DI SUSUN OLEH:
ACHMAD FAUZY
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji sykur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyesesaikan tugas makalah tentang “KOMUNIKASI DALAM
KONTEKS SOSIAL DAN LATAR BELAKANG BUDAYA SERTA KEYAKINAN”.
Walaupun tugas makalah ini belum dapat di sajikan secara sempurna, namun kami ingin
menyajikan dengan baik.
Dengan selesainya makalah ini kami harap bisa bermanfaat. Namun kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kami harap bantuan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Dengan demikian segala saran dan kritik yang bersifat membangun akan kami terima dengan
senang hati. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat.
PENULIS
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I KOMUNIKASI SOSIAL.....................................................................
1.1 Pengertian..........................................................................................
1.2 Fungsi Komunikasi Sosial.................................................................
1.2.1 Pembentukan konsep diri...................................................
1.2.2 Pernyataan eksistensi diri...................................................
1.2.3 Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan
memperoleh kebahagiaan
...........................................................................................
BAB II KOMUNIKASI BUDAYA
..........................................................................................................................
2.1 Pengertian
.................................................................................................................
2.2 Hakikat Komunikasi Antarbudaya
.................................................................................................................
2.2.1 Enkulturasi
.......................................................................................................
2.2.2 Akulturasi
.......................................................................................................
2.3 Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya
.................................................................................................................
2.3.1 Fungsi Pribadi
.......................................................................................................
2.3.2 Fungsi Sosial
.......................................................................................................
2.4 Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya
.................................................................................................................
2.4.1 Relativitas Bahasa
.......................................................................................................
2.4.2 Bahasa Sebagai Cermin Budaya
.......................................................................................................
2.4.3 Mengurangi Ketidak-pastian
.......................................................................................................
2.4.4 Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
.......................................................................................................
2.4.5 Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
.......................................................................................................
2.4.6 Memaksimalkan Hasil Interaksi
.......................................................................................................
BAB III KOMUNIKASI KEYAKINAN
..........................................................................................................................
3.1 Pengertian
.......................................................................................................
3.2 Manfaat Dari Model Komunikasi Keyakinan Kesehatan
.......................................................................................................
3.3 Kosep Dari Model Komunikasi Keyakinan Kesehatan
.......................................................................................................
3.4Faktor-Faktor Esensial Dari Model Komunikasi Keyakinan
Kesehatan
................................................................................................
3.5 Konseptual Model Komunikasi Keyakinan Kesehatan
.......................................................................................................
3.6 Model Komunikasi Keyakinan Kesehatan Menurut Para
Ahli
................................................................................................
3.6.1 Ancaman
................................................................................................
3.6.2 Harapan
................................................................................................
3.6.3 Pencetus tindakan
................................................................................................
3.6.4 Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur,
jenis kelamin/gender, sukubangsa)
.......................................................................................
3.6.5 Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri
untuk melakukan tindakan itu)
.......................................................................................
3.7 Ruang Lingkup Dan Aplikasi Model Komunikasi Keyakinan
Kesehatan
..........................................................................................................
BAB IV PENUTUP
...................................................................................................................
4.1 KESIMPULAN
..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................................................
BAB I
KOMUNIKASI SOSIAL
1.1 Pengertian
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi. Manusia
mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala dikucilkan sama sekali sehingga ia
tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi
merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif
manusia sengaja melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Memang apabila manusia dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya seperti hewan, ia
tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu mencari makan
sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan
dengan alat-alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri.
Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan komunikasi adalah persyaratan yang utama
dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk
berkomuikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam
kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya berinteraksi dengan sesama, karena
manusia tercipta sebagai mahluk sosial.
Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat diselidiki dan
dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam masyarakat secara lebih
mendalam dan terorganisir
1.2 Fungsi Komunikasi Sosial
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan tersesat,
karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi yang
memungkin individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai
pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi
situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan
memperlakukan manusi lain secara beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus
dipelajari lewat pengasuhan kluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah
komunikasi.
Implasif adalah fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para
ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal
balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi,
dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya.
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari dalam:
pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk kelangsungan hidup,
memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan.
1.2.1 Pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita
peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak
pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran
bahwa dirinya adalah manusia. kita sadar bahwa kita adalah manusia karena orang-orang
disekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verban dan nonverbal mereka
bahwa kita manusia.
Bahkan kita pun tidak akan pernah menyadari nama kita adalah “Badu” atau si
“Mincreung”, bahwa kita adalah lelaki, perrempuan, pintar atau menyenangkan, bila
tidak ada orang-orang disekitar kita yang menyebut kita demikian. Melalui komunikasi
dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana
kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai, anda
berpikir anda cerdas bila orang-orang disekitar anda mengaggap anda cerdas, anda
merasa anda tampan atau cantik bila orang-orang disekitar anda juga mengatakan
demikian.
Konsep diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang
dekat lainnya disekitar kita, termasuk kerabat. Mereka itulah yang disebut significant
others. Orang tua kita, atau siapapun yang memelihara kita pertama kalinya, mengatakan
kepada kita lewat ucapan dan tindakan mereka bahwa kita baik, bodoh, cerdas nakal,
rajin, ganteng, cantik, dan sebagainya. Merekalah yang mengajari kita kata-kata pertama.
Hingga derajad tertentu kita bagai kertas putih yang dapat mereka tulisi apa saja atau
tanah liat yang dapat mereka bentuk sekehendak mereka. Penddeknya kita adalah
“ciptaan” mereka. Sayangnya tidak semua orang tua menyadari hal ini.
Seorang ibu, ayah atau kakak boleh jadi mengeluarkan kata-kata kepada anak:
“Bodoh!,” Dasar anak nakal!,” “Penakut!,” bila hal itu kerap terjadi sungguh itu akan
merusak konsep diri anak yang pada gilirannya akan mereka percayai. Seorang anak
mungkin saja cerdas tetapi karena dianggap bodoh, ia akan surut melakukan apa yang ia
ingin lakukan, karena ia mengaggap dirinya demikian. Pada gilirannya orang lain akan
menganggap dirinya bodoh. Ini lah yang disebut “nubuat yang dipenuhi sendiri” (self-
fulfilling prophecy), yakni ramalan yang menjadi kenyataan karena, sadar atau tidak, kita
percaya dan mengatakan bahwa ramalan itu akan menyadi kenyataan.
Dalam proses menjadi dewasa, kita menerima pesan dari orang-orang disekitar kita
mengenai siapa diri kita dan harus menjadi apa kita. Menjelang dewasa, kita menemui
kesulitan memisahkan siapa kita dari siapa kita menurut orang lain, dan konsep diri kita
memang terkait rumit dengan definisi yang diberikan orang lain kepada kita. Meskipun
kita berupaya berperilaku sebagaimana yang diharapkanorang lain, kita tidak pernah
secara total memenuhi pengharapan orang lain tersebut. Akan tetapi, ketika kita berupaya
berinteraksi dengan mereka, pengharapan, kesan, dan citra mereka tentang kita sangat
mempengaruhi konsep diri kita, perilaku kita, dan apa yang kita inginkan.
Orang lain itu “mencetak” kita, dan setidaknya kita pun mengasumsikan apa yang
orang lain asumsikan mengenai kita. Berdasarkan asumsi–asumsi itu, kita mulai
memainkan peran-peran tertentu yang diharapkan orang lain. Bila permainan peran ini
menjadi kebiasaan, kita pun menginternalisasikannya. Kita menamakan peran-peran itu
kepada diri kita sebagai panduan untuk berperilaku. Kita menjadikannya bagian dari
konsep diri kita. Dengan kata lain, kita merupakan cermin bagi satu sama lainnya.
Bayangkan saya pada cermin dikamar mandi menunjukkan apakah saya sudah bercukur
atau belum.
Saya harus melihat pada anda siapa saya. Proses pembentukan konsep diri itu dapat
digambarkan secara sederhana. Konsep diri kita tidak pernah terisolasi, melainkan
bergantung, pada reaksi dan respon orang lain. Dalam masa pembentukan konsep diri itu,
kita sering mengujinya, baik secara sadar ataupun secara tidak sadar. Kita dapat
memperkirakan perbedaan konsep diri seseorang dengan memperhatikan kata-kata yang
orang ucapkan, kita dapat menduga dari kelas atau golongan mana ia berasal. Sadar akan
pentingnya citra diri dimata orang lain, sebagian orang berbicara dengan menggunakan
banyak istilah asing, meskipun tatabahasa atau ucapannya keliru yang pada kata
sebenarnya juga tersedia pada bahasa Indonesia agar dipandang intelektual dan modern.
1.2.2 Pernyataan eksistensi diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukan dirinya eksis. Inilah yang disebut
aktualisasi diri atau lebih tepatnya eksistensi diri. Kita dapat memodifikasi frasa filosof
Prancis Rene Descartes (1596-1650) yang terkenal itu Cogito Ergo Sum (“saya berpikir,
maka saya ada”) menjadi “Saya beerbicara, maka saya ada”. Bila kita berdiam diri, orang
lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak eksis. Namun kita berbicara, kita
menyatakan bahwa sebenarnya kita ada. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering
terlihat pada uraian penanya seminar.
Meskipun penanya sudah di ingatkan moderator untuk berbicara singkat dan
langsung kepokok permasalahan, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang
lebar, menguliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang tidak relavan.eksistensi diri
juga sering dinyatakan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam sidang-
sidang mereka yang bertele-tele, karena mereka merasa dirinya paling benar dan paling
penting, setiap orang ingin berbicara dan didengarkan.
Fenomena itu misalnya pernah muncul dalam sidang-sidang selama berlangsungnya
sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bulan Oktober 1999 malalui
banjir interupsi dari begitu banyak peserta sidang, khususnya pada 3 hari pertama.
Banyak interupsi yang asal-asalan, tidak relavan, kekanak-kanakan, kocak, konyol,
menjengkelkan, naif, dan terkadang memuakkan.
DAFTAR PUSTAKA