Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN DALAM PEMERINTAHAN

Disusun Oleh:

SYAIFUL AFANDHI
NIP.197405062009031002

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG


DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN HOLTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Jl. Sumedang No.28 , Kec. Kepanjen, Malang, Jawa Timur
65163
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah
serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai upaya menindak lanjuti Surat Kepala Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kabupaten Malang,Nomor 800/4040/35.07.201/2019, Tanggal
14 November 2019, perihal Pelaksanaan Ujian Penyesuaian
Ijazah D-III, S1 & Ujian Dinas TK.II bagi Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Dinas Kabupaten Malang.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masing
dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam
upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Malang, November
2019
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
...........................................................................................................
i

KATA PENGANTAR
...........................................................................................................
ii

DAFTAR ISI
...........................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
......................................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah
......................................................................................................
2
1.3. Tujuan Masalah
......................................................................................................
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kepemimpinan
......................................................................................................
3
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
..................................................................................................
4
2.1.2 Variabel Kepemimpinan
..................................................................................................
6
2.1.3.Tipe-Tipe Kepemimpinan
..................................................................................................
7
2.1.4.Ciri-Ciri Kepemimpinan
..................................................................................................
7
2.1.5.Kualitas Kepemimpinan
..................................................................................................
7
2.1.6.Syarat-Syarat Kepemimpinan
..................................................................................................
7
2.1.3.Keterampilan pemimpin
..................................................................................................
7
2.2. Motivasi Kerja
......................................................................................................
8
2.2.1. Pengertian Motivasi Menurut Samsudin (2009: 281)
..................................................................................................
7
2.2.2. Teori Motivasi
..................................................................................................
7
2.2.3. Jenis-jenis Motivasi
..................................................................................................
7
2.2.4. Metode-Metode Motivasi
..................................................................................................
7
2.2.5. Teknik Memotivasi Kerja Karyawan
..................................................................................................
7
2.2.6. Model-Model Motivasi
..................................................................................................
7
2.2.7. Alat-Alat Motivasi
..................................................................................................
7
2.2.8. Tujuan Motivasi
..................................................................................................
7

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Kepemimpinan
......................................................................................................
3
3.2. Teori – teori pemimpin dan kepemimpinan
......................................................................................................
4
3.3. Pemimpin formal dan informal
......................................................................................................
6
3.4. Fungsi pemimpin
......................................................................................................
7
3.5. Tipe pemimpin
......................................................................................................
8

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
......................................................................................................
15
4.2. Saran
......................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya atau sesuai kodratnya, manusia


adalah makhluk social atau bermasyarakat yang menurut
aristoteles disebut sebagai “zoon politicon”. Makhluk
social atau bermasyarakat pada dasarnya tidak bisa hidup
wajar dengan menyendiri karena, hampir sebagian besar
tujuannya ternyata dapat terpenuhi apabila manusia itu
berhubungan dengan manusia atau orang lain. Dalam
usahanya untuk bermasyarakat manusia membentuk
suatu kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu
kepuasan (lahir dan batin) serta peningkatan diri.
Kelompok atau organisasi itu kemudian menjadi
himpunan manusia dengan berbagai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, sehingga ada yang
sangat menonjol dan diakui kelebihannya oleh anggota-
anggota atau sebagian besar anggota-anggotanya,
terutama dalam mempengaruhi dan menggerakkan usaha
bersama untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan ia adalah pemimpin.

Pemimpin adalah seorang yang mempunyai


kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok
untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Pemimpin dan kepemimpinan masa depan,
erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia
yang dimiliki oleh bangsa ini. Bangsa ini masih
membutuhkan pemimpin yang kuat di berbagai sektor
kehidupan masyarakat, pemimpin yang berwawasan
kebangsaan dalam menghadapi permasalahan bangsa
yang demikian kompleks. Kepemimpinan merupakan
salah satu isu dalam manajemen yang masih cukup
menarik untuk diperbincangkan hingga dewasa ini.
Media massa, baik elektronik maupun cetak, seringkali
menampilkan opini dan pembicaraan yang membahas
seputar kepemimpinan. Peran kepemimpinan yang
sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi
dan tujuan, merupakan salah satu motif yang mendorong
manusia untuk selalu menyelidiki seluk-beluk yang terkait
dengan kepemimpinan.
Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai
faktor terpenting dalam kemajuan atau kemunduran suatu
Daerah demikian juga kemajuan atau kemunduran suatu
Daerah, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau
kegagalan pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin
sehingga isu mengenai pemimpin menjadi fokus yang
menarik perhatian para peneliti. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa setiap pimpinan berkewajiban
memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk
membina, menggerakkan, mengarahkan semua potensi
bawahannya agar terwujud volume dan beban kerja yang
terarah pada tujuan. Pimpinan perlu melakukan pembinaan
yang sungguh-sungguh terhadap bawahan agar dapat
menimbulkan kepuasan dan komitmen sehinga pada
akhirnya dapat meningkatkan kinerja yang tinggi.
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang
digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi
perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.
Masing-masing gaya tersebut memiliki keunggulan dan
kelemahan. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya
kepemimpinan sesuai kemampuan dan kepribadiannya.
Setiap pimpinan dalam memberikan perhatian untuk
membina, menggerakkan dan mengarahkan semua potensi
bawahan di lingkungannya memiliki pola yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya . Perbedaan itu
disebabkan oleh gaya kepemimpinan yang berbeda-beda
pula dari setiap pemimpin. Kesesuaian antara gaya
kepemimpinan, norma-norma dan kultur organisasi
dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk kesuksesan
prestasi seorang pemimpin.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
dengan memberi wewenang kepada daerah untuk
mengatur rumah tangganya sendiri. Undang-Undang
tersebut merupakan langkah awal dalam menghilangkan
kelemahan pemerintah sentralistik pada masa lalu.
Undang-undang yang telah diamandemen tersebut pada
umumnya tidak berbeda jauh dengan undang-undang
sebelumnya. Sikap Pemimpin Daerah yang memiliki tujuan
dalam menyelesaikan masalah Internal yang ada di
daerahnya merupakan alasan dan bentuk ketertarikan
dalam membuat penelitian tentang bagaimana gaya
kepemimpinan Rycko Menoza selaku Bupati Lampung
Selatan dalam penyelesaian konflik yang terjadi antara
Desa Balinuraga dan Desa Agom. Hal ini berkaitan
langsung dengan masalah perubahan kehidupan sosial,
ekonomi dan politik dari masyarakat di daerah yang mereka
pimpin.
Dikaitkan dengan beberapa gaya kepemimpinan,
dapat dikatakan bahwa seorang birokrat ataupun kepala
daerah biasanya terpengaruh dengan sistem dan pola. Pola
yang sudah ada tersebut di pengaruhi oleh latar belakang
profesi seorang kepala daerah tersebut sebelumnya
fenomena yang terjadi pada kepemimpinan kepala daerah
pada era otonomi daerah saat ini, juga diisi oleh orang-
orang dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda.
Pada saat ini muncul kepala daerah dengan latar belakang
profesi Militer ataupun Sipil (pengusaha, akademisi,
birokrat). Gaya kepemimpinan para Kepala Daerah tidak
hanya dipengaruhi latar belakang profesi mereka tetapi juga
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi setempat, baik budaya
dan kebiasaan yang ada, maupun perkembangan politik
yang terjadi di wilayahnya masing-masing. Dengan
demikian, mereka menggunakan kombinasi perilaku
komunikatif yang berbeda ketika menanggapi keadaan
sekelilingnya. Oleh karena itu gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh seorang Kepala Daerah, biasanya juga di
sesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dibutuhkan di
daerahnya. Kehidupan sosial masyarakat yang nantinya
akan merasakan bagaimana hasil dan dampak dari
kebijakan yang dibuat oleh kepemimpinan seorang Kepala
Daerah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang
Kepala Daerah belum tentu selalu memiliki satu gaya
kepemimpinan.
Keberadaan Kepala Daerah sebagai seorang
pemimpin di dalam Era Otonomi daerah sangatlah penting.
Kepala Daerah adalah orang yang bergerak lebih awal atau
mempelopori, mengarahkan pikiran dan pendapat
bawahannya, membimbing, menuntun, menggerakkan
orang lain melalui pengaruhnya, menetapkan tujuan
organisasi, memotivasi bawahannya agar sesuai dengan
tujuan organisasi dan harus dapat mempengaruhi sekaligus
melakukan pengawasan atas pikiran, perasaan, dan
tingkah laku aparatur pemerintahan yang dia pimpin. Untuk
mewujudkan dan melaksanakan perannya sebagai seorang
pemimpin, Kepala Daerah diharuskan memiliki sikap dasar
dan sifat-sifat kepemimpinan, teknik dan gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi lingkungan
organisasi, pengikut serta situasi dan kondisi yang
melingkupi daerah yang dipimpinnya, serta ditopang oleh
kekuasaan yang tepat. Menurut Hicks dan Gullett dalam
buku kepemimpinan dan motivasi (Wahjosumidjo ; 2001)
menyebutkan bahwa peranan pemimpin adalah
menciptakan rasa aman. Dengan terciptanya rasa aman ,
masyarakat merasa tidak terganggu, bebas dari segala
perasaan gelisah, kekawatiran, bahkan merasa
memperoleh jaminan keamanan dari pemimpin

Pemimpin memiliki peran yang sangat penting


dalam suatu kelompok. Gaya dan proses kepemimpinan
seseorang menentukan tercapai atau tidaknya tujuan
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam
kesempatan kali ini kami akan mencoba membahas apa
itu kepemimpinan, teori- teori kepemimpinan dan jenis,
fungsi serta tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi
atau kelompok.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan


masalahnya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2. Teori-teori apa saja yang melandasinya?
3. Apa yang dimaksud dengan pemimpin formal dan
informal?
4. Apa fungsi pemimpin?
5. Apa saja tipe-tipe pemimpin?

1.3 Tujuan Masalah

1.Untuk mengetahui dan memahami apa itu kepemimpinan.


2.Untuk mengetahui dan memahami teori-teori yang ada
dalam pemimpin dan kepemimpinan
3.Untuk mengetahui dan memahami apa itu pemimpin
formal dan pemimpin informal
4.Untuk mengetahui dan memahami fungsi-fungsi
pemimpin
5.Untuk mengetahui dan memahami tipe-tipe pemimpin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepemimpinan
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa macam pengertian mengenai kepemimpinan
diantaranya menurut Wukir (2013: 134) memberikan pengertian
kepemimpinan yang merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi
sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan bersama.
Sedangkan menurut Samsudin (2009: 287) kepemimpinan dapat
diartikan sebagai kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang
lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai
suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kemudian menurut
Rachmawati (2004: 67) kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan mempengaruhi kelompok ke arah pencapaian tujuan atau
suatu usaha menggunakan gaya mempengaruhi dan tidak memaksa
untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Berdasarkan
definisi diatas maka, kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan maupun keahlian yang ada pada seseorang dalam
menggerakkan atau memotivasi suatu individu maupun kelompok
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2 Variabel Kepemimpinan


Menurut Sudarmo dan Sudita dalam Sunyoto (2013: 35-36)
kepemimpinan terdapat lima variabel, yaitu:
1. Cara berkomunikasi
Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas
dan untuk itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang
baik dan lancar. Karena dengan komunikasi yang baik dan lancar,
tentu hal ini akan memudahkan bagi bawahannya untuk
menangkap apa yang dikehendaki oleh seorang pemimpin.
2. Pemberian motivasi
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk
berkomunikasi yang baik dan lancar tentu saja juga harus
mempunyai kemampuan untuk memberikan dorongan-dorongan
atau motivasi kepada bawahannya. Perhatian seorang pemimpin
akan sangat berarti bagi bawahan, bahwa dari segi penghargaan
ataupun pengakuan sangat memberikan makna yang sangat
tinggi bagi karyawan atau bawahan.
3. Kemampuan memimpin
Tidak setiap pemimpin mampun memimpin, karena yang
berkenaan dengan bakat seseorang untuk mempunyai
kemampuan memimpin adalah berbeda-beda. Hal ini dapat terlihat
dalam gaya kepemimpinannya, apakah mempunyai gaya
kepemimpinan otokratik, partisipatif, atau bebas kendali.
4. Pengambilan keputusan
Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan
berdasarkan fakta dan peraturan yang berlaku di perusahaan
serta keputusan yang diambil tersebut mampu memberikan
motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik bahkan mampu
memberikan kontribusi bagi kemajuan dari perusahaan.
5. Kekuasaan yang positif
Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau
perusahaan walaupun dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-
beda tentu saja harus memberikan rasa aman bagi karyawan
(bawahan) yang bekerja. Sehubungan dengan penulisan laporan
akhir yang hanya membahas mengenai motivasi maka penulisan
laporan ini mengambil satu variabel yang berhubungan dengan
judul yaitu pemberian motivasi.

2.1.3 Tipe-Tipe Kepemimpinan


Menurut pendapat Siagian (2009: 74-83) ada lima tipe
kepemimpinan yang ada pada diri seorang pemimpin, diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Tipe Otoriter
Merupakan tipe seorang pemimpin yang tergolong sebagai
orang yang otoriter memiliki ciri-ciri yang pada umumnya negatif.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan
organisasi hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan
organisasi adalah identik. Dengan demikian, yang bersangkutan
memandang dan memperlakukan organisasi sebagai miliknya.
b. Kegemarannya yang suka menonjolkan diri sebagai penguasa
tunggal dalam organisasi dan tidak dapat menerima adanya orang
lain dalam organisasi yang potensial menyaingi dirinya .
c. Pemimpin yang otoriter biasanya dihinggapi sikap gila
kehormatan dan menggemari berbagai upacara atau seremoni
yang menggambarkan kehebatannya.
d. Tujuan pribadinya sama dengan tujuan organisasi. Ciri ini
merupakan “konsekuensi” dari tiga ciri yang disebut terdahulu.
Dengan ciri ini timbul persepsi kuat dalam dirinya bahwa para
anggota organisasi mengabdi kepadanya.
e. Karena pengabdian para karyawan dianggap sebagai
pengabdian yang sifatnya pribadi, loyalitas karyawan merupakan
tuntutan yang sangat kuat. Demikian kuatnya sehingga
mengalahkan kriteria kekayaan yang lain seperti kinerja, kejujuran,
serta penerapan norma-norma, moral dan etika.
f. Pemimpin yang otoriter menentukan dan menerapkan disiplin
organisasi yang keras dan menjalankannya dengan sikap yang
kaku. Dalam suasana kerja seperti itu tidak ada kesempatan bagi
para bawahan untuk bertanya apalagi untuk mengajukan
pendapat atau saran.
g. Seorang pemimpin yang otoriter biasanya menyadari bahwa
gaya kepemimpinannya itu hanya efektif jika yang bersangkutan
menerapkan pengendalian atau pengawasan yang ketat. Karena
itu, pemimpin yang demikian selalu berupaya untuk menciptakan
instrumen pengawasan sedemikian rupa sehingga dasar ketaatan
para bawahan bukan kesadaran, melainkan ketakutan.

2. Tipe Paternalistik
Pengalaman para praktisi dan penelitian para ahli
menunjukkan bahwa banyak pejabat pemimpin dalam berbagai
jenis oraganisasi termasuk organisasi bisnis tergolong pada tipe
ini. Berbagai ciri-ciri yang menonjol adalah sebagai berikut:
a. Penonjolan keberadaanya sebagai simbol organisasi. Seorang
pemimpin yang paternalistik senang untuk menonjolkan diri.
b. Sering menonjolkan sikap paling mengetahui. Karena itu,
dalam praktik tidak jarang menunjukkan gaya “menggurui” dan,
bahwa para bawahannya harus melaksanakan apa yang
diajarkannya itu. Dengan kata lain, dengan ciri ini, seorang
pemimpin tidak membuka pintu atau memberikan kesempatan
bagi para karyawannya untuk menujukkan kreativitas dan
inovasinya.
c. Memperlakukan para karyawan sebagai orang-orang yang
belum dewasa, bahwa seolah-olah mereka masih anak-anak.
Seorang pemimpin yang tergolong dalam tipe paternalistik tidak
akan mendorong kemandirian para karyawannya karena tidak
ingin mereka berbuat kesalahan yang pada akhirnya akan
berakibat pada kerugian bagi organisasi.
d. Sifat melindungi. Bersifat melindungi yang memiliki arti negatif
yaitu sikap seorang pemimpin yang tidak mendorong para
karyawannya untuk mengambil risiko karena takut akan timbul
dampak negatif bagi organisasi.
e. Sentralisasi pengambilan keputusan. Artinya, pemimpinlah
yang menjadi pusat pengambilan keputusan, pelimpahan
wewenang untuk mengambil keputusan pada tingkat yang lebih
rendah dalam organisasi tidak akan terjadi.
f. Melakukan pengawasan yang ketat.

3. Tipe Laissez Faire


Tipe ini ditandai oleh ciri-ciri yang mungkin dapat dikatakan
“aneh” dan sulit membayangkan situasi organisasional dimana
tipe ini dapat digunakan secara efektif. Ciri-ciri yang menonjol
ialah:
a. Gaya santai yang berangkat dari pandangan bahwa
organisasi tidak menghadapi masalah yang serius dan kalaupun
ada, selalu dapat ditemukan penyelesaiannya.
b. Pemimpin tipe ini tidak senang mengambil risiko.
c. Tipe ini gemar melimpahkan wewenang kepada para
karyawan dan lebih menyenangi situasi bahwa para karyawan
yang mengambil keputusan dan keberadaannya dalam organisasi
lebih bersifat suportif.
d. Enggan mengenakan sanksi-sanksi yang keras terhadap
para karyawannya yang menampilkan perilaku menyimpang,
tetapi sebaliknya senang “mengobral pujian”.
e. Memperlakukan karyawan sebagai rekan dan karena itu
hubungan yang bersifat hierarkis tidak disenanginya.
f. Keserasian dalam interaksi organisasional dipandang
sebagai etos yang perlu dipertahankan.
4. Tipe Demokratik
Tidak sedikit orang yang mendambakan atasan yang
tergolong sebagai pemimpin yang demokratik. Bahkan ada
pendapat yang mengatakan bahwa tipe inilah yang ideal. Ciri-
cirinya antara lain:
a. Mengakui harkat dan martabat manusia. Dengan demikian,
berupaya untuk selalu memperlakukan para bawahan dengan
cara-cara yang manusiawi.
b. Menerima pendapat yang mengatakan bahwa sumber daya
manusia merupakan unsur yang paling strategik dalam organisasi
meskipun sumber daya dan dana lainnya tetap diakui sebagai
sumber yang penting, seperti uang atau modal, mesin, materi,
metode kerja, waktu dan informasi yang kesemuanya hanya
bermakna apabila diolah dan digunakan oleh manusia, misalnya
menjadi produk untuk dipasarkan kepada para konsumen yang
memerlukannya.
c. Para karyawannya adalah insan dengan jati diri yang khas
dan karena itu harus diperlakukan dengan mempertimbangkan
kekhasannya itu.
d. Pemimpin yang demokratik tangguh membaca situasi yang
dihadapi dan dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya
dengan situasi tersebut.
e. Gaya kepemimpinan yang demokratik rela dan mau
melimpahkan wewenang pengambilan keputusan kepada para
karyawannya sedemikian rupa tanpa kehilangan kendali
organisasional, dan tetap bertangung jawab atas tindakan para
karyawannya itu.
f. Mendorong para karyawannya untuk mengembangkan
kreativitas mereka. g. Tidak ragu untuk membiarkan para
karyawannya mengambil risiko dengan catatan bahwa faktor-
faktor yang berpengaruh telah diperhitungkan dengan matang.
h. Pemimpin yang demokratik bersifat mendidik dan membina,
dalam hal bawahan berbuat kesalahan dan tidak serta-merta
bersifat menghukum.

5. Tipe Kharismatik
Ciri utama pemimpin tipe kharismatik yaitu bahwa ia
mempunyai daya tarik kuat bagi orang lain sehingga orang lain
itu bersedia mengikutinya tanpa selalu bisa menjelaskan apa
penyebab kesediaan itu. Ciri- ciri pemimpin dengna tipe
kharismatik adalah sebagai berikut:
a. Percaya diri yang besar, yang mempunyai arti para
pemimpin yang kharismatik memiliki keyakinan yang
mendalam tentang kemampuannya, baik dalam arti berpikir
maupun bertindak.
b. Mempunyai visi. Seperti dimaklumi, visi adalah rumusan
tentang masa depan yang diinginkan bagi organisasi yang
berperan selaku memberi arah yang akan ditempuh di masa
depan dan pedoman untuk bergerak.
c. Kemampuan untuk mengartikulasikan visi. Dalam dunia
manajemen bahwa visi dinyatakan oleh pemimpin harus
menjadi milik setiap orang dalam organisasi. Hal itu dilakukan
melalui proses sosialisasi yang sistematik sehingga terjadi
internalisasi dalam diri apra anggota organisasi dan dengan
demikian siap dan mampu mengaktualisasikannnya dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Keyakinan yang kuat tentang tepatnya visi yang
dinyatakannya kepada para bawahan. Seorang pemimpin yang
kharismatik dipersepsikan sebagai seorang yang bersedia.
2.1.4 Ciri-Ciri Kepemimpinan
Seorang pemimpin paling sedikit harus memimpin bawahan
untuk mencapai tujuan organisasi, mampu menangani hubungan antar
karyawan, mempunyai interaksi antarpersonel yang baik, mempunyai
kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Menurut
Samsudin (2009: 293-294), ada beberapa sifat pemimpin yang
berguna dan dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Keinginan untuk Menerima Tanggung Jawab Seorang pemimpin
yang menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan berarti
bersedia bertanggung jawab pada pimpinannya atas segala yang
dilakukan bawahannya.
2. Kemampuan untuk “Perceptive” Perceptive adalah menunjukkan
kemampuan untuk mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu
lingkungan. Setiap pimpinan harus mengenal tujuan organisasi
sehingga ia dapat bekerja untuk membantu mencapai tujuan tersebut.
3. Kemampuan Bersikap Objektif Objektivitas adalah kemampuan
untuk melihat suatu peristiwa atau merupakan perluasan dari
kemampuan persepsi. Objektivitas membantu pimpinan untuk
meminimumkan faktor-faktor emosional dan pribadi yang mungkin
mengaburkan realitas.
4. Kemampuan untuk Menentukan Prioritas Kemampuan ini sangat
diperlukan karena pada kenyataanya masalahmasalah yang harus
dipecahkan bukan datang satu per satu, melainkan datang bersamaan
dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya
5. Kemampuan untuk Berkomunikasi Kemampuan untuk
memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan bagi
seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemberian perintah dan
penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai

2.1.5 Kualitas Kepemimpinan


Menurut Rivai (2009: 823) ada beberapa kualitas
kepemimpinan yang mungkin dapat diusahakan dalam penyeleksian
manajer-manajer dan dikembangkan dalam mempersiapkan manajer
bagi pelaksanaan tugas masa depan. Para pemimpin lazimnya
berbeda dalam hal:
1. Menentang status quo yaitu mereka dengan rasa ingin tahu
yang besar, berani, terang-terangan, dan bertindak untuk
mengubah yang sudah dilakukan.
2. Terinspirasi visi yang tersebar yaitu mereka meneriakkan misi,
visi, seperangkat sasaran yang tepat, dan berkelakuan dengan
cara yang konsisten bersama karyawan.
3. Membantu yang lain mengambil tindakan yaitu merka
memberikan bimbingan dan sumber serta pekerjaan ke arah
pemberian wewenang yang lain untuk bertindak menurut cara
mereka sendiri.
4. Menanggulangi kerancuan, ketidakpastian dan kompleksitas
yaitu mereka bertindak secara menyenangkan dalam organisasi
yang fleksibel dan berubah.
5. Sungguh-sungguh perhatian terhadap orang-orang yaitu
mereka sensitif pada orang-orang, mereka mendengarkannya,
memberi mereka perhatian, dan menjaga agar mereka
termotivasi.
6. Menyadari diri sendiri yaitu mereka tahu kekuatan dan
keterbatasan mereka sendiri dan memiliki tingkat kerendahan hati
yang mendorong untuk belajar terus.

2.1.6 Syarat-Syarat Kepemimpinan


Menurut Hamalik (2007: 170-172) untuk menjadi seorang
pemimpin haruslah memenuhi beberapa syarat, yaitu diantaranya:
1. Karakteristik Manajer
Manajer adalah pemimpin dalam suatu organisasi.
Dia harus mampu melaksanakan pekerjaannya dan
menggerakkan semua sumber yang tersedia guna mencapai
tujuan organisasinya. Tugasnya sebagai manajer atau
pemimpin pada gilirannya mempersyaratkan karakteristik
tertentu yang harus terpenuhi adalah:
a. Memiliki kondisi badan yang sehat.
b. Memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas.
c. Memiliki keyakinan, bahwa organisasi yang dipimpinnya akan
berhasil mencapai tujuannya.
d. Memiliki pemahaman yang jelas tentang hakikat
dankeunikan tujuan organisasi
e. Memiliki daya kerja dan antusias yang besar atas
pekerjaannya.
f. Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara cepat dan
tepat.
g. Memiliki sikap yang objektif dan rasional
h. Memiliki sikap dan tindakan yang adil dalam memperlakukan
bawahan. i. Menguasai prinsip-prinsip hubungan
antarmanusiawi.
j. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
k.Memiliki kemampuan bertindak sebagai penasihat atau
pembimbing bagi bawahan dan rekan kerjanya.
l. Memiliki gambaran yang menyeluruh terhadap semua aspek
kegiatan organisasi

2. Tingkah laku kepemimpinan


Tingkah laku kepemimpinan tentunya dapat dipelajari
asalkan manajer bersangkutan mau belajar. Pemimpin yang
efektif perlu mempelajari kebutuhan kelompok dalam situasi
tertentu dan bersikap luwes, bertingkah laku sesuai dengan
tuntutan dan kondisi yang ada, disamping perlunya kerjasama
dengan anggota kelompok dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen yang penting.

3. Kepemimpinan dan Pembuatan Keputusan


Pembuatan keputusan terdiri dari dua alternatif, yakni
alternatif pembuatan keputusan masalah-masalah pribadi dan
alternatif pembuatan keputusan masalah kelompok. Alternatif
pertama dilkakukan dengan cara membuat keputusan
berdasarkan informasi yang dimiliki sendiri, atau berdasarkan
informasi dari bawahan, atau menyebarkan masalah kepada
bawahan untuk memperoleh gagasan dan saran atau
menyebarkan masalah kepada seorang bawahan, lalu
bersama-sama menganalisis dan membuat keputusan atau
mendelegasikan masalah kepada seorang bawahan sambil
melengkapinya dengan informasi yang serasi dan memberinya
tanggung jawab untuk memecahkan masalah. Alternatif kedua,
yakni masalah pokok diselesaikan dengan cara memecahkan
masalah sendiri atau memperoleh informasi dari bawahan dan
pemimpin yang memecahkannya, atau membagi masalah
kepada bawahan secara individual untuk memperoleh gagasan
dan saran, atau membagi masalah tersebut melalui pertemuan
kelompok untuk memperoleh gagasan dan saran, atau
membagai masalah tersebut kepada satu kelompok dan
bersama pemimpin mencapai kesepakatan dalam pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan.

2.1.7 Keterampilan Pemimpin


Menurut Sunyoto (2013: 39) para pemimpin
menggunakan jenis keterampilan yang berbeda yaitu:
a. Keterampilan Teknis (Technical Skill)
Keterampilan ini mengacu pada pengetahuan dan
keterampilan seseorang dalam salah satu jenis proses atau
teknik. Keterampilan ini merupakan ciri yang menonjol dari
prestasi kerja pada tingkat operasional, tetapi pada saat
pegawai dipromosikan pada tanggung jawab kepemimpinan,
keterampilan teknis secara proporsional menjadi kurang
penting
b. Keterampilan Manusiawi (Human Skill)
Keterampilan manusiawi adalah kemampuan bekerja secara
efektif dengan orang-orang dan membina kerja tim. Setiap
pemimpin pada semua tingkat organisasi memerlukan
keterampilan manusiawi yang efektif. Ini merupakan bagain
penting dari perilaku pemimpin.
c. Keterampilan Konseptual (Conseptual Skill)
Keterampilan konseptual adalah kemampuan untuk berpikir
dan kaitannya dengan model, kerangka, hubungan yang
luas seperti rencana jangka panjang. Keterampilan ini
menjadi semakin penting dalam pekerjaan manajerial yang
lebih tinggi. Keterampilan konseptual berurusan dengan
gagasan, sedangkan keterampilan manusiawi berfokus
pada orang dan keterampilan teknis pada benda.

2.2 Motivasi Kerja


2.2.1 Pengertian Motivasi Menurut Samsudin (2009: 281),
Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong
dari luar terhadap seseorang atau sekelompok kerja agar mereka
mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Menurut
Mangkunegara (2009: 61), motivasi adalah kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk
mencapai tujuan organisasi perusahaan. Menurut Wukir (2013:
115), motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah,
dan ketekunan seseorang dalam berusaha mencapai tujuannya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah kegiatan mendorong atau memberi semangat kerja
pada seseorang, agar mau bekerja secara optimal agar guna
mencapai tujuan perusahaan, sehingga dapat diharapkan setiap
karyawan dapat bekerja keras serta antusias untuk mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2.2 Teori Motivasi


Setiap manusia pastinya memiliki sebuah kebutuhan yang
harus terpenuhi. Maka dari itu, setiap manusia melakukan sebuah
pekerjaan demi memenuhi kebutuhan mereka. Di sebuah
perusahaan hak-hak dari sebuah perusahaan merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi. Apabila kebutuhan karyawan
tersebut tidak terpenuhi maka karyawan pun akan menunjukkan
perilaku atau sikap kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya
terpenuhi agar pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku
yang gembira sebagai bentuk dari rasa puasnya. Menurut Maslow
dalam Mangkunegara (2009: 63-64) hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis,
yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik,
bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan paling
dasar.
2. Kebutuhan rasa aman,
yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidup.
3. Kebutuhan untuk rasa memiliki,
yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi,
berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
4. Kebutuhan akan harga diri,
yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai orang lain.
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri,
yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan
potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan
mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan kritik terhadap
sesuatu.

2.2.3 Jenis-Jenis Motivasi Menurut Hasibuan (2009: 150)


Motivasi terbagi menjadi dua jenis yaitu motivasi positif dan
motivasi negatif, yaitu sebagai berikut:
1. Motivasi positif,
yaitu manajer memotivasi bawahan dengan memberikan
hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan
motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat,
karena manusia pada umumnya menerima sesuatu yang
baik.
2. Motivasi negatif,
yaitu manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan
hukuman kepada merek yang pekerjaannya kurang baik.
Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan
dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka
takut dihukum.

2.2.4 Metode-Metode Motivasi


Memberikan sebuah motivasi tentunya memiliki
sebuah metode, menurut Hasibuan (2009: 149) ada dua
macam metode dalam memberikan motivasi,
diantaranya adalah:
1. Metode Langsung (Direct Motivation)
Adalah motivasi (materil dan nonmateril) yang
diberikan secara langsung kepada setiap individu,
karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasannya. Jadi, sifatnya khusus seperti
memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam
dan lainnya.
2. Metode Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan
fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah
kerja atau kelancaran tugas, sehingga para karyawan
betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.

2.2.5 Teknik Memotivasi Kerja Karyawan


Menurut Mangkunegara (2009: 76-77) ada dua
teknik memotivasi kerja karyawan, antara lain sebagai
berikut:
1. Teknik Pemenuhan Kebutuhan Karyawan
Pemenuhan kebutuhan karyawan merupakan hal
yang paling mendasari perilaku kerja. Seorang
manajer tidak mungkin dapat memotivasi karyawan
tanpa memperhatikan apa yang mereka butuhkan.
2. Teknik Komunikasi Persuasif Teknik komunikasi
persuasif merupakan salah satu teknik memotivasi
kerja karyawan yang dilakkukan dengan cara
mempengaruhi karyawan.
Teknik ini dirumuskan dalam “AIDDAS”, yaitu:
A = Attention (Perhatian)
I = Interest (Minat)
D = Desire (Hasrat)
D = Decision (Keputusan)
A = Action (Aksi/Tidakan)
S = Satisfaction (Kepuasan)
Dalam penggunaannya, pertama kali pemimpin harus
memberikan perhatian kepada karyawan tentang
pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul
minat pegawai terhadap pelaksanaan kerja. Jika telah
timbul minatnya, maka tindakan kerja dalam mencapai
tujuan yang digarapkan oleh pemimpin. Dengan
demikian, pegawai akan bekerja dengan motivasi
tinggi dan merasa puas terhadap hasil kerjanya.

2.2.6 Model-Model Motivasi


Menurut pendapat Samsudin (2009: 284-285)
terdapat tiga model motivasi, yaitu motivasi tradisional,
model hubungan manusiawi, dan model sumber daya
manusia dengan penjelasannya sebagai berikut:
1. Model Tradisional
Secara tradisional, para manajer mendorong atau
memotivasi tenaga kerja dengan cara memberikan
imbalan berupa gaji atau upah yang makin
meningkat. Artinya, apabila mereka rajin bekerja dan
aktif, upahnya akan dinaikkan. Pandangan ini
menganggap bahwa pada dasarnya para karyawan
malas dan dapat didorong kembali hanya dengan
imbalan keuangan. Meskipun demikian, para manajer
makin lama makin mengurangi jumlah imbalan
tersebut.
2. Model Hubungan Manusiawi (Human Relation Model)
Pada model ini, para manajer dapat memotivasi
karyawan dengan cara memenuhi kebutuhan sosial
mereka dan membuat mereka merasa penting dan
berguna. Ini berarti kepuasan dalam bekerja
karyawan harus ditingkatkan, antara lain dengan cara
memberikan lebih banyak kebebasan kepada
karyawan untuk mengambil keputusan dalam
menjalankanpekerjaan mereka. Dalam hal ini
dikembangkan kontak sosial atau hubungan
kemanusiaan secara lebih baik merupakan fakotr
motivasi yang penting.
3. Model Sumber Daya Manusia (Human Resources
Model) Motivasi yang penting dalam model ini adalah
penggembangan tanggung jawab bersama untuk
mencapai tujuan organisasi dengan cara setiap
anggota atau karyawan menyumbangkan sesuatu
kepada organisasi sesuai dengan kepentingan dan
kemampuan masing-masing.
2.2.7 Alat-Alat Motivasi
Dalam melakukan motivasi tentunya diperlukan
sebuah alat. Menurut Hasibuan (2009: 149-150) ada tiga
alat motivasi, diantaranya sebagai berikut:
1. Materiil Insentif,
yaitu motivasi yang diberikan itu berupa uang dan
atau barang yang mempunyai nilai pasar, jadi
memberikan kebutuhan ekonomis. Misalnya
kendaraan, rumah dan lain-lainnya.
2. Nonmateril Insentif,
yaitu motivasi yang diberikan itu berupa barang atau
benda yang tidak ternilai, jadi hanya memberikan
kepuasan atau kebanggaan rohani saja. Misalnya
medali, piagam, bintang jasa dan lainlainnya.
3. Kombinasi Materil dan Nonmateril Insentif,
yaitu alat motivasi yang diberikan itu berupa materil
(uang atau barang) dan nonmateril (medali atau
piagam), jadi memenuhi kebutuhan ekonomis dan
kepuasan atau kebanggaan rohani.

2.2.8 Tujuan Motivasi


Menurut Sunyoto (2013: 17-18), diberikannya
motivasi kepada karyawan atau seseorang tentu saja
mempunyai tujuan antara lain: 1. Mendorong gairah dan
semangat karyawan
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan.
5. Miningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat
absensi karyawan.
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan keativitas dan partisipasi karyawan.
8. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan
terhadap tugas dan pekerjaannya.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kepemimpinan
Pemimpin dan Kepemimpinan adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Pemimpin adalah seseorang yang
dapat mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang
untuk mengerahkan usaha bersama, guna mencapai
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Dan
kepemimpinan adalah suatu gaya atau proses
mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang untuk
mengerahkan usaha bersama, guna mencapai sesuatu
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.

Berikut ini terdapat beberapa definisi kepemimpinan


menurut beberapa ahli diantaranya yaitu:
1. Tead; Terry; Hoyt (Aniatih : 2014)
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi
orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang
lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
2. George R. Terry (Aniatih : 2014)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri
seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain
untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Sutisna (Mulyasa, 2012 : 107)
Kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan
seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian
tujuan dalam situasi tertentu.
4. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan,
Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai
tujuan
5. Robert Tanembaum,
Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang
formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan,
mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi
mencapai tujuan perusahaan.
6. Prof. Maccoby,
Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik
dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk
masa kini adalah orang yang religius, dalam artian
menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai
agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin
menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
7. Lao Tzu,
Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu
mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka
tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
8. Davis and Filley,
Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu
pekerjaan memimpin.

· Sedangkan menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai


pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya.
Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila
adalah :
v Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan
sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan
ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.

v Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu


membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada
orang – orang yang dibimbingnya.

v Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong


orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan
sanggup bertanggung jawab.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu
tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari
begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan
bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki
sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang
lain.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan


memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk
mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing
and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience,
confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the
mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh
kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain


untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu
pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya
tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk
menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki
beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat –
sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah


merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan
kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi
kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan


administrasi dan menyediakan fasilitasnya.

- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing,


staffing, directing, commanding, controling, dsb.

3.2. Teori – teori pemimpin dan kepemimpinan


1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-
sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu.
Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa
untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan
kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di
dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin
adalah:
a. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat,
rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,
adaptabilitas, orientasi masa depan
b. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang
tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan,
keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif
c. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang,
analitik, menentukan skala prioritas, membedakan
yang urgen dan yang penting,
keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan
kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai
deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,
mau berkonsultasi, mendukung, membela,
mendengarkan, menerima usul dan memikirkan
kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya
setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih
mementingkan tugas organisasi.
b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada
bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada
pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima
perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku
bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang
berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta
pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin
menurut model leadership continuum pada dasarnya
ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan
bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur
melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap
hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya
tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan.

3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan
perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan
situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang
dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan
ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap
gaya kepemimpinan tertentu adalah:
1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
3. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
4. Norma yang dianut kelompok
5. Rentang kendali
6. Ancaman dari luar organisasi
7. Tingkat stress
8. Iklim yang terdapat dalam organisasi.

3.3. Pemimpin formal dan informal


Kartono (Deka Firhansyah : 2014) memberikan rujukan
bahwa yang dimaksud pemimpin formal adalah orang yang
oleh organisasi atau lembaga tertentu ditunjuk sebagai
pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengakuan resmi
untuk memangku suatu jabatan dalam stuktur organisasi,
dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan
dengannya untuk mencapai sasaran organisasi.
Sedangkan Pemimpin informal adalah orang yang tidak
mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin,
namum karena ia memiliki kelebihan seperti kualitas
kepribadian, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang
mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu
kelompok atau masyarakat tertentu.
Pengaruh pemimpin informal ini dapat positif, namun
juga dapat negatif, demikian juga peranan sosialnya di
tengah masyarakat. Peranan sosialnya dalam memberikan
pengaruh berupa sugesti, larangan, dan dukungan kepada
masyarakat luas untuk menggerakkan atau berbuat sesuatu
besaran peranan itu tergantung pada besar kecilnya dampak
sosial yang disebabkan oleh kepemimpinannya, serta tinggi
rendahnya status sosial yang diperolehnya. Status sosial ini
pada umumnya dicapai karena beberapa faktor dibawah ini:

a. Keturunan, misalnya keturunan bangsawan (darah biru)


orang kaya.
b. Karena ia memiliki kekayaan yang diperolehnya sendiri.
c. Pengalaman hidup yang lebih banyak sehingga ia
memiliki kualitas dan keterampilan teknis tertentu.
d. Memiliki sifat kharismatik dan ciri-ciri herediter unggul
lainnya.
e. Jasa-jasa yang diberikan oleh pengikutnya. Jadi ada
partisipasi sosial yang tinggi dan fungsinya dapat
mempengaruhi serta dapat menggerakkan pengikutnya.

Jadi, secara efisien pemimpin formal dan pemimpin


informal dinyatakan dapat menduduki jabatan
kepemimpinannya disebabkan karena adanya faktor-
faktor tertentu, seperti penunjukan melalui musyawarah,
karena warisan atau garis keturunan, karena
kelebihannya memiliki beberapa kualitas pribadi, dan
karena kebutuhan zaman atau tuntutan situasi dan
kondisi pada saat itu.

3.4. Fungsi pemimpin


Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat
dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting
bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang
bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki
2 aspek yaitu:
1. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi
kebijaksanaan administrasi dan menyediakan
fasilitasnya.
2. Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan
planning, organizing,

staffing, directing, commanding, controling, dsb.


Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif,
maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai
dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut,
menurut Hadari Nawawi (Aynul : 2009), fungsi
kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial
dalam kehidupan kelompok masing-masing yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam,
bukan berada diluar situasi itu Pemimpin harus berusaha
agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau
organisasinya. Fungsi kepemimpinan menurut Hadari
Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:

1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan


mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin,
yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang
dipimpinya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam
melaksnakan tugas-tugas pokok kelompok atau
organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui
keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut
Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan
lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi Instruktif.
b. Fungsi konsultatif.
c. Fungsi Partisipasi.
d. Fungsi Delegasi
e. Fungsi Pengendalian.

Kemudian menurut Yuki (Aynul : 2009) fungsi kepemimpinan


adalah usaha mempengaruhi dan mengarahkan karyawan
untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, dan
memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini
terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara
individu atau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi
pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu
atau kelompok bertujuan untuk membantu organisasi
bergerak kearah pencapaian sasaran.
Jadi, Fungsi kepemimpinan itu pada pokoknya adalah
menjalankan wewenang kepemimpinan, yaitu menyediakan
suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan bekerja
sama dan menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi
atau perusahaan.

3.5. Tipe pemimpin


Secara teoritis tipe kepemimpinan dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk yaitu:

1. Tipe Otoriter
Tipe ini merupakan tipe kepemimpinan yang
menempatkan kekuasaan ditangan seseorang atau
sekelompok kecil orang-orang yang disebut atasan
sebagai penguasa atau penentu yang tidak dapat
diganggu gugat dan orang yang lain (bawahan) harus
tunduk pada kekuasaannya dibawah ancaman dan
hukuman sebagai alat dalam menjalankan
kepemimpinannya. Bagi bawahan tidak ada
kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan
pendapat. Instruksi atau perintah atasan tidak boleh
ditafsirkan, tapi harus dilaksanakan secara tertib dan
konsekuen tanpa kesalahan.

2. Tipe Laissez-Faire
Tipe ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan
otoriter. Dalam realitas kepemimpinannya dilakukan
dengan memberikan kebebasan sepenuhnya kepada
orang-orang yang dipimpinnya untuk mengambil
keputusan secara perseorangan. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai penasihat. Akibatnya, sasaran kerja
menjadi simpang siur. Dan akhirnya pemimpin hanya
menjadi “pelayan” para anggota.

3. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting. Hubungan antara
pemimpin dengan yang dipimpin didasari prinsip yang
saling menghargai dan menghormati. Kegiatan
kepemimpinan dilaksanakan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan kemampuan pemimpin
pada setiap anggota kelompok suatu peran dan
posisinya. Kepemimpinan demokratis adalah
kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah, yang
berusaha memanfaatkan setiap anggota untuk
kepentingan dan kemajuan organisasi
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa :
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, dan
memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang
yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan
organisasi atau kelompok. Dalam kepemimpinan terdapat
tiga teori yang melandasi seseorang dalam memimpin suatu
organisasi atau kelompok. Teori teresebut meliputi:
1. Teori Sifat
2. Teori Perilaku
3. Teori Situasional
Pemimpin formal adalah orang yang oleh organisasi
atau lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin,
berdasarkan keputusan dan pengakuan resmi untuk
memangku suatu jabatan dalam stuktur organisasi, dengan
segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya untuk
mencapai sasaran organisasi. Sedangkan Pemimpin
informal adalah orang yang tidak mendapatkan
pengangkatan formal sebagai pemimpin, namum karena ia
memiliki kelebihan seperti kualitas kepribadian, dia
mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu
mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok
atau masyarakat tertentu.
Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat
dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif
2. Fungsi Konsultatif
3. Fungsi Partisipasi
4. Fungsi Delegasi dan,
5. Fungsi Pengendalian

4.2. Saran
Disarankan untuk para pembaca semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat menjadi pemimpin yang baik.
Sebaiknya dalam melakukan pengawasan, di pilih orang
yang benar – benar mengerti arti dan tujuan tugas yang di
laksanakan, agar pengawasan bejalan dengan baik.
Sebaiknya dalam melakukan pengawasan menerapkan
prinsip-prinsip pengawasan dengan baik, supaya
mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aniatih. 2014. Pengertian pemimpin dan kepemimpinan.


Tersedia: http://aniatih.blogspot.com/2014/03/pengertian-
pemimpin-dan-kepemimpinan.html

Anonim. Teori pemimpin dan kepemimpinan.


Tersedia:
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adpu4334/w2_3_1_1.htm

Aynul. 2009. Fungsi pemimpin. Tersedia:


http://referensi-
kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/tugas-dan-fungsi-
pemimpin.html

Firhansyah Deka. 2014. Pemimpin formal dan informal.


Tersedia:
http://dekafirhansyah94.blogspot.com/2014/08/perbedaan-
pemimpin-formal-dan-pemimpin.html

Gunawan H. Ary. 2002. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka


cipta

Mulyasa E. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung :


Remaja rosda karya.

http://jajusuf.blogspot.com/2009/11/manajemen-
umum-pengawasan.html
pusdiklatwas.bpkp.go.id/filenya/namafile/300/Man
was_Dalnis.pdf

luluk.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../Pertemua

n+ketigabelas.ppt

puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/.../

15598/15590

www.makalahmanajemen.com/.../manajemen-dasar-dan-teknik-
pengawasan.html

www.bppk.depkeu.go.id/.../manajemen.../manajemen-
risiko-dan-fungsi-pengawasan.html
elviraholics.blogspot.com/.../pengawasan-manajemen-dalam-
kehidupan.html
_2010. "Pengertian kepemimpinan menurut para ahli". (Online).
(Http://Izmanyzz.wordpress.com/2010/09/04/pengertian-kepemimpinan-
menurut-para-ahli, diakses 11 November 2011).

_ 2011. "Hakekat dan Teori Kepemimpinan". (Online).


(Http://duniabaca.com/hakekat -dan-teori- kepemimpinan .html, diakses 11
November 2011).

Aynul. 2009. "Leadership: Definisi Pemimpin". (Online). (Http://referensi-


kepemimpinan.blogspot.com /2009/03/definisi-pemimpin.html, diakses 11
November 2011).

Mujiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII


Press.

Teguh, Mochammad, dkk. 2001. Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat


Dasar [LKID]. Yogyakarta: UII Press.

Anda mungkin juga menyukai