Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN TINGKAT STRESS PADA LANSIA DENGAN TEKANAN

DARAH TINGGI ( HIPERTENSI ) DI DESA KURIPAN RT 02 MIJEN


SEMARANG

DI DESA KURIPAN MIJEN SEMARANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana


Keperawatan

HIDAYAH HASANAH

1807013

FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................................5
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan tahap akhir dari siklus hidup pada manusia, yang akan
mengalami perubahan dari segi fisik, mental maupun fungsinya. Penuaan penduduk di
Indonesia berkembang pesat. Saat ini penduduk lanjut usia di Indonesia telah mengalami
peningkatan dari sebelumnya yaitu berjumlah sekitar 24 juta dan tahyun 2020 diperkirakan
akan meningkat sekitar 30-40 juta jiwa ( Arini dalam syahruddin,. 2020).
Populasi lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut World Health
Organization [WHO], 2018 jumlah lansia seluruh di dunia pada saat ini yaitu 434 juta jiwa
sedangkan jumlah lansia di Indonesia diperkirakan berjumlah 23,66 juta jiwa atau 9,03%.
Jawa Barat yang saat ini merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang saat ini
sudah memasuki ageing population dengan prevalensi 4,16 juta jiwa Badan Pusat Statistik
(BPS, dalam Citra Windani 2019)
Menurut penelitian Annas Budi Setyawan (2017) Hubungan antara tingkat stress dan
kecemasan dengan kecemasan hipertensi pada lansia di klinik islamic center samarinda
yang menunjukan hasil yang diperoleh berusia 45-54 tahun dengan jumlah 49 orang
(59.8%), berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
dengan jumlah 48 orang (58.5%), dan berdasarkan karakteristik status pernikahan hampir
seluruh responden sudah menikah dengan jumlah 81 orang (98.8%). Kesimpulan dari
penelitian Sigarlaki ini adalah ada hubungan antara usia dengan tekanan darah tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat Hubungan antara tingkat stress dan
kecemasan dengan kecemasan hipertensi pada lansia di klinik islamic center samarinda.
Berdasarkan penelitian Iwan Ardian et all (2020) Signifikan tingkat stress dengan
tekanan darah pada pasien hipertensi menunjukan hasil dari 160 responden yang
mengalami stres sebanyak 46 (46,5%), sedangkan yang mengalami hipertensi sebanyak 35
(35,4%). Dari hasil uji statistik bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat stres dengan
hipertensi di Puskesmas Bangetayu Semarang. Berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti
menyarankan perlu adanya penelitian lanjutan mengenai terapi komplementer dalam
menurunkan tekanan darah.
Menurut penelitian Irfan Basyarul Aqsho (2021) Hubungan tingkat stress terhadap
tekanan darah tinggi pada usia madya di desa katikan Kabupaten Ngawi hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat di Desa Katikan Kabupaten Ngawi faktor pekerjaan adalah
penyebab meningkatnya tingkat stress dengan kategori sedang atau darah tinggi tingkat
pertama dengan persentase sebesar 82,4% (42 orang). Tekanan darah sistolik usia dewasa
madya dengan mean sebesar 127 mmHg dan tekanan darah diastolik usia dewasa madya
sebesar 83 mmHg atau masuk dalam kategori Pra-Hipertensi. Terdapat hubungan yang
cukup erat dan bermakna antara tingkat stress terhadap tekanan darah, dengan koefisien
korelasi sebesar 0,419 dan Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 . Menurut Citra Winda et all 2019)
Stres merupakan faktor yang paling mempengaruhi tekanan darah pada lansia, hal tersebut
terjadi karena lanjut usia akan mengalami perubahan yang bersifat normal dari fisik dan
mental, penurunan fungsi biologis pada lansia dari aspek kehidupan yang saling
berhubungan seperti perubahan fisik, perubahan psikologis dan sosial apabila tidak dapat
dilalui dengan baik akan menghambat aktivitas sehari-hari yang akan menyebabkan
stressor hingga mengakibatkan stress.
Stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan atasnya.
Misalnya bagaimana respon tubuh seseorang yang bersangkutan mengalami beban
pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada
fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi
sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga
yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia
disebut mengalai distress (Hawari dalam Ptisilia 2016).
WHO, (2013) dalam Annaas Budi (2017). Hipertensi atau tekanan darah tinggi saat
ini merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Menurut Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VIII),
hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Sekitar 600 juta penderita tersebar di
beberapa negara berkembang. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO,
hipertensi merupakan penyebab nomor 1 kematian di dunia. Data tahun 2013 prevalensi
hipertensi tertinggi terdapat di kawasan Afrika sebesar 46% dan diperingkat kedua di
Amerika sebesar 40%. Berdasarkan perkiraan WHO pada tahun 2025 mendatang jumlah
penderita hipertensi diprediksi melonjak hingga 1.5 milyar. Prevalensi penderita hipertensi
di Indonesia terutama pada kelompok umur usia lanjut terus terjadi peningkatan. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4%
dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat lagi menjadi
31% pada tahun 2013 dan menjadi 42% pada tahun 2025.
Stuart, 2012 dalam Annaas Budi (2017). Menurut data dari Riskesdas tahun 2007
menyatakan bahwa lansia yang mengalami kecemasan menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal Gejala kecemasan yang dialami oleh lansia adalah
perasaan khawatir/takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi, sulit tidur,
rasa tegang dan cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut dan
khawatir terhadap penyakit yang berat dan sering membayangkan hal-hal yang
menakutkan/rasa panik terhadap masalah yang besar (Maryam dkk, 2012).
Di Indonesia penderita hipertensi lebih sering terjadi pada wanita dibanding dengan
laki-laki. Hipertensi di Indonesia sampai pada angka 31,7%. Prevalensi di negara
Indonesia berkisar 52% untuk perempuan dan laki-laki 48%. Pada usia 50 tahun keatas
penyakit hipertensi akan semakin meningkat. Dari data penyakit hipertensi dari 15 juta
penderita, 50% belum bisa terkendali (Riskesdas, 2013). Di Jawa Tengah penderita
hipertensi pada tahun 2013 sebanyak 58,6%. Untuk urutan pertama penderita hipertensi di
kota dan kabupaten Jawa Tengah yaitu Semarang dengan angka sebanyak 55,6% (Dinkes
Jateng, 2013). Usia muda banyak terjadi kematian akibat hipertensi yang tidak bisa
dikendalikan yaitu sebanyak 40%. Salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi dibagi
menjadi dua bagian yaitu yang pertama faktor yang tidak bisa dikendalikan seperti umur,
jenis kelamin, genetik dan yang kedua faktor yang bisa dikendalikan seperti obesitas,
nutrisi dan stress (Black & Hawks, 2014 dalam Iwan Ardian 2020)
Stres yang terjadi pada masyarakat akan memicu terjadinya kenaikan tekanan darah
dengan suatu mekanisme yang memicu meningkatnya kadar adrenalin. Stres akan
menstimulasi saraf simpatis akan muncul peningkatan tekanan darah dan curah jantung
yang meningkat. Stres akan bertambah tinggi jika resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung meningkat yang sehingga menstimulasi syaraf simpatis. Sehingga stres akan
bereaksi pada tubuh yang antara lain termasuk peningkatan tegangan otot, peningkatan
denyut jantung dan meningkatnya tekanan darah. Reaksi ini dimunculkan ketika tubuh
bereaksi secara cepat yang tidak digunakan, maka akan dapat memicu terjadinya penyakit
yang termasuk penyakit hipertensi. (Iwan Ardian et All, 2017)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur,
genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-
lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama - sama
(common underlying risk factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup
menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2003 dalam Djauhar et All 2013)
Komplikasi hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark jantung,
stroke dan gagal ginjal. Komplikasi dari hipertensi tersebut dapat menyebabkan angka
kematian yang tinggi. Dampak dari penyakit hipertensi para lansia dapat memicu
terjadinya resiko serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal (Depkes, 2007).
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas untuk peneliti tertarik untuk
melakukan tentang hubungan stress pada lansia dengan tekanan darah tinggi. Dengan
tingginya angka hipertensi yang disebabkan stress, sehingga konsep solusi dari penelitian
salah satu upaya untuk penurunan terjadinya tekanan darah tinggi adalah stress
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini “ hubungan stress pada lansia dengan tekanan darah tinggi di
kampung kahuripan mijen kota Semarang”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kejadian stress pada lansia dengan kejadian darah
tinggi pada lansia di kampung kahuripan mijen kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat stres pada lansia di kampung kahuripan mijen kota
Semarang
b. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada lansia di kampung kahuripan mijen
kota Semarang
c. Menganalisa hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di
kampung kahuripan mijen kota Semarang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pengembangan ilmu keperawatan. Serta akan menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dibidang gerontic.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien
Hubungan bermakna antara stres dengan kenaikan tekanan darah pasien yang
sudah lama mengalami hipertensi.
b. Bagi Instansi
Menambah wawasan pada mahasiswa untuk mengetahui tingkat stres lansia.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan keluarga
tentang komplikasi hipertensi seperti strok, sehingga pasien penderita
hipertensi dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah komplikasi tersebut.
d. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau acuan
untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai