Anda di halaman 1dari 23

BAHASA INDONESIA : UNTUK

PERGURUAN TINGGI

Sitti Aminah

Zuraida

Emilda

LEMBAGA KITA
www.books.lembagakita.org
BAHASA INDONESIA : UNTUK
PERGURUAN TINGGI
Sitti Aminah | Zuraida | Emilda

Editor : Syarifuddin
Penyunting : Supriyanto
Desain Cover : Abdurrazak
Tata Letak Isi : Jenal Sapdana
Sumber Gambar : Template.Net

Cetakan Pertama: April 2020

Hak Cipta 2020, Pada Penulis

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Copyright © 2020 by Lembaga KITA


All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT LEMBAGA KITA


Jalan Teuku Nyak Arief No. 5 Lamnyong, Kota Banda Aceh, 23112
Telp/Faks: (0651) 8070141
Website: www.books.lembagakita.org
www.lembagakita.org
E-mail: books@lembagakita.org

PERCETAKAN GO PRINT
Jl. Mr. Dr. Mohd Hasan No. 5 Lueng Bata, Kota Banda Aceh, 23127
Telp: 0812-6912-0568
Website: www.goprint.com
E-mail: admin@goprint.com

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Aminah, SITTI; Zuraida, ZURAIDA; Emilda, EMILDA


BAHASA INDONESIA : Untuk Perguruan Tinggi /oleh Sitti Aminah, Zuraida, dan Emilda.--Ed.1,
Cet. 1—Banda Aceh: Lembaga KITA, April 2020.
ii, 114 hlm.; Uk: 21,0x29,7 cm

ISBN 978-602-9451-14-6
1. Bahasa I. Judul
400
UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2


1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Terkait Pasal 49


1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain
yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan
rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72


1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Bahan Ajar Bahasa Indonesia
khususnya untuk mata kuliah umum (MKU) di kalangan mahasiswa. Selawat beriring
salam penulis sampaikan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad saw.
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi juga merupakan mata kuliah umum
bertujuan mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menulis serta berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar, karena penguasaan bahasa Indonesia dapat
dijadikan ukuran nasionalisme seseorang sebagai bangsa Indonesia. Selain itu, mata
kuliah ini juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam
mengorganisir ide-ide atau konsep-konsep untuk dikomunikasikan kepada pihak lain
sehingga terjalin interaksi antar ide yang berkesinambungan.
Penulis menyadari akan ketidak sempurnaan bahan ajar ini secara komplek
dan utuh, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
kesempurnaan bahan ajar ini kedepannya.

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
RANCANGAN PEMBELAJARAN ........................................................................ iii

BAB I SEJARAH dan KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA ..............................


Pengertian Bahasa ....................................................................... 1
Fungsi Bahasa ............................................................................. 2
Perkembangan Bahasa Indonesia .................................................. 5
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa
Negara beserta Fungsinya sebagai Bahasa Nasional ........................ 9
Bahasa Indonesia Baku ............................................................... 12
Ejaan Bahasa Indonesia............................................................... 13

BAB 2 RAGAM BAHASA.............................................................................


Pengertian Ragam Bahasa ........................................................... 16
Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakainya ............................ 16

BAB 3 EJAAN dan TANDA BACA ................................................................


Penulisan Kata ............................................................................ 20
Gabungan Kata ........................................................................... 21
Kata Ganti ku, kau, mu dan nya ................................................... 21
Kata Depan di, ke dan dari........................................................... 22
Kata si dan sang ........................................................................ 22
Partikel ..................................................................................... 22
Angka dan Lambang Bilangan ..................................................... 23
Pemenggalan kata ..................................................................... 26
Singkatan dan Akronim ............................................................... 27
Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring .................................... 30
Kata Baku/ Tidak Baku dan Kata Serapan ..................................... 34
Pemakaian Tanda Baca................................................................ 35

BAB 4 KALIMAT EFEKTIF ..........................................................................


Pengertian Kalimat ..................................................................... 52
Persyaratan Kalimat Efektif ......................................................... 53
Unsur-unsur Kalimat ................................................................... 54
Penekanan dalam Kalimat Efektif ................................................. 62

BAB 5 PARAGRAF DAN WACANA ...............................................................


Pengertian Paragraf ................................................................... 64
Manfaat Paragraf ....................................................................... 65
Pengembangan Paragraf ............................................................. 66
Jenis Paragraf ............................................................................ 71
Wacana ...................................................................................... 72
Wacana dan penggolongannya ..................................................... 72

ii
BAB 6 TOPIK DAN JUDUL .........................................................................
Pengertian Topik Karangan ......................................................... 77
Cara Membatasi Topik ................................................................ 78
Hubungan Topik dan Judul ......................................................... 79

BAB 7 KARYA ILMIAH ..............................................................................


Pengertian dan Karakteristik Karya Ilmiah ..................................... 81
Tipe-tipe Karya Ilmiah ................................................................ 83
Aturan Umum Karya Ilmiah ......................................................... 86

BAB 8 KUTIPAN .......................................................................................


Kutipan ...................................................................................... 91
Daftar Pustaka/Referensi ............................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98

iii
1.1 Pengertian Bahasa
Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat
komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap
manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau
kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak
antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan
kata atau kosa kata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut
urutan abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi
sebuah kamus atau leksikon (Mulyati, 2014:2).
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa
berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan
sesuatu yang disebut makna atau konsep sehingga dapat disimpulkan bahwa
setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh, lambang bahasa yang
berbunyi “ kue” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa
dimakan orang sebagai makanan tambahan.’
Pengertian bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi
ujaran dan lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat
dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik dikembangkan oleh pemakainya
berdasarkan kaidah-kaidah yang bertata dalam suatu sistem. Kaidah bahasa
dalam sistem tersebut mencakup beberapa hal berikut:
1) Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik oleh
masyarakatnya.
2) Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya. Sistem bahasa itu
bersifat konvensional.
3) Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan
pemakainya (arbiter).

1
4) Sistem lambang yang terbatas itu (A – Z: 26 huruf) mampu menghasilkan
kata, bentukan kata, frasa, klausa, dan kalimat yang tidak terbatas dan
sangat produktif.
5) Sistem lambang itu (fonem) tidak sama dengan sistem lambang bahasa lain
seperti sistem lambang bahasa Jepang.
6) Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat
universal sehingga dapat sama dengan sistem lambang bahasa lain.

Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan
atau kita tulis tidak tersusun begitu saja, melainkan mengikuti aturan yang ada.
Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kita harus memilih
kata- kata yang tepat dan menyusun kata- kata itu sesuai dengan aturan
bahasa. Seperangkat aturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita
gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yang disebut Tata bahasa.

1.2 Fungsi Bahasa


Fungsi utama bahasa, seperti disebutkan di atas, adalah sebagai alat
komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan informasi (fungsi informatifl).
Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan
informasi, karena bahasa juga berfungsi dalam kehidupan manusia, untuk lebih
jelas akan dipaparkan di bawah ini.

Alat ekspresi
jiwa

Alat kontrol Fungsi Alat


sosial komunikasi
bahasa

Alat
beradaptasi

2
1) Fungsi Bahasa Sebagai Alat Ekspresi Jiwa
Sebagai alat ekspresi jiwa, bahasa berfungsi untuk menyalurkan
perasaan, sikap, gagasan, emosi jiwa, dan tekanan-tekanan perasaan lisan
maupun tertulis. Mulyati (2014:4-8) menyatakan, bahasa berfungsi sebagai
alat ekspresi jiwa dapat menjadi media untuk menyatakan eksistensi
(kebenaran diri), pembebasan diri dari tekanan emosi dan untuk menarik
perhatian pendengar maupun pembaca. Fungsi ekspresi diri ini saling terkait
dalam aktifitas dan interaktif kesehatian individu, proses berkembang dari masa
anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresi diri, si
pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa
yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia
menggunakan bahasa hanya untuk kepentingan pribadi. Fungsi ini berbeda dari
fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

2) Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi tidak akan
terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi merupakan akibat
yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika
ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. oleh karena itu, komunikasi tercapai
dengan baik bila ekspresi berterima. Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat
pada ekspresi diri.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud
kita, melahirkan perasaan kita, dan memungkinkan kita menciptakan kerja
sama dengan sesama warga. Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Bahasa digunakan untuk
menyampaikan informasi timbal balik secara langsung maupun tidak langsung
kepada orang lain. Karena pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa
komunikasi dengan orang lain. Bentuk komunikasi dapat dilakukan secara lisan
maupun tulisan, sedangkan dari sisi arah komunikasi, dapat dilakukan secara

3
dua arah (misalnya, ngobrol melalui telepon dan pidato), tiga arah, maupun
multi-arah (misalnya diskusi rapat kerja).

3) Fungsi Integrasi dan Adaptasi Sosial


Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam
suatu lingkungan merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam
lingkungan sendiri maupun dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa
bahasa yang digunakan sebagai sarana mampu menyatakan hidup bersama
dalam suatu ikatan (masyarakat). Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan
sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung
pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang
berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang
nonstandard di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar
pada orang tua atau orang yang kita hormati. (Keraf, 2011:5)
Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang
berkolerasi dengan kekuatan orang lain dalam integrasi sosial. Korelasi melalui
bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga
manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri sebagai anggota
suatu masyarakat.

4) Fungsi Kontrol Sosial


Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat
diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan,
informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku
pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan
bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita
terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah
satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah
rasa senang, sedih dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada

4
akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat
persoalan secara lebih jelas dan tenang.

1.3 Perkembangan Bahasa Indonesia


Kata Indonesia berasal dari gabungan kata Yunani Indus India' dan
nesos pulau atau kepulauan'. Jadi secara etimologis berarti kepulauan yang
telah dipengaruhi oleh kebudayaan India, atau hanya kepulauan India. Pencipta
kata tersebut ialah George Samuel Windsor Earl, sarjana Inggris yang menulis
dan memakai kata itu dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern
Asia,Vol.iv-him 17, bulan Februari 1850. Ia menggunakan kata Indonesians
dalam majalah itu. Sedangkan, orang yang mempopulerkan kata lndonesia
adalah ahli etnologi Jerman, Adolf Bastian, yang memakainya dalam buku- buku
yang ditulisnya sejak tahun 1884. Buku-buku ini diberi judul Indwonesien
orderdie Inseln des Malayischen Archipel.
Bahasa Indonesia yang sekarang itu ialah bahasa Melayu Kuno, yang
dahulu digunakan orang Melayu di Riau, Johor. Dan Lingga, yang telah
mengalami perkembanggan berabad-abad lamanya. Dalam keputusan Seksi A
No.8. hasil Kongres Bahasa Indonesia 11 di Medan, 1954, dikatakan bahwa
dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan
pertumbuhan dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia sekarang.
Sehubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia, ada beberapa
masa dan tahun bersejarah yang penting, yakni:
1. Masa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7. Pada waktu itu Bahasa
Indonesia yang masih bernama bahasa Melayu telah digunakan sebagai
linguafranca atau bahasa penghubung, bahasa pengantar. Bukti, historis
dari masa ini antara lain prasasti atau batu bertulis yang ditemukan di
Kedukan Bukit, Kota Kapur, Talang Tuwo. Karang Brahi yang berkerangka
tahun 680 Masehi. Selain ini dapat disebutkan bahwa data bahasa Melayu
paling tua justru dalam prasasti yang ditemukan di Sojomerta dekat
Pekalongan, Jawa Tengah.

5
2. Masa Kerajaan Malaka, sekitar abad ke-15. Pada masa ini peran bahasa
Melayu sebagai alat komunikasi semakin penting. Sejarah Melayu karya Tun
Muhammad Sri Lanang adalah peninggalan karya sastra tertua yang ditulis
pada masa ini. Sekitar tahun 1521, Antonio Pigafetta menyusun daftar kata
Italy-Melayu yang pertama. Daftar itu dibuat di Tidore dan berisi kata-kata
yang dijumpai di sana.
3. Masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, sekitar abad ke-19. Fungsi bahasa
Melayu sebagai sarana pengungkap nilai- nilai estetik kian jelas. Ini dapat
dilihat dari karya-karya Abdullah seperti Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran
Abdullah ke Negeri Jedah, Syair tentang Singapura Dimakan Api, dan
Pancatanderan Tokoh lain yang perlu dicatat di sini ialah Raja Ali Haji yang
terkenal sebagai pengarang Gurindam Dua Belas, Silsilah Melayu Bugis, dan
Bustanul Katibin.
4. Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan yang pertama kali oleh Prof.
Ch.Van Ophuysen, dibantu Engku Nawawi dan Moh. Taib Sultan Ibrahim.
Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuysen ditulis
dalam buku yang berjudul Kitab Logat Melajoe.
5. Tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan Commissiede lndlandsche
School en Volkslectuur (Komisi Bacaan Sekolah Bumi Putra dan Rakyat)
Lembaga ini mempunyai andil besar dalam menyebarkan Serta
mengembangkan bahasa Melayu melalui bahan-bahan bacaan yang
diterbitkan untuk umum.
6. Tahun 1928 tepatnya tanggal 28 Oktober, dalam Sumpah Pemuda, bahasa
Melayu diwisuda menjadi bahasa Nasional bangsa Indonesia sekaligus
namanya diganti menjadi bahasa Indonesia. Alasan dipilihnya bahasa
Melayu menjadi bahasa nasional ini didasarkan pada kenyataan bahwa
bahasa tersebut (1) telah dimengerti dan dipergunakan selama berabad-
abad sebagai Lingua franca hampir diseluruh daerah kawasan Nusantara,
(2) strukturnya sederhana sehingga mudah dipelajari dan mudah menerima
pengaruh luar untuk memperkaya serta menyempurnakan fungsinya. (3)
bersifat demokratis sehingga menghindarkan kemungkinan timbulnya

6
perasaan sentiment dan perpecahan, dan (4) adanya semangat kebangsaan
yang lebih besar dari penutur bahasa Jawa dan Sunda. "Kami poetra dan
poetry Indonesia mendjoendjoeng bahasa jang sama, bahasa Indonesia"
demikian rumusan Sumpah Pemuda yang terakhir dan yang benar.
7. Tahun 1933 terbit majalah Poedjangga Baroe yang pertama kali. Pelopor
pendiri majalah ini ialah Sultan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan
Armin Pane, yang ketiganya ingin dan berusaha memajukan bahasa
Indonesia dalam segala bidang.
8. Tahun 1938, dalam rangka peringatan 10 tahun Sumpah Pemuda diadakan
Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, yang dihadiri ahli-ahli bahasa dan para
budayawan seperti Ki Hadjar Dewantara, Prof Dr Purbatjaraka dan Prof Dr.
Husain Djajadiningrat. Dalam kongres ditetapkan keputusan untuk
mendirikan Institut Bahasa Indonesia, mengganti ejaan van Ophuysen serta
menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam Badan
Perwakilan.
9. Masa pendudukan Jepang (1942-1945) Pada masa ini peran bahasa
Indonesia semakin penting karena pemerintah Jepang melarang
penggunaan bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh
Penguasa Jepang terpaksa mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi dalam administrasi pemerintahan dan bahasa pengantar di lembaga
pendidikan, karena bahasa Jepang sendiri belum banyak dimengerti oleh
bangsa Indonesia. Untuk mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya Kantor
Pengajaran Bala Tentara Jepang mendirikan Komisi Bahasa Indonesia.
10. Tahun 1945, tepatmya 18 Agustus bahasa Indonesia diangkat sebagai
bahasa negara, sesuai dengan bunyi UUD 45, Bab XV, Pasal 36: Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia.
11. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan pemakaian Ejaan Repoeblik sebagai
penyempurnaan ejaan sebelumnya Ejaan ini kemudian lebih dikenal dengan
sebutan Ejaan Soewandi.
12. Balai Bahasa yang dibentuk Wont 1948, yang kemudian namanya diubah
menjadi Lembaga Bahasa Nasional (LBN) tahun 1968, dan dirubah lagi

7
menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Pada tahun 1972
adalah lembaga yang didirikan dalam rangka usaha pemantapan
perencanaan bahasa.
13. Atas prakarsa Mentri P dan K, Mr. Moh. Yamin, Kongres Bahasa Indonesia
Kedua diadakan di Medan tanggal 28 Oktober s.d.1 November 1954. Dalam
kongres ini disepakati suatu rumusan bahwa bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Melayu
karena bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang sudah disesuaikan
pertumbuhannya dengan masyarakat Indonesia sekarang.
14. Tahun 1959 ditetapkan rumusan Ejaan Malindo, sebagai hasil usaha
menyamakan ejaan bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu yang
digunakan Persekutuan Tanah Melayu. Akan tetapi, karena pertentangan
politik antara Indonesia dan Malaysia, ejaan tersebut menjadi tidak pernah
diresmikan pemakaiannya.
15. Tahun 1972, pada tanggal 17 Agustus, diresmikan pemakaian Ejaan Yang
Disempurnakan yang disingkat EYD. Ejaan yang pada dasarnya adalah hasil
penyempurnaan dari Ejaan Bahasa Indonesia yang dirancang oleh panitia
yang diketuai oleh A. M. Moeliono juga digunakan di Malaysia dan berlaku
hingga sekarang.
16. Tahun 1978, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-
50. Bulan November di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia
III. Kongres ini berhasil mengambil keputusan tentang pokok-pokok pikiran
mengenai masalah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Diantaranya ialah penetapan bulan September sebagai bulan bahasa.
17. Tanggal 21-26 November1983, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta,
berlangsang Kongres Bahasa Indonesia IV. Kongres yang dibuka oleh
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr. Nugroho Notosusanto, berhasil
merumuskan usaha-usaha atau tindak lanjut untuk memantapkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
negara.

8
18. Dengan tujuan yang sama, di Jakarta 1988, diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia V.
19. Tahun 1993, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta.
Kongres Bahasa Indonesia berikutnya akan diselenggarakan setiap lima
tahun sekali.

1.4 Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


dan Bahasa Negara berserta fungsinya Sebagai Bahasa Nasional
Tanggal 28 Oktober 1928, pada hari “Sumpah Pemuda” lebih tepatnya,
dinyatakan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.
2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.
3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama,
ras, adat istiadat dan Budaya. Adapun penjelasanya:

1) Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.


Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam bulir-
bulir Sumpah Pemuda. Yang bunyinya sebagai berikut :
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.

2) Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.


Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional dibuktikan dengan masih digunakannya Bahasa Indonesia sampai

9
sekarang ini. Berbeda dengan negara-negara lain yang terjajah, mereka
harus belajar dan menggunakan bahasa negara persemakmurannya.
Contohnya saja India, Malaysia, dll yang harus bisa menggunakan Bahasa
Inggris.
3) Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional dibuktikan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam
berbagai macam media komunikasi. Misalnya saja buku, koran, acara
pertelevisian, siaran radio, website, dll. Karena Indonesia adalah negara
yang memiliki beragam bahasa daerah dan budaya, maka harus ada
bahasa pemersatu diantara semua itu yaitu bahasa Indonesia. Hal ini juga
berkaitan dengan Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Nasional sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda
suku, agama, ras, adat istiadat dan budaya.
1. Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa yang Berbeda Suku Agama,
Ras, Adat Istiadat, dan Budaya.

Pada tanggal 25-28 Februari 1975 telah dikemukakan kedudukan bahasa


Indonesia sebagai bahasa Negara, sebagai berikut:
1) Bahasa resmi kenegaraan
Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam
adminstrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan baik secara
lisan maupun dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara
pemerintah dengan masyarakat. Dokumen-dokumen dan keputusan-
keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
badan-badan kenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan
diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Demikian halnya dengan pemakaian
bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungannya
dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan.

10
Suhendar dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan
fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaik-baiknya,
pemakaian bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan administrasi
pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan
bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di
dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru,
kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dan pemberian tugas-khusus
baik di dalam maupun di luar negeri.
2) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan dilembaga-
lembaga pendidikan baik formal atau nonformal, dari tingkat taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi. Masalah pemakaian bahasa Indonesia
sebagai satu-satunya bahasa pengantar disegala jenis dan tingkat
pendidikan diseluruh Indonesia, menurut Suhendar dan Supinah (1997),
bahasa masih merupakan masalah yang meminta perhatian. Perhatian
dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar sehingga terjalin
komunikasi yang harmonis.
3) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah
Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya
dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan
masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di
dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.
4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki identitasnya sendiri,
yang membedakannya dengan bahasa daerah. Dalam pada itu untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam
bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan
dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian masyarakat bangsa kita tidak

11
tergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa asing di dalam usahanya
untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
serta untuk ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Terkait dengan hal itu, Suhendar dan Supinah (1997)
mengemukakan bahwa bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang
membedakannya dari kebudayaan daerah.

1.5 Bahasa Indonesia Baku


Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan
orang-orang terdidik dan yang dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan
bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yang baku ini biasanya
ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang
dimaksud dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu
mengikuti kaidah atau aturan yang tetap, namun terbuka untuk menerima
perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari
kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai
bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Di bawah ini tampak penggunaan
bahasa Indonesia baku dipakai dalam:

Komunikasi
Resmi

pembicaraan Bahasa
dengan orang Indonesia Tulisan
belum dikenal Ilmiah
/dihormati Baku

Pembicaraa
n dimuka
Umum

12
Keterangan:
1. Komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan
pengumuman instansi resmi atau undang-undang;
2. Tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi
dan buku-buku ilmu pengetahuan.
3. Pembicaraan dimuka umum, seperti dalam khotbah, ceramah,
perkuliahan, pidato, dan
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum dikenal.

1.6 Ejaan bahasa Indonesia


Ejaan adalah cara, aturan untuk menuliskan kata-kata dengan huruf
menurut ilmu bahasa yang ditetapkan. Dengan adanya ejaan, kita diharapkan
dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai kaidah-
kaidah yang ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang patut untuk
didengar, digunakan dalam komunikasi. Sistem ejaan di Indonesia yang
menggunakan huruf latin dimulai sejak kedatangan orang Eropa ke Nusantara.
Ejaan latin yang dipakai untuk bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sejak abad
ke-16 mengalami perubahan berkali-kali.
Dalam perkembangan bahasa Indonesia, bahasa Indonesia mengalami
beberapa kali penerapan perubahan ejaan, yaitu Ejaan van Ophuijsen 1902-
1947, Ejaan Soewandi (Ejaan Republik) 1947, Ejaan Melindo (1959), dan Ejaan
Yang Disempurnakan tahun 1972 – sekarang. Dibawah ini tampak perbedaan
ketiga ejaan yaitu:
Ejaan van Ophuijsen EJaan Soewandi EYD
Oe u u
J j y
Tj tj c
Dj dj j
Nj nj ny
, , k

13
1) Ejaan Van Ophuijsen
Pada tahun 1902 ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin, yang disebut
Ejaan Van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan ini dirancang oleh Van Ophuijsen
dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’mur dan Moehmmad Taib Soetan
Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini, sebagai berikut:
(1) Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang.
(2) Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
(3) (3) Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk
(4) menuliskan kata- kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dan dinamai’.

(2) Ejaan Soewandi


Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan menggantikan
Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan baru ini oleh masyarakat diberi julukan Ejaan
Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan
ini, sebagai berikut:
(1) Huruf oe diganti u, seperti pada guru, itu, dan umur.
(2) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-
kata tak, pak, maklum, dan rakjat.
(3) Kata ulang boleh ditulis dua angka 2, seperti anak2, ber-jalan2,
dan ke-barat2-an.
(4) Awalan di- dan kata depan dikedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun,
disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

3) Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 Sidang Perutusan Indonesia dan Melayu
(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama
yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian
ejaan ini.

14
4) Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Pada tanggal 1 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru ini berdasarkan
Putusan Presiden No.57 Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh
Menteri Pendidikan dan kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12
Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan yang berupa
pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi diikutkan
dengan Surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987,
tanggal 9 September.

15

Anda mungkin juga menyukai