Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MANDIRI

Proposal Penelitian
Mata Kuliah Metodologi Penelitan

Dosen Pengampu:
Dr. Faiza Yuniati, S.Pd, M.KM

Tingkat III A

DONIARAFIK PO7120119022

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN D3 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus menerus
tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi
perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (World Health
Organization, 2019).
Menurut World Health Organization, 2013 Hipertensi merupakan masalah kesehatan
masyarakat global dimana hipertensi berkontribusi terhadap penyakit jantung, stroke, gagal
ginjal, kematian, prematur dan cacat. Berdasarkan data World Health Organization (WHO)
tahun 2015, menunjukkan sekitar 1,13 Milyar orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1
dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. penderita hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Milyar orang yang terkena hipertensi,
dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya (P2PTM Kemenkes, 2020).
Prevalensi hipertensi di negara maju maupun negara berkembang masih tergolong
tinggi, adapun prevalensi hipertensi di negara maju adalah sebesar (35%) dari populasi
dewasa dan prevalensi hipertensi di negara berkembang sebesar (40%) dari populasi dewasa.
Adapun prevalensi hipertensi tertinggi terdapat di Afrika yaitu sebesar (30%) dari populasi
dewasa, kemudian prevalensi terendah terdapat di Amerika sebesar (18%) dari populasi
dewasa (WHO, 2015).
Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar (25,8%).
Sedangkan pada tahun 2018 mencapai (34,1%), ini menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu Kalimantan Selatan (44,1%),
sedangkan terendah di Papua (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun
(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%) dan umur 55-64 tahun (55,2%) (Kemenkes RI, 2019).
Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar (8,8%) terdiagnosis
hipertensi dan (13,3%) orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta (32,3%)
tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi
tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesiam pada tahun 2018 sebesar (63.309.620 orang),
sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar (427.218 kematian)
(Kemenkes RI, 2019).
Di provinsi Sumatera Selatan hipertensi menduduki peringkat pertama pada tahun
2018, prevalensi hipertensi di kota Palembang pada tahun 2012 sebanyak 62,07 per 10.000
penduduk (6.856 kasus), tahun 2013 sebesar 49,61 per 10.000 penduduk (5.534 kasus), dan
pada tahun 2014 sebesar 39,17 per 10.000 penduduk (4.552 kasus). Hasil prevalensi
hipertensi di Palembang pada tahun 2013 adalah 14,4% (Kementrian Kesehatan, 2016; RM et
al., 2017).
Hipertensi berdasarkan pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun di kota
Palembang menduduki peringkat pertama. Prevalensi penyakit hipertensi di kota Palembang
sebanyak (30,44%) dari (658,201) penduduk (20,231 kasus). Sedangkan prevalensi hipertensi
pada penduduk umur ≥15 tahun kota Palembang menyumbang angka tertinggi sebanyak
(5,572,379 orang), sedangkan kota Pagaralam menjadi wilayah dengan penderita hipertensi
terendah (95,153 orang) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2019) .
Menurut Najmi Raihan & Pristiana Dewi, 2014, Penyebab pasti hipertensi belum
diketahui. Namun ada beberapa faktor yang telah dihubungkan dengan hipertensi antara lain,
seperti umur, riwayat keluarga dengan hipertensi, jenis kelamin, pendidikan, obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, merokok, konsumsi alkohol, stres
mental, dan konsumsi kafein. Faktor risiko tertinggi penyakit tidak menular adalah kurang
mengkonsumsi sayur dan buah (93,5%), merokok (36,3%), obesitas sentral (26,6%), dan
kurangnya aktivitas fisik (26,1%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Pola makan merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi dalam
penyakit hipertensi. Pola makan yang tinggi akan daging merah dan olahan, makanan cepat
saji, makanan berlemak dan makanan penutup yang manis (dessert) dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah (Popkin et al., 2012). Pola makan yang tidak baik seperti
makanan yang mengandung tinggi lemak jenuh, tinggi garam, kurang sayur dan buah serta
makanan dan minuman kaleng memicu terjadinya penyakit hipertensi dikarenakan makanan
tersebut tidak sesuai dengan kalori yang dibutuhkan dan mengandung banyak bahan
pengawet (Widianto et al., 2019).
Asupan makanan dengan kandungan lemak dan natrium yang tinggi dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya tekanan darah dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi (Husnah.MPH, 2019). Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan
ekstraseluler, menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi serta
kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung kalium mengakibatkan
jumlah natrium menumpuk dan akan meningkatkan risiko hipertensi (Mahmudah et al.,
2017).
Faktor risiko lain adalah aktivitas fisik, orang yang kurang melakukan aktivitas
olahraga, pengontrolan nafsu makannya sangat labil sehingga mengakibatkan konsumsi
energi yang berlebihan akibatnya nafsu makan bertambah yang akhirnya berat badannya naik
dan dapat menyebabkan kegemukan. Jika berat badan seseorang bertambah, maka volume
darah akan bertambah pula, sehingga beban jantung dalam memompa darah juga bertambah.
Beban semakin besar,semakin berat kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh
sehingga tekanan perifer dan curah jantung dapat meningkat kemudian menimbulkan
hipertensi (Hasanudin, Vita Mariyah Ardiyani, 2018).
Menurut Tseng et al., 2012 Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai
detak jantung lebih tinggi, semakin tinggi detak jantung semakin keras jantung bekerja untuk
setiap kontraksi dan semakin kuat desakan pada dinding arteri. Peningkatan tekanan darah
yang disebabkan oleh aktivitas fisik yang kurang akan menyebabkan terjadinya komplikasi
seperti penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke, dan sebagainya (Hasanudin,
Vita Mariyah Ardiyani, 2018).
Aktivitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot jantung dan tahanan perifer yang
dapat mencegah peningkatan tekanan darah. Olahraga yang teratur dapat merangsang
pelepasan hormon endorfin yang menimbulkan efek euphoria dan relaksasi otot sehingga
tekanan darah tidak meningkat (Jenti Sitorus, 2019).
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Husnah, 2019 tentang hubungan pola
makan dan aktivitas fisik dengan derajat hipertensi, di dapatkan bahwa terdapat hubungan
antara pola makan dengan derajat hipertensi (p ≤ 0,05) p = 0,013, RR = 2,012 dan terdapat
hubungan aktivitas fisik dengan derajat hipertensi nilai p = 0,008. Dapat disimpulkan bahwa
pola makan dan aktivitas fisik berhubungan dengan derajat hipertensi, pasien dengan pola
makan salah berisiko 2,012 kali menderita hipertensi derajat II.
Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rihiantoro & Widodo, 2018. Hasil
penelitian menunjukkan hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi dengan p-value =
0,000 dan ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dengan p-value = 0,005,
sehingga ada hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di
kabupaten Tulang bawang.
Selanjutnya penelitian yang di lakukan oleh Istianah, 2018. Terdapat hubungan pola
makan terhadap tekanan darah diperoleh nilai p(0,000) dengan koefisien korelasi 0,533, dan
aktivitas fisik terhadap tekanan darah diperoleh nilai p(0,000) dengan koefisien korelasi
0,566, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik
terhadap tekanan darah dengan keeratan hubungan sedang.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Edwar et al., 2020, Adanya hubungan
yang bermakna antara tingkat Pola Makan dengan kejadian Hipertensi p-value (0,000) dan
ada hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi p-
velue (0,002). Dan selanjutnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Jenti Sitorus, 2019,
terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada pasien
rawat jalan di RS Umum HKBP Balige.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus & Suryaningrat, 2020,
menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan darah
pada pasien dengan hipertensi (p = 0,027); dengan rerata (SD) nilai MET pasien hipertensi
terkontrol dan tidak terkontrol sebesar 5660,0 (4229,4) menit/minggu dan 5077,8 (8952,4)
menit/ minggu, dapat disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas fisik mempengaruhi
pengontrolan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Berdasarkan studi pendahuluan wawancara dengan salah seorang petugas puskesmas
gandus pada tanggal 7 Januari 2021, hipertensi merupakan penyakit terbanyak pada Tahun
2020 dengan data penderita hipertensi sebanyak 1441 orang, dari bulan Januari s.d.
Desember. Dan diapatkan data dua bulan terakhir November dan Desember sebanyak 180
orang. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2021”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut, belum diketahuinya hubungan pola makan dan aktivitas fisik
dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gandus
Palembang Tahun 2021?

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik (umur, jenis kelamin, dan pendidikan) responden penderit
hipertensi di kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20 wilayah kerja Puskesmas Gandus
Palembang Tahun 2021?
2. Bagaimana pola makan penderita hipertensi di kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20
wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2021?
3. Bagaimana aktivitas fisik penderita hipertensi di kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20
wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2021?
4. Bagaimana tekanan darah penderita hipertensi di kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20
wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2021?
5. Bagaimana hubungan pola makan dengan tekanan darah penderita hipertensi di kelurahan
Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20 wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2021?
6. Bagaimana hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah penderita hipertensi di
kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20 wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun
2021?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada
penderita hipertensi di kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20 wilayah kerja Puskesmas
Gandus Palembang Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik (umur, jenis kelamin, dan pendidikan) responden penderit
hipertensi di kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20 wilayah kerja Puskesmas Gandus
Palembang Tahun 2021
b. Diketahuinya pola makan penderita hipertensi di kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20
wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2021;
c. Diketahuinya aktivitas fisik penderita hipertensi di kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d.
20 wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2021;
d. Diketahuinya tekanan darah penderita hipertensi di kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d.
20 wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2021;
e. Diketahuinya hubungan pola makan dengan tekanan darah penderita hipertensi di
kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20 wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang
Tahun 2021;
f. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah penderita hipertensi di
kelurahan Pulo Kerto RT. 18 s.d. 20 wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang
Tahun 2021.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat aplikatif
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran hubungan pola makan dan aktivitas fisik
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas gandus
Palembang. Diharapkan masyarakat dapat mengaplikasinya terutama pada penderita
hipertensi di wilayah kerja puskesmas gandus Palembang.
2. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan pada kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
3. Manfaat Metodologi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar oleh peneliti selanjutnya dalam
pengembangan penelitian Keperawatan Medikal Bedah

F. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan keperawatan medikal bedah yang membahas tentang
hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2021. Populasi penelitian ini mengambil
data dari bulan Desember dan November sebanyak 180 orang, sedangkan sampel, yaitu 42
orang yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti. Alat ukur yang
digunakan adalah lembar kuisioner, sphygmomanometer dan stetoskop untuk mengukur
tekanan darah yang telah dilaksanakan di RT.18 s.d. 20 kelurahan Pulo Kerto wilayah kerja
Puskesmas Gandus Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan menggunakan pendekatan secara cross-sectional untuk mengetahui hubungan sebab
akibat antara dua variabel secara observasional.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep peneliltian yaitu kerangka hubungan antara konsep- konsep yang
akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Diagram dalam konsep
harus menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti (Masturoh &
Anggita T, 2018). Berdasarkan pola pemikiran di atas, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Pola Makan Tekanan Darah Penderita


2. Aktivitas Fisik Hipertensi

Karakteristik

1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Tingkat pendidikan

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep

B. Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti secara


oerasional di lapangan atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Masturoh & Anggita T, 2018). Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

Tekanan Tekanan yang Observasi Sphygmoman 1. Hipertensi Ordinal


Darah dihasilkan oleh ometer dan tidak
pembuluh darah Stetoskop terkontrol ≤
arteri yang 140/90 mmHg
dipompa oleh 2. Hipertensi
jantung. terkontrol >
140/90 mmHg

Sumber:
Joint National
Committee (JNC)
VIII

Pola Pola makan adalah Wawancara kuesioner 1. Tidak baik ≤ Ordinal


Makan cara atau usaha 8
dalam pengaturan 2. Baik > 8
jumlah dan jenis
makanan dengan Sumber:
maksud tertentu (Romauli, 2016)
seperti
mempertahankan
kesehatan, status
nutrisi, mencegah
atau membantu
kesembuhan
penyakit
Aktivitas Gerakan tubuh Wawancar Kuesioner 1. Aktivitas Ordinal
Fisik yang ditimbulkan ringa: <5,6
oleh otot-otot 2. Aktivitas
skletal dan sedang: 5,6-
mengakibatkan 7,9
pengeluaran energi 3. Aktivitas
berat: >7,9

Sumber: (Baecke
et al., 1982;
Cahayani et al.,
2016)
Umur Lama waktu Kuesioner Wawancara Umur dalam tahun Rasio
hidup responden
yang dihitung
sampai ulang
tahun terakhir.

Jenis Karakteristik Kuesioner Wawancara 1. Laki-laki Nominal


Kelamin biologis 2. Perempuan
responden dari
lahir yang
bersifat permanen

Pendidikan Jenjang sekola Kuesioner Wawancara 1. Rendah (SD & Ordinal


formal yang SMP
pernah didapatkan 2. Menengah
(SMA/SMK
3. Tinggi
(perguruan
tinggi)

Sumber : UU RI
No 20 tahun 2003

C. Hipotesis
Hipotesis penelitian yaitu jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Masturoh & Anggita T, 2018).
Ha: 1. Ada hubungan antara pola makan dengan tekanan darah
2. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar


2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019). Laporan Provinsi
Sumatera Selatan Riskesdas 2018. 9, 1–7.
Hasanudin, Vita Mariyah Ardiyani, P. P. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik
Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita Hipertensi Di Wilayah
Tlogosuryo Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
Journal Nursing News.
Jenti Sitorus. (2019). Pengaruh pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian
hipertensi pada pasien rawat jalan di rsu hkbp balige. Jurnal Ilmiah
Kebidanan IMELDA.
Kemenkes RI. (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number,
Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK.” Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan. (2016). Profil Kesehatan. 100.
Mahmudah, S., Maryusman, T., Arini, F. A., & Malkan, I. (2017). Hubungan
Gaya Hidup dan Pola Makan dengan kejadian Hipertensi Pada Lansia di
Kelurahan Sawangan Baru kota Depok Tahun 2015. Biomedika.
https://doi.org/10.23917/biomedika.v8i2.2915
P2PTM Kemenkes. (2020). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number,
Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK.” In Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
WHO. (2015). Q & As on hypertension. World Health Organization.
Widianto, A. A., Romdhoni, M. F., Karita, D., & Purbowati, M. R. (2019).
Hubungan Pola Makan Dan Gaya Hidup Dengan Angka Kejadian Hipertensi
Pralansia Dan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran. MAGNA
MEDICA: Berkala Ilmiah Kedokteran Dan Kesehatan.
https://doi.org/10.26714/magnamed.1.5.2018.58-67
World Health Organization. (2019). WHO |Hypertension factsheet.
Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-Sheets/Detail/Hypertension.

Anda mungkin juga menyukai