Editor:
Novita Rahmayuna, S.Kom.
Desainer:
Nama
Sumber:
www.cendekiamuslim.com
Penata Letak:
Nama
Proofreader :
Nama
Ukuran:
Jml hlm judul, Jml hlm isi naskah, 15,5x23 cm
ISBN:
No ISBN
Cetakan Pertama:
Bulan 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................v
KATA PENGANTAR / UCAPAN TERIMAKASIH..............................viii
BAB I PENGANTAR KEPERAWATAN KOMUNITAS..........................5
A. FALSAFAH............................................................................................ 5
B. KOMPONEN DASAR.............................................................................6
C. ASUMSI DASAR DAN KEYAKINAN.......................................................16
BAB III 34
KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS............................................34
A. PENDAHULUAN..................................................................................34
1. PENDAHULUAN..................................................................................61
A. PENGKAJIAN......................................................................................63
C. PERSEPSI............................................................................................70
2. PENGOLAHAN DATA..........................................................................70
4. PERENCANAAN..................................................................................80
5. Implememntasi..................................................................................84
6. EVALUASI...........................................................................................87
A. PENDAHULUAN..................................................................................89
I. PERUBAHAN PERILAKU....................................................................105
A. PENDAHULUAN................................................................................115
A. PENDAHULUAN................................................................................153
B. PENGERTIAN KEMITRAAN................................................................154
C. PRINSIP-PRINSIP KEMITRAAN...........................................................154
D. TAHAP KEMITRAAN..........................................................................156
E. MODEL-MODEL KEMITRAAN............................................................157
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................163
PROFIL PENULIS..................................................................................165
KATA PENGANTAR / UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan rasa syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan ridlo-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan buku ajar Manajemen
Pemasaran. Buku ajar ini penulis peruntukkan kepada seluruh mahasiswa Universitas
Pandanaran yang sedang menempuh mata kuliah Manajemen Pemasaran sebagai mata kuliah
wajib, dengan tujuan agar mahasiswa dapat memfokuskan diri dalam mempelajari materi kuliah
Manajemen Pemasaran.
Buku ajar Manajemen Pemasaran ini terdiri dari 8 (delapan) pokok bahasan yang akan
membantu mahasiswa memahami pemasaran dan mengembangkan keterampilan mahasiswa
dalam bidang pemasaran. Terselesaikannya penulisan buku ajar ini tidak terlepas dari dukungan
Teman-Teman semua, serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis,
hingga terselesaikannya buku ajar Manajmen Pemasaran ini.
Penulis menyadari bahwa buku ajar ini masih jauh dari sempurna, karena itu, penulis
sangat mengharapkan masukan, informasi serta saran untuk lebih menyempurnakan buku ajar
ini. Semoga buku ini menambah pencerahan bagi mahasiswa dan semua pihak yang
membutuhkan.
A. FALSAFAH
Falsafah merupakan keyakinan terhadap nilai tertentu yang menjadi pedoman untuk
mencapai tujuan atau sebagai pandangan hidup. Keperawatan merupakan suatu upaya yang
keperawatan sebagai pekerjaan yang luhur dan manusiawi. Penerapan falsafah kdalam
1. pelayanan keperawatan komunitas merupakan bagian integral dari upaya kesehatan yang
harus ada dan terjangkau serta dapat diterima oleh semua orang.
2. Upaya promotof dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan upaya pokok
4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai penerima pelayanan kesehatan, menjalin
6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannnya dengan
mendorong, mendidik, dan berpean secara aktif dalam pelayanan kesehatannya sendiri.
B. KOMPONEN DASAR
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu pada palsafah atau paradigma
keperawatan secara umum, yaitu manusia merupakan titiksentral dari setiap upaya pembangunan
sebagai suatu bagian dari ilmu, filosofi,dan teori yang diterima dan diterapkan dalam
bermula dari pola pemahaman tersebut, disusunlah paradigma keperawatan komunitas yang
terdiri atas 4 (empat) komponen dasar, yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
Elemen dari paradigma tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan profesi keperawatan,
praktik (Tomey&Alligon,2006).
Manusia
Keperawatan Kesehatan
Lingkungan
1. Manusia
keperawatan. Manusia sebagai klien merupakan makhluk biologis, psikilogis, sosial, dan spritual
yang merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Manusia memiliki sifat unik dengan
Asal kata biologi adalah bios dan logos yang berarti individu adalah makhluk hidup yang
tumbuh dan berkembang. Manusia terdiri dari sel-sel hidup yang membentuk satu kesatuan dan
pertumbuhannya di pengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial, fisik, fisiologis, psikodinamik, dan
spritual. Manusia memmiliki kaidah jasmania yang terpadu, terdiri atas organ-organ yang
bekerja sebagai suatu sistem utuh. Sehingga apabila salah satu sistem terganggu, maka akan
hidupnya.
Sehingga segala tingkah lakunya merupakan manifestasi dari kejiawaannya. Id adalah sistem
dasar kepribadian yang merupakan sumber dari pada segala dorongan instinktif, khususnya seks
dan agresi. Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan individu untuk
berhubungan dengan dunia realita. Super ego merupakan subsistem yang berfungsi sebagai
kontrol internal, yang terjadi dari kata hati(apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan)
dan Ego-ideal (apa yang seharusnya saya menjadi). Manusia mempunyai daya pikir dan
kecerdasan serta mempunyai kebutuhan psikologis agar kepribadian dapat berkembang. Sebagai
makhluk psikologi, manusia adalah pribadi yang unik karena tidak ada 2 individu yang sama.
Manusia merupakan satu kesatuan sistem yang bergantung, sehingga manusia tidak dapat
hidup tanpa orang lain. Manusia perlu melakukan kerjasama untuk membutuhi kebutuhannya.
Manusia selalu di pengaruhi oleh lingkungan sosial dan dituntut untuk dapat beradaptasi dan
bertingkah laku sesuai harapan, norma atau nilai yang ada serta menjadi anggota kluarga dan
masyarakat.
Manusia lahir pada suatu tempat dan belajar serta berkembang dalam lingkungan
Sebagai makhluk spritual, manusia diciptakan tuhan dalam bentuk yang sempurna.
Diabanding makhluk ciptaan lainnya. Manusia dikaruniai akal, pikiran, perasaan, dan kemauan.
Manusia merupakan individu yang diciptakan sebagai khalifa (penguasa dan pengatur
kehidupan).
2. Kesehatan
Sehat dalam pengertian yang paling luas didefenisikan sebagai suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan lingkungan internal
dan eksternal untuk mempertahankan keadaan kesehatannya. Lingkungan internal terdiri dari
beberapa faktor yaitu psikologis, dimensi intelektual dan spritual, dan proses penyakit.
Lingkungan eksternal terdiri dari faktor-fatktor diluar individu yang mungkin mempengaruhi
kesehatan, antara lain lingkungan fisik, hubungan sosial, dan ekonomi. Perubahan yang terjadi
pada kedua lingkungan tersebut membuat individu harus mampu beradaptasi untuk
mempertahankan kesehatannya.
keyakinan klien terhadap kesehatan, sehingga perawat dapat memberikan pelayanan yang
efektif. Berbagai model yang ada memungkinkan perawat untuk memahami dan memprediksi
prilaku, termasuk bagaimana mereka menggunakan pelayanan kesehatan dan terapi yang
dianjurkan. Model rentang sehat sakit,model sejahtera tingkat tinggi (high level wellness model),
dan model agens pejamu lingkungan menggambarkan hubungan sehat dan sakit. Model
Menurut model rentang sehat sakit, sehat merupakan sebuah kondisi yang dinamis yang
berubah secara terus menerus dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan yang ada
intelektual, sosial, perkembangan, dan spritual yang sehat. Sakit merupakan sebuah proses
dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau
penurunan jika dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Cara pandang terhadap
tingkat kesehatannya bergantung pada sikapnya terhadap kesehatan dan nilai, keyakinan, dan
persepsi mereka terhadap kesehatan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan
spiritual. Perawat dan klien secara bersama menentukan tujuan untuk mencapai tingkat
Model sejahtera tingkat tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada
setiap individu. Model ini menurut individu untuk mampu mempertahankan rentang
keseimbangan dan arah yang memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan. Sejahtera tingkat tinggi
merupakan suatu proses dinamis, bukan suatu keadaan statis dan pasif. Model kesehatan tingkat
tinggi dapat digunakan untuk mencapai kesehatan keluarga dan komunitas melalui pelaksanaan
fungsi keluaga dan komunitas dengan baik dalam suatu sikap yang terintegrasi.
Model agens pejamu lingkungan memandang sehat dan sakit yang dialami oleh individu
atau kelompok tertentu oleh hubungan atau intraksi yang dinamis antara agens, pejamu,dan
lingkungan. Agens merupakan faktor internal dan eksternal yang dapat meyebabkan sakit. Agens
dapat bersifat biologis,kimia,fisik,mekanis atau psikososial. Contoh agens seperti bakteri atau
virus. Pejamu merupakan seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit atau
sakit tertentu. Faktor pejamu merupakan situasi atau kondisi fisik dan psikososial yang
meningkatkan resiko sakit seperti riwayat keluarga,usia atau gaya hidup. Lingkungan merupakan
seluruh faktor yang ada diliuar pejamu,dapat berupa lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan
fisik seperti tingkat ekonomi, iklim, atau kondisi tempat tinggal. Lingkungan fisik sosial terdiri
dari faktor yang berhubungan dengan interaksi seseorang atau sekelompok orang dengan orang
Model keyakinan kesehatan memiliki 3 (tiga) komponen dasar (1) persepsi individu
tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit. Misalnya seseorang yang mengetahui bahwa
adanya penyakit diabetes melitu (DM) melalui riwayat penyakit keluarganya. Setelah
mengetahui riwayat penyakit keluarga, terutama jika salah seorang dari anggota keluarganya
meninggal karena DM,maka individu akan merasakan risiko mengalami penyakit DM. (2)
Persepsi individu tentang keseriusan penyakit tertentu. Persepsi kedua ini dipengaruhi oleh
variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, dan tanda-tanda untuk
bertindak. (3) persepsi individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil
seperti tindakan preventif. tindakan ini dapat ditnjukkan denganmerubah gaya hidup,
meningkatkan kepatuhan menjalani terapi yang diprogramkan, atau mencari pengobatan medis.
Model keyakinan kesehatan membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi, keyakinan dan perilaku klien, serta membantu perawat menyusun
rencana perawatan yang paling efektif untuk membantu klien memelihara atau memperoleh
3. Lingkungan
kemungkinanan terjadinya penyakit. Pengaruh itu dapat secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan dapat berupa internal dan eksternal seperti lingkungan biologis, psikologis, sosial,
kultural, dan spiritual, iklim, sistem perekonomian, serta polotik. Oleh karena itu, lingkungan
merupakan komponene paradigma keperawatan yang mempunyai implikasi luas bagi kehidupan
manusia. Misalnya tempat tinggal yang tidak bersih serta lingkungan yang padat dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit. Konflik atau masalah lain dalam
keluarga mungkin dapat menjadi stressor yang menyebabkan individu atau seluruh keluarga
4. Keperawatan
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan. Pelayanan diberikan dengan berdasarkan ilmu dan kiat, berbentuk
pelayanan bio, psiko,sosio, spiritual yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Pelayanan tidak hanya diberikan pada kondisi sakit, melainkan juga pada kondisi
Individu memiliki sifat yang khas dan unik. Dengan demikian, dalam pemberian
pelayanan keperawatan, perawat dihadapkan pada kondisi individu yang unik dan khas tersebut.
Selain itu, individu juga cenderung secara terus menerus mengadakan interaksi dengan
lingkungan yang selalu berubah. Dalam menghadapi kondisi demikian, perawat diharapkan
mampu menganalisis secara teoritis faktor yang ada dalam setiap situasi. Hal tersebut
dimaksudkan agar perawat mampu mengambil keputusan yang tepat. Agar pelayanan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan klien. Terlebih dalam kontks keperawatan
komunitas, dimana klien yang dihadapi bukan hanya individu, melainkan juga keluarga dan
baik dengan masyarakat. Hubungan itu akan tercipta dengan pendekatan yang dilakukan,
sehingga nantinya dapat memberikan perawatan kesehatan yang sesuai kebutuhan melalui proses
pelayanan yang berkaitan dengan profesi kesehatan. Perawatan di komunitas difokuskan untuk
Asumsi dasar dan keyakinan keperawatan komunitas menurut American Nurse Association
kompleks.
pelayanan kesehatan.
4. Pelayanan kesehatan seharusnya tersedia, dapat terjangkau dan diterima oleh semua
orang.
6. Perawat dan klien membentuk hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan
kesehatan.
penyakit menular ke penyakit kronis serta degeneratif. Kondisi tersebut disebabkan oleh
perubahan struktur pendidikan dan gaya hidup masyarakat. Perubahan tersebut menyebabkan
pola perawatan jangka panjang sangat dibutuhkan.seiring dengan itu, konsep pelayanan
kesehatan pun berubah. Konsep yang tadinya masyarakat mendatangi onstitusi pelayanan
keseehatan seperti rumah sakit dan puskesmas menjadi pelayanan kesehatan yang mendatangi
masyarakat. Oleh karena itu, paradigma bahwa rumah sakit adalah tempat paling penting dalam
penyembuhan dan perawatan klien sudah mulai berubah menjadi perawatan dirumah (home
care).
Hampir semua orang setuju bahwa rumah merupakan tempat paling baik iuntuk
melakukan pelayanan kesehatan, terutama untuk meningkatkan tingkat kemandirian klien. Tidak
hanya memberikan perawatan yang lebih murah, home care juga merupakan langkah kunci
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal untuk banyak klien. Konsep home care dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan rawat inap dipelayanan kesehatan karena
kindisi kronis atau efek samping. Konsep home care juga dapat menghindari kesalahan yang
sering dilakukan dirumah jika tidak ada perawat seperti kesalahan pengobatan atau terjatuh.
dan keluarganya dirumah untuk menjaga kesehatan, edukasi pencegahan penyakit, diagnosis dan
penanganan penyakit,terapi paloatif dan rehabilitatif. Depkes (2002) menyebutkan bahwa home
diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka untuk meningkatkan,
pada seminar nasional 2007 tentang “Home care: Bukti Kemandirian Perawat” menyebutkan
bahwa home care sebagai salah satu bentuk praktik mandiri perawat. Home care merupakan
sintesis dari pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknis keperawatan
meningkatkan fisik, mental, emosi klien. Pelayanan diberikan dirumah dengan melibatkan klien
dan keluarganya atau pemberi pelayanan yang lain. Tujuan khusus home hare antara lain:
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar bagi klien secara bio, psiko, sosio, spiritual
b. Meningkatnya kemandirian klien dan keluarga dalam pemeliharan dan perawatan anggota
Home care merupakan salah satu jenis perawatan jangka panjang (long term care) yang
dapat diberikan kepada tenaga profesional maupun non profesional yang telah mendapat
pelatihan. Home care merupakan lanjutan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dirumah
sakit yang termasuk dalam rangka pemulangan (discharge plenning) dan dapat dilaksanakan oleh
perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas dimana klien berada, atau tim
keperawatan khusus yang menangani klien di rumah. Pelayanan home care merupakan suatu
komponen rentang keperawatan yang bekesinambungn dan komprehensif diberikan kepada
Manfaat dari pelayanan home care bagi klien menurut triwibowo(2012)antara lain:
c. Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan dibawah naungan legal dan
etik keperawatan
d. Kebuuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga klien akan lebih nyaman dan puas dngan
c. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis, akurat dan komprehensif secara
terus menerus.
g. Mengevaluasi secara terus menerus respon klien dan keluarganya terhadap intervensi
keperawatan.
h. Bertanggung jawab terhadap klien dan keluarganya akan pelayanan yang bermutu
i. Memelihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar kegiatan yang
Bentuk pelayanan kesehatan yang saat ini dikenal masyarakat dalam sistem pelayanan
kesehatan adalah rawat inap dan rawat jalan. Banyak anggota masyarakat yang menderita sakit
karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat dirumah dan tidak dirawat inap di institusi
a. kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efesien apabila dirawat di
institusi pelayanan kesehatan. Misalnya klien kanker stadium akhir secara medis belum
ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan. Contoh lain pada klien
dengan gagal ginjal kronis yang harus menjalani terapi hemodialisa, kini sudah
(CAPD) yang memungkinkan klien dapat melakukan cuci darah sendiridi rumah.
penakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Hal itu dapat
rumah. Misalnya klien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan
memerlukan pelayanan rehabilitas waktu yang rekatif lama. Contoh lain klien dengan
ulkus diabetikum yang memerlukan perawatan luka kronis yang relatif lama.
c. Manajemen rumah sakit yang berorintasi pada profit, merasakan bahwa perawatan klien
yang lama ( lebih dari 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban dari
manajemen.
kehidupan manusia, karena seseorang tidak menikmati kehidupan secara optimal karena
e. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandigkan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
sebelumnya fokus pada upaya kuratif dan rehabilitatif menjadi fokus pada upaya preventif dan
promotif.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang memiliki jumlah paling banyak di indonesia.
Tabel 2.1 Data Sumber Daya Kesehatan Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya
Tabel diatas menunjukkan bahwa perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling
bnayak di indonesia. Tidak hanya dari sisi kuantitas, dari sisi kualitas dalam kaitannya tingkat
pendidikan keperawatan pun semakin meningkat. Perawat telah memiliki jenjang pendidikan
doktoral. Dalam bidang komunitas pun perawat memiliki spesialisasi khusus keperawatan
komunitas. Dengan demikian, perawat memiliki peran strategis dalam upaya pembangunan
Medik telah melakukan pelayanan keperawatan di puskesmas dan masyarakat melelui pelayanan
tersebut terkait dengan substansi pelayanan perkesmas yang mencakup 3 (tiga) tingkatan
pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Namun demikian, menurut hasil
rekernas Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) di jakarta tahun 2011
menyebutkan bahwa pelaksanaan perkesmas tidak berjalan optimal karena beberapa hal, seperti:
a. Perkesas saat ini masih menjadi program perkembangan di puskesmas sehingga kurang
mendapat respon baik beberapa puskesmas karena harus melaksanakan program wajib
yang lebih prioritas.
b. Beberapa puskesmas tidak memiliki dokter sehingga perawat banyak melakukan tugas
ganda antara lain sebagai pemegang program, bendahara, dan tugas lainnya di
perkesmas.
c. Sebagian besar tenaga perawat di Puskesmas berlatar belakang pendidikan SPK sehingga
program puskesmas.
Oleh karena itu, perkesmas yang merupakan upaya strategis dalam pembangunan
kesehatan perlu diupayakan menjadi program wajib di Puskesmas. Dasar pemikiran perlunya
perkesmas menjadi upaya kesehatan wajib menurut hasil rekernas Ikatan Perawat Kesehatan
a. Dasar filosofis
masyarakat secara bermutu dan merata dimana perawat perkesmas mempunyai tanggung
b. Dasar sosiologis
penyakit HIV/AIDS, TB, malaria, dan masalah gizi atau kelompok didaerah kumuh
c. Dasar yuridis
1) Sasaran perkesmas sesuaidengan KMK no. 279/2006 terdiri dari individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat jika perkesmas menjadi program wajib Puskesmas, maka
perawat akan lebih fokus dalam melaksanakan peran fungsinya pada area tersebut,
d. Dasar ekonomi
muncul di dalam pelayanan gedung dan luar gedung Puskesmas akan mudah
terdeteksi, sehingga masalah kesehatan dapat dilakukan promotif dan preventif secara
optimal.
2) Perkesmas menjadi program wajib Puskesmas, akan menciptakan budaya kerja yang
harmonis dan kolaborasi dan sinergi antar petugas kesehatan di Puskesmas, karena
banyak masalah yang akan ditemukan oleh perawat ketika melakukan perawatan di
keluarga, kelompok atau masyarakat yang perlu diselesaikan bersama dengan tim
kesehatan lainnya.
3) Sebagian besar tenaga keshatan dipuskesmas adalah perawat, sehingga sangat efektif
dan efesien jika dioptimalkan perannya melalui program perkesmas dalam mencapai
program SPM yang ditetapkan oleh pemerintah atau Kab/Kota, sesuai dengan
Kepmenpam no. 94/2001, bahwa tugas pokok perawat adalah memberikan asuhan
A. PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
keluarga dan masyarakatbaik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Aspek keperawatan lebih dari sekedar merawat tetapi juga menjaga. Keperawatan
membagi tanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan seluruh manusia di
komunitas dan keperawatan berpartisipasi dalam program yang disusun untuk mencegah
mempunyai persamaan nilai (value), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan normal dan nilaiyang telah melembaga.
Sementara Kozier,et al. (1997) mengatakan bahwa komunitas adalah sekumpulan orang, tempat
mereka dapat berbagi atribut dalam kehidupannya. Dapat disebabkan karena meraka tinggal
dalam satu lokasi atau adanya kesamaan minat. Komunitas juga dapat diartikan sebagai
sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan
minat yang relative sama, serta berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas
juga merupakan suatu sistem sosial yang setiap anggotanya baik formal maupun informal saling
praktek kesehatan masyarakat, yang sebagian besar tujuannya adalah menjaga tahun 2004 dan
Praktek tersebut dilakukan secara komprehensif, tidak terbatas pada kelompok tertentu,
berkelanjutan dan tidak terbatas pada perwatan yang bersifat episodik. Menurut Stanhope &
komunitas dengan focus primer pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan kelompok
dalam komunitas. Tujuannya dalah untuk menjaga, melindungi, memajukan dan memelihara
kesehatan.
perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan kepada
seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi. Dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan
masyarakat dalam rentang sehat sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh masalah
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga , kelompok dan masyarakat
tentang kesehatan.
rumah.
masyarakat.
dilakukan menurut sifat atau pelaksanaanya. Fungsi keperawatan komunitas erat kaitannya
dengan aspek khusus dari suatu tugas tertentu dalam komunitas. Adapun fungsi keperawatan
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
bidang kesehatan.
kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada
yang diberikan lebih difokuskan pada upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif
dan rehabilitative.
dan msyarakat dengan melakukan kegiatan pendidikan kesehatan (healt education), penyuluha
Upaya preventif meliputi pencegahan tingkat pertama atau primer (primary prevention),
dilakukan pada tahap prepatogenesis atau tahap sebelum terjadinya penyakit.Pencegahan primer
dimasukkan agar masyarakat tetap berada pada kondisi sehat optimal (stage optimal health)dan
tidak jatuh dalam kondisi sakit.Upaya pencegahan primer juga termasuk didalamnya adalah
upaya promotif ditambah dengan upaya perlindungan umum dan khusus (general and spesific
protection). Bentuk upaya perlindungan kesehatan umum dan khusus tersebut dapat dilakukan
melalui imunisasi, kebersihan diri, perlindungan diri dari kecelakaan (accidental safety),
perlindungan diri dari lingkungan, kesehatan kerja (occupational safety), perlindungan diri
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap saat terjadinya
penyakit.Pencegahan dimulai pada saat bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia sampai
munculnya gejala atau gangguan kesehatan. Pencegahan bertujuan untuk menghambat proses
perjalanan penyakit sehingga dapat memperpendek waktu sakit dan dapat menurunkan tingkat
keparahan penyakit. Pencegahan sekunder dilakukan melalui 2 (dua) kelompok kegiatan , yaitu :
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah penemuan kasus secara dini (early case
finding), pemeriksaan umum lengkap (general chek-up), pemeriksaan massal (mass screening),
survei kontak, sekolah dan rumah (contact, school, and householdsurvey), penanganan kasus
2. Pembatasan kecatatan
penderita, dan lain sebagainya. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui berbagai program
seperti program pemberantasan penyakit menular (P2M) dengan kegiatan surveillance (active
and passive case detection), program gizi dengan kegiatan penimbangan anak balita, program
kesehatan ibu dan anak (KIA) dengan kegiatan deteksi dini factor risiko gangguan dan kelainan
kehamilan, program usaha kesehatan sekolah (UKS) dengan kegiatan deteksi dini gangguan
Pencegahan tersier merupakan upaya pencegahan pada masyarakat yang telah sembuh
dari sakit serta mengalami kecacatan. Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau
ketidakmampuan terjadi sampai kondisi stabil atau menetap dan tidak dapat diperbaiki
dilakukan seperti latihan fisik pada penderita stroke, terapi kerja (work therapy) pada penderita
setelah gangguan jiwa, latihan batu efektif pada penderita tuberkulosis paru, perawatan
pada penderita gagal ginjal kronis yang membutuhkan terapi penggantian ginjal.
Pelayanan keperawatan komunitas dapat diberikan secara langsung (direct care) pada
Contohnya Rumah Sakit, Puskesmas, dan pelayanan kesehatan lain yang mempunyai
Perawat home care memberikan pelayanan secara langsung pada keluarga di rumah yang
menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan fungsi
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai risiko tinggi masalah
kesehatan.
3. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melukakan perawatan sesaat (day care) diberbagai institusi
pendididkan seperti TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi baik pada siswa, guru serta
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus kesakitan atau
kecelakaan minimal di tempat kerja atau di kantor, home industry/industri, pabrik dan lain
sebagainya. Kegiatan yang dilakukan dapat melalui pendidikan kesehatan untuk keamanan
dan keselamatan kerja, alat perlindungan diri (APD), nutrisi seimbang, penurunan stress,
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung (direct care) terhadap kasus akut,
adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan khusus penyakit akut dan
Seperti panti asuhan anak, panti werda, dan panti sosial lainnya serta rumah tahanan
perlakuan kekerasan.
pemulung atau pengemis, kelompok penderita HIV (ODHA atau orang dengan HIV-
kelompok khusus, dan masyarakat baik sehat maupun sakit serta yang beresiko tinggi mengalami
masalah kesehatan. Adapun sasaran dalam pelayanan keperawatan komunitas terdiri dari :
1. Individu
Individu merupakan anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, sosial, dan spiritual. Permasalahan kesehatan yang terjadi pada individu dapat
mellitus (DM), tuberkulosis (TB), darah tinggi atau hipertensi, dan lain sebagainya.Pada tingkat
individu, perawat dapat memberikan berbagai upaya pelayanan keperawatan untuk membantu
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga (KK)
dan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah karena pertalian darah, ikatan
perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan dirawat sebagai
bagian dari keluarga.Sehingga seperti halnya pada individu, masalah kesehatan yang terjadi pada
satu keluarga dapat juga mempengaruhi kondisi komunitas. Hal tersebut disebabkan karena antar
keluarga keluarga yang satu dengan yang lain dalam masyarakat cenderung saling
ketergantungan dan saling berinteraksi. Interaksi dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan
keluarga yaitu :
a. Keluarga Sehat
Kriteria keluarga sehat yang menjadi sasaran pelayanan keperawatan keluarga jika seluruh
anggota keluarga dalam kondisi sehat tetapi memerlukan antisipasi terkait dengan siklus
Dimaksud keluarga risiko dan rawan kesehatan dimana satu atau lebih anggota
keluarga dengan faktor risiko penurunan status kesehatan.Misalnya bayi BBLR, balita gizi
buruk, bayi atau balita yang belum diimunisasi, ibu hamil risiko tinggi seperti pendarahan,
3. Kelompok Khusus
diklasifikasikan menurut usia, jenis kelamin maupun permasalahan kesehatan yang dialami.
Contohnya adalah kelompok balita, lansia, remaja, kelompok ibu hamil, ibu melahirkan, ibu
Contohnya adalah kelompok penderita penyakit menular, penyakit tidak menular, kelompok
Contohnya adalah kelompok wanita tua susila (WTS), kelompok pekerja tertentu dalam
Sasaran kelompok juga dapat diartikan sebagai kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu
institusi, yaitu :
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain Posyandu,
Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain sekolah, pesantren,
panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga permasyarakatan (lapas).
4. Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap
a. Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW, Kelurahan atau Desa) yang mempunyai :
c. Masyarakat di lokasi atau barak pengungsian, akibat bencana, konflik atau akibat lainnya.
d. Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara daerah lain dengan terpencil,
transmigrasi.
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam unit sosial (Robbins, 2002). Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Banyak peranan yang dapat
Peran perawat sebagai care provider ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
maupun secara tidak langsung pada berbagai tatanan kesehatan meliputi di puskesmas,
ruang rawat inap puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, sekolah, panti,
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus
atau pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit. Misalnya penyuluhan tentang nutrisi,
senam lansia, manajemen stress, terapi relaksasi, gaya hidup bahakan penyuluhan
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata
Pembela dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.Pada tingkat
keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam
kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan
tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan
keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
yaitu :
No Aspek Perbedaan
Perawatan o Rumah
o Klinik o Sekolah
o Perusuhaan
o Panti
o Orang meninggal
o Kuratif
o Rehabilitatif
o Resosiasi
Pencegahan penyakit
Pelayanan o Keluarga
o Kelompok
khusus
o Masyarakat
(Mubarak, Chayatin, & Santoso,2011)
BAB IV
1. PENDAHULUAN
Keperawatan komunitas merupakan area spesifik dari praktik keperawatan. Dalam
melakukan praktik keperawatan komunitas, perawat perlu memiliki kemampuan lebih terkait
dengan masyarakat. Perawat juga perlu memegang prinsip-prinsip seperti otoritas, keadilan serta
komunitas berorientasi pada proses pemecahan masalah melalui pendekatan proses keperawatan
dalam menghadapi masalah kesehatan yang ada di komunitas. Menirut Depkes (2006), dalam
penerapan proses keperawatan, terjadi proses alih peran dari perawat kepada klien sebagai
sasaran secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam
menyelesaikan masalah kesehatannya. Proses alih peran tersebut digambarkan sebagai lingkaran
Gambar 5.1
Lingkaran dinamis
proses keperawatan
sebagai berikut:
penyakit ( preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama, kedua maupun ketiga
4. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada klien (individu,
kemandiria klien
mengacu pada model dan frameworks keperawatan Community as Partner. Model tersebut
dengan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan proses awaluntuk mengenal komunitas.
Tujuan dilakukannya pengkajian adalah untuk mendapatkan data mengenai fokus positif dan
negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan di masyarakat. Data yang didapatkan
kemudian digunakan sebagai data dasar untuk menentukan diagnosis dan rencana intervensi
asuhan keperawatan komunitas. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 (lima) kegiatan, yaitu
pengumoulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
1. Pengumpulan data
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut asfek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
a. Wawancara atau anamnese yaitu menanyakan atau tanya jawab sebagai bentuk
verbal, non verbal, empati, serta rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal merupakan
pertanyaan terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi klien. Teknik
non verbal meliputi sikap mendengarkan aktif, diam, sentuhan, dan kontak mata.
b. Pengamatan atau observasi yaitu dengan mengamati perilaku dan keadaan komunitas
Pengkajian ini digunakan untuk memperoleh data objektif dari riwayat komunitas.
Data yang dipergunakan dalam pengkajian dapat diperoleh melalui beberapa sumber yaitu:
a. Sensus
Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus dapat diperoleh dengan
kesehatan baik pusat maupun daerah tentang penyakit-penyakit yang dapat dilaporkan
secara legal.
Catatan medis dan rumah sakit digunakan secar luas dalam penelitian kesehatan
komunitas.
Data yang dikumpulkan dalm proses pengkajian meliputi data inti (core), subsistem, dan
persepsi. Data subsistem terdiri dari lingkungan, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi,
Tabel 5.1 Tabel Data Inti atau Core Pengkajian Keperawatan Komunitas
SUBSISTEM KOMUNITAS
C. PERSEPSI
Hal yang perlu dikaji adalah pernyataan umum tentang kesehatan masyarakat setempat.
Apakah kekuatan yang ada? Masalah dan potensial masalah apa yang dapat diidentifikasi?
2. PENGOLAHAN DATA
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai
berikut:
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
Contoh:
2. Analisa Data
Analisa data merupakan proses studi dan pemeriksaan data yang dapat berubah data
komunitas dan kekuatan komunitas serta untuk mengidentifikasi pola respon kesehatan dan
kecenderungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Analisa dilakukan pada data inti
maupun data subsistem. Hasil akir dari proses analisa data adalah penentuan diagnosis
keperawatan komunitas.
Fase-fase yang digunakan dalam membantu proses analisa menurut Anderson &
Mcfarlena(2007) yaitu:
a. Kategorisasi
Proses pertama yang perlu dilakukan adalah mengkategorikan data. Data pengkajian dapat
1. Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan kelompok etnik,dan
ras).
2. Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan tempat tinggal, uang
b. Ringkasan
proses selanjutnya setelah kategorisasi adalah membuat ringkasan data dalam setiap kategori
c. Pembandingan
kesenjangan , kejangggalan, dan kehilangan data. Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan
seperti kesalahan dalam pencatatan, tugas penting adalah menganalisa data secara kritis dan
d. Penarikan kesimpulan
langkah terakhir adalah menarik simpulan logis dari bukti yang ada untuk merumuskan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada komunitas desa brayan menunjukkan bahwa:
Sebanyak 75,94% tempat penampungan sampah sementara yang dimiliki warga dalam
kondisi terbuka.
3. Perumusan Masalah
Masalah keperawatan dirumuskan berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan
berdasarkan kategori sampai dapat ditarik kesimpulan seperti pada proses analisa data.
4. Prioritas Masalah
diangkat. Untuk menentukan masalahuntuk menentukan masalah mana yang terlebih dahulu
diatasi, perlu dilakukan penentuan prioritas masalah dengan memperhatikan kriteria penapisan.
c. Besarnya resiko
Jumlah skor untk masing-masing kriteria antara rentang 1-5 dengan skala 0 paling
Urutan prioritas dituliskan berdasarkan jumlah skor paling tinggi dari 12 kriteria yang
ada. Misalnya saja dalam komunitas terdapat tiga diagnosis, dimana hasil dari penampisan
masalah berturut-turut 39, 48, dan 28. Maka prioritas masalah dalam komunitas tersebut adalah
3. DIAGNOSIS
merupakan suatu labebl yang mendeskripsikan situasi (atau kondisi) dan mengandung etiologi
1. Problem (masalah)
2. Etiologi (penyebab)
3. Sign atau Symptom (tanda dan gejala)
Diagnosis keperawatan komunitas berfokus pada suatu komunitas yang merupakan suatu
pengkajian terlebih dahulu dianalisis dan dibuat simpulan. Beberapa pernyataan simpulan dapat
membentuk bagian deskriptif dari diagnosis keperawatan yang menunjukkan masalah kesehatan
komunitas potensial, risiko maupun aktual. Contohnya adalah pernyataan simpulan tingginya
kasus ISPA di desa sigentung atau tingginya pevalensi karies gigi pada siswa SD cokroh.
Pernyataan simpulan lain dapat bersifat etiologik dan mencatat kemungkinan penyebab
pernyataan simpulan yang mendokumentasi durasi atau tingkat keseriusan masalah. Bagian akhir
Ditandai dengan 2 balita meninggal dari 125 kasus ISPA pada balita selama 6 bulan
terakhir, terdapat anggota keluarga yang merokok dalam satu rumah tangga, 110
keluarga tidak memahami penyebab dan penanganan ISPA pada balita.
Dalam diagnosis keperawatan kominutas, mungkin akan banyak data yang digunakan
sebagai etiologi, tanda dan gejala untuk satu masalah yang dirumuskan. Data-data tersebut dapat
berasal dari satu atau bahkan dari beberapa subsistem. Berkaitan dengan hal tersebut, yang perlu
diperhatikan dalam komunitas adalah seluruh subsistem dapat bersama-sama menetukan status
kesehatan komunitas dan tidak ada satu subsistem pun yang paling penting atau krusial dari yang
4. PERENCANAAN
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
yang tela ditetapkan. Rencana keperawatan disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana
tindakan keperawatan spesifik yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian
tujian. Perencanaan merupakan suatu proses sistemik yang dibuat melalui kemitraan dengan
Rencana program
Objek ( Program)
Tujuan Evaluasi
Berhubungan
Dengan(etiologi
)
Respons (masalah) AMB (Data)
Diagnosis
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat
dirasakan masyarakat
Evaluasi Evaluat
No Dx Tujuan Sasaran Strategi Rencana Hari/ Tempat or
Kegiatan Tanggal Kriteria Standar
5. Implememntasi
Implememntasi atau pelaksanaan merupakan tahap radiasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat komunitas
harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini melibatkan pihak
Puskesmas, bidan desa, tokoh serta anggota masyarakat. Menurut Mubarak, Chayatin & Santoso
(2010), prinsip umum yang harus dimiliki perawat komunitas dalam melakukan implementasi
1. inovatif
Artinya mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan berdasarkan pada iman dan taqwa (IMTAQ)
2. Integrated
Artinya harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu,
3. Rasional
5. Ugem
Artinya harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis
bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi
partner.
Fokus implementasi dalam keperawatan komunitas adalah pada tingkat pencegahan yaitu :
1. Pencegahan primer
Yaitu pencegahan seblum sakit yang difokuskan pada populasi sehat, mencakup kegiatan
kesehatan umum serta khusus terhadap penyakit seperti imunisasi, penyuluhan gizi, serta
2. Pencegahan sekunder
Yaitu pencegahan yang dilakuakan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan
diagnosis dini dan tindakan untuk menghambat proses penyakit. Misalnya melakukan
pemeriksaan dahak, memoyivasi keluarga pemeriksaan gigi, serta melatih cara merawat
3. Pencegahan tersier
keluarga untuk melatih anggota keluarga pasca frakturtibia melakukan latihan berjalan.
6. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan. Dibandingkan
dengan jutuan atau target pelaksanaan. Evaluasi dilkukan untuk mengukur kemajuan terhadap
komunitas yang diberikan. Selain itu juga untuk menilai hasil guna, daya guna, dan prokdutivitas
Fokus dalam melakukan evaluasi adalah relevansi atau hubungan antara kenyataan yang
ada dengan target pelaksanaan, pengembangan atau kemajuan proses, efsiensi biaya, efesieni
kerja serta dampak. Perubahan tersebut dapat diamati seperti gambar dibawah ini :
Keterangan :
: Peran Masyarakat
: Peran Perawat
Gambar 5.3 Perubahan Dampak Kesehatan
Evaluasi dalam keperawatan komunitas dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : evaluasi
struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil. Hasil evaluasi digunakan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki atau merumuskan recana baru dalam proses keperawatan. Komponen yang
dievaluasi meliputi kognitif (pengetahuan), efektif (status emosinal), dan psikomotor (prilaku).
BAB V
PENDIDIKAN KESEHATAN
A. PENDAHULUAN
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk strategi intervensi atau upaya yang
pemberian informasi yang sesuai, spesifik, diulang, trus menerus, sehingga dapat memfasilitasi
kesehatan dan kualitas hidup komunitas serta meningkatkan partisipasi seseorang dalam merawat
kesehatannya sendiri. Pendidikan kesehatan yang efektif dapat dilakukan dengan mengkaji
1. Azwar (2005), pendidikan kesehatan adalah program kesehatan dan kedokteran yang
2. Nyswander (1947), pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan
masyarakat.
3. Grout (1958), pendidikan kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa yang telah
diketahui tentang kesehatan ke dalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun
4. Roudd & Comings(1994) dalam Bies & McEwen (2001), pendidikan kesehatan
merupakan aktivitas belajar yang dirancang sedemikian rupa sesuai kondisi klien dan
situasi tempat pembelajaran yang diberikan oleh tenaga profesional kepada individu,
dimensi dan kegiatan-kegiatan intelektual, psikologis dan sosial yang diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang
yang ditujukkan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, maupun
merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan sebagai dasar perubahan
perilaku yang dapat meningkatkankan stus kesehatan individu, keluarga, kelompok, maupun
kesehatan.
mengubah prilaku individu, keluarga, serta masyarakat dari prilaku tidak sehat menjadi sehat.
Perilaku yang tidak sesui dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai kesehatan atau dari perilakuk negatif ke perilaku yang positif. Perilaku-perilaku yang perlu
dirubah misalnya adalah merokok, minum minuman keras, membuang sampah sembarangan,
tidak mencuci tangan sebelum makan, ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya, bayi tidak
diberikan asi ekslusif, dan lain sebagainya.pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk mengubah
perilaku yang kaitannya dengan budaya. Sikap dan perilaku merupakan bagian bidaya yang ada
di lingkungannya.
kesehatan. Sesui dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil, dan menyusui untuk
masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi
yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder pendidikan kesehatan adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
lingkungannya. Selain itu juga diharapkan mereka mampu menjadi role model serta
pendidikan kesehatan pada sasaran sekunder ini sejalan dengan strategi dukungan sosial
(social support) .
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier dari pendidikan kesehatan adalah pembuat keputusan atau penentu
kebijakan sesuai dengan ruang lingkup pendidikan kesehatan misalnya lingkup rukun
tetangga, rukun warga, dusun, desa, kecamatan, kabupaten, dan lain sebagainya.
berdampak pada perilaku kelompok sasaran sekunder maupun primer. Upaya ini sejalan
atau informasi kesehatan yang diberikan dapatdenagn mudah dipahami sasaran. Dalam
serta masyarakat. Menurut Notoadmojo (2007), metode pendidikan kesehatan yang dapat
individu yang mulai tertarik kepada suatu perubahan atau inovasi. Dasar digunakannya
pendekatan individual karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan berbeda sehubungan
dengan penerimaan atau perubahan perilaku bru tersebut. Misalnya mebina seorang kepala
keluarga yang menderita hipertensi dan sedang tertarik untuk menerapkan terapi relaksasi otot
progresif karena baru saja mengikuti penyuluhan di Balai Desa. Pendekatan yang digunakan agar
individu tersebut menerapkan terapi relaksasi tersebut adalah dengan pendekatan perseorangan.
Pembinaan perseorangan dalam hal ini tidak hanya berati bimbingan kepada kepala keluarga
tingkat pendidikan fomal sasaran. Kelompok dalam metode ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Kelompok Besar
Kelompok besar yang dimaksudkan apabila peserta lebih dari 5 orang. Metode yang
1) Ceramah
Metode ceramah merupakan penyampaian pesan atau informasi secara verbal atau lisan
yang meliputi tanya jawab, memberikan gambar dan contoh-contoh. Metode ini sesuai
deberikan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah seta paling tepat
digunakan untuk memberikan informasi yang berupa garis besar dan sebagai pengantar
untuk metode yang lain. Hal tersebut dilakukan untuk menarik minat dan maningkatkan
banyak, kelemahan metode ceramah adalah pesan atau informasi yang disampaikan
cenderung tidak mengendap lama, sasaran cenderung pasif serta kurang sesuai untuk
2) Seminar
Metode seminar hanya sesuai untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar merupakan suatu penyajian (presentasi) dari suatu ahli atau
b. Kelompok Kecil
Kelompok kecil yang dimaksudkan apabila peserta kurang dari 15 oarang. Metode yang
1) Diskusi kelompok
Metode ini membutuhkan peran aktif dari peserta untuk mengeluarkan pendapat
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Pada metode ini pemimpin
diskusi memberikan pertanyaan dan setiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan
(curah pendapat). Tanggapan tersebut kemudian ditampung dan dicatat dalam papan tulis
atau flipchart. Setelah semua peserta menyampaikan tanggapannya, maka tiap peserta
3) Role Play
Metode ini melibatkan peran aktif peserta dengan mamainkan sebuah peran tertentu
sesuai dengan topik yang telah ditentukan dalam pendidikan kesehatan. Pesan-pesan
kesehatan dalam metode ini disampaikan melalui peran-peran nyata yang diperagakkan
oleh peserta.
digunakan untuk menggugah kesadarab masyarakat terhadap suatu inovasi awarnwess, dan
belum begitu diharapkan sampai pada perubahan perilaku. Bentuk pendekatan yang digunakan
biasanya tidak langsung yaitu melalui media massa. Contoh metode yang sesuai untuk
pendekatan massa antara lain ceramah umum (public speaking), pidato-pidato, simulasi, maupun
informasi. Media yang tepat dapat membantu mempermudah proses penyampaian informasi
kesehatan yang akan diberikan. Media dapat juga memberikan motivasi dan pengaruh psikologis,
dengan demikian akan timbul keyakinan sehingga perubahan kognitif, efektif, dan psikomotor
dapat tercapai optimal. Informasi yang diberikan pada awalnya akan tersimpan dalam memori
jangka pendek. Informasi ini akan bertahan selama 20 detik sebelum akhirnya dilupakan atau
diproses untuk masuk ke memori jangka panjang. Informasi akan tersimpan di memori jangka
panjang apabila pendidikan kesehatan diterapkan ke situasi nyata sehingga tidak mudah untuk
Visual aids berguna dalam menstimulasi indra penglihatan. Contohnya media poster, leaflet,
Audio aids berguna dalam menstimulasi indra pendengar. Contohnya tape, raidio, maupun
apabiladisampaikan melalui media visual, 50% apabila melalui media audio visual, dan 70%
apabila dilaksanakan dalam praktik nyata. Pendidikan kesehatan yang melibatkan banyak
indra,baik penglihatan maupun pendengaran akan lebih mudah diingat dibandingkan dengan
1. Input
Menyangkut pada sasaran belajar yaitu individu, kelompok, masyarakat dengan berbagai
latar belakangnya.
2. Proses
Mekanisme dan intraksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek
belajar tersebut. Dalam proses terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor antara
lain subjek belajar, pengajar ( pendidikan dan fasilitator ), metode, teknik belajar, alat
3. Output
Merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari
subjek belajar.
H. TEORI HEALTH BELIEF MODEL
Model kepercayaan kesehatan sangat dekat dengan bidang pendidikan kesehatan. Model
ini menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap.
Secara khusus model ini menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan manfaat
(Edelman & Mandle, 2010). Munculnya model ini didasarkan pada adanya masalah-masalah
kesehatan yang ditandai dengan kegagalan oarang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha
pencegahan atau penyembuhan penyakit yang diberikan penyedia pelayanan kesehatan. Konsep
komponen kunci yang membuat seseorang bertindak untuk mencegah atau mengobati
penyakitnya, yaitu:
1. Kerentanan yang dirasakan ( perceived Susceptibility)
Tindakan pencegahan penyakit akan muncul apabila seseorang telah merasakan bahwa ia
3. Manfaat yang dirasakan dan hambatan yang dihadapi (perceived benfits and barriers)
Perasaan rentan terhadap suatu penyakit yang dirasakan dapat membuat seseorang untuk
melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini tergantung pada manfaat yang dirasakan
dan hambatan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya,
manfaat tindakan lebih menentukan daripada hambatan yang mungkin ditemukan dalam
Isyarat atau petunjuk dari orang lain misalnya petugas kesehatan sangat diperlukan
karena dapat mempengaruhi penerimaan yang benar mengenai kondisi yang memerlukan
I. PERUBAHAN PERILAKU
Perilaku merupakan aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungannya (Suryani, 2003),
petingnya mempelajari perilaku karena tujuan pendidikan kesehatan adalah merubah perilaku
tidak sehat menjadi perilaku sehat. Jika sudah terbentuk perilaku sehat, maka pendidikan
didasarkan pada prinsi-prinsip kesehatan. Klasifikasi perilaku kesehatan di bagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan, perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas
utama, yaitu:
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap, tradisi dan kepercayaan, sistem
nilai, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi terhadap kesehatan. Pendidikan
Faktor Predisposisi
Contoh bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan penyuluhan
tentang terapi alternatif atau komplementer dengan memperhatika faktor predisposisi serta sesuai
kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Secara umum, terapi yang diajarkan cenderung jenis
terapi yang murah dan mudah dilakukan tanpa mengurangi esensi manfaat kesehatan dari terapi
yang diberikan.
Faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
yang dilakukan dapat berupa upaya untuk memberdayakan masyarakat agar mampu
lansia. Latar belakang kegiatan dapat dimulai dari data yang menunjukkan
kecenderungan posyandu yang selama ini ada di masyarakat hanya posyandu balita.
Sementara jumlah lansia terus meningkat dan haruis mendapatkan perhatian khusus agar
kualitas hidup lansia dapat terjaga. Contoh lain dengan mengadakan penyuluhan tentang
Faktor reinforcing meliputi sikap dan perilaku keluarga, petugas kesehatan (perawat),
tokoh masyarakat (toma), dan tokoh agama (toga). Termasuk juga aturan-aturan yang ada
dapat berupa undang-undang dan lain-lain. Bentuk strategi pendidikan kesehatan ini
adalah dengan menjadikan petugas kesehatan, toma, maupun toga sebagai role model
atau contoh dalam perilaku hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu pendidikan kesehatan
harus diberikan secara intensif kepada toma maupun toga. Sejalan dengan itu, diharapkan
juga akan muncul aturan-aturan atau program oleh toma maupun toga yang telah
Keturunan
Perilaku
Faktor Faktor
Predisposisi Enabling(ketersedi
Faktor
(pengetahuan, aan
Reinforcing
sikap,kepercay sumber/fasilitas)
(sikap dan
aan, tradisi, perilaku
nilai, dll petugas,
Pemberdayaan peraturan, UU,
masyarakat dll
Komunikasi
penyuluhan Training
Promosi Kesehatan
Apabila konsep Blum yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan itu dipengaruhi oleh 4
faktor utama,yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (herediter), maka
promosi kesehatan dalam konsep Green adalah intervensi terhadap perilaku. Kedua konsep
tersebut dapat diilustrasikan pada bagan hubungan status kesehatan , perilaku, dan pendidikan
kesehatan.
Menurut Roger & Skoemaker dalam sumijatun et.al. (2006) menyebutkan bahwa terdapat
Pada fase ini individu mengetahui adanya gagasan baru tetapi tidak mendalam. Tugas
Pada fase ini individu menunjukkan perhatian terhadap usaha perubahan. Masyarakat
Pada fase ini individu mulai membandingkan dan mencari keterangan lebih lanjut lagi
mengenai gagasan baru yang akan dicobanya. Individu atau masyarakat mulai mengadakan
pertimbangan sehingga perlu pendekatan secara individual agar merasa lebih jelas dan
dapat mengemukakan kesulitan yang dihadapi. Tugas dari petugas kesehatan adalah
Fase ini merupakan fase kritis karena fase ini menentukan diterima atau ditolaknya
gagasan baru tersebut. Tugas dari tenaga kesehatan adalah mengawasi dan lebih
Pada fase ini individu atau masyarakat telah bertingkah laku baru, sesuai dengan yang
diharapkan. Tugas pendidikan kesehatan adalah memelihara dan mengontrol secara terus
menerus.
ditujukan agar perilaku masyarakat yang beresiko maupun yang telah mengalami penyakit
komunitas dan masyarakat (Nies &McEwen, 2007). Perawat dapat mengembangkan berbagai
aktvitas yang memberikan klien informasi baru dan kesempatan untuk mempraktekkan
keterampilan baru.
rutin
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(EMPROWERMENT)
A. PENDAHULUAN
Empowerment atau pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir sebagai
bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan baru utamanya
Eropa. Konsep pemberdayaan awalnya dimulai sekitar tahun 70-an dan kemudin
berkembang sampai sekarang. Konsep kebudayaan itu sendiri pada dasarnya merupakan
upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif
2008).
bukanlah objek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pihak luar seperti
pemberi pelayanan kesehatan, melainkan dalam posisi sebagai subjek (agen atau
partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri.Berbuat secara mandiri yang
dimaksud bukan berarti lepas dari tanggung jawab pihak luar tersebut.Karena kesehatan
merupakan pelayanan publik dan tenaga kesehatan memiliki tugas serta kewajiban dalam
memberikan pelayanan itu kepada masyarakat.Tenaga kesehatan bukan untuk
berubah.Sehingga peran pihak luar seperti tenaga kesehatan dalam memelihara dan
pengambilan keputusan pada level individual, keluarga, komunitas dan masyarakat (Nies
& Mc Ewen, 2001). Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya atau proses untuk
Dalam bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk
sebagai proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau campur tangan pihak luar)
untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung
(tiga) elemen penting. Pertama, partisipasi merupakan proses aktif, yang tidak
Tetapi suatu prosesmutualitas yang berarti semua orang memiliki hak yang sama. Kedua,
partisipasi termasuk juga pilihan, artinya masyarakat memiliki hak dan kekuatan (daya)
yang merupakan hasil partisipasi harus cendrung efektif dan ada system sosial yang
sama dengan masyarakat (work with the community). Oleh sebab itu peran petugas
kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyrakat tersebut.
rencana tersebut dapat terwujud sebagai bentuk kemandirian masyarakat, maka peran
guna mengoptimalkan potensi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Potensi merupakan
suatu kekuatan atau kemampuan yang masih terpendam. Potensi dalam masyarakat dapat
di kelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu potensi sumber daya manusia (SDM) dan potensi
sumber daya alam (SDA). Apabila potensi SDM dalam komunitas memiliki kualitas yang
rendah, maka SDA dalam komunitas tidak dapat dikelola dengan baik. Peran petugas
Dalam istilah lain, petugas kesehatan dalam pemberdayaan memiliki peran ganda,
yaitu:
1. Sebagai Pembina peran serta masyarakat, dimana kesehatan masyarakat itu sangat
ditentukan oleh partisipasi masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, sebagai petugas
2. Sebagai manager program peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Model
manajemen yang diterapkan tidak sepenuhnya mengacu pada teori manajemen pada
umumnya. Tetapi lebih menitikberatkan pada apa yang selama ini terjadi sesuai dengan
siklus manajemen sektoral, serta berkaitan dengan fungsi petugas kesehatan sebagai
Pembina peran serta masyarakat. Model manajerial yang digunakan dapat di singkat
dengan ARRIF.
kelompok atau masyarakat kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya
kemampuan sebagai hasil proses belajar. Belajar sendiri merupakan suatu proses alih
pengetahuan dari sumber belajar keb subjek belajar. Informasi kesehatan yang diperoleh
2. Timbulnya kemauan atau kehendak dalam bidang kesehatan kemauan atau kehendak
menjadi tindakan cepat dipengaruhi oleh bebagai faktor. Faktor yang paling utama salah
satunya adalah sarana dan prasarana. Misalnya saja keluarga sudah memiliki kemauan
untuk tidak lagi membuang sampah di pekarangan dan memisahkan sampah organik dan
anorganik. Agar kemauan itu dapat terwujud menjadi tindakan, maka yang dibutuhkan
keluarga selanjutnya adalah dana untuk membeli tempat memisahkan sampah dan sarana
Kemampuan individu, keluarga atau masyarakat di bidang kesehatan dapat dilihat dari
c. Mampu memelihara dan melindungi diri, baik individu, kelompok atau masyarakat dari
Kesadaran Kesehatan
Pengetahuan
Kesehatan
Berdaya (mampu)
dalam kesehatan
dijadikan objek tetapi merupakan subjek dalam memelihara dan melindungi kesehatan
1. Upaya pemberdayaan harus terarah (targetted). Pendekatan ini yang secara popular
program yang dirancang untuk mengatasi masalah serta sesuai kebutuhan bentuk
program yang dilakukan tidak harus kegiatan kesehatan, tetapi kegiatan-kegiatan non
kesehatan yang pada akhirnya akan mendukung program kesehatan juga dapat dilakukan
kehendak dan kemapuan serta kebutuhan masyarakat. Selain itu sekaligus meningkatkan
kesehatannya.
pelayanan kesehatan menajdi sangat luas jika dilakukan secara individu. Oleh sebab itu,
pendekatan kelompok adalah yang paling efektif dan efisien jika di lihat dari sumber
kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya.
Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna
pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan
atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
(enabling). Titik tolaknya dalah bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya tidak ada sumber daya manusia atau masyarakat tanpa daya,
2. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya tersebut dengan cara mendorong,
positif, selain dari iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kedalam sebagai
peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam proses
ini, upaya mendasar yang perlu dilakukan adalah peningkatan pengetahuan serta akses kedalam
pelayanan kesehatan. Selain itu, berkaitan dengan memberdayakan juga mengandung arti
melindungi. Sehingga dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menajadi
bertambah lemah, oleh karena itu tidak berdaya dalam menghadapi yang kuat.
proses memapukan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Pemberdayaan tercipta bukan dari hasil
pemberdayaan masyarakat menurut Adisasmito (2008) harus dilakukan melalui 4 (empat) hal
berikut :
Masyarakat adalah subjek, bukan menjadi objek.Masyarakat harus dididik dan dibekali
dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar dalam usaha kesehatan serta
dilibatkan secara aktif sejak perencanaan dalam usaha tersebut.Tokoh dan wakil masyarakat
demikian, tugas tenaga kesehatan tidak lagi melaksanakan atau mengajak masyarakat dalam
usaha kesehatan, namun lebih berperan sebagai pendidik dan fasilitator dalam
menumbuhkan kesadaran dan kepedulian serta mendorong untuk turut bereran aktif
dalam bidang kesehatan selama ini cenderung menghambat munculnya inisiatif dan
tersebut seharusnya lebih diberikan kepada masyarakat sendiri, misalnya saja melalui sestor
perilaku harus bersifat pendekatan dari bawah (bottom up approach) berdasarkan kebutuhan
dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Untuk itu dibutuhkan orang-orang yang
kreatif dan inovatif atau yang dikenal dengan wirausahawan sosial yang dapat menjalankan
program kesehatan
4. Menumbuhkan kemandirian
mulai dari berperan menjadi sumber daya sampai diwujudkan dalam bentuk dana kesehatan.
Adapun bentuk konkrit aplikasi peran masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai program
sebagai berikut :
1. Kader Kesehatan
Kader merupakan warga masyarakat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat
bekerja secara sukarela.Kader kesehatan sebagai promotor kesehatan desa (prokes) merupakan
tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan
masyarakat.Profil kader yang paling dikenal adalah kader posyandu.Keberadaanya dan asalnya
istri dari pamong desa atau tokoh masyarakat.Namun demikian, pada prinsipnya kader dipilih
oleh dan dari masyarakat. Persayaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk memilih kader
antara lain:
g. Berwibawa
kesehatan keluarga
kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat dengan bimbingan
petugas puskesmas, lintas sektor dan lembaga lain terkait.Jumlah posyandu tahun 2010 menurut
Ditjen Bina Gizi & KIA dalam pusat data dan informasi (pusdatin) kementrian kesehatan RI
sebanyak 266,827.
Posyandu memilki 5(lima) kegiatan prioritas yang dikenal dengan istilah K5P
(keterampilan lima program posyandu) yang meliputi KIA, KB, Imunisasi, Gizi, dan
penanggulangan diare. Selain K5P tersebut, posyandu, juga memiliki kegiatan tambahan antara
lain :
ISPA, DBD, gizi buruk, polio, campak, dipteri, pertussis,atau tetanus neonatorum
i. Ambulan desa
Dalam penyelenggaraannya, satu posyandu sebaiknya melayani 100 balita dengan lingkup
kurang dari 700 penduduk atau disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat,
kondisi geografis, jarak antara rumah, jumlah kepala keluarga dalam kelompok dan sebagainya.
keterpaduan antar sektor yang bersangkutan dan keterpaduan antara pelayanan oleh masyarakat
Sasaran utama posyandu adalah bayi/balita, ibu hamil/ibu menyusui, dan wanita usia subur
(WUS) atau pasangan usia subur (PUS). Kegiatan posyandu dilakukan dengan menggunakan
Meja 1 : Pendaftaran
Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita, ibu hamil, atau WUS
Meja 3 : Pengisian kartu menuju sehat (KMS)
Meja 4 : Penyuluhan perorangan,
Pada balita antara lain
: Pemberian :
makanan tambahan, oralit, atau
vitamin A dosis tinggi
Pada ibu hamil : pemberian tablet besi
Pada PUS : pemberian kondom atau pil KB untuk menjadi
peserta KB lestari
Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kehamilan, KIA, KB, dan pengobatan
Tenaga kesehatan untuk meja 1sampai 4 dilaksanakan oleh kader kesehatan, sedangkan
meja 5 dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari puskesmas seperti perawat, bidan, maupun
dokter.Kader kesehatan merupakan tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat
dan bekerja secara sukarela sebagai penyelenggara posyandu.Dengan adanya kader kesehatan,
masyarakat bukan hanya menjadi objek pelayanan kesehatan tetapi merupakan mitra dalam
kesehatan di masyarakat. Tugas pokok kader kesehatan berkaitan dengan keberadaan posyandu
b. Kegiatan di Posyandu
1. Melaksankan pendaftaran
4. Mengisi KMS
5. Memberi penyuluhan
2. Melaksankan kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lain yang sesuai dengan
Tingkatan Penjelasan
masing.
Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan seperangkatindikator
yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat perkembangan posyandu. Secara
sederhana indicator untuk tiap peringkat posyandu dapat diuraikan sebagai berikut :
Program tambahan - - + +
Polindes merupakan jenis UKBM sebagai bentuk peran serta masyarakat dalam
geografis, sementara interaksi setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan mampu
kerjasama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan
sosial budaya.Sementara tarif pemeriksaan ibu, anak, dan melahirkan yang ditentukan
Pos obat desa merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam hal pengobatan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Babarapa pengembangan POD itu
antara lain :
3. Dana Sehat
Dana sehat merupakan kegiatan swadaya masyarakat secara gotong royong guna
pendanaan. Penghimpunan dana sehat ini dilakukan dengan pra upaya guna menjamin
dana sehat ini tidak hanya digunakan saat sakit dan membutuhkan biaya (upaya kuratif),
tetapi juga digunakan untuk pembiayaan kegiatan yang meliputi upaya promotif,
Secara umum terdapat 2 (dua) bentuk sumber pendanaan dari massyarakat yang
a. Dana aktifartinya dana yang secara khusus dikumpulkan oleh masyarakat untuk membiayai
Dana tersebut disimpan pada bidan dalam bentuk uang maupun natura.
3) Jambulin atau jaminan ibu bersalin merupakan iuran ibu hamil atau keluarga untuk
pemeliharaan kesehatan ibu selama hamil, melahirkan sampai perawatan bayi yang
dikelola oleh warga bekerja sama dengan bidan dan puskesmas selaku pemberi
pelayanan.
4) Desolin atau dana sosial ibu bersalin merupakan dana yang dikumpulkan dari dan oleh
masyarakat untuk membantu biaya bersalin atas kesepakatan warga dapat juga
5) Artamas atau arisan tabungan amal sehat merupakan sejenis arisan dimana penerima
6) Dana sehat kelompok usaha bersama merupakan dana yang iurannya diambil dari sisa
7) Bentuk pengelolaan dana sehat lainnya seperti dana sehat pola Usaha Kesehatan
pondok pesantren, pola Koperasi Unit Desa (KUD), serta dana sehat organisasi atau
kelompok lain.
b. Dana pasif artinya dana yang sudah ada di masyarakat seperti dana sosial keagamaan berasal
dari zakat, infaq, shodaqoh, wasiat, dan lain sebagainya. Dana pasif tersebut kemudian
rumah untuk menanam tanaman yang berkhasiat sebagai obat.Bentuk aplikasi tersebut
lebih dikenal dengan istilah tanaman obat keluarga (TOGA).TOGA merupakan peran
dapat digunakan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan dengan mengobati keluhan
atau gejala penyakit yang ringan. Fungsi lain dari TOGA adalah memperbaiki gizi
penghasilan keluarga.
kelompok dalam masyarakat atau LSM berupa yayasan. Upaya kesehatan dasar ini dapat
a. Kelompok pelayanan swasta dasar bidang medik meliputi balai pengobatan (BP) swassta,
Rumah Bersalin (RB), atau juga Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
b. Kelompok berdampak kesehatan, meliputi salon kecantikan, puat kebugaran, dan lain
sebagainya.
c. Kelompok tradisional, meliputi panti pijat, tabib, dukun dan patah tulang, yang
(NGO) yang memiliki potensi untuk meningkatkan ferajat kesehatan masyarakat. Potensi
tersebut dapat berupa dalam hal community development, pemberi pelayanan kesehatan,
pelatihan untuk berbagai macam bidang, dan penghimpunana dana masyarakat untuk
kesehatan.
jejaring LSM yang dapat berkembang menjadi beberapa peminatan. Terdapat beberapa
e. Kesehatan wanita
f. Pengoabtan tradisional
g. Kesehatan kerja
i. Penyakit menular
Bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang lain adalah sebagai berikut :
a. Satuan Karya Bhakti Husada (SBH) merupakan bentuk partisipasi generasi muda
b. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD) merupakan bentuk peran masyarakat
menular
pondok pesantren dalam bidang kesehatan. Kegiatan yang dilakukan antara lain Pos Obat
Pondok Pesantren (POP), santri husada (kader kesehatan dari kalangan santri), pusat
misalnya pos pembinaan terpadu lansia (posbindu lansia atau posyandu lansia).
BAB VII
KEMITRAAN
A. PENDAHULUAN
Dalam mengatasi masalah di masyarakat diperlukan kerjasama dan partisipasi dari
komunitas meliputi kerja sama atau kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor dalam
menata kebijakan yang berhubungan dengan penanggulangan suatu masalah. Lintas program
seperti Puskesmas, Prokjakes, dan Dinas Kesehatan serta lintas sektoral seperti dinas pertanian,
Beberapa komponen penting untuk partisipasi komunitas adalah kerangka kerja untuk
kesehatan di wilayah mereka, dan diperlukan mekanisme untuk menggerakkan komunitas agar
mereka mengenali kebutuhannya dan menjalin kerja sama dengan perawat komunitas untuk
kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu
(Notoatmodjo, 2007).Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama
adalah suatu bentuk kerjasama aktif antara perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas sector
dan program.Bentuk kegiatannya dalah kolaborasi, negosiasi dan sharing dilakukan untuk saling
menguntungkan (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999).
C. PRINSIP-PRINSIP KEMITRAAN
Kemitraan merupakan bentuk kerjasama yang mengharuskan setiap pihak yang terlibat
bersama. Terdapat 3 prinsip yang perlu dipahami dalam membangun sebuah kemitraan menurut
1. Persamaan (equity)
Kemitraan yang dijalin harus berdasarkakn prinsip persamaan.Tidak ada satu anggota
pun baik itu individu, organisasi, atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan
merasa lebih tinggi.Asas demokrasi pun harus senantiasa dijunjung agar tidak ada
2. Keterbukaan
Keterbukaan dalam kemitraan memiliki arti bahwa kekuatan atau kelebihan dan
kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota yang
lain. Keterbukaan juga berkaitan dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki anggota
yang satu juga harus diketahui anggota yang lain. Keterbukaan yang dilakukan tersebut
bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling memahami satu sama lain sehingga tidak ada
rasa saling mencurigai. Dengan demikian akan tumbuh pula rasa saling melengkapi dan
Saling menguntungkan dalam kemitraan bukan dilihat dari keuntungan materi atau
bersama. Ibarat mengangkat beban 40 kg jika diangkat bersama oleh 4 orang tentu akan
D. TAHAP KEMITRAAN
Dalam mengembangkan kemitraan dalam bidang kesehatan, terdapat 3 (tiga) institusi
kunci organisasi atau unsur pokok yang terlibat di dalamnya yaitu unsur pemerintah, dunia usaha
atau swasta, dan unsur organisasi non pemerintah atau non government organization (NGO)
yang meliputi lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat (Ormas) serta
organisasi profesi seperti PPNI, IDI, PDGI, maupun IAKMI. Berkaitan dengan ketiga unsur
tersebut, kemitraan kesehatan secara konsep terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu :
Tahap ini merupakan bentuk kemitraan lintas program yang ada di lingkungan sektor
penyakit menular (P2M), kesehatan lingkungan, gizi, kesehatan ibu dan anak (KIA),
Tahap ini merupakan bentuk kemitraan lintas sektor di institusi pemerintah seperti dinas
kesehatan, dinas pendidikan, dinas pertanian, dinas kehutanan dan lain sebagainya.
Tahap ini merupakan kemitraan yang lebih luas dengan ketiga unsur yang telah
dijelaskan sebelumnya yaitu lintas program, lintas sektor, lintas bidang, serta lintas
organisasi yang mencakup unsur pemerintah, dunia usaha, LSM, Ormas, maupun
organisasi profesi.
E. MODEL-MODEL KEMITRAAN
Terdapat 2 (dua) model kemitraan menutut Notoadmadja (2007), yaitu :
1. Model I
Model ini merupakan model kemitraan yang paling sederhana yaitu dalam bentuk
tersebut terbentuk dapat disebabkan karena memiliki kesamaan sasaran program atau
2. Model II
Model ini merupakan bentuk kemitraan yang lebih baik dan solid, masing-masing mitra
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Proses
tahap kemitraan yang terdiri dari lintas program, lintas sektor, dan kemitraan yang lebih luas,
Data hasil pengkajian di dusun Sigentung ditemukan bahwa dari sebanyak 120 balita
yang ada, 80 diantaranya dalam 2 bulan terakhir datang ke Puskesmas dengan keluhan
ISPA. Pengkajian terhadap keluarga dari 120 KK yang memiliki balita ditemukan bahwa
sebanyak 99 KK belum mendapat pendidikan kesehatan tentang ISPA, dalam satu rumah
dengan kondisi udara yang lembab. Data lain menunjukkan bahwa 69 KK memiliki
kandang ternak, letak kandang yang berada di dalam rumah adalah 8 KK, di luar rumah
dengan jarak < 10 m sebanyak 47 KK, dan sisanya berada di luar rumah > 10 m sebanyak
14 KK. Diagnosis yang diangkat adalah tingginya kasus ISPA di dusun Sigentung
memberikan pendidikan kesehatan mengenai mengenal ISPA pada balita, mencegah, dan
cara perawatannya dalam kegiatan program KIA yang telah berjalan sebelumnya.
Sehingga pemberian pendidikan tentang ISPA mengikuti jadwal kegiatan program KIA
yang telah ada. Sasaran pendidikan kesehatan juga sama dengan program KIA yaitu
Diagnosis yang diangkat dari hasil pengkajian di Desa Cakrah adalah tingginya
pendidikan kesehatan gigi, tidak pernah adanya program pemeriksaan gigi di SD, hanya
sebanyak 12 dari 87 siswa yang pernah periksa gigi di puskesmas, rendahnya pendapatan
perkapita masyarakat. Bentuk strategi intervensi kemitraan lintas sektor yang dilakukan
langsung oleh tenaga kesehatan. Kemitraan dilakukan dengan dinas pendidikan yang
dalam hal ini melalui SD Cokrah 3, dimana pihak sekolah menyediakan waktu dan
tempat pemeriksaan, serta mengumpulkan siswa SD yang akan diperiksa dan dilakukan
Diagnose yang diangkat dari hasil pengkajian di Desa Sijambu adalah tingginya kasus
katarak di Desa Sijambu berhubungan dengan Desa Sijambu memiliki penderita katarak
lingkungan rumah yang gelap rendahnya status sosial ekonomi, keterbatasan akses
berupa gerakan Sijambu Bebas Katarak. Kemitraan dilakukan dengan dians kesehatan
guna menyediakan dokter spesialis mata, dunia usaha dan pemerintah kabupaten guna
mendapatkan bantuan dana oprasional program, serta LSM atau Ormas terdekat sebagai
tenaga teknis dalam mendata, menginformasikan, kemudian mengumpulkan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo, Persada. Kotler, P., &
Keller, K.
Alma, B. (2005). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV Alfabeta.
Armstrong, G., & Kotler, P. (2003). Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesembilan. Jakarta:
PT. Indeks. L. (2009).
Basu, S., & Irawan. (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty Offset.
Felton, A.P. (1959). Making the Marketing Concept Work. Harvard Business Review, 37, 55-65.
Kotler, Philip. (2007). Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua Belas. Jakarta. Indeks.
Hitt, M., Ireland, D., & Hoskisson, R. (2009). Understanding Business Strategy. Edisi 2. South-
Western: Cengage Learning.
Hooley, G., Piercy, Nigel F. and Nicoulaud, B. (2008). Marketing strategy and competitive
positioning. Harlow; United States: Prentice Hall/Financial Times. ISBN 9780273706977
Ihalauw, JOI (2011), Manajemen Pemasaran, Edisi 6
Kotler, P., & Keller, K. L. (2012). Marketing Management 14th, Global Edition Harlow. England:
Pearson Education Limited.
Kotler, P., Keller, K. L., & Armstrong, G. (2012). Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Tjiptono, F. (2014). Pemasaran Jasa, Prnsip, Penerapan dan Penelitian. Yogyakarta: Andi
Offset.
Tjiptono, F. (2015). Strategi Pemasaran Edisi 4. Yogyakarta: Andi.
Walker, Orville C., Jr Terbitan. (2011). Marketing Strategy : A Decision-Focused Approach. 7th
edition. New York: McGraw-Hill Education
PROFIL PENULIS
Dr. Dra. Cicik Harini, MM., lahir di Semarang, 22 Desember 1966. Pengalaman kerja di PT. BDNI Tbk
(1990-1998), Universitas Dian Nuswantoro (2000-2016), sebagai dosen tetap Universitas Pandanaran
mengampu mata kuliah Manejemen Pemasaran dan sebagai Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (2015 s/d
sekarang). Telah tersertifikasi Dosen Nasional, Assesor Kompetensi dan Pendamping Kewirausahaan
dari BNSP, Fasilitator USAID RWAP. Buku yang telah diterbitkan berjudul Strategi Pemasaran
Kewirausahaan UMKM (2020), Digital Marketing bagi UMKM (2021) dan Bookchapter BUMDesa
Sebagai Kekuatan Ekonomi Baru (2022).
SB. Handayani, SE MM, lahir di Semarang, 26 Mei 1967. Lulus Strata 1 (S1) Manajemen FE UNDIP
pada tahun 1992 dan pada tahun 2006 lulus Strata 2 (S2) dari STIE STIKUBANK SEMARANG dengan
konsentrasi Manajemen Pemasaran. Menjadi Dosen tetap di STIE Dharma Putra Semarang sejak tahun
1993 sampai sekarang. Telah tersertifikasi Dosen Nasional sejak tahun 2008 dan Mengampu mata kuliah
Manajemen Pemasaran, Perilaku Konsumen, Manajemen Penjualan, Manajemen Keuangan, Manajemen
Pemasaran kontemporer, dan Seminar Pemasaran. Tahun 2000 menjabat Ketua Jurusan Program Diploma
3 Manajemen di STIE Dharma Putra Semarang serta diberi kepercayaan sebagai Pembantu Ketua 1
Bidang Akademik sejak 2020 sampai sekarang.
SINOPSIS
Pemasaran merupakan rangkaian aktivitas dalam melakukan pemilihan sasaran pasar, melakukan
evaluasi terhadap kebutuhan konsumen, mengembangkan produk baik berupa barang dan jasa,
mencapai keinginan dan kepuasan pelanggan, serta menghasilkan keuntungan atau laba bagi
perusahaan. Dari sisi manajemen, pemasaran merupakan fungsi dari organisasi dan sekumpulan
proses dalam penciptaan, distribusi dan komunikasi nilai kepada konsumen dan pengelolaan
hubungan yang baik dengan konsumen untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasi dan
stakeholder lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemasaran merupakan ujung tombak suatu
kegiatan bisnis dalam rangka menjual produk kepada konsumen industry dan konsumen akhir.
Pemasaran yang baik dan berhasil, harus melalui konsep pemasaran yang baik, yaitu adanya
perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, monitoring dan evaluasi demi tercapainya tujuan dari
kegiatan pemasaran tersebut.