Anda di halaman 1dari 10

Machine Translated by Google

Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6 (1) 2021 53-62

Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/phpj

Kejadian Hipertensi Usia 30-50 Tahun di Kota Salatiga


Pusat kesehatan

Gabrial Sinta Septiyawatiÿ, Widya Hary Cahyati, Eunike Raffy Rustiana

Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


______________
Sejarah Artikel:
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah pada usia
ÿ18 tahun adalah 7,5% pada tahun 2007, meningkat pada tahun 2013 sebesar 9,5%
Diterima 19 Juli 2020
dan meningkat lagi pada tahun 2016 sebesar 30,9%. Tujuan penelitian ini adalah
Disetujui 07
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada usia 30-50
Desember 2020
tahun di Puskesmas Kota Salatiga. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah case control.
Diterbitkan 23 April Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berusia 30-50 tahun di wilayah
2021
kerja Puskesmas Kota Salatiga yaitu Puskesmas Cebongan, Puskesmas Kalicacing
dan Puskesmas Sidorejo Lor. Sampel terdiri dari 35 kelompok kasus, serta 35
Kata kunci:
kelompok kontrol. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner berisi pertanyaan tentang jenis
Hipertensi kelamin, kebiasaan olahraga, kuesioner tingkat stres/DASS, IMT, riwayat genetik dan
Genetik
alat untuk mengukur tekanan darah responden yaitu spignomanometer air raksa.
Kebiasaan berolahraga
Analisis data menggunakan chi-square dan regresi logistik. Tidak ada pengaruh antara
Level stres
jenis kelamin terhadap kejadian hipertensi (p=0,633; OR=0,709). Ada pengaruh antara
Konsumsi garam riwayat genetik (p = 0,017; OR = 11,769), status merokok (p = 0,036; OR = 4,889),
____________ obesitas (p = 0,049; OR = 5,717), konsumsi alkohol (p = 0,025; OR = 0,453). ),
konsumsi garam (p = 0,017; OR = 4,500), tingkat stres (p = 0,026; OR = 4,580),
kebiasaan olahraga (p = 0,020; OR = 0,246) kejadian hipertensi. Faktor yang paling
mempengaruhi kejadian hipertensi adalah kebiasaan olahraga (p = 0,018; OR =
5,006), tingkat stres (p = 0,053; OR = 0,251), dan konsumsi garam (p = 0,035; OR =
0,239).

ÿCorrespondence Address: p-ISSN 2528-5998


Kampus Pascasarjana UNNES Jl. Kelud Utara 3 Sampangan
Semarang, Indonesia E-mail: gabrielsinta@gmail.com
e-ISSN 2540-7945

53
Machine Translated by Google

Gabriel Sinta Septiyawati, et al./ Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6(1) 2021 53-62

PENGANTAR

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah tinggi, mencapai 32% dari total populasi (Widiyani, 2013).
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan
selang waktu lima menit dalam satu pengukuran tekanan darah pada usia ÿ18 tahun sebesar
keadaan istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013). 7,5% pada tahun 2007, meningkat pada tahun 2013 sebesar
Hipertensi sering disebut sebagai silent disease, atau 9,5% dan meningkat kembali pada tahun 2016 sebesar
penderitanya tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap 30,9% (Kemenkes RI, 2016). Berdasarkan rekapitulasi data
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. kasus baru Penyakit Tidak Menular (PTM) secara
Penyakit ini juga dikenal sebagai kelompok penyakit keseluruhan di Jawa Tengah dari tahun 2016-2017 terjadi
heterogen karena dapat menyerang semua kelompok umur peningkatan yaitu pada tahun 2016 sebanyak 943.927
(Divine, 2012). kasus dan peningkatan pada tahun 2017 sebanyak 1.593.
Hipertensi tidak dapat disembuhkan dan berkaitan 931 kasus. Hipertensi masih menduduki proporsi terbesar
erat dengan penurunan angka harapan hidup (Fitrianto, dari seluruh PTM dan mengalami peningkatan dari tahun
Azmi, & Kadri, 2014). Hipertensi mengalami peningkatan 2016-2018 yaitu tahun 2016 sebanyak 60,00% dan tahun
dari tahun ke tahun. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga 2017 sebanyak 64,83% dan tahun 2018 didapatkan dari
di dunia. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 bulan Januari-Juni (Triwulan II). ) sebanyak 55,8 %.
orang dewasa menderita penyakit ini. Di Persentase hipertensi tertinggi adalah Kota Salatiga
Faktanya, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan (77,72%) (Dinkes Jateng, 2018).
meningkat menjadi 1,6 miliar pada tahun 2025.
Kurang dari 10-30% penduduk dewasa di hampir semua Menurut (Bustan, 2015) Faktor risiko yang dapat
negara mengalami hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk mempengaruhi kejadian hipertensi antara lain: usia, ras/
dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas utama yang suku, geografi, jenis kelamin, obesitas, stres, diet tinggi
status kesehatannya akan lebih tinggi. baik jika tekanan garam, alkohol, merokok, konsumsi kopi, dan penggunaan
darah dapat dikontrol (Adib, 2009). Tingginya kejadian pil KB .
hipertensi di dunia dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu Di Indonesia, hipertensi masih menjadi masalah kesehatan.
yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin, ras Penyakit ini tidak hanya menyerang orang lanjut usia tetapi
(Sartik et al., 2017). Faktor yang dapat diubah antara lain juga menyerang kelompok usia produktif. Dampak terburuk
obesitas, konsumsi alkohol, kurang olahraga, konsumsi dari hipertensi adalah kematian dimana saat ini hipertensi
garam berlebihan dan kebiasaan merokok (Gita, Demi, & diperkirakan menyebabkan 7,5 miliar kematian atau 12,8%
Lestari, 2015). dari seluruh kematian (WHO, 2014). Sebuah studi tahun
2012 juga menunjukkan bahwa komplikasi akibat hipertensi
World Health Organization (WHO) menyebutkan menyebabkan 9,4 miliar kematian di seluruh dunia setiap
jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring tahunnya. Di Asia Tenggara hipertensi menyebabkan 1,3
dengan bertambahnya jumlah penduduk pada tahun 2015, miliar kematian setiap tahunnya (Ikeda et al., 2014).
diperkirakan pada tahun-tahun mendatang sekitar 29% Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
penduduk dunia akan terkena penyakit hipertensi. WHO peneliti di Puskesmas Kota Salatiga, wawancara yang
menyatakan bahwa negara berkembang memiliki penderita dilakukan oleh 10 penderita hipertensi tentang cara
hipertensi sebanyak 40%, sedangkan negara maju hanya bertanya, didapatkan bahwa 7 dari 10 penderita hipertensi
35%, kawasan Afrika menduduki posisi teratas penderita memiliki riwayat penyakit hipertensi (genetik), memiliki gaya
hipertensi yaitu 40%. Wilayah Amerika sebesar 35% dan hidup yang tidak sehat seperti kurang olahraga, kelebihan
Asia Tenggara 36%. Wilayah Asia penyakit ini telah berat badan dan masalah psikologis. Berdasarkan fenomena
membunuh 1,5 juta orang setiap tahun. Hal ini menunjukkan di atas, banyaknya kasus hipertensi pada masyarakat kota
bahwa satu dari tiga orang menderita hipertensi. Di Salatiga disebabkan oleh jenis kelamin, riwayat penyakit/
Indonesia cukup keturunan keluarga, faktor psikologis.

54
Machine Translated by Google

Gabriel Sinta Septiyawati, et al./ Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6(1) 2021 53-62

masalah, kelebihan berat badan dan kebiasaan olahraga tahun yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Kota
yang tidak diterapkan yang menyebabkan hipertensi. Salatiga yaitu Puskesmas Cebongan, Puskesmas Kalicacing
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dan Puskesmas Sidorejo Lor. Jumlah sampel dalam
jenis kelamin, riwayat genetik/keturunan, status merokok, penelitian ini adalah 70 sampel. Teknik pengambilan sampel
obesitas/kegemukan, konsumsi alkohol, konsumsi garam, yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
tingkat stres, dan kebiasaan olahraga terhadap hipertensi sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
pada masyarakat Kota Salatiga. pertimbangan tertentu yaitu penduduk yang berdomisili di
METODE wilayah kerja Puskesmas Kota Salatiga yaitu Puskesmas
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Cebongan, Puskesmas Kalicacing dan Puskesmas Sidorejo
kuantitatif yaitu penelitian observasional analitik dengan Lor. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian case control atau case control yaitu penelitian kuesioner yang berisi pertanyaan tentang jenis kelamin,
tentang bagaimana membandingkan antara kelompok kebiasaan olahraga, kuesioner tingkat stres/DASS, IMT,
kejadian dan kelompok kontrol berdasarkan status riwayat genetik dan alat untuk mengukur tekanan darah
keterpaparannya (retrospektif), arah penyelidikan, desain responden yaitu spignomanometer air raksa. Analisis data
bergerak dari efek (penyakit) menjadi penyebab (paparan) menggunakan chi-square dan regresi logistik.
(Sudigdo, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang berusia 30-50 tahun

HASIL DAN DISKUSI

Tabel 1 Distribusi frekuensi Hipertensi, jenis kelamin, riwayat genetik/keturunan, status merokok, obesitas/kelebihan berat badan,
konsumsi alkohol, konsumsi garam, tingkat stres, dan kebiasaan olahraga N (n=70) %
Variabel
Seks

Perempuan 35 50
Pria 35 50
Genetik
Tidak 60 85.7
Ya 10 14.3
Status Merokok
Tidak 56 80
Ya 14 20
Kegemukan
Tidak 59 84.3
Ya 11 15.7

Konsumsi alkohol
Tidak 64 91.4
Ya 6 8.6
Konsumsi garam
Normal 50 71.4
Tinggi 20 28,6
Level stres
Rendah 53 75.7

Tinggi 17 24,3
Kebiasaan berolahraga

Tidak 48 68.6
Ya 22 31.4
Hipertensi
55
Machine Translated by Google

Gabriel Sinta Septiyawati, et al./ Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6(1) 2021 53-62

Tidak 35 50
Ya 35 50

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa jumlah sebanyak 59 responden (84,3%) dan Obesitas/kegemukan
responden pada penelitian ini memiliki perbandingan yang sebanyak 11 responden (15,7%). Sebagian besar penduduk
sama antara hipertensi dan non hipertensi yaitu 1:1 dengan usia 30-50 tahun di Puskesmas Kota Salatiga tidak
jumlah masing-masing kelompok kasus dan kontrol sebanyak mengkonsumsi alkohol sebanyak 64 responden (91,4%) dan
35 responden. mengkonsumsi alkohol sebanyak 6 responden (8,6%).
Berdasarkan data penelitian di lapangan didapatkan Sebagian besar konsumsi garam usia 30-50 tahun di
hasil jenis kelamin pada usia 30-50 tahun di Puskesmas Puskesmas Kota Salatiga normal sebanyak 50 responden
Kota Salatiga sebanyak 35 orang perempuan (50,0%) dan (71,43%) dan tinggi sebanyak 20 responden (28,6%). Tingkat
laki-laki sebanyak 35 responden (50,0%). Sebagian besar stres sebagian besar penduduk usia 30-50 tahun di
usia 30-50 tahun di Puskesmas Kota Salatiga tidak memiliki Puskesmas Kota Salatiga adalah ringan sebanyak 53
riwayat genetik/hipertensi herediter sebanyak 35 responden responden (75,7%) dan berat sebanyak 17 responden
(60,0%) dan 10 responden (14,3%) memiliki riwayat genetik/ (24,3%). Kebiasaan olahraga usia 30-50 tahun terbanyak di
hipertensi herediter. Sebagian besar penduduk usia 30-50 Puskesmas Kota Salatiga adalah olahraga berat sebanyak
tahun di Puskesmas Kota Salatiga tidak merokok sebanyak 48 responden (68,6%) dan ringan sebanyak 22 responden
56 responden (80,0%) dan perokok berat sebanyak 14 (31,4%).
responden (20,0%). Sebagian besar usia 30-50 tahun di
Puskesmas Kota Salatiga tidak mengalami obesitas/
kelebihan berat badan

Tabel 2 Analisis Bivariat Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Usia 30-50 Tahun Di Puskesmas Kota Salatiga
No Variabel Kategori
Hipertensi P ATAU 95%CI
Tidak Ya Total nilai

n%N%N%
1 Seks Perempuan 16 22.9 19 27.1 35 50.0 0,633 0,709
Pria 19 27.1 16 22.9 35 50.0 (0,277-1,816)
2 Genetik Tidak 34 48.6 26 37.1 60 85.7 0,017 11,769 (1,40-
Ya 1 1.4 9 12.9 10 14.3 98,853) 0,036
3 Merokok Tidak 32 45.7 24 34.3 56 80.0 4,889 (1,228- 19,471)
Status Ya 3 4.3 11 15.7 14 20.0 0,453 (0,346-
4 Obesitas Tidak 33 47.1 26 37.1 59 84.3 0,593) 0,029) (0,029-
Ya 2 2.9 9 12.9 11 15.7 14,410)
5 Konsumsi Tidak 35 50.0 29 41.4 64 91.4 (0.10.1024 (0.10.10.1024
alkohol Ya 0 0,0 6 8.6 6 8.6
6 Garam Normal 30 42.9 20 28.6 50 71.4 (02.10.10.10.10.10.102.
konsumsi Tinggi 5 7.1 15 21.4 20 28.6 0,082- 0,740)
7 Tingkat stres Rendah 31 44.3 22 31.4 53 75.7
Tinggi 4 5.7 13 18.6 17 24.3
8 Latihan Tidak 19 27.1 29 41.4 48 68.6
kebiasaan Ya 16 22.9 6 8,6 22 31.4

56
Machine Translated by Google

Gabriel Sinta Septiyawati, et al./ Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6(1) 2021 53-62

diperoleh OR = 4,889 artinya responden yang memiliki


Berdasarkan tabel 2 diatas berdasarkan hasil kebiasaan merokok memiliki resiko 4,889 kali mengalami
perhitungan dengan menggunakan uji chi square menunjukkan hipertensi dibandingkan dengan yang tidak memiliki
bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara jenis kebiasaan merokok.
kelamin terhadap kejadian hipertensi pada usia 30-50 tahun Merokok juga terkait dengan hipertensi.
di Puskesmas Kota Salatiga (p value = 0,633> 0,05). Hasil Bahan kimia beracun seperti nikotin dan karbon
analisis diperoleh nilai OR = 0,709 artinya responden laki- monoksida yang dihisap melalui rokok akan masuk ke dalam
laki tidak memiliki risiko 0,709 kali mengalami hipertensi peredaran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh
dibandingkan pasien perempuan. darah arteri sehingga menyebabkan aterosklerosis dan
tekanan
darah tinggi. Dalam studi otopsi, terbukti ada hubungan yang
erat antara merokok dan proses artereoskerosis di semua
Prevalensi hipertensi pada pria dan wanita sama, pembuluh darah. Merokok pada penderita tekanan darah
namun wanita premenopause (sebelum menopause) lebih tinggi meningkatkan risiko kerusakan arteri (Kemenkes,
rendah dibandingkan pria pada usia yang sama. Wanita 2013).
yang belum menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Hormon yang kuat ini menyempitkan pembuluh darah
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi dan memaksa jantung bekerja lebih keras

merupakan faktor protektif dalam mencegah proses tekanan lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam
aterosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi. Setelah asap rokok menggantikan oksigen dalam darah.
menopause wanita cenderung mengalami peningkatan Hal ini mengakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa
tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan pria, hal ini memompa untuk mendapatkan oksigen yang cukup ke organ
dikarenakan hormon estrogen yang berperan dalam dan jaringan tubuh (Anggara & Priyatno, 2013)
peningkatan HDL mengalami penurunan (Ahmad & Oparil, Berdasarkan hasil studi kasus kontrol yang dilakukan
2017). di Puskesmas Baturiti II tentang pengaruh merokok terhadap

kejadian hipertensi, laki-laki berusia 40 tahun ke atas memiliki


Ada pengaruh yang bermakna antara genetik risiko lebih besar menderita hipertensi dibandingkan perokok
terhadap kejadian hipertensi pada usia 30-50 tahun di ringan/bukan perokok untuk menderita hipertensi. dari
Puskesmas Kota Salatiga (p value = 0,017 < 0,05). Hasil hipertensi (Astiari, 2016).
analisis menunjukkan bahwa OR = 11,769, artinya responden
yang memiliki riwayat genetik/hipertensi herediter memiliki Selain durasi, risiko merokok terbesar tergantung
risiko 11,769 kali untuk terkena hipertensi dibandingkan pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang yang
dengan yang tidak memiliki genetik. merokok lebih dari satu bungkus sehari dua kali lebih rentan
terkena hipertensi dibandingkan mereka yang tidak merokok
(Price, 2012). Secara teori, sebagian bahan kimia pada
Adanya faktor riwayat genetik/keturunan pada suatu perokok bersifat kumulatif, suatu saat dosis racun akan
keluarga tertentu akan menempatkan keluarga tersebut mencapai titik toksin sehingga muncul gejala, sehingga
berisiko menderita hipertensi (Agustina 2015). perokok berat akan lebih cepat merasakan dampaknya
& Raharjo, dibandingkan perokok ringan (Widya, 2012).
Berdasarkan penelitian (Sri Agustina, Siska Mayang Sari,
2016) menunjukkan adanya pengaruh antara faktor riwayat Ada pengaruh yang signifikan antara obesitas/
genetik/keturunan terhadap hipertensi p-value ÿ0,05. Selain kelebihan berat badan terhadap kejadian hipertensi pada
itu, faktor riwayat genetik/keturunan juga dapat berkaitan usia 30-50 tahun di Puskesmas Kota Salatiga (p value =
dengan metabolisme regulasi garam (NaCl) dan renin 0,049 < 0,05). Hasil analisis menunjukkan nilai OR = 5,712
membran sel (Sari, 2017). artinya responden yang mengalami obesitas/kelebihan berat
badan memiliki risiko 5,712 kali mengalami hipertensi
Ada pengaruh yang signifikan antara status merokok dibandingkan dengan yang tidak obesitas/kelebihan berat
terhadap kejadian hipertensi pada usia 30-50 tahun di badan.
Puskesmas Kota Salatiga (p value = 0,036 < 0,05). Hasil
analisis

57
Machine Translated by Google

Gabriel Sinta Septiyawati, et al./ Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6(1) 2021 53-62

Obesitas/kelebihan berat badan adalah keadaan epinefrin atau adrenalin, yang membuat arteri menyusut dan
penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Obesitas/kelebihan menyebabkan penumpukan air dan natrium (Alfiana, 2014).
berat badan dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Selain itu, akumulasi air dan natrium yang menyebabkan
Massa Tubuh (IMT). BMI adalah perbandingan berat badan hipertensi terjadi akibat kerusakan ginjal. Apabila terjadi
dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. kerusakan ginjal terutama pada bagian korteks akan
Pengukuran BMI biasanya dilakukan pada orang dewasa yang merangsang produksi renin oleh ginjal yang dapat merangsang
berusia 18 tahun ke atas. Obesitas/kelebihan berat badan peningkatan tekanan darah. Saat ginjal rusak, ekskresi air dan
dapat menyebabkan hipertensi karena terganggunya aliran garam akan terganggu. Hal ini mengakibatkan isi dari
darah dan dapat menyebabkan hipertensi (Ebsaim, 2019 &
Nugroho, 2019). Dalam hal ini, orang yang obesitas biasanya
mengalami peningkatan kadar lemak dalam darah rongga pembuluh darah membesar akibat penimbunan air dan
(hiperlipidemia) sehingga berpotensi menyebabkan penyempitan natrium yang menyebabkan hipertensi (Litaay & Bellytra, 2016).

pembuluh darah (aterosklerosis) (Sari, 2017 & Arum, 2019).


Hasil penelitian Montol, Ana (2015) ini didapatkan
pengaruh yang signifikan dari kebiasaan konsumsi alkohol
Muhadi (2016) dalam JNC8: Evedence-based Guide terhadap kejadian hipertensi (p = 0,006), dimana data yang
line Management of Adult Hypertensive Patient menyatakan diperoleh dari sampel yang mengalami hipertensi lebih banyak
bahwa penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan mengkonsumsi alkohol yaitu dari 47 sampel, 35 orang (74,5%)
darah sistolik sebesar 5-20 mmHg/penurunan 10 kg. untuk itu, memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Rata-rata sampel
penting bagi penderita hipertensi untuk menghindari makanan pertama kali mengkonsumsi alkohol adalah pada usia 18 tahun
berlemak, mengonsumsi makanan berserat tinggi, dan rutin dengan frekuensi konsumsi 2 kali seminggu sebanyak 2 shot
berolahraga (Muhadi, 2016). Kegemukan juga bisa dihindari per minum. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi
dengan membatasi asupan makanan dalam sehari. adalah cap tikus dan bir hitam. Alkohol dapat meningkatkan
Hal tersebut dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung tekanan darah, melemahkan jantung, membekukan darah dan
berat badan ideal dan kebutuhan energi harian (Israfil, 2018). menyebabkan kejang pada pembuluh darah. Sedangkan kafein
Perawat memiliki peran dalam mengubah perilaku sakit diketahui dapat membuat jantung berdetak lebih cepat sehingga
penderita hipertensi (Damayantie, 2018). lebih banyak
Ada pengaruh yang signifikan antara konsumsi alkohol
terhadap kejadian hipertensi pada usia 30-50 tahun di
Puskesmas Kota Salatiga (p value = 0,025 < 0,05). Hasil darah mengalir setiap detik. Namun dalam hal ini kafein
analisis diperoleh nilai OR = 0,453 artinya responden yang memiliki reaksi yang berbeda pada setiap orang (Sari, 2017).
mengkonsumsi alkohol memiliki resiko sebesar 0,453 kali.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa hipertensi

berhubungan dengan kejadian PJK dimana responden yang


mengalami hipertensi dibandingkan dengan yang tidak menderita hipertensi lebih berisiko menderita PJK 2.667 kali
mengkonsumsi alkohol. dibandingkan yang tidak menderita hipertensi (Amisi et al.,
Alkohol juga dikenal sebagai faktor risiko untuk 2018).
hipertensi. Hal ini diduga karena adanya peningkatan kadar
kortisol, peningkatan volume sel darah merah, dan kekentalan Ada pengaruh yang signifikan antara konsumsi garam
darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. terhadap kejadian hipertensi pada usia 30-50 tahun di
Beberapa penelitian telah menunjukkan pengaruh langsung Puskesmas Kota Salatiga (p value = 0,017 < 0,05). Hasil
antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan di antaranya analisis menunjukkan OR = 4.500, artinya responden yang
melaporkan bahwa efek tekanan darah hanya muncul ketika mengonsumsi garam berlebihan memiliki risiko 4.500 kali
mengonsumsi sekitar 2-3 gelas ukuran standar alkohol per hari terkena hipertensi dibandingkan dengan yang tidak
(Sari, 2017). mengonsumsi garam berlebihan.

Alkohol atau etanol jika diminum dalam jumlah banyak


dapat meningkatkan tekanan darah. Itu bisa terjadi karena Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam
alkohol merangsang pelepasan patogenesis hipertensi. Efek asupan

58
Machine Translated by Google

Gabriel Sinta Septiyawati, et al./ Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6(1) 2021 53-62

pada munculnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan fisik
plasma, curah jantung, dan tekanan darah (Yulistiana, 2017). hipertensi (Kamerawati, 2018).
Yang dimaksud dengan garam adalah garam natrium seperti Ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan
yang terdapat pada garam meja (NaCl), soda kue (NaHCO3), olahraga terhadap kejadian hipertensi pada usia 30-50 tahun
baking powder, natrium benzoat, dan MSG (mono sodium di Puskesmas Kota Salatiga (p value = 0,020 < 0,05). Hasil
glutamat). analisis menunjukkan nilai OR = 0,246, artinya responden
Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan yang memiliki kebiasaan olahraga sedang berisiko mengalami
tubuh melalui urine harus sama dengan jumlah yang hipertensi 0,246 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki
dikonsumsi, sehingga dapat seimbang (Almatsier S, 2010). kebiasaan olahraga berat.

Garam menyebabkan penumpukan cairan di dalam


tubuh, karena menarik cairan ke luar sel sehingga tidak keluar, Olahraga teratur rata-rata 30 menit per hari. Dan akan
yang meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia lebih baik jika dilakukan secara rutin setiap hari. Diperkirakan
yang mengkonsumsi 3 gram garam atau kurang memiliki 17% kelompok usia produktif kurang melakukan aktivitas fisik.
tekanan darah rata-rata yang rendah, sedangkan asupan
garam 7-8 gram memiliki tekanan darah rata-rata yang lebih Dari angka prevalensi tersebut, antara 30% sampai 51%
tinggi. Asupan garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram hanya melakukan aktivitas fisik <2 jam/minggu (WHO, 2010
atau 3 sendok makan per hari. Konsumsi natrium (garam) & Ravneet, 2019).
yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium dalam Jalan kaki dapat menurunkan kadar glukosa darah
cairan ekstraseluler pada penderita diabetes melitus ringan. Aktivitas fisik dapat
meningkatkan. Untuk menormalkan cairan intraseluler adalah menurunkan glukosa darah karena dapat meningkatkan
ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstrasel meningkat. pengambilan glukosa oleh otot dibandingkan dengan respirasi
Peningkatan cairan ekstraseluler glukosa hepatik selama beraktivitas (Pongsibidang, 2016).
volume menyebabkan peningkatan volume darah, sehingga Selain itu aktivitas fisik ini dimungkinkan dapat mencegah
berdampak pada munculnya hipertensi (Mariani & Susilawati, peningkatan obesitas yang berdampak pada hipertensi (Fauzi,
2015). 2013 & Julianti, 2015). Kegiatan senam sehat pada lansia dan
Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat stres terapi relaksasi untuk dzikir dapat menurunkan tekanan darah
terhadap kejadian hipertensi pada usia 30-50 tahun di (Moniaga, 2013 & Nur Anggraieni, 2014).
Puskesmas Kota Salatiga (p value = 0,026 < 0,05). Hasil
analisis menunjukkan OR = 4,580, artinya responden yang
memiliki tingkat stres tinggi memiliki risiko 4,580 kali untuk
mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang Tabel 3. Analisis multivariat genetik, status merokok, obesitas,
tidak memiliki tingkat stres ringan. konsumsi alkohol, konsumsi garam, tingkat stres, dan
kebiasaan olahraga terhadap kejadian hipertensi
Menekankan adalah kondisi non spesifik yang dialami
penderita akibat bimbingan emosional, fisik atau lingkungan p 95% CI
koefisien
yang melebihi kekuatan dan kemampuan untuk mengatasinya S. Di d dan HAI M
menghadapi M
secara efektif. Stres diduga melalui aktivitas saraf simpatis DAN. al f dia R dan
nt di
(saraf yang bekerja saat beraktivitas). Peningkatan aktivitas dan s
saraf simpatis menyebabkan tekanan darah intermiten. Beberapa
- 1. 0. 0. 0.
Gangguan kepribadian sementara dapat terjadi pada orang kalimat 2.7 1.3
1.89 13 1 09 15 01
yang menghadapi situasi stres. Stres yang berlangsung lama kutu 75 97
2 6 6 1 6
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang cukup gen
persisten (Sutanto, 2010). Kapan

jumlah - 0. 0. 0. 0.
4.4 0,9
dan 1.43 67 1 03 23 06
59 02
Dalam penelitian lain dijelaskan bahwa stres dapat kita 2 8 5 9 3
mempengaruhi kejadian hipertensi (Kiki, 2012). Parenting m
stres yang tidak dikelola dan

59
Machine Translated by Google

Gabriel Sinta Septiyawati, et al./ Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6(1) 2021 53-62

- 0. 0. 0. 0. tidak terkendali faktor


Ting hipertensi mempertaruhkan

3.7 1.0
kat 1.38 71 1 05 25 06 (Artiyaningrum, 2016).
38 20
stres 1 4 3 1 2 Dalam penelitian Jumriani (2019) menyatakan bahwa
Kebi ada hubungan riwayat keluarga, obesitas sentral, dan merokok
tujuh 0. 0. 5. 1. 19. dengan hipertensi pada pengunjung posbindu di wilayah kerja
1.61 5.5
n 68 1 01 00 31 03 Puskesmas Ballaparang Kota Makassar (Jumriani, 2019).
1 85
olahraga 2 8 6 6 6

pria Gaya hidup sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Saran


Kapan 1. 3.3 0. 0. yang dapat diberikan adalah bagi penderita hipertensi untuk
2.65
berdiri 36 77 1 05 02 selalu mengontrol tekanan darah dan menghindari faktor-faktor
1
sebuah 3 9 2 2 penyebab hipertensi (Suoth,2014&Ulya,2017)

Berdasarkan tabel 3. Analisis multivariat menggunakan


regresi logistik menunjukkan bahwa dari semua faktor risiko KESIMPULAN
hipertensi yang paling berpengaruh adalah kebiasaan olahraga,
tingkat stres, dan konsumsi garam. Tidak ada pengaruh antara jenis kelamin terhadap
Faktor resiko yang paling mempengaruhi kejadian kejadian hipertensi (p=0,633; OR=0,709).
hipertensi adalah kebiasaan olahraga, dengan nilai OR 5,006. Ada pengaruh antara riwayat genetik (p = 0,017; OR = 11,769),
Artinya, semakin tidak pernah berolahraga, semakin tinggi risiko status merokok (p = 0,036; OR = 4,889), obesitas (p = 0,049;
hipertensi. Faktor risiko kedua adalah tingkat stres, dengan nilai OR = 5,717), konsumsi alkohol (p = 0,025; OR = 0,453). ),
OR sebesar 0,251. Artinya semakin tinggi tingkat stres maka konsumsi garam (p = 0,017; OR = 4,500), tingkat stres (p =
semakin tinggi pula risiko hipertensi. 0,026; OR = 4,580), kebiasaan olahraga (p = 0,020; OR = 0,246)
kejadian hipertensi. Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya
Faktor risiko ketiga adalah konsumsi garam, dengan nilai OR
sebesar 0,239. Artinya semakin tinggi tingkat konsumsi garam
maka semakin tinggi pula risiko hipertensi. hipertensi adalah kebiasaan olahraga (p = 0,018; OR = 5,006),
tingkat stres (p = 0,053; OR = 0,251), dan konsumsi garam (p =
Menurut Amissah (2015) faktor risiko yang dapat 0,035; OR = 0,239).
mempengaruhi kejadian hipertensi antara lain umur, ras/suku,
geografi, jenis kelamin, obesitas, stres, diet tinggi garam, REFERENSI
diabetes melitus, alkohol, merokok, konsumsi kopi, dan
penggunaan kelahiran. pil pengontrol. Faktor risiko adalah faktor Agustina, R., & Raharjo, B. (2015). Faktor Risiko yang
atau kondisi yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Usia
atau status kesehatan (Amissah et al., 2016). Produktif (25-54 Tahun).
Jurnal Kesehatan Masyarakat Unnes, 4(4).
Hasil penelitian sebelumnya oleh Artiyaningrum (2016) Agustinus, S., Sari, SM, & Savita, R. (2014).
menemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi
hipertensi tidak terkontrol adalah usia (p = 0,022; OR = 2,956), Pada Lansia di Atas Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan
status pasangan (p = 0,001; OR = 4,610), konsumsi garam (p = Komunitas, 2(4), 180–186.
0,001). ; OR = 4,173), konsumsi kopi (p = 0,033; OR = 2,528),
stres (p = 0,0001; OR = 6,33), dan konsumsi obat antihipertensi Ahmad, A., & Oparil, S. (2017). Hipertensi pada Wanita:
(p = 0,010; OR = 3,095). Faktor yang tidak berhubungan adalah Kemajuan Terbaru dan Pertanyaan yang Masih Ada.
obesitas (p = 0,280; OR = 1,598), konsumsi alkohol (p = 0,502; Hipertensi, 70(1), 19–26.
OR = 1,579), merokok (p = 0,265; OR = 1,651), dan aktivitas Alfiana, N., Bintanah, S., & Kusuma, H. S. (2014).
olahraga (p = 0,509; OR = 1,338. ) . Saran bagi masyarakat Hubungan Asupan Kalsium dan Natrium Terhadap
adalah melakukan modifikasi gaya hidup dan menghindarinya Tekanan Darah Sistolik Pada Penderita Hipertensi
Rawat Inap Di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi

60
Machine Translated by Google

Gabriel Sinta Septiyawati, et al./ Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6(1) 2021 53-62

Universitas Muhammadiyah Semarang, 3(1), 8–15. Perilaku Penatalaksanaan Hipertensi oleh Penderita
di Wilayah Kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten
Amisi, W. G., Nelwan, J. E., & Kolibu, F. K. (n.d.). (2018). Muaro Jambi Tahun 2018. Jurnal Ners Dan
Hubungan antara hipertensi Dengan Kejadian Kebidanan, 5(3), 224–232.
Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien yang Berbat
di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R D. Kandou Ilahi, Jon G. (2012). Program Latihan Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta. Gambar Aji Parama.
Manado. Jurnal KESMAS, 7(4).1-7.
Amissah, I., Kissiedu, E., & Mbchb, A. (2016). Ebsaim, MA, & Wadan, M. (2019). Pengaruh Faktor Risiko
Prevalensi Penyakit Arteri Perifer Ekstremitas Bawah Tekanan Darah (Packed Cell Volume dan Body Mass
pada Orang Dewasa dengan Diabetes Mellitus Tipe Index) terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal
2 yang Menghadiri Rumah Sakit Pendidikan di Ghana. Internasional Sains dan Penelitian (IJSR).8(5), 1752–
Jurnal Internasional Sains dan Penelitian (IJSR), 1760.

5(6), 2034–2038.
Fauzi, Isma. (2014). Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, &
Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. (2013). Faktor faktor yang Pengobatan Asam Urat, Diabetes & Hipertensi.
Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Yogyakarta: Araska.
Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta: Program Julianti, H.P., Rachman, F., & Pramono, D.
Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH. (2011). Berbagai faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertrensi pada lansia.
Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5/ Skripsi Satu, lapisan
Universitas Diponegoro, Semarang.
No.1
Ahmad, A., & Oparil, S. Fitrianto, H., Azmi, S., & Kadri, H. (2014).
(2017).”Hipertensi pada Wanita: Kemajuan Terbaru Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien
dan Pertanyaan yang Berlama-lama”. Hipertensi Esensial di Poliklinik Ginjal Hipertensi
Hipertensi, 70(1), 19–26. RSUP DR. M. Djamil Tahun 2011. Jurnal Kesehatan
Artiyaningrum B. (2016) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Andalas, 3(1), 45–48.
Dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali Pada
Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan Rutin. Gita, SYO, Delmi, S., & Lestari, Y. (2015).
Public Heal Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Perspektif J, 1(1). pada Laki- Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang.
Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada Penduduk Usia Jurnal Kesehatan Ikeda, N., Sapienza, D., Guerrero,
Produktif (15-64 Tahun) Yuniar. R., Aekplakorn, W., Naghavi, M., Mokdad, A.
Higeia Journal of Public Health Research and
Development, 3(3), 345–356. H., … Lim, SS (2014). Pengendalian hipertensi
Astiari, Yosyfa. (2016). Substitusi Gula Sukrosa Dengan dengan analisis perbandingan pengobatan:
negara. Buletin
survei Kesehatan
nasional di Dunia
20 sebuah

Gula Fruktosa Pada Proses Pembuatan Roti


Terhadap Sifat Sensori Roti.Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan 5 (3) 2016 Organisasi, 92(1), 10–19C.
Jumriani Ansar, Indra Dwinata, & Apriani.M.
Damayantie, N., Heryani, E., & Muazir. (2018). (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Penatalaksanaan Hipertensi oleh Penderita di Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu
Wilayah Kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Kesehatan

Muaro Jambi Tahun 2018. Jurnal Ners Dan (JNIK), 1(3), 28–35.
Kebidanan, 5(3), 224–232. Kamerawati, Choni. (2018). Parenting Stress dan Kejadian
Hipertensi pada Orang Tua yang Mengasuh Anak
Damayantie, N., Heryani, E., & Muazir. (2018). Retardasi Mental Usia 12- 15 Tahun (Studi di SDLB
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sinar Harapan,

61
Machine Translated by Google

Gabriel Sinta Septiyawati, et al./ Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat 6(1) 2021 53-62

SDLB PGRI Wonoasih,& SMPLB Sinar Harapan 65 tahun. Jurnal Kesehatan Komunitas
Kota Probolinggo). Unnes Journal of Public Volume 2, nomor 4
Health 7 (2) Ravneet. (2019). Hipertensi paru.
Kemenkes RI. (2016). Pedoman Teknis Penemuan dan Jurnal Internasional Sains dan Penelitian (IJSR),
Tatalaksana Hipertensi (Kementrian). 8(2), 776–778.
Jakarta. Sari, Y.P, Adharin, TK, & Hermalinda. (2017).
Kiki Korneliani, D. M. (2012). Obesitas Dan Stress Pengaruh Terapi Distraksi: Berdoa Terhadap
Dengan Kejadian Hipertensi. KESMAS Jurnal Skala Nyeri Anak Usia Sekolah Saat
Kesehatan Masyarakat, 7(2), 117– 121. Pemasangan Infus Di Ruang Rawat Inap Anak
RSUP DR. M. Djamil Padang. http://
Litaay, B. P., & Bellytra Talarima. 2016. Faktor Risiko unandalas.ac.id diunduh pada tanggal 9 Mei
Kejadian Hipertensi Pada Pasien di Ruangan 2018 Sartik, Tjekyan, R. S., & M.Zulkarnain.
Penyakit Dalam RSUD Dr. M. (2017).
Haulussi Ambon. Ilmu Kesehatan Global, 1(2), Faktor – Faktor risiko dan kejadian hipertensi
66–74. pada penduduk Palembang. Jurnal Ilmu
Mariani, Rina & Susilawati, Fepi. (2015). Faktor Yang Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–191. http://
Berhubungan Dengan Tingkat Hipertensi Pada www.jikm.unsri.ac.id/index.php/ji km/article/
download/446/pdf
Sudigdo
Pasien Hipertensi Di Rsu Handayani Kotabumi S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Lampung Utara. Klinis. Edisi keempat. Sagung Seto: Jakarta.
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai
Volume VIII No. 1
Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Suoth, M., Bidjuni, H., & Malara, RT (2014).
Moniaga, V. (2013). Pengaruh Senam Bugar Lansia Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian
Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi Hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kecamatan
Di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah. Jurnal E- Kalawat Kabupaten Minahasa IUtara. Ejournal
Biomedik, 1(2), 785–789. Keperawatan, 2(1), 1–10.
Nugroho, P. S., & Fahrurodzi, D. S. (2019). Faktor Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal)
Obesitas Dan Kolesterol Terhadap Hipertensi Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung,
Di Indonesia (Indonesian Family Life Survey V). Kolestrol, dan Diabetes.
Jurnal Gizi Dan Kesehatan, 2(2), 44. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Yulistiana, Evayanti. (2015). Hubungan
Nur Anggraieni, W., & Subandi. (2014). Pengaruh Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Suami Pada
Terapi Relaksasi Zikir Untuk Menurunkan Stres Ibu Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan
Pada Penderita Hipertensi Esensial. Antenatal Care (Anc) Di Puskesmas Wates
Jurnal Intervensi Psikologi, 6(1), 81–102. Lampung Tengah Tahun 2015. Jurnal Kebidanan
Pongsibidang , G. S. (2016). Resiko Hipertensi, Vol 1, No 2: 81-90.
Diabetes Militus Dan Mengkonsumsi Obat
Herbal pada Kejadian Gagagl Ginjal Kronik Di
RSUP DR Wahidin Sudiro
Husodo Makasar Tahun 2015. Journal
Wiyata.3(2) 162-167.
Harga Sylvia A, Wilson Lorraine M. (2012).
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Sri Agustina, Siska Mayang Sari, Reni Savita, (2014).
Faktor- faktor yang Berhubungan dengan
Hipertensi pada Lansia diatas Umur

62

Anda mungkin juga menyukai