Harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca agar di lain kesempatan dapat memperbaiki makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
......................................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
......................................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
................................................................................................................................................
4
3.2 Saran
................................................................................................................................................
4
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................................................................................
5
LAMPIRAN
......................................................................................................................................................
6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam berinteraksi dengan
masyarakat disekitarnya. Salah satu aspek penting dalam berkomunikasi setiap individu
adalah bahasa. Komunikasi dapat dilakukan satu arah maupun dua arah. Komunikasi satu
arah adalah komunikasi tanpa adanya respon balikan dari pendengar, sedangkan komunikasi
dua arah terdapat respon dari pendengar. Media merupakan salah satu bentuk dari
komunikasi satu arah.
Korelasi antara bahasa dan media sangat erat. Bahasa dalam media seringkali digunakan
untuk memperoleh kekuasaan guna kepentingan satu pihak. Cara seperti ini digunakan media
untuk memberikan pengaruh kepada masyarakat demi tercapainya kepentingan tersebut.
Untuk memenuhi kepentingan tersebut, media mempermainkan bahasa untuk menjatuhkan
ataupun mendukung suatu pihak
Media komunikasi terbagi atas tiga macam, media massa cetak, media massa eletronik,
dan media massa online (daring). Contoh media massa cetak antara lain: koran dan majalah.
Media massa eletronik terdiri dari radio dan televisi. Media massa online (daring) dapat
berupa website (laman), dan portal berita. Semua jenis media massa di atas dapat digunakan
untuk kepentingan mencari kekuasaan.
Penggunaan bahasa dalam media sangat beraneka ragam. Ragam bahasa dalam media
digunakan untuk mempengaruhi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan
bagi pihak yang didukung oleh media. Saat ini, media tidak lagi netral, media telah dimiliki
oleh para elite politik untuk memperoleh kekuasaan.
Bahasa sangat efektif dalam memengaruhi massa. Hal itu yang coba dimanfaatkan oleh
media untuk mendukung suatu pihak dalam upaya memperoleh kekuasaan. Bahasa sering
digunakan sebagai alat politik, tidak salah bila setiap elite politik mengandung implikasi
pergantian bahasa komunikasi politik (Artha, 2002).
Di sisi lain, kajian politik bahasa dapat ditinjau dari aktivitas politik. Aktivitas politik
modern sangat bergantung pada bantuan media massa. Media memiliki peran penting dalam
ranah politik, khususnya di Indonesia. Media yang dimiliki oleh elite politik cenderung
mendukung pihak tertentu dan menjatuhkan pihak lain yang berseberangan.
Peran media massa dalam ranah politik memiliki tendensi dalam pembentukan citra
politik. Pencitraan adalah pemberitaan yang positif mengenai tokoh politik atau suatu partai.
Tujuan dari pencitraan ini guna mempengaruhi masyarakat untuk mendukung elite politik
yang memiliki media tersebut.
Berdasarkan beberapa gagasan tersebut, peneliti mengambil fokus pada politik bahasa
dan media massa. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan penelitian dengan judul
Penggunaan Bahasa dalam Media Massa di Indonesia.
Sejalan dengan latar belakang yang telah dijelaskan di atas. Rumusan masalah dalam
penelitian ini dibagi atas tiga yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
Kesan yang baik dalam penyampaian dari elite politik menggunakan pilihan bahasa yang
baik, membuat karir elite politik menanjak naik dan kepercayaan dari publik akan terus
meningkat. Pemilihan bahasa ini dapat digunakan sebagai pencitraan terhadap dirinya
maupun partai yang menagunginya. Sebaliknya jika para elite politik menggunakan pilihan
bahasa yang kurang sesuai atau hanya mengumbar omongan palsu, akan membuat kariernya
dan kepercayaan masyarakat menurun.
Konsep politik bahasa dalam media massa, khususnya di Indonesia adalah suatu hal yang
masih tergolong baru. Awal mula munculnya konsep ini dilatarbelakangi oleh keinginan
peneliti untuk menganalisis fenomena yang terjadi saat ini. Fenomena politik bahasa dalam
media massa yang dapat membuat penafsiran berbeda mengenal suatu peristiwa yang terjadi
oleh masyarakat. Penafsiran ini dapat memunculkan opini-opini baru di masyarakat yang
cepat atau lambat akan mempengaruhi interaksi antaranggota masyarakat.
Misal, pemberitaan dari dua stasiun televisi TV X dan TV Y mengenai sidang MKD
(Mahkamah Kehormatan DPR). Dalam siaran tersebut, TV X memberi judul: Mengadili
Etika Sang Ketua, sedangkan TV Y, memberi judul: Mengadili Bos Tambang. Berdasarkan
dua judul tersebut, dapat diketahui bahwa TV Y merupakan media massa yang cenderung
memihak kepada Sang Ketua. Terbukti dari judul yang digunakan oleh TV Y tersebut, nama
Sang Ketua sengaja diganti) dengan istilah bos tambang. Padahal, bos tambang dalam kasus
ini masih sebagai saksi. Hal itu dikarenakan, pemilik TV Y adalah elite politik yang
mendukung pihak oposisi dalam pemerintahan. Berdasarkan contoh tersebut, perbedaan
pemilihan bahasa dalam sebuah pemberitaan dapat mempengaruhi atau menyesatkan fakta
yang disajikan oleh media massa. Dengan demikian, politik bahasa telah digunakan oleh
media massa dalam mempengaruhi masyarakat untuk tercapainya suatu tujuan tertentu.
Ada beberapa bentuk politik bahasa dalam media massa. Salah satu bentuk berupa
pemilihan bahasa. Pemilihan bahasa adalah pilihan kata yang digunakan oleh media massa
dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat.
Pilihan bahasa yang digunakan dapat mencerminkan visi suatu media. Ada beberapa
media massa yang menggunakan pilihan bahasa ragam tinggi untuk mengangkat prestise
media massa tersebut. Semakin tinggi ragam bahasa yang digunakan, semakin tinggi pula
prestise media massa tersebut di masyarakat. Ragam bahasa tinggi dianggap lebih bergengsi,
lebih superior, lebih terpandang, dan merupakan bahasa yang logis (Syifa, 2011). Sebagai
contoh, perhatikan dua kutipan berita berikut ini.
Ini memang cuma masalah burung. Yang kepengen matuk. Tapi jadi persoalan serius karena
mau yang mau dipatuk terlanjur ngantuk. Dan acara matuk pun batal. Karuan, yang punya
burung ngamuk. Dan malam itu, istri yang ngantuk pun diamuk. Tangannya diplintir.
(Kutipan berita Lampu Merah tanggal 9 Agustus 2008, dalam Yusuf, 2011).
Kisah sukses timnas Jerman yang menjuarai Piala Dunia 2014 diangkat ke layar lebar. Film
bertajuk Die Mannschaft atau The Team itu menampilkan momen-momen istimewa para
penggawa Jerman. Seperti apa? (Kado untuk Kramer yang Hilang Ingatan, Jawa Pos,
Jakarta, 13 November 2014).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Politik bahasa dan media massa merupakan dua kajian dalam sosilinguistik. Politik
bahasa merupakan aktivitas mengolah bahasa guna menghasut masyarakat untuk tercapainya
tujuan tertentu. Sementara itu, bahasa dan media massa memiliki korelasi yang sangat erat.
Bahasa membutuhkan media sebagai tempat interaksi, media membutuhkan bahasa untuk
penyampaian pesan. Politik bahasa dalam media massa di Indonesia merupakan cara media
massa untuk tercapainya suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut bisa diartikan untuk
meningkatkan prestise media ataupun elite politik yang menjadi pemilik media massa di
Indonesia.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada banyak sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai penyajian makalah ini.
DAFTAR PUSAKA
Artha, A.T. 2002. Bahasa dalam Wacana Demokrasi dan Pers. Yogyakarta: AK
Group.
Jawa Pos. 13 November 2014. Kado untuk Kramer yang Hilang Ingatan, hlm 17.
Desember 2015.
LAMPIRAN
Sumber Foto: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-
pos/20141113/282166469474037
Sumber Foto:
https://bincangmedia.wordpress.com/2011/10/28/bagaimana-koran
kuning-mencampuradukkan-fakta-dan-opini/