dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang dilakukan oleh Sundari (2016) bahwa bahwa
melalui pembentukan plak aterosklerosis, efek tidak ada hubungan yang bermakna antara
langsung nikotin terhadap pelepasan hormon olahraga dengan kejadian hipertensi esensial (p-
epinefrin dan norepinefrin, maupun melalui efek value 0,17). Dalam penelitiannya, tidak terbukti
CO yang dapat berikatan dengan sel darah bahwa olahraga merupakan faktor risiko dari
merah (Setyanda, 2015). hipertensi. Pernyataan ini didukung oleh
Dalam penelitian ini aktifitas fisik penelitian Rinawang (2011) yang

512
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

mengemukakan bahwa tidak terdapat hubungan bagi kesehatan yang berhubungan dengan
yang bermakna antara olahraga dengan kematian akibat penyakit kardiovaskular, salah
hipertensi. Hal tersebut dapat dikarenakan satunya penyakit hipertensi.
olahraga yang dilakukan penderita hipertensi Berbeda dengan penelitian Sundari (2015)
masih belum sepenuhnya dengan mekanisme bahwa dari 141 responden penderita hipertensi
yang baik. Maksudnya adalah pada saat mereka esensial (primer) sebanyak 109 (70,32%)
melakukan olahraga baik dari jenis, waktu, responden tidak mengalami obesitas dan dari 14
intensitas serta frekuensinya kurang tepat atau responden penderita hipertensi sekunder 13
terlalu lama sehingga tidak sesuai dengan (8,38%) responden mengalami obesitas. Hasil
standar kesehatan. uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 1,93
Hubungan yang signifikan antara obesitas (>0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada
dengan kejadian hipertensi pada usia 45-65 hubungan yang signifikan antara obesitas
tahun di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo dengan kejadian hipertensi. Hasil analisis
tahun 2019 ditunjukkan dengan nilai p value didapatkan bahwa proporsi penderita hipertensi
0,055 yang mana nilai tersebut <0,05. Nilai yang tidak obesitas lebih banyak daripada
Rasio Prevalens (RP) sebesar 0,283 yang penderita hipertensi yang obesitas. Selain itu,
menunjukkan bahwa responden dengan obesitas orang yang tidak obesitas memang sudah
mempunyai peluang lebih besar 0,283 kali memiliki kecenderungan menderita hipertensi.
terserang hipertensi dibandingkan dengan Konsumsi garam merupakan salah satu
responden tanpa obesitas. Agnesia (2012), faktor yang berhubungan dengan kejadian
menyatakan bahwa obesitas terbukti sebagai hipertensi pada usia 45-65 tahun di wilayah
faktor risiko hipertensi. Di dalam penelitiannya kerja Puskesmas Bandarharjo tahun 2019.
menunjukkan bahwa orang dengan obesitas Dibuktikan dengan uji statistik menggunakan
memiliki risiko terserang hipertensi 9,051 kali uji chi square yang menghasilkan nilai p value
lebih besar dibandingkan orang yang tidak 0,000 < 0,05. Garam merupakan faktor
obesitas. penting dalam pathogenesis hipertensi.
Searah dengan penelitian Khan et al., Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan
(2017) di India, bahwa terdapat hubungan pada bangsa dengan asupan garam rendah.
signifikan antara obesitas dengan kejadian Apabila asupan garam antara 5-15 g/hr
hipertensi. Didalam penelitian yang dilakukan prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-
digunakan pengukuran obesitas menggunakan 20%. Sesuai dengan teori yang ada bahwa
WHR dihitung dengan cara membagi lingkar asupan natrium yang terlalu tinggi secara
pinggul dari lingkar pinggang. Didapatkan hasil terus-menerus dapat menyebabkan
perhitungan 25% dan 40,8% dari laki-laki keseimbangan natrium yang berdampak pada
adalah obesitas, sedangkan obesitas pada tekanan darah, keseimbangan natrium
perempuan ialah 83,8% dan 73,8%. WHR terganggu, dan menyebabkan peningkatan pada
dinyatakan obesitas bagi laki-laki jika ≥ 1,0 dan pembuluh darah (Lina, dwi 2016).
bagi perempuan ialah ≥ 0,85. Untuk lingkar Sejalan dengan Rawasiah (2015) dalam
pinggang, garis potong yang digunakan ≥ 102 penelitiannya bahwa terdapat hubungan
cm untuk laki-laki dan ≥ 88 cm untuk konsumsi makanan asin dengan kejadian
Perempuan. Dalam studinya menyatakan hipertensi pada lansia yang berumur 45-59
bahwa faktor risiko dari obesitas bervariasi tahun dengan jumlah sampel 100, didapatkan p
macamnya antara lain dari kebiasaan (lyfe style), value= 0,001. Responden yang berjumlah 49
ekonomi sosial, dan penggunaan alkohol. Orang penderita hipertensi, meliputi 27 orang (79,4%)
dengan obesitas cenderung akan mengalami penderita hipertensi mengkonsumsi makanan
risiko terkena hipertensi daripada orang yang asin berlebih. Makanan asin merupakan
tidak obesitas. Oleh karena itu, obesitas makanan yang mengandung natrium (garam)
merupakan faktor risiko penting dan berbahaya yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat

513
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

sebagai penambah rasa pada makanan. bahwa dari 94 responden yang menderita
Makanan asin (natrium) yang sering hipertensi terdapat 33 responden (70,2%)
dikonsumsi oleh masyarakat pada penggunaan mengalami stres dan 14 responden (29,8%) yang
garam dengan nilai rata-rata 1,27% dari total tidak mengalami stres. Sedangkan, responden
skor seluruh responden dengan frekuensi yang tidak hipertensi sebanyak 8 responden
makan tertinggi pada 1 kali/hari yaitu (17%) mengalami stres dan 39 responden (83%)
sebanyak 79 orang. Hal ini dikarenakan tidak mengalami stres dengan uji korelasi (p <
penggunaan garam sebagai penyedap rasa 0,001, r=0,473) yang berarti terdapat korelasi
pada masakan. Penelitian ini sesuai dengan yang sangat bermakna. Stres lebih banyak
Syahrini di Kota Semarang, menyatakan bahwa dialami oleh penderita hipertensi dengan
terdapat hubungan yang bermakna antara persentase. Hal ini menunjukan bahwa stres
kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian berpengaruh terhadap hipertensi.
hipertensi. Agyei et al., dalam studinya di
Jeremiah Stamler et al., (2018) dalam Amsterdam, menyatakan bahwa psikososial
studinya Dietary Sodium And Blood Pressure dianggap sebagai kontributor penting terhadap
menyatakan bahwa dalam 2 kelompok yang peningkatan darah. Jumlah 212 responden yang
diteliti 4.680 orang terdapat 171,1 yang telah di teliti terdapat 20,0% mengalami gejala
mengkonsumsi natrium dan 159,1 tidak depresi ringan, 9,3% mengalamai gejala depresi
mengkonsumsi natrium dengan nilai p value sedang, dan 34,8% mengalami keadaan stress
<0,0001 dan korelasi parsial sebanyak 0,42. Ini masalah keuangan (membayar tagihan rumah
artinya terdapat hubungan yang signifikan tangga, listrik, dan lain-lain). Hipertensi sistolik
antara dietary sodium dan blood pressure. lebih umum diderita oleh dewasa muda,
Hasil penelitian bivariat menunjukkan sedangkan hipertensi diastolik banyak diderita
stres merupakan faktor risiko yang berhubungan oleh dewasa tua (lanjut usia). Namun, baik
dengan kejadian hipertensi pada usia 45-65 keduanya (hipertensi sistolik dan diastolik)
tahun di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo menunjukkan adanya hubungan dengan
tahun 2019. Dibuktikan dengan uji chi square tekanan psikososial (Stres). Disini dapat
yang menunjukkan nilai p value 0,001 <0,05. disimpulkan bahwa psikososial
Stres adalah salah satu faktor psikologis yang (depresi,stres,dll) dapat meningkatkan tekanan
mempengaruhi potensi suatu penyakit dan darah yang akhirnya menimbulkan risiko
faktor risiko terhadap penyakit hipertensi dan terhadap suatu penyakit. Dalam beberapa studi
penyakit jantung. Stres didefinisikan sebagai lainnya mengatakan bahwa Peningkatan
proses di mana tuntutan lingkungan melebihi tekanan darah dapat menghubungkan berbagai
kapasitas organisme. Hal ini dapat berakibat psikososial (stres) misalnya ketegangan kerja,
pada perubahan psikologis dan biologis yang lingkungan sosial, tekanan, dan depresi
dapat menyebabkan seseorang terkena risiko terhadap hipertensi.
suatu penyakit. Mekanisme yang mendasari Didukung penelitian dari Mahmudi
hubungan antara tekanan psikososial dan (2012), menyatakan bahwa kondisi stres
hipertensi dapat dibagi menjadi mekanisme seseorang meningkatkan aktivitas saraf simpatis
perilaku dan Patofisiologi. Seseorang yang telah yang kemudian meningkatkan tekanan darah
mengalami stres bisa memberikan kontribusi secara bertahap, artinya semakin berat kondisi
buruk bagi kesehatan yang merugikan fisik, pola stres seseorang maka semakin tinggi pula
makan, serta lyfe styleyang tidak baik (merokok), tekanan darahnya. Stres merupakan rasa takut
dan lain-lain. Sementara itu, hal terakhir yang dan cemas dari perasaan dan tubuh seseorang
melibatkan Neuro-endokrin aktivasi dimediasi terhadap adanya perubahan dari lingkungan.
oleh sistem hypothalamo-hipofisis-adrenal Apabila ada sesuatu yang mengancam secara
(HPA). fisiologis kelenjar pituitary otak akan
Searah dengan penelitian Islami (2015) mengirimkan hormon kelenjar endokrin ke

514
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

dalam darah. Hormon ini berfungsi untuk Kualitas tidur seseorang yang buruk atau
mengaktifkan hormon adrenalin dan memiliki kebiasaan durasi tidur yang pendek
hidrokosrtison sehingga membuat tubuh dapat juga memiliki hubungan terhadap terjadinya
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang peningkatan tekanan darah.
terjadi. (Potter & Perry, 2012) menyatakan
Hubungan yang signifikan antara durasi bahwa kualitas dan kuantitas tidur yang buruk
tidur (istirahat) dengan kejadian hipertensi pada tidak hanya menyebabkan gangguan secara fisik
usia 45-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas saja, tetapi dapat mengakibatkan rusaknya
Bandarharjo tahun 2019. Dibuktikan dengan uji memori serta kemampuan kognitif seseorang.
chi square yang menunjukkan nilai p value 0,003 Kualitas dan kuantitas tidur yang buruk ini jika
yang mana nilai tersebut <0,05. Nilai Rasio dibiarkan dan terus-menerus terjadi selama
Prevalens (RP) sebesar 0,159 yang mana bertahun-tahun, maka komplikasi yang lebih
responden dengan durasi tidur (istirahat) yang berbahaya sangat mungkin untuk terjadi seperti
pendek berpeluang 0,159 kali lebih besar terkena serangan jantung, stroke, sampai permasalahan
hipertensi dibandingkan responden dengan pada psikologis seperti depresi atau gangguan
durasi tidur (istirahat) panjang. perasaan yang lainnya.
Tidur memiliki peran yang penting dalam National Sleep Foundation (NSF)
menjaga sistem imunitas tubuh, sistem menyatakan bahwa sekitar 67% dari 1.508
metabolisme, daya ingat, pembelajaran, serta lansia di Amerika pada usia di atas 65 tahun
fungsi penting lainnya. Durasi tidur yang terlalu melaporkan mengalami gangguan tidur dan
panjang atau terlalu singkat merupakan faktor sebanyak 7,3% lansia mengeluhkan gangguan
risiko tekanan darah tinggi. Risiko ini diketahui memulai dan mempertahankan tidur atau
lebih mungkin terjadi pada wanita dibandingkan insomnia. Penelitian telah menunjukkan bahwa
pria. Seseorang dengan waktu tidur cukup dan kualitas tidur secara langsung dan positif
memiliki kualitas yang optimal akan mempengaruhi kesehatan mental, fisik, dan
mempengaruhi aktivitas yang dilakukan orang emosional (NSF, 2017). Kualitas tidur yang
tersebut. Orang dengan waktu tidur yang kurang buruk dapat mengakibatkan hormon pengaturan
akan menjadi kurang fokus ketika melakukan keseimbangan tekanan darah tidak bekerja
aktivitas, merasa mudah lelah, serta memiliki secara optimal. Hal ini mengakibatkan
mood yang buruk. Kurang tidur yang kehilangan waktu tidur dapat membuat sistem
berlangsung dalam jangka waktu lama akan saraf menjadi hiperaktif yang kemudian
berdampak pada meningkatnya tekanan darah. mempengaruhi sistem seluruh tubuh termasuk
Aktivitas saraf simpatik akan meningkat jika jantung dan pembuluh darah. Durasi tidur yang
seseorang memiliki durasi tidur yang pendek pendek selain dapat meningkatkan rata-rata
sehingga orang tersebut mudah stres yang dapat tekanan darah dan denyut jantung juga
berakibat pada naiknya tekanan darah (Chen et meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatik dan
al., 2015). merangsang stres fisik dan psikososial, yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan akhirnya bisa mengakibatkan hipertensi yang
penelitian Alfi et al., (2018) menunjukkan bahwa berkelanjutan.
proporsi responden dengan kualitas tidur buruk Hasil analisis bivariat menunjukkan
(66,70%) pada kelompok umur 41-60 tahun dan tingkat kolesterol merupakan faktor yang
responden dengan kualitas tidur baik (43,30%). berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
Di mana diantara responden tersebut usia 45-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas
didominasi oleh responden perempuan dengan Bandarharjo tahun 2019. Dibuktikan dengan uji
hipertensi derajat 3. Hasil analisis tersebut chi square menghasilkan p value 0,027 <0,05.
didukung oleh uji koefisien kontingensi yang Responden dengan asupan lemak tinggi berisiko
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang 3,8 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi
kuat antara kualitas tidur dengan tekanan darah. dibandingkan dengan responden dengan asupan

515
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

lemak sedang dan rendah. Hasil penelitian ini makanan. Jenis kolesterol ini mudah membuat
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh plak sehingga dapat mengakibatkan gangguan
Mahan dan Escott-Stump (2008), yang peredaran darah. Banyak faktor yang
menyatakan bahwa asupan kolesterol yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia,
dikonsumsi berpengaruh terhadap kadar faktor genetik (hiperkolesterolemia familial dan
kolesterol darah dalam batasan tertentu yaitu 0- hiperkolesterolemia poligenik). Faktor sekunder
300 mg atau 500 mg. Kadar kolesterol yang akibat dari penyakit lain seperti diabetes
tinggi dapat menyebabkan terjadinya mellitus, sindrom nefrotik, serta faktor
pembentukan arterosklerosis dan berdampak kebiasaan diet lemak jenuh, kegemukan, kurang
pada peningkatan tekanan darah. olah raga, merokok, dan usia.
Riantono (2013) menyatakan bahwa pola Berdasarkan tabel 2. bahwa konsumsi
hidup sehat yang dijalani seseorang dapat kopi tidak berhubungan terhadap kejadian
menurunkan tekanan darah dan bermanfaat hipertensi. Dibuktikan dengan uji chi square
dalam menurunkan risiko terjadinya menghasilkan p value 0,283 > 0,05. Sebagian
permasalahan kardiovaskular salah satunya responden yang sering mengkonsumsi kopi
penyakit hipetensi. Didukung Mulyanus (2015) adalah orang dengan penyakit hipertensi.
dalam penelitiannya menyatakan bahwa Namun, Sebagian responden yang tidak
terdapat hubungan antara faktor gaya hidup memiliki penyakit hipertensi adalah orang yang
(konsumsi lemak) dengan meningkatnya jarang konsumsi kopi. Dapat dikatakan bahwa
tekanan darah dengan nilai p value banyaknya responden yang terkena hipertensi
=0.030(<0,05). Hasil penelitian ini sejalan dilihat dari kadar banyak tidaknya
dengan penelitian yang dilakukan Kartika, dkk mengkonsumsi. Kopi belum tentu membuat
(2016) yang menunjukkan bahwa terdapat orang tersebut terkena hipertensi. Ada faktor
hubungan yang signifikan antara asupan lemak lain yang dapat mempengaruhi hipertensi pada
dengan kejadian hipertensi. usia 45-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Sejalan dengan Maryati (2017) dalam Bandarharjo tahun 2019.
penelitiannya menyatakan bahwa terdapat Sejalan dengan Bistara et all., (2018)
hubungan yang signifikan antara kadar dalam studinya bahwa tidak ada hubungan
kolesterol dengan tekanan darah pada penderita antara kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan
hipertensi di Dusun Sidomulyo menggunakan tekanan darah pada dewasa muda. Hasil uji
uji rank spearman dengan nilai p value= 0,000 statistik Spearman Rho (p=0.465>0.05, r=0.119)
(<0,05). Diketahui dari 34 responden, sebagian bahwa dari 40 responden yang diteliti sebagian
besar (52,9%) mempunyai kadar kolesterol besar responden memiliki kebiasaan asupan
darah sedang (200 – 239 mg/dl), hampir kopi dengan kriteria moderat: 200 mg-300 mg
setengahnya (38,3%) kadar kolesterol darah perhari (contoh : 4 cangkir kopi sehari) dengan
rendah dan sebagian kecil (8,8%) kadar jumlah 29 responden (72.5%). Dalam hal ini
kolesterol tinggi. Dalam hal ini, hampir rata-rata memiliki kesamaan dengan penelitian yang
responden yang lanjut usia memiliki kadar dilakukan oleh si peneliti dalam penelitiannya.
kolesterol sedang (200-239 mg/dl) yang Kopi mengandung kalium dan polifenol
melebihi ambang batas normal. yang dapat menurunkan tekanan darah. Selain
Sesuai dengan teori bahwa memiliki kandungan yang dapat meningkatkan
bertambahanya umur seseorang membuat tekanan darah. Kopi instan merupakan kopi
kolesterol dalam darah semakin lama semakin yang dikonsumsi oleh responden. Polifenol
menebal. Orang dengan lanjut usia memiliki (antioksidan) terkandung dalam Kopi instan
kadar kolesterol yang berlebih sehingga risiko yang terdapat serat larut air yang tinggi.
terkena kolesterol tinggipun semakin besar. Polifenol menghambat terjadinya atherogenesis
Selain itu, disebabkan oleh lemak jenuh yang dan memperbaiki fungsi vaskuler. Selain
banyak mengandung kolesterol akibat konsumsi polifenol, kandungan yang cukup tinggi dalam

516
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

kopi diketahui adalah kalium. Kalium yang dapat mempengaruhi terjadinya kejadian
menghambat pelepasan renin yang berfungsi hipertensi.
menurunkan tekanan darah sistolik dan Saran untuk peneliti selanjutnya dapat
diastolik sehingga terjadi peningkatan eksresi air menggunakan desain case control untuk
dan natrium. Pelepasan renin tersebut mengetahui seberapa jauh faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya penurunan curah dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi serta
jantung, tekanan perifer, dan volume plasma peneliti dapat menggabungkan dan
sehingga tekanan darah akan turun (Indriyani, menggunakan teori–teori lain-nya untuk
2009). Polifenol dan kalium dapat menemukan apa saja faktor-faktor yang
menyeimbangkan efek kafein. mempengaruhi kejadian hipertensi.
Martiani (2012) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa kebiasaan minum kopi >4 DAFTAR PUSTAKA
cangkir perhari dapat mentoleransi efek kafein
pada kopi sehingga tidak mengakibatkan Abdalla,EltagiAM,Lubab A Elfadl and Wigdan A H
peningkatan tekanan darah. Paparan kafein Eltayeb.2017.”Epidemiology of Hypertension
pada kopi secara hemodinamik dan hormonal among Adults in Al-Azhary Area in Khartoum-
yang terjadi terus menerus dapat ditoleransi oleh State Sudan”: American Heart Association.
2017. The Fact About High Blood
tubuh yang memiliki regulasi hormon kompleks
Pressure.American: AHA
yang bertugas menjaga tekanan darah tetap
Ananthachari K. R., Harish B. R.2016 ”The
stabil. prevalence of hypertension and its associated
Wahyuni (2013), dalam penelitiannya risk factors among adults in rural Mandya,
terkait tekanan darah menyatakan Karnataka, India”.International Journal of
ketidakstabilan tekanan darah tidak disebabkan Community Medicine and Public Health. Vol3
oleh faktor kebiasaan minum kopi saja. Faktor (9):2369-2372
usia juga dapat mempengaruhi tekanan darah, Bautista L.E.,dan P.K.Bajwa, 2019.The relationship
risiko terkena hipertensi pada saat memasuki between chronic stress, hair cortisol and
hypertension.100012.International Journal of
masa pra lansia dengan bertambahnya usia.
Cardiology Hypertension
Risiko menjadi lebih besar sehingga prevalensi
Bistara,Difran Nobel dan Yanis Kartini.
kejadian hipertensi dikalangan usia lanjut cukup 2018”Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi
tinggi sekitar 40% dengan kematian lebih Kopi dengan Tekanan Darah Pada Dewasa
banyak terjadi pada usia diatas 65 tahun. Muda”. Jornal kesehatan Vokasional.Vol. 3: 1
ISSN 2541-0644.
PENUTUP Bruce Twinamasiko et al.2018.”Sedentary Lifestyle
and Hypertension in a Peri- urban Area of
Mbarara, South Western Uganda: A
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Population Based Cross Sectional
mengenai kejadian hipertensi pada usia 45-65
Survey”.International Journal of Hypertension.vol
tahun dapat disimpulkan ada hubungan antara 2018.Article ID8253948, 8 pages
umur (p value 0,002), aktifitas fisik (olahraga) (p Blood Pressure ang Pulse Pressure among Teachers
value 0,001), obesitas (p value 0,003), konsumsi Residing in Shiraz, SouthernIran. Iranian
garam (p value 0,00), stres (p value 0,00), durasi Cardiovascular Research Journal.5(3):97-102
tidur (istirahat) (p value 0,003), dan tingkat Budi Artiyaningrum,2014.Faktor-faktor yang
kolesterol (p value 0,027). Tidak ada hubungan berhubungan dengan kejadian hipertensi tidak
antara jenis kelamin (p value 0,099), riwayat terkendali pada penderita yang melakukan
pemeriksaan rutin di puskesmas
keluarga (genetik) (p value 0,857), merokok (p
kedungmundu kota semarang tahun 2014.
value 0,951), dan konsumsi kopi (p value 0,283).
Public Health Science Department Sport Science
Kelemahan pada penelitian ini adalah Faculty Semarang State University July2015
menggunakan desain cross sectional, sehingga Bustan MN. 2000 .Epidemiologi penyakit tidak menular.
tidak bisa melihat seberaa jauh faktor risiko Jakarta: Rineka Cipta

517
A’udina, R, A. / Kejadian Hipertensi pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Community Based Study” International Journal of Ika Puspitasari, Dian“2017”.The Effect of Walking in
Pharmaceutical ScienceInvention”. Volume 6 : the Morning to Change of Blood Pressure in
1.PP. 01-05. ISSN (Print): 2319 – 670X Elderly with Hypertension in Kalianget Timur
Deasy, S.Psi.2007.“Hubungan Antara Kepribadian Village, Kalianget District, Sumenep
(Big Five) Dan PerilakuMerokok Pada Dewasa Regency.” Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5: 1
Muda”. Artikel keperawatan Juariyanti.2016.“Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dinas kesehatan Provinsi jawa tengah.2017.”Profil Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok
Kesehatan provinsi jawa tengah Wanita Menopause (Studi Kasus di Tlogosari
2017”semarang. Wetan Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari
Eltagi A M Abdalla1,. January 2017 ,Epidemiology Wetan Kota Semarang)”. Skripsi
of Hypertension among Adults in Al-Azhary UNNES.Public Health of Department Faculty
Area in Khartoum-State Sudan: Community of Sport Science Semarang State University
Based Study, International Journal of Jugal Kishore,Neeru Gupta,Charu Kohli and Neeta
Pharmaceutical Science Invention ISSN Kumar.2016.Prevalence of Hypertension and
(Online):2319 – 6718, ISSN (Print): 2319 – Determination of Its Risk Factors in Rural
670X.www.ijpsi.org Volume 6 Issue 1. Delhi. International Journal of Hypertension
Han-Yang Chen , Suneet P. .7962595: 6
Chauhan.2019.”Hypertension among Jurnal Berkala Epidemiologi, 2016 FKM_UNAIR. 21
women ofreproductive age: Impact of 2017 January 2017. Vol. 4 No. 3, September 2016:
American College of Cardiology/American 408–419
Heart Association high blood pressure Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2018.”
guideline” International Journal of Cardiology Hasil utama Riskesdas 2018”
Hypertension 1 : 100007 Khan, Shamim Ahmad.“A Prospective Study
Herwati,Wiwi sartika.2013.”Terkontrolnya Tekanan Evaluating the Relationship between
Darah Penderita HipertensiBerdasarkan pola Hypertension and Obesity.2017.”International
diet Dan kebiasaan olahraga Di padang Journal of Contemporary Medical Research.
tahun2011”.Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. Volume 4 :9. ISSN : 2393-915X.
8: 1. Khaw Wan-Fei1, Syed Tajuddin Syed
https://www.journals.elsevier.com/international- Hassan1.2017.” Latiffah A. Latiff2 “ Physical
journal-of-cardiology- hypertension/ Di akses Activity And Quality Of Life Of Hypertensive
pada hari jum.at 10,00 Patients With And Without Diabetes: A
Hubungan Antara Stres Dengan Hipertensi Cross-Sectional Study” International Journal of
Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Public Health and Clinical Sciences .Vol. 4: 3. e-
Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara ISSN : 2289-7577.
Provinsi Kalimantan Timurnaskah Publikasi.
Katerin Indah Islami.2015.Naskahpublikasi
Fakultas

518

Anda mungkin juga menyukai