PROPOSAL
Oleh
IRMA KHAIRANI
1914201013
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selangwaktu lima menit dalam keadaan cukup
meyebutkan bahwa dari 53,3 juta kematian didunia, 33,1% disebabkan oleh
(DM) DM dan gangguan endokrin dan 4,8% disebabkan oleh infeksi saluran
SEAR (South East Asia Region) yang terdiri dari 11 Negara dan Indonesia
menyebutkan bahwa dari total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan faktor
1
2
penduduk ≥18 tahun (34,1%) yaitu 31-44 tahun (31,6%),usia 45-54 tahun
(45,3%), dan usia 55-64 tahun (55,2%) (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Data Dinas Kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2015 mencatat penderita
Utara sebesar 29,19%. Angka ini cukup tinggi dan berbahaya jika tidak diatasi
penyakit cenderung tidak berjalan efektif disebabkan masih kurangnya sarana dan
data yang diperolah dari Puskesmas Stabat diketahui hipertensi termasuk dalam
10 besar penyakit dan hipertensi berada di urutan ke-2 dengan jumlah penderita
mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik
140 mmHg didasarkan pada dua fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,
2014).
umur, jenis kelamin, obesitas, asupan garam, kebiasaan merokok, dan aktivitas
fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
subkategori dari aktivitas fisik. Exercise adalah aktivitas fisik yang terencana,
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, makin besar dan sering otot
jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri
sehingga tekanan darah akan meningkat (Profil DINKES Sumatera Selatan, 2017).
Aktivitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot jantung dan tahanan perifer
secara keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif umumnya mempunyai tekanan
darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkena hipertensi. Mereka yang secara
fisik aktif cenderung untuk mempunyai fungsi otot dan sendi yang lebih baik,
karena organ-organ demikian lebih kuat dan lebih lentur (Harahap, 2017)
pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Lolo, dan didapatkan bahwa
proporsi hipertensi lebih besar terjadi pada responden yang memiliki tingkat
tinggi yaitu 40,7%. Berdasarkan uji chi-square yang tekah dilakukan, didapatkan
nilai p=0,000, proporsi hipertensi banyak terjadi pada responden yang memiliki
orang. Berdasarkan hasil uji chi-square yang telah dilakukan, didapatkan nilai
p=0,002. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tori et al. (2017) dimana
fisiknya sedang dan berat terdapat 9 responden (30%) menderita hipertensi dan 21
fisik ringan beresiko untuk menderita hipertensi sebesar 2,26 kali dibandingkan
subjek dengan aktivitas fisik sedang yang memiliki tekanan darah dalam kategori
orang, kategori hipotensi sebanyak 7 (10,5%) orang. Dari 20 orang subjek yang
orang yang memiliki tekanan darah dalam kategori normal, dan kategori
5
tingkat aktivitas fisik lainnya. Responden yang melakukan aktivitas fisik ringan
sebanyak tujuh orang (11,7%), dan responden yang melakukan aktivitas fisik
sangat berat hanya sebanyak 2 orang (3,3%). Hasil analisis bivariat dengan uji
bahwa nilai signifikan yaitu p=0,024 sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan
H1 diterima yaitu ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik terhadap
hubungan antar variabel pada penelitian ini dinilai dari nilai koefisien kolerasi (r)
yaitu sebesar -0,291. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien kolerasi pada
penelitian ini memiliki kolerasi sangat lemah karena r <0,2 dan memiliki sifat
kolerasi negatif (-) dimana semakin ringan aktivitas fisik yang dilakukan
dengan aktivitas fisik yang baik tidak mengalami hipertensi (normal) sejumlah 6
(21.4%), lansia dengan aktivitas fisik yang cukup tidak mengalami hipertensi
(normal) sejumlah 2 (7.1%), dan lansia dengan aktivitas fisik cukup yang
(14.3%), lansia dengan aktivitas fisik kurang yang mengalami hipertensi derajat
spearman rank diperoleh p = 0,000 berarti nilai p = <α (0,05). Dengan demikian
kelompokrambutan.
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Orang yang rajin bersepeda,
keringat. Melalui olahraga yang teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45
hipertensi.
menegaskan hal ini: Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah
Aktivitas fisik dan tekanan darah penderita hipertensi di RT/RW 01/02 wilayah
dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi yaitu -0,808 yang berarti kurangnya
latihan fisik menempatkan Anda pada risiko hipertensi. Hal ini akan
menyebabkan organ-organ tubuh dan suplai darah dan oksigen menjadi mandek,
atau olahraga secara rutin justru dapat menurunkan atau menstabilkan tekanan
darah.
jumlah lansia sebanyak 163 orang yang ada di wilayah kerja Puskesmas Stabat
Lama kemudian dilakukan survei awal pada 5 orang responden yaitu lansia yang
bahwa aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari selain senam rutin yang diikuti di
mencuci dan membersihkan rumah mereka rutin jalan pagi sekitar 30 menit setiap
harinya dan sisanya sebanyak 3 responden dari 5 responden rutin bersepeda dipagi
hari dan naik tangga dikarenakan rumahnya bertingkat dan sisanya melakukan
dan didapatkan hasil 2 dari 5 responden memiliki tekanan darah dikisaran 130/80
Peneliti juga melakukan survei awal kepada 5 lansia yang berada disekitar
Puskesmas Stabat Lama yang tidak mengikuti senam lansia , 4 dari 5 responden
mengatakan bahwa mereka malas mengikuti senam lansia lebih senang dirumah
dan dirumah mereka hanya menonton tv dan sesekali menyapu rumah, 1 dari 5
sakit ketika digerakan terlalu lama jadi dia memilih hanya dirumah atau jalan-
jalan didepan rumah sesekali jika bosan, 3 dari 5 responden Ketika diukur tekanan
memiliki tekanan darah 160/90 mmHg dan 180/90 mmHg. Dari hasil survei awal
yang dilakukan terdapat perbedaan yang cukup jauh dari kegiatan serta hasil ukur
penelitian apakah ada Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Stabat Lama Kec Wampu
Tahun 2022.
9
Ha: Ada Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia
Ho: Tidak Ada Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan serta data dasar untuk peneliti
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Stabat Lama Kec Wampu Tahun
2022.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
merupakan subkategori dari aktivitas fisik. Exercise adalah aktivitas fisik yang
Aktivitas fisik adalah tingkah laku yang kompleks dan multi dimensi. Banyak
mode kegiatan yang berbeda berkontribusi untuk aktivitas fisik total, ini
ke tempat kerja) dan leisure time physical activity (misalnya menari, berenang).
pengeluaran tenaga dan energi atau pembakaran kalori (Kemenkes RI, 2015).
1. Ketahanan (endurance)
paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih
1. Berjalan kaki
2. Lari ringan
3. Berenang, senam
4. Bermain tenis
2. Kelenturan (flexibility)
pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan
sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik
lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan
kaki
4. Mengepel lantai.
3. Kekuatan (strength)
Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot
tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan
aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu).
1. Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari
kecelakaan
3. Angkat berat/beban
4. Membawa belanjaan
1. Manfaat fisik
2. Manfaat psikis
a) Mengurangi stres
Faktor Biologis
1. Usia
dapat dilakukan.
2. Jenis Kelamin
Seseorang dengan status sosial ekonomi yang tinggi lebih aktif daripada
yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah. Sekitar 10% perbedaan
diantara keduanya.
15
2. Ras
3. Tingkat Pendidikan
aktivitas fisik.
Faktor Sosial
1. Teman
2. Guru
3. Ahli Kesehatan
Frekuensi denyut jantung cenderung lebih tinggi pada seseorang yang tidak aktif
beraktivitas fisik daripada yang aktif melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi akan menyebabkan otot jantung
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Semakin besar usaha otot jantung
untuk memompa darah maka semakin besar pula tekanan darah yang
lebih dari 45 tahun sampai mencapai usia 70 tahun. Hal tersebut dikarenakan
dari jantung, sehingga ventrikel kiri dipaksa untuk bekerja lebih keras. Selain
2013). Hal tersebut dipengaruhi oleh kekakuan arteri yang membuat pembuluh
17
darah arteri memiliki kemampuan terbatas saat ekspansi sehingga arteri gagal
peningkatan tekanan darah sistole. Di sisi lain, arteri sulit untuk melakukan
recoil selama diastole sehingga tekanan darah diastole akan lebih rendah
(Lionakis, 2012).
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekan darah
antara aliran darah dan tahanan pembuluh darah perifer. Tekanan ddarah darah
mneingkat dan mencapai suatu puncak apabila aliran darah deras misalnya pada
waktu sistol, kemudian menurun pada waktu aliran darah berkurang seperti pada
waktu diastol. Dengan demikian didapatkan dua macam TD, yaitu TD sistolik
tekanan sistolik dan diastolic disebut tekanan nadi (Pulse Pressure, normal ± 40
besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
Serikat mengalami hipertensi dan harus menjalani diet, perubahan gaya hidup
(berolahraga) dan mengkonsumsi obat anti hipertensi. Seluruh hal tersebut harus
dijalani untuk mengurangi risiko terhadap kejadian serangan jantung dan stroke
(AHA,2017).
memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥
tubuh. Tekanan darah ditunjukkan dengan angka, misalnya 140/90 mmHg yang
dimana ada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 yang
menunjukkan fase darah sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
oksigen dan nutrisi yang cukup yang disalurkan oleh darah melalui jaringan
pembuluh darah yang kemudian memasuki sel-sel tubuh. Jantung tidak hanya
dapat memompa darah secara terus- menerus, tetapi juga dapat mengumpulkan
darah yang sudah terpakai kembali dari seluruh bagian tubuh. Darah yang
keseluruhan sistem pada jantung, pembuluh darah dan darah. Untuk menahan
tekanan darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang
bersifat kuat dan elastis yang dapat menahannya. Arteri berperan sangat penting
dalam mengatur tekanan darah terutama pada arteri yang bercabang sampai
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
20
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang.
nomor satu di dunia, dan hipertensi menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah
stroke dan tuberkulosis, yaitu 6,7% kematian dari semua umur di Indonesia. Di
perubahan gaya hidup, seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress
menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini.
Penyebab dari hipertensi primer sampai saat ini belum dapat diketahui
primer. Onset hipertensi primerterjadi pada usia 30-50 tahun. Hipertensi primer
adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak
dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer,
termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stres, intake alkohol
2. Hipertensi sekunder
Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu tidak dapat diubah dan
dapat diubah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah antara lain seperti genetik,
jenis kelamin, dan usia. Faktor resiko dari hipertensi yang dapat diubah
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang
tua penderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita
(HDL). Kadar HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
waktu maka pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku. Selain itu,
refleks baroreseptor pada lansia juga mulai berkurang. Hal ini mengakibatkan
2012)
ekskresi tersebut melampaui ambang batas maka ginjal akan meretensi H2O
meningkatkan tekanan darah sebesar 5-10 mmHg (Fauzi, 2014). Kafein di dalam
dan Yanis Kartini, 2018). Kolesterol berlebih merupakan faktor resiko yang
dapat diubah dari hipertensi. Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah
menjadi tinggi. Selain itu orang dengan indeks massa tubuh berlebih memiliki
alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Hal tersebut dapat
(Fauzi, 2014).
Faktor resiko yang dapat diubah salah satunya yaitu aktivitas fisik.
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan melatih otot jantung
dibanding orang yang aktif beraktivitas fisik dengan volume pompa darah
yang sama. Otot jantung orang yang jarang beraktivitas fisik bekerja lebih sering
dan lebih keras pada setiap kontraksi. Semakin besar tekanan yang dibebankan
pada arteri maka tekanan darah akan meningkat (Karim et al., 2018).
terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena Arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
darah. Hal initerjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan
perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem
saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi
tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali
organ peting dalam mengembalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit
dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu
atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto
2014).
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sitem saraf otonom yang
untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-
kecepatan dan kekuatan denyut jantung dan juga mempersempit sebagian besar
26
air dan garam oleh ginjal sehingga akan meningkatkan voleme darah dalam
VII) dalam Prof. Dr. Peter Kabo (2018) membagi hipertensi menjadi 4 kategori
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut The Seventh Report Of The Joint
National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure (JNC VII)
1. Berdasarkan Penyebab
(inaktivas) dan pola makan. Hipertensi jenis ini terjadi pada sekitar 90% pada
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu, misalnya pil kb.
a) Hipertensi Pulmonal
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih
pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai
Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg
atau "mean" tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat
atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup
pada jantung kiri, penyakit miokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak
- Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal
karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor
menunjukkan gejala yang terlalu terlihat. Gejala hipertensi dapat dilihat ketika
sudah menahun seperti nyeri kepala, kadang disertai mual dan muntah, kaburnya
glomerulus dan edema. Selain itu, gejala hipertensi juga dapat berupa sakit
kepala, telinga berdengung, tengkuk terasa berat, sulit tidur, mata berkunang-
tekanan darah juga dapat menyebabkan komplikasi pada organ yaitu ginjal,
keluhan. Oleh karena itu hipertensi sering disebut sebagai the silent killer.
<65 tahun dan laki-laki <55 tahun, kebiasaan merokok, pola makan tidak
sehat, obesitas, dan inaktivitas fisik), terdapat gejala kerusakan organ, riwayat
pengobatan hipertensi dan faktor dari individu, keluarga, dan lingkungan sekitar
pada minimal dua kali pemeriksaan. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan
dengan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat dan teknik yang
benar (Tanto et al., 2016). Pengukuran tekanan darah dilakukan pada penderita
dalam keadaan nyaman, rileks, dan tidak tertutup atau tertekan pakaian.
berupa pemeriksaan darah lengkap, kadar ureum dan kreatinin, gula darah,
sonografi (Tanto et al., 2016). Pasien dirujuk apabila memenuhi kriteria rujukan
berupa diduga menderita hipertensi sekunder, usia < 40 tahun dengan hipertensi
sebagai berikut :
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
terbentukya aneurisma. Gejala tekena stroke adalah sakit kepala secara tiba-
tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
33
hipertensi kronik.
pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada
1) Terapi farmakologi
lebih dari 6 bulan menjalani pola hidup sehat, pasien hipertensi derajat 1 dengan
penyakit penyerta dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥2 (Tanto et al.,
2016). Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan yaitu
bila memungkinkan berikan obat dosis tunggal, berikan obat generik (non-
paten) untuk mengurangi biaya, perhatikan faktor komorbid pada pasien usia
tekanan darah lebih efisien dan efektif dari segi biaya jika dibanding berbasis
tekanan darah saja. Indonesia masih mengacu pada algoritma yang diterbitkan
oleh JNC VII dalam penatalaksanaan hipertensi. Pilihan terapi dimulai dengan
dan indikasi penyakit lain seperti gagal jantung, riwayat infark miokardium,
resiko tinggi penyakit koroner, diabetes, penyakit ginjal kronis, dan riwayat
stroke berulang (Carey and Whelton, 2018). Kombinasi obat dengan jenis obat
>20/10 mmHg melebihi tekanan darah target. Beberapa hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penentuan jenis obat antara lain usia, interaksi obat,
kerja sama perlu dihindari, misalnya kombinasi obat penghambat ACE dengan
ARBs, karena efektivitas masing- masing obat akan berkurang dan resiko efek
hidup. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa pola hidup sehat dapat
kardiovaskular. Strategi pola hidup sehat yang dijalani minimal selama 4-6
35
faktor resiko kardiovaskular lain. Terapi farmakologi dapat dimulai jika tidak
resiko kardiovaskular yang lain (PERKI, 2015). Pola hidup sehat yang
massa tubuh normal. Target indeks massa tubuh dalam rentang normal
sayuran, buah-buahan, dan produk susu rendah lemak total atau lemak jenuh
rendah garam bermanfaat untuk mengurangi dosis obat hipertensi pada pasien
d. Aktivitas Fisik
paling tidak 3 hari dalam seminggu. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu
tangga dalam aktivitas rutin mereka di tempat kerjanya (Tanto et al., 2016).
Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per
f. Tidak Merokok
(PERKI, 2015).
Lanjut usia (lansia) adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu
dengan batas usia 60 tahun keatas. Lanjut usia adalah keadaan yang
orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam
jangka waktu beberapa dekade. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
37
lansia adalah seseorang dengan usia lebih dari 60 tahun yang mengalami
kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah dan Hartanti,
2016).
sebagai lansia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses
dalam dan luar tubuh (UU No 13tahun 1997, dalam Kholifah, 2016).
yaitu:
a) Kelompok pre-lansia
b) Kelompok lansia
Menurut WHO yang dikutip dalam Sunaryo et al., (2016), kriteria lansia
38
1. Usia pertengahan (middle age) adalah seseorang dengan rentang usia 45-
59 tahun
4. Usia sangat tua (very old) adalah usia yang mencapai lebih dari 90 tahun
2. Tipe mandiri
Lansia yang dengan konflik lahir batin menentang proses menua, yang
pengkritik.
39
4. Tipe pasrah
apasaja dilakukan.
5. Tipe bingung
Proses menua adalah suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari,
yang dialami oleh setiap orang. Menua merupakan suatu proses menghilangnya
injury termasuk adanya infeksi. Proses menua mulai berlangsung dari seorang
susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga lama-kelamaan tubuh akan mati.
puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncaknya, fungsi tubuh
akan berada dalam kondisi tetap utuh dalam beberapa waktu, lama-kelamaan
akan menurun sedikit demi sedikit seiring bertambahnya usia (Aspiani, 2014).
1. Teori biologi
40
proses menua merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
tubuh selama masa kehidupan (Zairt,1980 dalam Aspiani, 2013). Teori ini lebih
termasuk di dalamnya adalah pengaruh agen patologis. Teori ini berfokus dalam
tubuh lainnya dan dapat berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis.
sebagai berikut:
Menurut teori ini menua sudah terprogram secara genetik setiap spesies-
spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya mempunyai jam genetik yang
dimungkinkan memutar jam ini lagi meskipun hanya beberapa waktu dengan
dalam jangka waktu lama melalui traskripsi dan translasi. Kesalahan tersebut
Menurut teori ini proses metabolisme didalam tubuh suatu saat akan
menghasilkan zat khusus. Ada beberapa jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap suatu zat, sehingga mengakibatkan jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit.
Didalam teori ini penuaan disebabkan oleh adanya sel-sel yang sudah tua
atau telah usang yang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini mengakibatkan jaringan menjadi kurang elastis, kaku dan
2. Teori psikososial.
diantranya :
Didalam teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus eksis dan
Aktivitas dalam teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk memenuhi
kepuasan pribadi. Teori ini berdasar padaasumsi bahwa: (1) Aktif lebih baik dari
42
pada pasif (2) Gembira lebih baik daripada tidak gembira (3) Orang tua adalah
orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif
b. Teori Kontinuitas
Dalam teori ini memandang bahwa tua merupakan keadaan yang selalu
terjadi dan berkesinambungan yang harus dihadapi oleh semua orang. Adanya
meningkatkan stress.
c. Disanggement Theory
Dalam teori ini dijelaskan orang yang digolongkan dalam usia tua akan
e. Jung Teory
3. Teori Lingkungan
diantaranya:
a. Teori Radiasi
Setiap hari manusia terpapar oleh radiasi, baik dari sinar ultraviolet
ataupun dalam bentuk gelombang mikro yang telah menumpuk didalam tubuh
tanpa terasa dapat mengakibatkan perubahan struktur DNA dalam sel hidup
b. Teori Stres
metabolisme sel sehingga dapat terjadi penurunan jumlah cairan dalam sel dan
c. Teori Polusi
proses penuaan.
d. Teori Pemaparan
berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Sel
intra seluler, porposi protein di otak, ginjal, dan hati menurun, jumlah sel otak
b. Sistem Persyarafan
perasa, sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang
c. Sistem Penglihatan
warna menurun.
d. Sistem Pendengaran
yang tinggi, suara menjadi tidak jelas, sulit memahami kata-kata, membrane
45
e. Sistem Kardivaskuler
memenuhi oksigenasi, perubahan pada posisi dari tidur ke duduk atau dari
antara lain: temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak
g. Sistem Respirasi
aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik napas menjadi lebih
h. Sistem Gastrointestinal
i. Sistem Genitourinaria
buang air kecil meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
seksual.
j. Sistem Endokrin
testeron.
dan bersisik akibat kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan
menurunya cairan dam vaskularisasi, perubahan kuku lebih lambat, kuku jari
l. Sistem Muskuloskeletal
pemendekan tulang, persendian menjadi besar dan kaku, tendon mengerut, dan
akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna.
3. Perubahan Psikososial
a. Pensiun
terbatas
Menurut Azizah (2011) penyakit lain yang sering terjadi padalansia diantaranya
elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia lanjut
Pada orang lansia, besar jantung akan sedikit mengecil. Yang paling
jumlah sel darah merah menurun. Kondisi ini disebut anemia. Anemia terjadi
karena produksi sel darah merah oleh sum-sum tulang berkurangatau tingginya
penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia pada lansia sering kali
permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lanjut usia terutama
yang gemuk. Keluhan yang dirasakan biasanya linu-linu, pegal, dan kadang
terasa seperti nyeri. Biasanya yang terkena yaitu persendian pada jari-jari, tulang
punggung, sendi-sendi penahan tubuh (lutut dan panggul). Hal ini disebabkan
usia berupa peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat sisa air
50
seni dalam vesika urinaria (kandung kemih). Keadaan ini diakibatkan karena
kemih. Pada pria sisa seni dalam kandung kemih dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar prostat. Pada pria lanjut usia banyak terjadi kasus kanker
wanita, kanker banyak dijumpai pada rahim, payudara dan saluran pencernaan
sedangkan pada pria paling banyak dijumpai pada paru- paru, saluran
suatu pengertian. Oleh sebab itu, Konsep tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus
perlu untukmelengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (
A. Aziz, 2014).
Kejadian Hipertensi
Aktifitas fisik
Pada Lansia
Keterangan :
= Diteliti
= Diteliti
METODE PENELITIAN
penelitian adalah suatu cara yang dipilih untuk memecahkan masalah yang
(2015, hlm. 59) penelitiandeskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang
Penlitiandeskriptif ini juga sering diisebut noneksperimen karena pada penelitian ini
menurut Sugiono (2014, hlm. 87) metode korelasi adalah metode pertautan atau
Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Stabat Lama Kec Wampu Tahun 2022. Ditinjau
dari pendekatan waktu penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu
pengukuran atau observasi data dilakukan satu kali pada satu waktu yang sama
(Setia, 2016).
52
53
Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan banyak lansia yang mengalami hipetensi.
Maka dari itu dilakukan penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan
April 2022
3.3 Populasi,Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua lansia
yang berada di wilayah kerja puskesmas stabat yaitu sebanyak 163 orang.
digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling adalah suatu metode
pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud dan tujuan tertentu yang
ditentukan oleh penelitian (Dharma, 2017). Dalam menentukan ukuran sampel, peneliti
menggunakan tingkat atau taraf kesalahan yang dikembangkan dari Isaac dan Michael
antara lain 1%, 5%, 10%. Dikarenakan jumlah populasi yang digunakan oleh peneliti cukup
banyak
54
maka peneliti menggunakan taraf kesalahan 10%. (Sugiyono, 2017 : 126). Peneliti
menggunakan rumus untuk menentukan besar sampel dengan rumus slovin, yaitu :
𝑁
𝑛 = 1+𝑁 𝑒2
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
menggunakan tingkat kesalahan yaitu 10%. Hal ini dilakukan karena keterbatasan
dari segi sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Maka perhitungan dalam
berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 𝑒2
163
𝑛=
1 + 163 0,12
163
𝑛=
1 + 1,63
163
𝑛=
2,63
Jadi, ukuran jumlah sampel yang diambil oleh peneliti adalah 62 orang
Puskesmas Stabat Lama Kec. Wampu Tahun 2022 , dengan total jumlah seluruh
lansia 163 orang. Data yang diperoleh dari data Puskesmas Stabat Lama Kec.
Wampu. Maka sampel yang diambil sebagai penelitian ini menggunakan tingkat
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
menentukan variabel lain (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini dalah variabel
oleh variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati artinya
terhadap suatu obyek atau fenomena yang kemungkinan dapat diulangi lagi oleh
Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan hajat
untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data kuantitatif
yang sudah tersusun dengan baik dan responden memberikan jawaban sesuai
perubahan atau hal- hal yang akan diteliti. Dalam metode obsrevasi ini, instrumen
yang dapat digunakan antara lain : lembar obervasi, panduan pengamatan (observasi)
atau lembar check list (Hidayat, 2014). Instrument kuesioner yang digunakan peneliti
untuk mengukur aktivitas fisik yang dijalankan oleh penderita hipertensi yaitu
kuisioner yang diadopsi dari Winda (2016) dengan judul Hubungan Aktivitas Fisik
nilai berkisar 1 sampai dengan 3. Jenis pernyataan dalam kuisioner ini adalah
favourable dan unfavourable. Pada pernyataan favourable nilai satu diberikan untuk
jawaban tidak pernah (TP), nilai dua untuk jawaban kadang-kadang (KK), dan nilai
tiga untuk jawaban sering (S). pada pertanyaan unfavourable nilai tiga diberikan
untuk jawaban tidak pernah (TP), nilai dua untuk jawaban kadang-kadang (KK), dan
nilai satu untuk jawaban sering (S). sekor keseluruhan dikategorikan menjaditinggi,
sedang dan rendah. Rentang minimum dan maksimum sekor tersebut yaitu 27-44
dikatakan rendah, sekor 45-62 dikategorikan sedang dan sekor 73-81 dalam kategori
aktivitas yang tinggi. Pengumpulan data variabel bebasa yaitu aktivitas fisik
instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa harus diukur, untuk mendapatkan
data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Demsey, 2018). Untuk menguji
berkompeten dibidang tertentu (Setiadi, 2018). Dalam penelitian ini tidak dilakuka
uji valid lagi karena sudah dilakukan uji valid oleh peneliti sebelumnya oleh Winda
aktivitas terdapat 3 item yang nilai r hitung <r table yaitu nomer 10, 18 dan 27
menjadi 27. Item pertanyaan yang di buang masing-masing sudah diwakilkan pada
Uji realibilitas instrument adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui
dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang
lingkup yang sama. Sebuah instrumen disebut reliabel jika instrument ini melakukan
apa yang seharusnya dilakukan dengan cara yang sama (Demsey, 2018). Instrument
dikatakan reliable apabila hasil hitung Alpha Crombach lebih besar dari r- table 0,60
(Arikunto, 2010). Hasil uji reliabilitas aktivitas fisik diperoleh nilai Cronbach Alpha
pada indikator ketahanan 0,606, indikator kelenturan 0,789, dan indikator kekuatan
Setelah memperoleh izin dari Puskesmas Stabat selanjutnya pengambilan data awal
di Puskesmas Stabat Lama. Penelitian dilakukan pada lansia yang ada diwilayah
kerja puskesmas stabat sesuai dengan kriteria inklusi eksklusi. Data terkait dengan
aktivitas fisik lansia didapat dari pengisian kuesioner. Sebelum dilakukan pengisian
kuesioner, peneliti meminta izin melalui informed consent kepada lansia apakah
mereka bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini atau tidak. Setelah
61
tekanan darah selesai, responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi melanjutkan
raksa. Gunakan manset dengan ukuran inflatable bag (karet yang ada di dalam
manset) yang sesuai, yaitu lebar ±40% dari lingkar lengan (rata-
rata orang dewasa 12-14 cm) dan panjang ±60-80% lingkar lengan.
c. Pasang manset pada lengan atas di atas arteri brakhialis dan sisi bawah manset
d. Posisi lengan penderita sedikit fleksi pada siku, lengan harus disangga, pastikan
manset setinggi jantung. Cari arteri brakhialis, biasanya sedikit medial dari
tendon bisep.
e. Lakukan pemeriksaan palpasi tekanan darah sistolik yaitu ibu jari atau
didapati tekanan darah sistolik yaitu saat pulsasi mulai teraba kembali.
Pompa manset sampai ± 30 mmHg diatas nilai palapasi tekanan darahsistolik, kemudian
menghilang).
g. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada lengan (arteri brakhialis) kanan dan
kiri. Normal antar kanan dan kiri terdapat perbedaan 5-10 mmHg. Bila ada
perbedaan >10-15 mmHg perlu dicurigai adanya kompresi atau obstruksi arteri
h. Pada penderita yang mendapat obat hipertensi dan ada riwayat sinkop atau
diukur dengan posisi duduk, tidur dan berdiri (kecuali ada kontraindikasi).
menyebabkan tekanan darah sistolik sedikit menurun atau tidak berubah dan
tekanan darah diastolik sedikit meningkat. Bila saat berdiri tekanan darah sistolik
ortostatik (postural). Tekanan darah diastolik juga bisa turun karena obat,
hipovolemia, terlalu lama tirah baring, dan gangguan sistem saraf otonom perifer
1. Alur Penelitian
informed consent
d) Pengisian kuesioner terkait data demografi dan aktivitas fisik yang dilakukan
oleh responden
a. Editing
Peneliti meneliti kembali hasil data yang didapat berupa kelengkapan isi
b. Coding
Peneliti memberikan kode pada jenis data menurut jenis ragamnya untuk
c. Data Entry
Setelah semua data dilakukan editing dan coding, proses selanjutnya yakni merubah
data fisik menjadi data digital. Data fisik yang dimaksud yaitu data berupa dokumen kertas
atau catatan. Data fisik yang telah diketik dan dimasukkan ke dalam dokumen digital di
d. Tabulasi
tabulasi.
e. Verifikasi
f. Output
Hasil data yang telah diproses oleh software menjadi bentuk yangdapat
digunakan.
responden yang telah terkumpul. Data dibagi menjadi 2 yaitu data khusus dan data
umum. Data khusus terdiri dari variabel terikat yaitu hipertensi dan variabel bebas
berupa aktivitas fisik. Data umum terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan
hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas
stabat, uji yang dipakai adalah uji ranks pearman dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Jika nilai p > 0,05 maka H0 diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara
65
b.
Jika nilai p ≤ 0,05 maka H0 ditolak, yang artinya terdapat hubungan antara
Penelitian ini dilakukan setelah nantinya mendapat izin dan rekomendasi dari
keluarga dapat memutuskan apakah bersedia atau tidak dilakukan dalam penelitian.
Penelitian terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat penelitian.
Peneliti harus terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat
sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan.
data – data yang diperoleh dari sampel hanya akan dipergunakan untuk kepentingan
penelitian.
memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu peneliti juga
memiliki kewajiban untuk memperlakukan objek penelitian dengan baik dan benar.
memperkecil kerugian atau resiko bagi subjek dan memperkecil kesalahan penelitian.
objek penelitian.
67