Diajukan Oleh :
Nur Khalim, SM
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................12
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................13
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................14
BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................................11
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu.....................................................................................11
2.2 Kajian Teori...........................................................................................................18
2.2.1 Kepemimpinan......................................................................18
2.2.1.1 Syarat-syarat kepemimpinan..............................................19
2.2.1.2 Azas-azas Kepemimpinan yang Baik.................................19
2.2.1.3 Dimensi Kepemimpinan Transformasional.......................20
2.2.1.4 Karakteristik Kepemimpinan Transformasional yang
Efektif.........................................................................................21
2.2.1.5 Proses Kepemimpinan Transformasional..........................21
2.2.1.6 Tujuan Kepemimpinan Transdormasional.........................22
2.2.2 Budaya Organisasi................................................................23
2.2.3 Kerja Tim (Teamwork).........................................................26
2.2.3.1 Karakteristik Tim yang sukses...........................................32
2.2.3.2 Kekohesifian (Cohesiveness).............................................34
2.2.3.3 Dimensi Kekohesifan.........................................................35
2.2.4 Innovative Work Behavior....................................................36
2.2.4.1 Pengertian Innovative Work Behavior...............................36
2.2.4.2 Dimensi Perilaku Kerja Innovative (Innovative Work
Behavior)....................................................................................37
2.2.4.3 Dampak Perilaku Kerja Inovatif (Innovative Work
Behavior)....................................................................................38
2.2.4.4 Indikator Innovative Work Behavior.................................39
2.2.3.4 Faktor-faktor yang memperngaruhi Innovative Work
Behavior......................................................................................39
2.2.5 Knowledge Sharing...............................................................40
ii
2.2.4.5 Pengertian Knowledge Sharing..........................................40
2.2.5.1 Pengertian Knowledge Sharing..........................................43
2.2.5.2 Jangka Waktu Berbagi.......................................................46
2.3 Kerangka Konseptual.............................................................................................49
2.4 Pengembangan Hipotesis.......................................................................................50
3.3.1 Populasi.................................................................................66
3.3.2 Sampel...................................................................................67
3.4 Jenis dan Teknis Pengumpulan Data......................................................................68
3.4.1 Jenis Data............................................................................................................68
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................68
3.5 Uji Instrumen Penelitian.........................................................................................69
iii
3.5.1 Uji Validitas........................................................................................70
3.5.2 Uji Reabilitas......................................................................................70
3.6 Teknis Analisis Data...........................................................................70
3.6.1 Analisis Deskriptif..............................................................................70
3.6.2 Analisis Inferensial.............................................................................71
3.6.3 Analisis Model Struktural...................................................................74
3.6.4 Uji Mediasi : Uji Sobel.......................................................................76
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................79
Kepemimpinan Transformasional....................................................................................86
Budaya Organisasi...........................................................................................................86
TeamWork.......................................................................................................................87
Innovative Work behavior................................................................................................88
Knowledge Sharing..........................................................................................................88
iv
11
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan dalam sains dan teknologi telah mengubah sistem ekonomi global menjadi
bergantung pada pengetahuan bertahan hidup, berkembang, dan mengamankan masa depan.
Sistem ekonomi pada saat ini sudah tidak bergantung pada tanah, tenaga kerja, dan modal,
yang lalu. Ditambah lagi dengan semakin banyak kompetitor atau perusahaan lain, yang
membuat persaingan dalam usaha semakin ketat dan cepat. Sehingga tuntutan untuk
menghasilkan ide ide unik sangat diharapkan bagi perusahaan untuk mempertahankan
keunggulan kompetitif.
Karyawan sebagai Sumber daya manusia adalah bagian yang mendukung dan
Karyawan merupakan aset penting bagi setiap organisasi sehingga menjadi tantangan bagi
organisasi untuk bisa mengelola sumber daya manusia dengan baik (Raharjo & Witiastuti,
2016:348). Inovasi yang berasal dari karyawan adalah salah satu cara yang terbaik untuk
mendorong inovasi dan keberhasilan organisasi (Mytelka dan Smith, 2002:1473). Inovasi
individu dimulai dengan pengakuan adanya masalah dan mengeluarkan ide-ide atau solusi
baik bersifat baru ataupun mengadopsi ide (Scott dan Bruce, 1994:581).
Dalam meningkatkan perilaku inovatif karyawan setiap organisasi memiliki cara yang
berbeda (Martins dan Terblanche, 2003:67). Untuk memunculkan ide baru dan proses
multitasking karyawan harus ada dukungan dari pemimpin organisasi dalam memberikan
kesempatan untuk menghasilkan produk yang berkualitas (Amabile et al., 2014:1179-1180).
menggerakkan dan mengendalikan seluruh sumber daya organisasi sehingga tujuan dapat
pemimpin sebagai agen perubahan merupakan kepemimpinan yang tepat untuk memenuhi
sumber daya yang berharga dalam organisasi, sumber daya yang harus dikembangkan dan
kualitas kerja yang lebih tinggi dan perilaku inovatif yang lebih besar.
efektif dalam mengubah dasar nilai, keyakinan, dan sikap yang ditunjukan di lingkungan
organisasi lebih utama dari pada kepentingan diri mereka sendiri demi kelangsungan hidup
asumsi yang tertantang, pengambil risiko, dan mampu memberikan inspirasi pada individu
lainnya sehingga tepat untuk diterapkan di organisasi yang mengembangkan inovasi (Jansen
et al., 2009:8). Perilaku inovasi sering dibutuhkan karyawan dalam organisasi untuk
Perilaku inovatif dilihat sebagai perilaku yang berbeda dengan kreativitas, dimana
kreativitas akan berhenti pada generasi ide, sedangkan perilaku inovative akan terus
12
berlanjut hingga bagaimana ide tersebut dipromosikan dan diimplementasikan di pasaran
(De Jong & Den Hortog, 2008). Perilaku inovatif dapat meningkatkan kinerja perusahaan
karena tidak hanya mengubah hasil atau outcome dari perusahaan, tetapi juga termasuk ke
mengimprovisasikan produk, service, dan proses kerja merupakan hal yang krusial dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Nafiah Ariyani dan Sri Hidayati (2018), Iffah Fitri
Sehingga dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan innovative work
Disisi lain penelitian yang dilakukan oleh Dian Trikusuma Wardhani (2017), dan Hui
Li, Nazir Sajjad dkk (2019), menyatakakan bahwa Kepemimpinan transformasional tidak
mempengaruhi perilaku kinerja inovatif. Saran dari penelitian tersebut untuk penelitian
selanjutnya, peneliti bisa menambahkan variabel lain atau menggunakan objek yang lain,
maka berdasarkan beberapa hasil penelitian yang kontradiksi, maupun adanya perbedaan
pada obyek penelitian tersebut, maka penelitian ini akan menguji lagi pengaruh
kerja inovatif. Budaya yang ada di suatu organisasi sangat besar pengaruhnya terhadap
13
Budaya organisasi adalah sebuah pola dari nilai dan keyakinan bersama dari waktu
ke waktu yang menghasilkan norma-norma perilaku yang dapat diadopsi untuk memecahkan
masalah. Budaya organisasi adalah sebuah konsep dari keyakinan dan nilai bersama di dalam
sebuah organisasi yang membantu membentuk perilaku dari karyawannya. Maka, jika
budaya dari sebuah perusahaan terbuka pada ideide baru serta mendorong agar karyawannya
lebih terbuka dan menerima masukkan dari karyawan lainnya akan sangat mendorong
inovasi dengan peran pimpinan organisasi (Crespell, 2007:58). Pemimpin harus mampu
menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung dan meningkatkan perilaku inovatif,
maka dari itu pemimpin harus memerhatikan semua dimensi dari iklim organisasi yang
mendukung lingkungan kerja agar tercipta kerja sama dan mampu tercipta perilaku inovatif
Bagi setiap organisasi untuk membangun sikap perilaku yang inovatif dalam konteks
pencapaian kinerja organisasi .Perilaku kerja yang positif dalam bentuk inovasi (innovative
behavior) menjadi bagian yang penting untuk mempersiapkan kemampuan daya saing.
yang positif sebagai kebutuhan mutlak untuk dapat mendorong terciptanya perilaku inovatif
Parashakti (2016). Budaya organisasi adalah variabel yang sangat penting bagi setiap
organisasi untuk membangun perilaku yang inovatif dalam konteks pencapaian kinerja
14
organisasi, dimana perilaku kerja yang positif dalam bentuk inovasi menjadi bagian yang
Penelitian yang dilakukan oleh Prayudhayanti Bondan Ndaru (2014), Esha Dian dan
Dwipayani Wulan (2020), Nurdin Fahrurrobi dkk (2020), Ekobalawati Fransiska (2020),
Telah membuktikan bahwa adanya pengaruh positif signifikan budaya organanisai terhadap
perilaku kerja inovatif. Sehingga dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari Dyah Herdiany (2015) dan
Ary Ferdian dan Alya Rismi (2020) yang menyatakan bahwa budaya organisasi tidak
berpengaruh secara signifikan posistif terhadap perilaku inovatif karyawan. Sehingga dari
dari hasil penelitian tersebut peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya hendaknya
untuk lebih memperdalam dan mengembangkan teori teori terkait budaya organisasi. Maka
untuk melengkapi penelitian yang dilakukan oleh Hapsari Dyah Herdiany (2015) dan Ary
Ferdian dan Alya Rismi (2020) penulis akan menguji lagi pengaruh budaya organisasi
Selain dari faktor kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi Faktor lain
yang mempengaruhi innovative work behavior adalah teamwork. Menurut (Fay, dkk., 2015),
teamwork dapat meningkatkan inovasi dalam dua cara: pertama, teamwork mengubah
pengalaman afektif, kognitif, dan sikap individu, yang pada gilirannya meningkatkan
kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah secara kreatif; dan kedua , teamwork
dikaitkan dengan perubahan struktural pada organisasi sedemikian rupa sehingga aliran ide
sama lain untuk meningkatkan penciptaan pengetahuan baru (Reagans, Argote & Brooks,
2005). Salah satu aspek inti dari tim adalah otonomi yang mereka miliki atas operasi kerja.
15
Otonomi mengarah pada rasa tanggung jawab dan meningkatkan motivasi intrinsik, yang
pada gilirannya terkait dengan konsepsi dan implementasi ide-ide baru. Selain itu, kerja tim
positif melalui bekerja dalam tim. Ini adalah kondisi sikap yang dikaitkan dengan upaya
cara kerja terorganisir dan cara organisasi terstruktur. Struktur matriks atau organisasi
berbasis tim telah dianggap sebagai struktur yang mendorong komunikasi lateral dan yang
Dalam proses mengubah ide-ide awal menjadi inovasi, hubungan lateral tersebut
membantu ide untuk dibagikan dan didiskusikan, sehingga berbagai perspektif dan keahlian
dapat membantu ide-ide bagus untuk menjadi matang dan ide-ide yang buruk dapat
ditinggalkan lebih cepat. Hubungan lateral menghasilkan komunikasi internal yang lebih
kuat, yang pada akhirnya terbukti berhubungan dengan inovasi organisasi (Damanpour,
1991).
dan komunikasi internal, tidak hanya memfasilitasi penyebaran gagasan dalam suatu
ide-ide baru (Damanpour, 1991, hal. 559). Penerimaan terhadap ide-ide baru dapat diubah,
yang tidak hanya relevan dalam fase pengambilan keputusan tetapi juga dalam fase
implementasi.
inovatif telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya Arifin Zaenal (2015) dan Sari
Dian Ayu Mustika (2017) yang hasilnya meyatakan Uji sobel test menunjukkan hasil bahwa
perception of teamwork berpengaruh terhadap perilaku kerja inovatif dengan mediasi group
16
support for innovation & psychological empowerment, namun pengaruh mediasinya tidak
sempurna. Dari ketidak sempurnaan pada variable mediasi tersebut peneliti mengharapkan
agar menambah variable lain yang masih erat hubungannya serta mengambil obyek tidak
hanya pada satu perusahaan saja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dan saran dari
penulis, maka penelitian ini akan menguji lagi pengaruh Teamwork terhadap Innovative
work Behavior dengan Knowledge Sharing sebagai variable mediasi pada perusahaan jasa
Peneltian tentang Innovative work behvior menjadi semakin menarik dan penting
penelitian muncul dari adanya hubungan knowledge sharing sebagai mediasi terhadap
Innovative work behavior. Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa hasil
terhadap Innovative work behvior diharapkan dapat memberi kontribusi peran terhadap
Tujuan dari knowledge sharing adalah untuk memperoleh pengetahuan yang bermanfaat
untuk pekerjaan sehari-hari yang mampu meningkatkan eksplorasi dan hubungan antara
karyawan serta mampu meningkatkan pengetahuan bagi karyawan dan organisasi secara
keseluruhan (Lee dan Yu, 2011:679). Karyawan yang memiliki pengetahuan tentang
pekerjaannya dan pengetahuan yang luas, ketika mampu mengelolanya dengan baik maka dapat
merubah dan memanfaatkan pengetahuan, Maka akan menentukan tingkat inovasi organisasi
knowledge sharing dan perilaku inovatif pada karyawan di Rumah Sakit Besat di Kota
Hamedan. Proses berbagi mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan dapat
17
meningkatkan perilaku karyawan dalam bekerja untuk meningkatkan inovasi dari organisasi.
Selain mempengaruhi secara langsung berbagi pengetahuan juga dapat berperan sebagai variabel
mediasi seperti penelitian yang dilakukan oleh Choi et al. (2016:472) yang mengungkapkan
yang dimiliki dan kemudian berbagi pengetahuan antara karyawan menghasilkan perilaku
satu orang, kelompok atau organisasi pada pihak lain. Sehingga dari pengertian tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa Knowledge Sharing dijadikan variabel pengubung untuk
Objek pada Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang berjalan pada bidang
kontruksi, yang telah kita ketahui bersama bahwa bidang kontrukri ini meliputi: (1) jasa
perencanaan/Desain Gambar, (2) jasa pelaksanaan, dan (3) jasa pengawasan. Jumlah perusahaan
yang bergerak didalam industri jasa konstruksi di jawa timur pada tahun 2015 sampai dengan
tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 4362, pertumbuhan rata-rata sebesar 873
perusahaan pertahun (BPS 2021). Selanjutnya menurut data BPS (2021) juga menunjukkan
terjadi peningkatan nilai proyek dibidang industri konstruksi pada periode tahun 2016-2018,
untuk proyek konstruksi bangunan gedung nilai proyek sebesar 60.948.595 juta pada tahun
2016 sampai dengan 73.735.584 juta pada tahun 2018. Selanjutnya untuk proyek konstruksi
bangunan sipil nilai proyek sebesar 41.555.933 juta pada tahun 2016 sampai 55.200.505 juta
pada tahun 2018. Kemudian untuk proyek konstruksi bangunan khusus nilai proyek sebesar
22.605.077 juta pada tahun 2016 sampai dengan 29.333.405 juta pada tahun 2018.
Berdasarkan data BPS (2020) tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah dan nilai proyek
konstruksi di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Jumlah perusahaan jasa
18
konsultan perencana, konsultan pengawas, dan jasa kontraktor yang bergerak dalam bidang
Di Kota Malang perkembangan perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi ini khusus
nya Jasa Perencanaan yang meliputi Desain Gambar bangunan dan konsultan arsitektur pada
awal awal mula sebelum di resmikan atau dilegalkan IAI oleh pemerintah perkembangan nya
masih sangat rendah, tapi beberapa tahun akhir ini setelah di resmikan atau di legalkan nya IAI
oleh pemerintah perusahaan ini mulai banyak peminatnya, mulai dari perorangan, swasta
maupaun isntansi pemerintahan. Dengan semakin banyaknya peminat pada perusahaan jasa
kontruksi ini membuat persaingan ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya.
Ketatnya persaingan ini membuat perusahaan jasa konstruksi harus dapat memaksimalkan
potensi dan kemampuan masing-masing perusahaan. terutama dalam pengelolaan sumber daya
perusahaan di antaranya keuangan, manusia, teknologi, material, budaya, dan sistem manajemen
adalah faktor internal, faktor eksternal dan market forces. Faktor internal perusahaan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mempunyai pengaruh sebesar 42%
terhadap kesuksesan perusahaan. Pengaruh faktor internal terhadap kesuksesan suatu perusahaan
khususnya perusahaan jasa konstruksi didominasi oleh budaya perusahaan, gaya kepemimpinan,
Mengacu pada adanya research gap yang masih terdapat inkonsistensi hasil
penelitian terdahulu dan fenomena yang ada, maka penelitian ini membahas tentang:
Mediasi.
19
Berdasarkan fenomena yang telah di paparkan diatas, maka masalah penelitian dapat
Behavior ?
knowledge sharing ?
sharing ?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang rumusan
behavior ?
20
5. Menganalisis Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap innovative work
knowledge sharing ?
knowledge sharing ?
Manfaat dari hasil penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan Adapun
1. Bagi akademisi - Penelitian ini dapat menambah informasi serta memperkaya ilmu
2. Bagi peneliti selanjutnya - Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai literatur
dalam perkembangan ilmu manajemen sumber daya manusia yang berhubungan dengan
3. Bagi pihak yang diteliti - Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian terdahulu menjadi unsur yang penting, selain menjadi acuan bagi peneliti
selanjutnya dibagian ini juga berfungsi sebagai penanda bahwa perspektif yang diambil tidak
memiliki kesamaan dalam hal apapun yang dapat mengurangi keaslian penelitian yang
memiliki obyek penelitian yang sama dengan penelitian terdahulunya. Kemudian membuat
ringkasan, baik penelitian yang sudah terpublikasikan. Dengan melakukan langkah ini, maka
dapat dilihat sejauh mana keaslian dan perbedaan penelitian yang hendak dilakukan.
dilakukan oleh Hidayat Agi Syarif dan Hilminan (2020) dalam jurnal ilmiah
manajemen dan bisnis. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agi Syarif Hidayat dan
siginifakn pada perilaku inovative karyawan baik itu secara langsung maupun tidak
Jika dilihat dari judul penelitian yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian
kali ini dan judul penelitian Hidayat Agi Syarif terkesan hampir sama dalam satu
22
empowerment sebagai variabel mediasi, sedangkan pada penelitian kali ini peneliti
inovative melalui berbagi pengetahuan dan iklim organisasi sebagai variabel mediasi
(studi pada karyawan PT. Semarang Intermedia Pers) yang dilakukan oleh Laeli
Pers.
Jika dilihat dari judul penelitian yang dilakukan oleh Laeli Risalatil dan judul
yang diambil oleh peneliti terkesan hampir sama yaitu meneliti mengenai pengaruh
penelitian yang dilakukan Risalatil Laeli adalah terdapat dalam teori yang digunakan
dalam Variabel penelitian yang dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh Risalatil
saja sedangkan pada penelitian ini menggunakan teori (Bass dan Avolio, 1994) dan
(Bass dan Avolio, 2003), variabel perilaku inovative Risalatil Laeli menggunakan teori
23
3. Penelitian lain dengan judul pengaruh Iklim Organisasi, Kepemimpinan
Transformasional, Self Efficacy terhadap Perilaku kerja Inovative, yang dilakukan oleh
Aditya Dewa Nyoman Reza dan Ardana Komang (2016) dalam jurnal Manajemen
Unud. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewa dan Komang ini menyatakan bahwa
Pertama, iklim organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap perilaku kerja
inovatif pada karyawan PT. Serasi Autoraya Cabang Denpasar. Semakin baik iklim
organisasi yang dirasakan karyawan, maka semakin tinggi juga perilaku kerja inovatif
positif terhadap perilaku kerja inovatif pada karyawan PT. Serasi Autoraya Cabang
perilaku kerja inovatif yang akan muncul. Ketiga, self efficacy berpengaruh signifikan
dan positif terhadap perilaku kerja inovatif pada karyawan PT. Serasi Autoraya Cabang
Denpasar. Semakin tinggi self efficacy yang dimiliki karyawan, maka semakin tinggi
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewa Nyoman
Reza Aditya dan Komang Ardana adalah terdapat pada teori yang digunakan dalam
dewa dan komang menggunakan teori Yukl (2010) sedangkan peneliti menggunakan
teori (Bass dan Avolio, 1994), serta perbedaan lain pada penelitian ini adalah terdapat
4. Penelitian lain dengan judul Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Perilaku Kerja
Inovatif pada Industri 4.0 yang dilakukan oleh Asbari Masduki, Santoso Priyono Budi
dan Purwanto Agus (2019), dalam jurnal Ilmiah Manajemen. Hasil penelitian tersebut
24
terhadap perilaku kerja inovatif. Artinya bahwa semakin positif budaya organisasi,
Perbedaan peneltian yang ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Masduki
dkk adalah terdapat pada teori yang di gunakan pada variabel budaya organisasi pada
penelitian yang dilakukan oleh Masduki dkk menggunakan teori the Organizational
penelitian ini mengadopsi teori yang dikembangkan oleh teori Hofstede. Serta pada
penelitian ini juga menggunakan variabel Knowledge Sharing sebagai variabel mediasi.
dalam meningkatkan Perilaku Inovatif yang dilakukan oleh Dahri Nur Wahyunianti ,
Aqil Muhammad (2018) jurnal bisnis teori dan implementasi. Dengan hasil penelitian
perilaku inovatif. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan perusahaan yang penuh
Perbedaan peneltian yang ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Masduki
dkk adalah terdapat pada teori yang di gunakan pada variabel budaya organisasi pada
dikembangkan oleh teori Hofstede. Serta pada penelitian ini juga menggunakan
6. Penelitian yang dilakukan oleh Arifin Zainal (2015) dengan judul Pengaruh
Penelitian ini menyebutkan bahwa secara bersama sama kepemimpinan, teamwork dan
25
fokus pada pelanggan berpengaruh secara posistif terhadap knowledge sharing. Namun
secara parsial atau individu faktor yang paling mempengaruhi terhadap knowledge
sharing adalah fokus pada pelanggan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik
pemimpin , teamwork dan fokus pelanggan dalam perushaan maka akan semakin
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Zainal arifin dengan peniltian ini
adalah terdapat dalam penggunaan teori dalam variabel teamwork dan sharing
knowledge. Serta penelitian yang dilakukan oleh Zainal arifin variabel Knowledge
7. Penelitian yang dilakukan oleh Mazidah Amalia dan Laily Nur (2020) dengan judul
pengaruh Knowledge Sharing terhadap perilaku inovatif dan kinerja karyawan. Hasil
penelitian ini menyebutkan bahwa Knowledge sharing memiliki pengaruh positif dan
knowledge sharing maka akan meningkatkan nilai perilaku inovatif Dan Dengan saling
berbagi pengetahuan antara rekan kerja dan atasan, sudah muncul rasa saling percaya
satu sama lain, maka karyawan merasakan lingkungan atau suasana kerja yang
kondusif, dan dapat saling bekerjasama satu sama lain terutama dalam menyelesaikan
masalah-masalah pekerjaan. Maka dengan sendirinya hasil kerja pegawai akan semakin
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Amalia Mazidah dan Nur Laily
dengan penelitian ini adalah terdapat pada variabel Knowledge sharing yang digunakan
sebagai variabel independen atau variabel bebas berbeda dengan penelitian ini yang
26
8. Penelitian yang dilakukan oleh Akram Tayyaba, Lei Shen dan Haidaer Muhammad Jamal
(2016). Dengan judul The impact of relational leadership on employee innovative work
membantu karyawan untuk menggambarkan perilaku kerja yang inovatif pada setiap
penelitian yang ini adalah terdapat pada teori yang digunakan pada variabel
Sharing.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Khan Muhammad Asad dkk (2020) dengan judul The
Studi statistik memperlihatkan efek positif yang substansial dari gaya kepemimpinan
pada perilaku kerja inovatif karyawan, penelitian tersebut memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap gaya kepemimpinan, OCB, budaya organisasi, dan literatur perilaku
kerja yang inovatif. Studi tersebut secara eksplisit menandakan bahwa dalam konteks
efektif untuk mendorong perilaku inovatif pada karyawan. Itu juga merekomendasikan
HOD untuk memotivasi perilaku inovatif karyawan dalam populasi sasaran dengan
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang ini adalah terdapay pada
27
teori yang digunakan pada variabel kepemimpinan dan Innovative Work behavior, serta
perbedaan lain terdapat pada variabel moderasi, pada penelitian tersebut menggunakan
10. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Muhmamad dkk (2019) dengan judul The Effect
dapat menumbuhkan inovasi, begitu pula dengan kinerja perusahaan, Secara khusus
telah ditemukan, bahwa budaya adhocratic adalah inovasi terbaik dan prediktor kinerja.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penilitan ini adalah terdapat pada teori
yang digunakan pada setiap variabel dan juga pada varibel moderasi. Pada penelitian
11. Penelitian yang dilakukan oleh Widmann Andreas, Messmann Gerhard, Mulder H.
Regina (2016) dengan judul The Impact of Team Learning Behaviors on Team
bahwa semua perilaku pembelajaran tim yang diselidiki memiliki efek pada aspek
perilaku kerja inovatif tim. perilaku pembelajaran tim tertentu, berbagi, refleksi tim,
dan aktivitas tim memiliki dampak terkuat pada keterlibatan tim dalam pengembangan
inovasi.
Perbedaan Penlitian tersebut dengan penelitin yang dilakukan oleh peneliti ada
terdapat pada teori yang digunakan pada masing masing variabel, serta perbedaan lain
28
2.2 Kajian Teori
2.2.1Kepemimpinan Transformasional
(2011:57) mengemukakan bahwa dalam buku The Art of Leadership, Ordway Tead
kepada sasaran yang dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan
yang mereka kemukakan beraneka ragam. Keragaman itu disebabkan antara lain
oleh tiga hal. Pertama, teori dirumuskan berdasarkan bukti empiris atau hasil
organisasi.
Ketiga, hakikat dan substansi tugas yang dilakukan dan kerangka praktek
kepemimpinan itu. Berikut ini dari beberapa pendapat tentang teori kepemimpinan.
29
(Danim, 2012:68)
nilai, dan keterampilan. Yang mendasari pendekatan ini adalah asumsi bahwa
beberapa orang mempunyai bakat memimpin yang memiliki ciri tertentu yang tidak
dimiliki oleh orang lain. Teori kepemimpinan yang paling awal menyatakan bahwa
energi yang tidak kenal lelah, intuisi kepengelolaan, pandangan masa depan, dan
Teori ini mempercayai bahwa pemimpin memiliki cara yang bervariasi karena
mereka memiliki karakteristik atau disposisi yang sudah melekat dalam dirinya.
Teori tentang analisis kepemimpinan berdasarkan ciri yang dalam bahasa inggris
dikenal dengan "traits theory" memberi petunjuk bahwa ciri-ciri ideal tersebut ialah
c. Sifat inkuisitif
d. Kemampuan analitik
e. Kapasitas integrative
g. Keterampilan mendidik
h. Rasionalitas
i. Objektivitas
j. Pragmatisme
o. Naluri relevansi
p. Keteladanan
r. Adaptabilitas
s. Fleksibilitas
t. Ketegasan
u. Keberanian
bahwa pemimpin dan manager secaranyata bekerja untuk pekerjaan dan hubungan
Perbedaan yang paling mendasar antara teori karakter dan teori perilakuadalah
terletak pada asumsi yang mendasarinya. Jika teori karakter yang benar,maka pada
dasarnya kepemimpinan dibawa dari lahir. Sedangkan jika teori perilaku yang
Salah satu model kepemimpinan yang paling banyak digunakan dewasa ini adalah
yang berdasarkan teori situasional yang dikembangkan oleh paul harsey dan ken
blanchard. Teori ini terkadang disebut "teori kontijensi" kepemimpinan. Teori ini
d. Persepsi, sikap dan gaya yang digunakan oleh para pejabat pemimpin yang menduduki
e. Norma-norma yang dianut oleh kelompok kerja yang berada di bawah pimpinan yang
bersangkutan,
g. Ancaman yang datang dari luar organisasi yang mesti dihadapi, misalnya dalam bentuk
h. Tingkat stress yang mungkin timbul sebagai akibat beban tugas, tingkat tanggung jawab,
tergantung pada dua hal, yaitu pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
teori ini ialah perilaku seorang pemimpin yang berkaitan dengan tugas
tugas kepemimpinan dan sifat hubungan atasan dan bawahan yang digunakan, gaya
32
kepemimpinan yang timbul dapat mengambil empat bentuk, yaitu:
ini berarti bahwa orientasi tugasnya dapat dikatakan tinggi dan digabung dengan
tidak pula digolongkan sebagai hubungan yang tidak bersahabat. Dengan kata lain,
c. Mengajak bawahan berperan serta. Perilaku pimpinan dalam hal demikian ialah
(Siagian, 2003:139-140)
4. Kepemimpinan Transformasional
Proses begitu cepat dan luas menuntut perubahan bahwa “perubahan dan
tidak hanya mengelola struktur dan tugas, tetapi berfokus pada orang-orang
33
untuk secara aktif mempengaruhi “budaya” dari sekolah sehingga
kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan kaki tangannya, serta
mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa
Is”
inspirasi).
karir(konsederasi individu)
34
(Subarino, 2011)
organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri
para pengikutnya, mengubah kesadaran para pengikutnya atas isu-isu yang ada
dengan cara membantu orang lain memandang masalah lama dengan cara yang
baru, serta mampu menyenangkan hati dan menginspirasi para pengikutnya untuk
membuat perubahan dalam organisasi dan tampil di level yang lebih tinggi dan
disebut pemimpin apabila seseorang itu dapat memengaruhi pikiran, perasaan dan
perilaku orang lain, baik dalam bentuk individu maupun kelompok untuk mencapai
meskipun tidak ada ikatan-ikatan yang kuat dalam suatu organisasi, karena
mengagumi, menghormati, sehingga dapat dipercaya. Ada dua aspek yang dilihat
untuk pengaruh ideal ini, yaitu: perilaku pemimpin dan unsur-unsur yang dikaitkan
dengan pemimpin. Selain itu , pemimpin yang memiliki banyak pengaruh ideal
adalah bersedia untuk mengambil risiko dan konsisten dan tidak sewenang-
wenang. Mereka dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar , menunjukkan
mendorong upaya pengikut mereka untuk menjadi inovatif dan kreatif dengan
cara baru. Kreativitas didorong. Tidak ada kritik publik terhadap kesalahan individu
anggotanya. Ide-ide baru dan solusi masalah secara kreatif dikumpulkan dari
Pengikut didorong untuk mencoba pendekatan baru, dan ide-ide mereka tidak
pelatih atau mentor. Pengikut dan rekan yang potensial dikembangkan pada tingkat
lebih banyak, standar yang jelas). Komunikasi dua arah didorong serta Interaksi
Seluruh dimensi tersebut jika dilaksanakan dengan baik maka akan membantu
37
bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalamnya
5) Mobilitas. Yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi
6) Siap siaga. Yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka
7) Tekad. Yaitu tekad bulat untuk selalu sampai akhir, tekad bulat untuk
dalam penelitian:
1. Pengaruh Idealisme.
kepercayaan, menempatkan diri pada isu-isu yang sulit menunjukkan nilai yang
dari kepuasan, serta memiliki visi dan sence of mission. Dengan demikian
38
antusiasme dan kepercayaan karyawan. Selain itu pemimpin akan membuat
sebagai berikut:
a. Kebanggaan
b. Kepercayaan
c. Loyalitas
d. Rasa Hormat
2. Pemimpin Inspirasional
standar yang tinggi bagi para karyawan, optimism dan antusiasme, memberikan
dorongan dan arti terhadap apa yang perlu dilakukan. Pemimpin semacam ini
a. Memotivasi bawahan
b. Penggunaan symbol
c. Pencapaian tujuan
d. Kemampuan
3. Stimulasi Intelektual
baru yang lebih menggunakan intelegasi dan alasan-alasan yang rasional dari
c. Penyelesaian masalah
4. Konsiderasi Individual
berikut
a. Perhatian
b. Penghargaan
berbuat lebih positif atau lebih baik dari apa yang biasa dikerjakan yang
adalah agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator yaitu yang memberi peran
dictionary of human resources (Black, 2006) adalah cara mengelola perusahaan, dengan
terhadap perusahaan. Jika organisasi dikaitkan pada sebuah usaha mikro, kecil, dan
menengah, maka budaya organisasi pada UMKM dapat diartikan sebagai cara mengelola
40
usaha untuk mencapai kepentingan usaha yang akan berdampak pada loyalitas karyawan
budaya organisasi adalah nilai dan perilaku yang membentuk lingkungan yang unik secara
sosial dan psikologikal dalam organisasi. Budaya organisasi adalah nilai yang dominan
serta dipegang teguh oleh seluruh anggota organisasi (Bower dalam Deal, 2000). Budaya
diciptakan dari dalam organisasi dan disetujui oleh seluruh anggota. Dengan kata lain,
budaya organisasi adalah nilai dan perilaku dalam mengelola usaha yang dipegang teguh
Budaya organisasi didefinisikan dalam berbagai teori, salah satunya adalah teori
sekumpulan pemikiran yang membedakan anggota organisasi satu dengan yang lain (Abu-
Jarad et al., 2010). Terdapat 5 dimensi nilai budaya yang dinamakan power distance,
masculinity/feminity. Dimensi budaya ini lebih sering disebut nilai budaya nasional karena
didasarkan pada perbedaan nilai yang diajarkan sejak kecil, namun nilai budaya nasional
ini dapat diadaptasi dalam penelitian berbasis organisasi. Selanjutnya, dijelaskan definisi
adalah ketika nilai yang dominan adalah kesuksesan, uang, dan profesi, dibandingkan
memperhatikan sesama dan kualitas hidup. Dalam organisasi, dapat ditemukan melalui
pribadi karyawan, jumlah wanita dengan jabatan yang mumpuni, kemampuan intuitif yang
dihargai, tekanan akan pekerjaan, dan nilai sosial yang dihargai dalam usaha. Uncertainty
avoidance diartikan sebagai keadaan dimana seseorang merasa terancam oleh situasi yang
41
Dalam sebuah UMKM, dapat dilihat dari aktivitas yang terstruktur, peraturan
tertulis, dan lain lain. Power distance adalah keadaan dimana angggota dengan kekuasaan
yang lebih rendah dari anggota lain menerima kenyataan bahwa kekuatan tersebut tidak
sama rata didalam organisasi. Dalam sebuah UMKM, dicerminkan oleh sentralisasi dalam
usaha, struktur organisasi dan tingkatan di dalamnya, perbedaan gaji, interaksi antar
elemen dalam struktur organisasi, struktur yang memposisikan perbedaan atasan dan
orang di sekelilingnya daripada dirinya sendiri untuk alasan loyalitas. Dalam UMKM dapat
dilihat dari keterlibatan individu dalam organisasi, keinginan karyawan untuk dihargai
urusan pribadinya dan organisasi yang memegang peran penting dalam kesejahteraan
Long term/short term orientation adalah tingkat dimana sebuah usaha memiliki
orientasi jangka panjang atau pendek, dapat dilihat dari fokus usaha terhadap sesuatu yang
beberapa negara di dunia untuk mengetahui budaya negara tersebut dan bagaimana nilai di
perusahaan International Business Machines Corporation (IBM) dari tahun 1967 sampai
1973 dari 76 negara dan menuliskan nilai dari masing-masing dimensi budaya pada setiap
negara.
42
Gambar 2 1. Dimensi Hofstede untuk Indonesia (Hofstede G. , 2001)
kekuasaan yang rendah menerima bahwa kekuasaan terbagi secara tidak merata. Indonesia
memiliki skor 78 yang cukup tinggi. Hal ini berarti Indonesia memiliki budaya yang
tergantung pada hirarki, identik dengan hak yang tidak merata, dan karyawan yang
berharap diperintah secara jelas. Individualism adalah tingkat ketergantungan antara suatu
kelompok dengan anggotanya. Individualis hanya melihat dirinya sendiri dan keluarganya,
namun kolektivis sangat memperhatikan kelompok yang saling timbal balik. Nilai
nilai kelompok. Nilai tinggi untuk masculinity menyatakan kelompok akan didorong
dengan kompetisi, pencapaian, yang sukses. Nilai masculinity yang rendah berarti nilai
dominan adalah memperhatikan orang lain dan kualitas hidup. Indonesia memiliki nilai
masculinity yang rendah dibanding negara Asia lain, namun terkadang status dan jabatan
lebih mendorong manusia untuk mencapai kesuksesan dibanding pendapatan secara materi.
Uncertainty avoidance adalah pada tahap mana seseorang terganggu dengan situasi
yang tidak tentu dan institusi yang menghindari hal tersebut. Indonesia memiliki skor yang
rendah yakni 38. Long Term Orientation yang rendah berarti memilih untuk menerapkan
yang biasa dilakukan sambil melhat adanya kemungkinan berubah. Jika nilai Long Term
43
Orientation tinggi, maka lebih menekankan pendidikan sebagai bekal untuk kedepan.
Indonesia memiliki Long Term Orientation yang tinggi sebesar 62, maka seseorang mudah
budaya Hofstede, yakni Competing Value Model yang pertama kali dikenalkan oleh Quinn
(1983) kemudian diadaptasi dalam penelitian yang dilakukan Deshpandé et al. pada tahun
1993 (Henri, 2006). Competing Value Model membagi budaya organisasi menjadi control
dan flexibility.
Penyelenggaraan kerja tim dilakukan karena pada saat sekarang ini tekanan-tekanan
persaingan yang semakin meningkat, para ahli menyatakan bahwa keberhasilan organisasi
akan semakin bergantung pada kerja tim daripada bergantung pada individual-individual
yang menonjol. Konsep tim maknanya terletak pada ekspresi yang menggambarkan
munculnya sinergi pada orang-orang yang mengikatkan diri dalam kelompok yang disebut
dengan tim.
Tracy (2006) menyatakan bahwa, “Kerja tim merupakan kegiatan yang dikelola dan
dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Kerja tim dapat
Pernyataan di atas diperkuat Dewi (2007), “Kerja tim (teamwork) adalah bentuk
kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim
dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan dan
keterikatan yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan
44
sebuah tugas. Dengan melakukan kerja tim diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan
secara perorangan.”
Sebuah perusahaan dengan jumlah orang yang sama, mengerjakan tugas yang sama
dengan teknologi yang sama, berhasil meningkatkan produktivitas secara luar biasa
dengan menetapkan kondisi orang bersedia memberikan yang terbaik dari yang dimilikinya
dan bekerja bersama di dalam tim. Dalam kerja tim biasanya anggota berupaya maksimal
mengerahkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya, bila mereka diberdayakan dengan
baik. Oleh karena itu kerja tim disebut juga sebagai kekuatan dalam mengelola proses kerja
Kerja tim sebagai proses kerja dinyatakan Buchholz (2000), “Teamwork is the
purpose, intensive communication, future focused, focused on task, creative talents and
rapid response to get the aims of the organization.” (Kerja tim adalah proses kerja dalam
kelompok dengan adanya kepemimpinan yang partisipatif, tanggung jawab yang terbagi,
penyamaan tujuan, komunikasi yang intensif, fokus pada masa depan, fokus pada tugas,
bakat kreatif dan tanggapan yang cepat untuk mencapai tujuan organisasi).
Proses kerja dalam tim perlu dikelola dengan baik, oleh karena itu dibutuhkan
peranannya dapat menyatukan misi dan mendorong interaksi antaranggota agar lebih
Pimpinan tim yang efektif mendorong timnya agar lebih berkinerja. Pimpinan harus
mampu mengelola perbedaan kemampuan, bakat dan keahlian anggotanya dalam mencapai
dengan menetapkan kondisi orang bersedia memberikan yang terbaik dari diri mereka.
45
Oleh karena itu pimpinan dan anggota tim harus bekerja secara sinergis agar terwujud tim
yang efektif. West (2002) merinci ada 4 (empat) kekuatan dalam membangun tim yang
efektif, yaitu:
agar berhasil. Anggota tim akan bekerja lebih keras jika tugas-tugas yang harus
menyenangkan.
2. Individu seharusnya merasa dirinya penting bagi nasib kelompok. Satu hal yang
akan menjadikan anggota tim bahwa kerjanya sangat penting bagi kelangsungan
keengganan sosial sangat berkurang pada anggota tim yang merasa kerja
Seharusnya ada tujuan tim yang jelas dengan umpan balik kinerja yang tetap.
Penting bagi para individu mempunyai tujuan yang jelas dan umpan balik kinerja
(performance feedback) yang sama pentingnya bagi tim secara keseluruhan. Tujuan dapat
berfungsi sebagai motivator keberhasilan tim jika umpan balik kinerja tercapai secara
akurat.
Selanjutnya Williams (2008) membagi ada 5 (lima) hal yang menunjukkan peranan
1. Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan
baik pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu mempunyai rasa saling
3. Para anggota berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain, didorong untuk
4. Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau hal yang
biasa, dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif
(bersifat memperbaiki).
5. Para anggota berpartisipasi dalam keputusan tim, tetapi mengerti bahwa pemimpin
mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali tim tidak berhasil membuat
Pelaksanaan kerja tim secara efektif akan berdampak pada kesuksesan tim dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu kerja tim harus dikelola dengan baik
agar tetap solid. Kerja tim yang solid akan memudahkan manajemen dalam
yang solid dibutuhkan komitmen yang tinggi dari manajemen. Hal terpenting adalah bahwa
teamwork harus dilihat sebagai suatu sumber daya yang harus dikembangkan dan dibina
sama seperti sumber daya lain yang ada dalam perusahaan. Proses pembentukan,
pemeliharaan dan pembinaan teamwork harus dilakukan atas dasar kesadaran penuh dari
tim tersebut sehingga segala sesuatu berjalan secara normal sebagai suatu aktivitas sebuah
(Williams, 2008)
Seseorang ketika bekerja di dalam kelompok (team), akan ada dua isu yang
47
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini seringkali merupakan topik utama
yang menjadi perhatian tim. Kedua adalah proses yang terjadi di dalam teamwork itu
sendiri, misalnya bagaimana mekanisme kerja atau aturan main sebuah team sebagai suatu
unit kerja dari perusahaan, proses interaksi di dalam team, dan lain-lain. Dengan kata lain
proses menunjuk pada semangat kerjasama, koordinasi, prosedur yang harus dilakukan dan
disepakati seluruh anggota, dan hal-hal lain yang berguna untuk menjaga keharmonisan
hubungan antarindividu dalam kelompok itu. Tanpa memperhatikan proses maka sebuah
teamwork tidak akan memiliki nilai apa-apa bagi perusahaan dan hanya akan menjadi
Kerja tim merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai
talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan. Selain itu
keterampilan dan pengetahuan yang beraneka ragam yang dimiliki oleh anggota
kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan
jika dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun. Sebuah tim dapat dilihat
suatu tugas dan tanggung jawab. Bahkan ketika suatu masalah tersebut dapat diputuskan
oleh satu orang saja, melibatkan teamwork akan memberikan beberapa keuntungan.
Keuntungan tersebut adalah: Pertama, keputusan yang dibuat secara bersama-sama akan
meningkatkan motivasi tim dalam pelaksanaannya. Kedua, keputusan bersama akan lebih
mudah dipahami oleh tim dibandingkan jika hanya mengandalkan keputusan dari satu
orang saja.
suatu kelompok, maka hal tersebut akan menambah semangat juang/motivasi untuk
48
mencapai suatu prestasi yang mungkin tidak akan pernah dapat dicapai seorang diri oleh
individu tersebut. Hal ini dapat terjadi karena tim mendorong setiap anggotanya untuk
memiliki wewenang dan tanggung jawab sehingga meningkatkan harga diri setiap orang.
Keberadaan seseorang akan lebih bernilai apabila ia dapat memberi kontribusi pada tim,
dan anggota tim juga menghargai kontribusinya berupa tenaga dan pikirannya (West,
2002).
Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim agar dapat
berkinerja dan berdaya guna, perancangan tim yang baik sangat diperlukan. Pentingnya
perancangan tim yang baik diuraikan Griffin (2004) dengan membagi ke dalam 4 (empat)
bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang
jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu, bahkan seringkali ada
pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).
2. Storming (merebut hati), adalah tahapan di mana kekacauan mulai timbul di dalam
anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai tidak
terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau lagi menjadi
pendengar.
subgroup yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja bersama dan
49
berjuang untuk menghindari tim tersebut dari kehancuran (bubar). Karena
semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk
bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim akan terlihat
karyawan yang dikoordinasi oleh ketua tim dan atau seorang manajer.” Pada umumnya
kerja tim dibentuk sebagai suatu kebutuhan organisasi agar tujuan perusahaan dapat
tercapai. Dengan kerja tim diharapkan fungsi kontrol akan berjalan lebih efektif dan
efisien. Konflik-konflik atau deviasi kerja bisa ditekan seminim mungkin dengan
kepemimpinan yang kuat dari seorang manajer. Mekanisme hubungan sesama mitra kerja
Ketangguhan sebuah tim kerja dicirikan oleh orang-orang terpilih yang menduduki
posisi tertentu dan mampu menjalankan tugas sesuai dengan kompetensinya. Keberhasilan
tim merupakan akumulasi dari proses dan prestasi kerja setiap karyawan. Hal ini
merupakan tugas dan hasil kolektif dalam suatu sistem kerja yang sinergis. Semakin tinggi
kekuatan sinergitas di antara karyawan dan manajer maka semakin tinggi kekuatan sebuah
tim. Tingkat kesalahan dalam pekerjaan pun dapat ditekan sekecil mungkin.
Sopiah (2008) menyatakan bahwa, “Ada 6 (enam) karakteristik tim yang sukses
50
evaluasi kinerja dan sistem ganjaran yang benar, dan 6) mengembangkan kepercayaan
timbal balik.”
Kesamaan visi dan misi kerja, yaitu para karyawan dan manajer memiliki sudut pandang
yang relatif sama dalam mengerjakan tugas perusahaan. Orientasi dan fokusnya pada
proses dan hasil”. Walau debat di antara karyawan tidak bisa dihindarkan, namun harus
selalu diarahkan pada bagaimana target hasil bisa dicapai. Perbedaan pendapat dianggap
Prioritas perhatian dan tindakan pada sesuatu yang terbaik untuk organisasi yaitu
tim memandang baik buruknya kinerja perusahaan merupakan akumulasi dari kinerja tim.
Sementara bila perusahaan memiliki kinerja (profitability) yang baik maka akan
kompensasi semakin puas karyawan dalam bekerja. Pada gilirannya kinerja karyawan juga
akan meningkat. Untuk itu tim yang baik adalah tim yang mampu mempertahankan bahkan
mencapai tujuan organisasi yang lebih besar secara taat asas (konsisten). 3) Karyawan
berkomitmen tinggi pada pekerjaan, yaitu pada umumnya tim yang kuat dicerminkan pula
oleh kekuatan kepentingan para karyawannya. Tanggung jawab dan hak dibuat sedemikian
rupa secara seimbang. Mereka tidak saja bekerja untuk kepentingan memperoleh taraf
kehidupan keluarga yang semakin baik tetapi juga bagi kebaikan organisasi. 4) Tim yang
kuat sebagai magnit talenta, yaitu dalam bekerja, setiap anggota tidak lepas dari suasana
kompetisi sesama mitra kerja. Idealnya setiap orang ingin siap untuk demikian, namun
dalam kenyataannya ada saja yang tidak bisa dan tidak biasa bekerja keras.
51
Selanjutnya Mangkuprawira (2009) menyatakan bahwa “Kekompakan
(cohesiveness) adalah tingkat solidaritas dan perasaan positif yang ada dalam diri
peningkatan kinerja kelompok atau tim. Caranya agar berhasil adalah dengan menjaga agar
ukuran kelompok-kelompok tugas tetap kecil, meyakinkan standar- standar kinerja dan
sasaran-sasaran harus jelas dan dapat diterima, mencapai beberapa keberhasilan awal dan
mengikuti petunjuk-petunjuk praktis. Tim kerja yang dipilih sendiri di mana orang-orang
mengangkat teman satu timnya sendiri dan cara-cara sosial selepas kerja dapat merangsang
Menurut West (2002), “Ada 5 (lima) hal yang bisa menjadi bahan latihan
tepat dan akurat menyampaikan informasi, dan saling terbuka, 2) Respek satu sama lain,
kegigihan dan ketekunan dalam bekerja, 4) Kerja sama, meliputi kemampuan memahami
memberi dukungan dan motivasi, serta mengakui kesuksesan, dan 5) Kepemimpinan, baik
Hal terpenting adalah bahwa teamwork harus dibangun atas dasar kekompakan
yang utuh. Kekompakan ditandai dengan kuatnya hubungan antar anggota tim yang saling
merasakan adanya ketergantungan dalam urutan tugas, ketergantungan hasil yang ingin
dicapai dan komitmen yang tinggi sebagai bagian dari sebuah tim (Dewi, 2007).
52
Berdasarkan ulasan yang dinyatakan Carron, Widmeyer, dan Brawley (2002) maka
dalam tugas, setiap anggota diberikan tugas yang selanjutnya aklanjuti anggota
lain.
dicapai bukanlah hasil secara individu, tetapi hasil kekompakan bersama dalam
bekerja.
tinggi pada pekerjaan dalam rangka misi mencapai tujuan yang akan dicapai tim.
penelitian, maka penulis memilih kekohesifan kelompok dari Carron Brawley, dan
variabel independen.
yang baru ke dalam situasi yang baru. Konsep kebaruan ini berbeda dari
kebanyakan orang karena sifatnya relative apa yang dianggap baru oleh seseorang
atau pada suatu konteks dapat menjadi sesuatu yang merupakan lama berbagi orang
53
Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positif didefinisikan
sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan
memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan
hilang.
konsumen akan merasa bosan, terlebih produk atau layanan sebelumnya memiliki
banyak kekurangan. Inovasi juga merupakan bagian dari mental seorang pebisnis
yakni inovatif. Seorang pebisnis memiliki tuntutan untuk mampu menjadi sosok
yang inovatif dalam melahirkan ide-ide dan strategi untuk mengembangkan usaha
bisnis yang dimiliki. Mental inovatif tersebut pada akhirnya akan dimunculkan pada
karya- karya inovasi sebagai hasil dari produk bisnis atau layanan jasa untuk
konsumen
atau prosedur yang baru dalam pekerjaan, tim kerja atau organisasi yang dirancang
inovatif kerja adalah jumlah dari aktivitas kerja fisik dan kognitif yang
dilakukan oleh karyawan dalam konteks pekerjaan mereka, baik sendiri maupun
kelompok untuk mencapai satu set tugas yang dibutuhkan untuk tujuan
pengembangan inovasi.
karyawan terkait dengan adanya inovasi di dalam organisasi termasuk generasi ide
54
yang lain mengenai ide tersebut serta mengimplimentasikan dalam pekerjaan di
organisasi
system pengiriman dan pilihan teknologi. Untuk berperan dalam proses inovasi
karyawan dapat menghasilkan ide yang muncul karena adanya peluang yang dilihat
Menurut De Jong dan Hartog (2008:6) terdapat 4 dimensi perilaku kerja inovatif,
yaitu :
a. Opportunity Exploration
Opportunity exploration adalah dimensi yang merupakan tahap awal dari perilaku
b. Idea Generation
Idea generation adalah tahap kedua dari dimensi perilaku inovatif kerja fimana
dan menyarankan ide untuk produk, jasa, maupun proses baru. Umumnya ide baru
c. Championing
Championing menjadi relevan ketika ide sudah berhasil diciptakan. Karena pada
55
tahap ini karyawan diharapkan mulai terdorong untuk mencari dukungan dalam
mewujudkan ide inovasi baru yang telah dihasilkannya. Termasuk mencari koalisi
agar ide baru bisa diimplementasikan dan percaya dengan keberhasilan ide
tersebut.
d. Idea Implementation
Idea implementation merupakan tahap terakhir dari perilaku inovatif kerja. Pada
dimensi ini karyawan memiliki keberanian untuk menerapkan ide baru tersebut ke
pengembangan dan uji coba terhadap ide produk, proses maupun jasa baru yang ia
tawarkan
Menurut Janssen (2000:289) dampak positif yang akibatkan oleh perilaku kerja
kerja inovatif mendorong seseorang menciptakan gagasan atau ide baru untuk
memperbaiki lingkungan tempat kerja menjadi lebih baik dan meciptakan teknik
ide inovatif berpeluang lebih besar untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih
tinggi, hal ini jelas dikarenakan peran serta orang tersebut dalam menciptakan ide
3. Dapat mewujudkan gagasan baru untuk lingkungan kerja. Perilaku kerja inovatif
mewujudkan ide baru yang terpendam dalam pikiran dan berguna untuk
berikut:
internal :
1. Faktor Eksternal
mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik dan memiliki efek posistif untuk
pemerintah harus terus memberi hasil kerja yang memuaskan jika tetap
memunculkan perilaku inovasi agar tetap memberi hasil kerja yang harus
kerja dan mampu memberi keyakinan bahwa perilaku inovatif mereka akan
b. Interkasi dengan group rekan kerja. Karyawan yang memiliki hubungan baik
ide baru mereka juga meningkatkan idea gereration didalam sebuah group
politik), interkasi dengan pimpinan dan grup rekan kerja merupakan faktor-faktor yang
Knowledge sharing merupakan suatu hal yang sangat vital bagi kesuksesan
kerja untuk mengelola dan menyusun pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Van Den
"process where individuals mutually exchange their implicit (tacit) and explicit knowledge
to create new knowledge". Knowledge sharing merupakan proses dimana individu saling
58
Pengetahuan dapat digambarkan sebagai proses belajar, bertukar dan memberikan
(2007:3) knowledge sharing merupakan salah satu metode atau salah satu langkah dalam
suatu kelompok, organisasi, instansi, atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan,
teknik, pengalaman dan ide yang mereka miliki kepada anggota lainnya. Berbagi
pengetahuan hanya dapat dilakukan bilamana setiap anggota memiliki kesempatan yang
luas dalam menyampaikan pendapat, ide, kritikan, dan komentarnya kepada anggota
lainnya.
yang sesuai. Widayana (2005:14) menyatakan terdapat dua tipe knowledge, yaitu:
1) Tacit knowledge, adalah knowledge yang sebagian besar berada dalam organisasi.
Tacit knowledge adalah sesuatu yang kita ketahui dan alami, namun sulit untuk
diungkapkan secara jelas dan lengkap. Pengetahuan ini sulit untuk dipindahkan kepada
orang lain, karena knowledge tersebut tersimpan pada masing-masing pikiran (otak)
yang diuraikan secara lugas dan sistematis. Contoh konkretnya adalah buku petunjuk
disseminasi (penyebaran) dan penyediaan knowledge pada saat yang tepat untuk karyawan
yang membutuhkan.
59
Knowledge sharing adalah proses dalam mengirim, membagikan dan mengelola
pengetahuan dari sesorang kepada orang lain atau dari organisasi kepada organisasi lain
pengalaman yang dinilai berharga dari seseorang ke orang lain dalam sebuah organisasi
(Sajeva, 2014).
kepada orang lain. Knowledge sharing merupakan suatu metode yang digunakan untuk
perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman dan ide yang mereka
miliki kepada anggota lainnya. Dapat dikatakan bahwa knowledge sharing adalah proses
timbal balik dimana individu saling bertukar pengetahuan (tacit dan explicit knowledge)
Menurut Probst, et. al. (2000:169) terdapat beberapa keuntungan dari knowledge
1) Waktu dan kualitas, membuat organisasi untuk menjaga kualitas yang tetap bagus
60
Sedangkan Kajian Hoof & Ridder (2004), manfaat dari knowledge sharing
banyak pengetahuan, hal ini dalam bentuk mendonasikan intellectual capital individu
pengetahuan kepada orang lain apa yang dimiliki dari personal intellectual capital
kerja dengan membagi informasi atau intellectual capital yang mereka miliki. Hal ini
Knowledge sharing terbagi kedalam dua dimensi yakni knowledge collecting atau
knowledge bringing dan knowledge donating (Hoof & Ridder, 2004). Knowledge
collecting adalah perilaku individu untuk berkonsultasi dengan individu lainnya mengenai
Menurut Hoof & Ridder (2004:118) terdapat dua dimensi knowledge sharing yaitu:
pengetahuan berharga yang dimiliki sesorang kepada orang lain atau kemampuan
yang lain mengenai pengetahuan yang dimiliki dan juga merupakan kemampuan
61
Knowledge sharing merupakan suatu usaha yang memiliki manfaat bagi perusahaan
individu, memberi kesempatan untuk belajar dam menerapkan saling berbagi pengetahuan.
Sehingga usaha tersebut akan meningkatkan kompetensi yang dimiliki dalam bersaing.
Menurut Swift (2013) mengatakan bahwa terdapat tiga dimensi knowledge sharing yaitu:
2) Berkomunikasi dengan semua orang. Hal ini sangat berpengaruh daalam sebuah
3) Menerima dan mendapatkan semua informasi dengan mudah dan bebas. Ketika
setiap karyawan dapat dengan mudah menerima dengan mudah informasi yang
diperoleh tersebut.
organisasi untuk dapat berpikir secara kritis dan kreatif, sehingga diharapkan dapat
menghasilkan knowledge baru yang berguna bagi perusahaan yaitu meningkatkan kinerja
karyawan.
Gambar 2.3
Kerangka konseptual
62
KEPEMIMPINAN
TRANSFORMAIONAL
KNOWLEDGE INNOVATIVE
SHARING WORK BEHAVIOR
BUDAYA
ORGANISASI
Keterangan
TEAMWORK
1. KT ke IWB Hidayat Agi Syarif dan Hilmiana (2020), Risalatil Laeli (2017).
2. BO ke IWB Dewa Nyoman Dkk(2016), Priyono Budi Santoso dan Agus Purwanto (2019)
63
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang di hadapi dan perlu di uji
kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan menunjang. Adapun hipotesis dalam
Gaya kepemimpinan transformasional dari manager adalah hal yang penting untuk
transaksional dalam membentuk perilaku inovatif dari para pekerja. Pemimpin yang
transformasional bekerja dengan memotivasi pekerja untuk menemukan ide baru. Mereka
distimulasi dan diberi evaluasi kembali tentang masalah potensial yang dihadapi di
performa, kemampuan dan kualitas individu dengan motivasi yang menginspirasi. Jadi
pekerja bisa mengetahui dan mencapai standar performa bekerja yang tinggi yang dibentuk
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat Agi dan Hilminan (2020) dalam jurnal
siginifikan pada perilaku inovative karyawan baik itu secara langsung maupun tidak
langsung, begitu juga penelitian yang dilakukan Laeli Risalatil (2017). Hasil penelitiian ini
work behavior
Budaya organisasi adalah sistem nilai. Budaya oganisasi adalah dan kebiasaan
dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk
banyak nilai berbagi dan menerima nilai inti, semakin kuat budaya, dan semakin besar
pengaruhya terhadap perilaku kerja inovatif karyawan. Iklim organisasi yang kuat
persepsi yang sama dan utuh tentang makna hakiki kehidupan bersama dalam
organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Dewa Nyoman Reza dan Ardana Komang
(2016) dalam jurnal Manajemen Unud. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Pertama,
iklim organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap perilaku kerja inovatif pada
Serta penelitian yang dilakukan oleh Asbari Masduki, Santoso Priyono Budi dan
Purwanto Agus (2019), dalam jurnal Ilmiah Manajemen. Hasil penelitian tersebut
Ketika karyawan mempersepsikan dirinya adalah bagian dari tim yang mampu
keputusan, dan memiliki tanggungjawab bersama maka dapat mendorong dukungan dari
grup dimana karyawan akan n termotivasi secara psikologi dengan adanya dukungan dari
grup (Hulsheger dkk 2009). Dengan meningkatnya motivasi yang ada pada diri individu
65
Penelitian yang dilakukan oleh Diah Ayu musita sari (2017) yang hasilnya
meyatakan Dengan uji sobel test menunjukkan hasil bahwa perception of teamwork
Peran kepemimpinan dalam aktivitas bersama diantara anggota tim sangat besar
dalam memupuk knowledge sharing antar anggota dalam tim manajemen (Tseng, 2017).
mempertahankan budaya knowledge sharing yang positif dalam suatu organisasi (Le &
Lei, 2018). Kianto et al. (2016) meneliti hubungan antara kepuasan kerja karyawan dan
kesehariannya maka dapat memicu kenyamanan karyawan dalam bekerja. Karyawan akan
bebas mengekspresikan ide-ide yang dimiliki karena diberikan kepercayaan dan dukungan
oleh pemimpin organisasi. Untuk menambah dan mengembangkan ide yang dimiliki
karyawan maka diperlukan adanya sharing mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh
pemimpin atau pihak rekan kerja sehingga inovasi yang dilakukan mampu berjalan
Penelitian Andrawina (2008) menyatakan sikap inovatif dapat terjadi dari adanya
sikap berbagi pengetahuan. Adanya proses berbagi pengetahuan dan bertukar pendapat
maka akan dengan mudah untuk mengahasilkan suatu inovasi yang memiliki nilai yang
berguna untuk perusahaan. Kegiatan berbagi pengetahuan yang baik akan dapat
66
mempengaruhi hasil inovasi yang dihasilkan. Yang selanjutnya memiliki guna dan manfaat
knowledge sharing dan penelitian yang dilakukan oleh Effendi Adnan (2018) yang
menyatakan bahwa Leadership berpengaruh positif pada berbagi pengetahuan dalam tim
secara signifikan. Serta peneltian yang dilakukan oleh Firmasnyah Danang (2014)
Work behavior. Dan penelitian yang dilakukan oleh Risalati Laeli (2017) bahwa
bertindak, dan menanggapi misi peningkatan proses (Lee, 2016). Apalagi budaya
mempengaruhi kemauan dan perilaku karyawan dalam hal knowledge sharing. Budaya
pengetahuan. Dengan demikian perusahaan harus mengidentifikasi lebih jauh apa yang
lebih baik didukung oleh budaya knowledge sharing sebagai aktivitas alami dalam
pekerjaan harian karyawan (Tseng, 2017). Untuk itu dapat disimpulkan bahwa budaya
67
Peran knowledge sharing behavior pada perusahaan tidak hanya untuk mencegah
memperkaya hasil pekerjaan. Pandangan hingga pengetahuan baru yang diperoleh dari
hasil knowledge sharing behavior membantu individu dalam menemukan cara dan produk
baru yang dapat menguntungkan perusahaan. Inovasi yang dipengaruhi proses knowledge
sharing behavior juga tidak hanya sebatas produk, namun juga dapat dilihat dari jasa yang
knowledge sharing, Serta penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2018) menyatakan
dilakukan oleh Seswa Elda Rahmahthia (2019) menyatakan bahwa knowledge sharing
suatu kelompok atau antar kelompok. Organisasi atau individu didalamnya meyakini
bahwa kerjasama tersebut akan memudahkan mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Peningkatan koordinasi antar individu atau kelompok yang sering berhubungan dan
68
Praktik Teamwork berhubungan dengan Knowledge Sharing. Ketika paraktik SDM
sudah terbentuk denga baik. maka secara tidak langsung perusahaan sudah mengelola
Knowlledge Sharing dalam perusahaan. Penggunaan Knowledge Sharing antar unit akan
Radaelli et al. (2014) menyatakan bahwa karyawan yang terlibat dalam aktitivas
mengimplemenasikan inovasi. Hal ini dapat terjadi karena sejumlah pengetahuan yang
mereka dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan mencipta (Yu et al., 2013).
Lebih jauh lagi, pembelajaran di tempat kerja, yang terjadi karena aktivitas knowledge
Penelitian yang dilakukan oleh Adnan Effendi dan Anwar Mansyur (2017) yang
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Raharso (2020) menyatakan bahwa anizational politics
terhadap knowledge sharing, adanya hubungan yang positif dan signifikan dari knowledge
Knowledge Sharing
69
70
71
BAB III
METODE PENELITIAN
Sesui dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini
pengujian hipotesis atau bertujuan untuk memperoleh pengujian yang tepat dalam menarik
kesimpulan yang bersifat kausalitas (sebab akibat) antara dua variabel atau lebih melalui
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif sendiri dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umum nya dilakukan secara random,
analisis data bersifat statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesisi yang teha ditetapkan.
(Sugiyono, 2013;13)
3.1.2Lokasi Penelitian
Kota Malang. Adapun alasan pemilihan lokasi ini didasari atas pertimbangan-
sebuah perusahaan yang salah satu jasanya bergerak di bidang desain interior
3.1.3Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2021
nilai-nilai moral dari para pengikutinya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran
mereka tentang masalah etis dan untuk memobilisasi energi dan sumber daya yang ada
yang pada akhirnya mampu mereformasi institusi (Burn, 1978 dalam Yukl, 2005;290)
Budaya organisasi adalah nilai dan perilaku yang membentuk lingkungan yang unik
secara sosial dan psikologikal dalam organisasi. Budaya organisasi adalah nilai yang
dominan serta dipegang teguh oleh seluruh anggota organisasi (Bower dalam Deal, 2000)
3.2.1.3 Teamwork
Kerja tim merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai
talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan. Selain itu
keterampilan dan pengetahuan yang beraneka ragam yang dimiliki oleh anggota
kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan
jika dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun. Sebuah tim dapat dilihat
72
73
perilaku inovatif merupakan semua tindakan individu yang diarahkan pada generasi,
pengenalan dan penerapan hal baru yang menguntungkan di tingkat organisasi manapun
mencakup perubahan dalam konsep layanan antarmuka klien, system pengiriman dan
pilihan teknologi
satu orang, kelompok atau organisasi pada pihak lain. Definesi ini mencakup tacit dan
3.2.2Operasional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan suatu
penelitian, Variabel penelitian terdiri atas tiga macam, yaitu: variabel endogen (variabel
yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain), variabel eksogen (variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lain), dan variabel intervening (variabel yang mempengaruhi hubungan
ekdogen dan endogen menjadi hubungan langsung dan tidak langsung yang dapat diamati
dan diukur).
Teamwork
73
74
orang lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh
kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
teori Bass dan Avolio, (1994) dan (2003) adalah sebagai beikut:
4. Pertimbangan IndividuX14)
sebagai berikut :
74
75
3. Individualism/collectivism (X2.3)
4. masculinity/feminity (X2.4)
ketergantungan dan keterikatan yang kuat satu sama lain untuk mencapai
tindakan individu yang diarahkan pada generasi, pengenalan dan penerapan hal
teknologi.
sebagai berikut :
75
76
(Y1.8)
organisasi pada pihak lain. Definesi ini mencakup tacit dan Explicit Knowledge
Tabel 3.1
Variabel, Indikator, dan Item Penelitian
Variabel Indikator Item
76
77
3.3.1 Populasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.”
paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama, sedangkan sebagian individu yang diteliti
adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
80
81
tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan anggota
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan pada perusahaan jasa konsultan
Tabel 3.2
Jumlah
No Nama Perusahaan
Karyawan
1 PT. Bayu Mega Wisma 9
6 CV. Artara 8
7 CV. BLBPI 15
Total 79
.
3.3.2 Sampel
Pada penelitian ini sampel diambil seluruhnya dari populasi yang ada yaitu
sebanyak 79 sampel, atau bisa disebut juga dengan metode sampel jenuh. Metode sampel
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sebagai
sampel penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey yaitu metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menemui responden dengan mengajukan
1. Data Primer,yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya sebagai
2. Data Sekunder,yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari data yang ada
telah diperoleh sebelumnya, yaitu dokumen yang ada hubungannya dengan masalah
penelitian.
sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik seseorang. Jenis pertanyaan kuesioner adalah:
responden.
menentukan panjang dan pendeknya interval yang ada pada alat ukur, sehingga
apabila alat ukur tersebut digunakan, maka akan menghasilkan data kuantitatif.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert. Skala
yaitu ukuran gabungan yang didasarkan pada suatu cara yang lebih sistematis
untuk memberi skor pada indeks. Skala likert yang digunakan adalah skala
likert dengan lima pilihan, yaitu: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat
82
83
tidak setuju. Pilihan jawaban responden tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk nilai
Tabel 3.3
Skala pengukuran
Kategori Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak setuju 2
Angket pada penelitian ini dibuat dalam bentuk checklist, dimana responden
menjawab sejumlah pernyataan yang diajukan. Dari hasil penelitian akan diperoleh skor
pengambilan data, oleh karena itu kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam kuesioner menjadi sangat penting. Keabsahan dan keshahihan suatu
penelitian ditentukan dari instrumen yang digunakan, apabila instrumen tersebut tidak
valid, maka hasil penelitian yang telah dilakukan tidak menggambarkan keadaan
sesungguhnya pada objek yang di teliti. Instrumen yang baik memerlukan dua
pengujian, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas atau keandalan untuk menguji
83
84
Uji validitas ini dimaksudkan untuk menguji seberapa baik instrument penelitian
nilai r ≥ 0,3 dan nilai sig ≤ 0,05. Ketentuan penilaian validitas dengan kriteria sebagai
berikut :
Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel, jika dapat dipakai untuk mengukur suatu
gejala pada waktu berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama atau secara konsisten
memberi hasil ukuran yang sama. Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai
Statistik deskriptif adalah analisis statistik yang memaparkan data apa datanya, dan
tidak melakukan generalisasi terhadap hasil penggolahan datanya. Jadi dalam pengolahan
data tidak mengambil kesimpulan yang berlaku umum. Dalam analisis deskriptif dibuat
Tabel Frekuensi, rata-rata, median, modus. Selain itu juga bisa dilakukan analisis korelasi
dan regresi bila memang dibutuhkan. Namun dalam analisis deskriptif tidak perlu
84
85
Berdasarkan hipotesis dan rancangan penelitian, data yang telah terkumpul akan
dianalisis dengan menggunakan Partial Least Square (PLS). PLS merupakan metode
analisis yang powerful karena dapat diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan
banyak asumsi dan ukuran sampel tidak harus besar. PLS selain dapat digunakan sebagai
konfirmatori teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan atau untuk pengujian
positive emotion.
2. Penelitian ini menggunakan variabel laten yang diukur melalui indikator. PLS
konsep/konstruk/faktor.
3. SEM berbasis variance dengan metode PLS merupakan salah satu teknik analisis
4. PLS merupakan metode yang powerfull yang tidak didasarkan pada banyak
asumsi.
5. PLS adalah metode analisis yang dapat diterapkan pada semua skala data.
85
86
9. PLS menghasilkan informasi yang baik, dapat digunakan baik untuk eksplanasi,
Merujuk pada alasan-alasan pemilihan model analisis Partial Least Square (PLS)
dalam penelitian ini, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Asumsi pada PLS hanya
berkait dengan pemodelan persamaan struktural, dan tidak terkait dengan pengujian
hipotesis, yaitu : (1) Hubungan antar variabel laten dalam inner model adalah linier dan
Gambar pengembangan diagram jalur pada model analisis penelitian ini dapat
86
87
software SmartPLS (Ghozali, 2008; Solimun, 2010; Maharani, 2017) adalah sebagai
berikut:
1. Spesifikasi Model
indikator membentuk variabel laten. Hal ini diperkuat oleh pendapat Solimun
(2008), dan Ghozali (2008) bahwa indikator non perseptual (non persepsi)
bersifat formatif.
87
88
manifest diskala zero means dan unit varian sama dengan satu sehingga
c. Weight relation, estimasi nilai kasus variabel laten. Inner dan outer model
2. valuasi model
Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan
besarnya relative weight dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut.
Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat presentase varian yang
2017)
a. Convergent validity
Untuk hal ini loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup, pada jumlah indikator
b. Discriminant validity
extracted (AVE) konstruk lebih besar dari korelasi dengan seluruh konstruk
2. Inner model
Inner model adalah model struktural untuk memprediksi hubungan kausalitas antar
variabel laten ( Abdillah dan Hartono, 2009). Model struktural PLS diuji dengan
tabel pada output SmartPLS. Berikut adalah parameter pengukuran inner model
a. R-square (R2),
89
90
Ghozali (2012), nilai R-square 0.75; 0.50; dan 0.25 dapat disimpulkan
0 maka akan menghasilkan model yang tidak baik. Ghozali dan Latan (2012)
berikut: 0,35 (model kuat); 0,15 (model moderat); dan 0,02 (model lemah).
dalam model. Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka perlu
menguji nilai t dari koefisien ab. Nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel,
jika nilai t hitung > nilai t tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi
antara variabel baik sebagai variabel mediasi sempurna (complete mediation) atau
mediasi parsial (partial mediation), atau bukan sebagai variabel mediasi, digunakan
metode pemeriksaan.
nilai koefisien dan signifikansi dilakukan sebagai berikut : (1) memeriksa pengaruh
90
91
tersebut adalah :
a Variabel Prediktor
Variabel Prediktor
Variabel Mediasi
c d
variabel mediasi sempurna (complete mediation). Jika (c) dan (d) signifikan, serta
(a) signifikan, dimana koefisien dari (a) lebih kecil dari (b) maka dikatakan sebagai
variabel mediasi sebagian (partial mediation). Jika (c) dan (d) signifikan, serta (a)
juga signifikan, dimana koefisien dari (a) hampir sama dengan (b), maka bukan
sebagai variabel mediasi. Jika (c) dan (d) atau keduanya tidak signifikan maka
langsung. Metode pemeriksaan variabel mediasi mengacu pada teori yang yang
dikemukakan oleh Baron dan Kenny (1986) yang mana dijelaskan bahwa di dalam
menentukan ada dan tidak adanya hubungan langsung maupun tidak langsung
mediation). Akan tetapi jika persamaan a-c terpenuhi, namun persamaan c’ tidak
92
93
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim/article/view/1562/996
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajemen/article/view/17445/13158
Amabile, T. M., Conti, R., Coon, H., Lazenby, J., & Herron, M. (2014). Assessing
https://www.jstor.org/stable/256995?seq=1
Arifin, Zainal. 2015. Pengaruh Kepemimpinan, Kerjasama Tim dan Fokus Pada
Mei 2018
Akram Tayyaba, Lei Shen dan Haidaer Muhammad Jamal.2016. The impact of
(2),2018:275–284.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/etikonomi/article/view/7427/pdf
94
95
www.businessdictionar.com/definition/organizational-culture.html
Bass, B.M., B.J., Avolio. 2005. Multifactor Leadership Questionnaire Leader Form
Buchholz, Steve, 2000. Creating the High Performance Team, John Wiley & Sons,
Inc., Canada.
University.
Carron, A.V., Brawley, L.R., & Widmeyer, W.N. 2002. The Group Environment
Technology.
Choi, S. B., Kim, K., Ullah, S. M. E., & Kang, S.-W. (2016). How
Insight,45(3),459–479.
https://www.researchgate.net/publication/299403670_How_transformation
al_leadership_facilitates_innovative_behavior_of_Korean_workers
95
96
Jakarta.
http://journal.umy.ac.id/index.php/bti
https://www.researchgate.net/publication/23528607_Innovative_Work_Be
haviour_Measurement_and_Validation
doi:10.2307/256406
E. de Vries, Bart, Relnout. Bart van den Hooff dan Jan A de Ridder. Explaning
96
97
Fay, D., Shipton, H., West, M. A., & Patterson, M. (2015). Teamwork and
https://doi.org/10.1111/caim.12100
BusinessResearch,65(7),1040–1050.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0148296311001007
Griffin, Ricky, W., 2004. Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 2, Penerjemah: Gina
McGraw-Hill.
hofstede.com/indonesia.html
Hofstede, G., & Minkov, M. (2010). Cultures and Organizations: Software of the
97
98
Psychology,Vol52,no6.http://www.wisebrain.org/media/Papers/PosAffect
ProbSolving.pdf
Jansen, J. J. P., Vera, D., & Crossan, M. (2009). Strategic Leadership for
Dynamism.TheLeadershipQuarterly,20(1),518.https://www.researchgate.n
et/publication/
223821201_Strategic_Leadership_for_Exploration_and_Exploitation_The
_Moderating_Role_of_Environmental_Dynamism
98
99
https://www.semanticscholar.org/paper/The-effect-of-knowledge-sharing-
on-innovative-amongJaberi/5aa5cf2c1c969a172e08e9adc7df63b4248f2a04
Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Khan Muhammad Asad, Ismail Fadilah Binti, Hussain Altaf dan Alghazali
Behavior.Sage Open.
https://www.researchgate.net/publication/334628090_Kepemimpinan_Tra
nsformasional_Kepribadian_Proaktif_dan_Desain_Kerja_sebagai_Predikto
99
100
r_Perilaku_Kerja_Inovatif
Li Hui, Sajjad Nazir, Wang Qun, Ali Asadullah M, Khaqan Zeb dan Amina
11,1594.file:///C:/Users/WINDOWS%2010/Downloads/transformationalle
adershippaperpublished.pdf
Yogyakarta.
UniversitasnegeriSemarang.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/mbisnis/article/view/5125/4749
Semarang.
Lee, H., & Yu, C. (2011). Effect of Organizational Relationship Style on The Level
686.https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/014377211111
58260/full/html
Mytelka, L. K., & Smith, K. (2002). Policy Learning and Innovation Theory : An
100
101
Akses.https://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?
doi=10.1.1.453.7890&rep=rep1&type=pdf
Martins, E. C., & Terblanche, F. (2003). Building Organisational Culture That Stimulates
74.https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/14601060310456337/
full/html?skipTracking=true
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm/article/view/2422/2475
Inovatif dan Kinerja Karyawan. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 9,
Nomor 2. http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jirm/article/view/2938
http://jurnal.pusatsains.com/index.php/jsi/article/view/8/13
101
102
pp. 363-377.
Robbins, Stephen P.; Coulter, Mary. 2005. Management .8th ed. Upper Saddle
Together: Predicting Learning Rates from Knowing Who Knows What and
http:// dx.doi.org/10.1287/mnsc.1050.0366
Rizki Muhammad, Parashakti Ryani Dhyan dan Saragih. 2019. The Effect of
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/maj/article/view/11701
102
103
permasalahan-pada-faktor-internal-yang-mempengaruhi-kinerja-jasa-
konstruksi.html
https://www.jstor.org/stable/256701?seq=1
Smith, P., & Dugan, S. (1996). National culture and the values of organizational
journal.unair.ac.id/JMTT/article/view/3015
187- 196.
103
104
Van den Hooff Bart and De Ridder Jan A. 2004.Knowledge Sahring in context: the
Wahjudi, D., Baihaqi, I., & Singgih, M. L. (2013). The relationship between
Binis dan Akuntansi Vol. 19, No. 1a, Issue 3 Hal 212-217.
https://media.neliti.com/media/publications/321695-pengaruh-iklim-
organisasi-kepemimpinan-t-1c3b7c8a.pdf
Williams, Pat, 2008. The Magic of Teamwork, Penerjemah: JJ. Waskito Trisnoadi,
104
105
Yoo, B., Donthu, N., & Lenartowicz, T. (2011). Measuring Hofstede’s Five
pp 193-210.
https://www.bps.go.id/subject/4/konstruksi.html#subjekViewTab3
105
106
LAMPIRAN
Identitas Responden
Nama :
Asal Daerah :
Jabatan Kerja :
I. Karakteristik Responden
A. Jenis Kelamin
( ) Pria
( ) Wanita
( ) < 25 Tahun
( ) 25 s.d 30 Tahun
( ) 31 s.d 35 Tahun
( ) > 35 Tahun
( ) SMA
( ) Diploma
( ) S1
( ) S2
( ) S3
D. Status Perwakinan
( ) Belum Nikah
( ) Menikah
106
107
( ) < 2 Tahun
( ) 2 s,d 4 Tahun
( ) 5 s,d 7 Tahun
( ) > 7 Tahun
B. Beri tanda (√) atau (X) pada pilihan jawaban yang Anda pilih.
TS = Tidak Setuju
N = Netral
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
107
108
KUESIONER
Kepemimpinan Transformasional
Jawaban
No Pertanyaan
SS S N TS STS
Pemimpin selalu menjadi panutan kebanggan dan loyalitas
1 bekerja di mata karyawan.
2 Pimpinan menentukan standart kerja yang tinggi.
Pimpinan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
3 mendisukusikan masalah- masalah dengan pimpinan.
4 Pimpinan selalu merangsang perspektif baru kepada karyawan.
Pimpinan selalu melakukan evaluasi dua arah antara pimpinan
5 dan bawahan.
Pemimpin di perusahaan saya selalu berbicara optimis dengan
6 asntusia.
7 Pemimpin selalu mendorong motivasi karyawan dalam bekerja.
Pemimpin di perusahaan selalu berhubungan dengan karyawan
8 secara personal.
9 Saya selalu bertindak jujur dalam melakukan pekerjaan.
Menurut saya, pemimpin adalah panutan dan saya mempercayai
10
apa yang setiap dikatakanpemimpin.
11 Saya bisa menyelesaikan tugas dengan sangat baik.
Pemimpin di perusahaan saya selalu memberikan karyawannya
12 ruang untuk berpendapat.
Budaya Organisasi
Jawaban
No Pertanyaan
SS S N TS STS
Power distance
Atasan sebaiknya membuat mayoritas keputusannya tanpa
1
berdiskusi dengan bawahan
2 Atasan sebaiknya menghindari interaksi sosial dengan bawahan
Bawahan seharusnya menyetujui keputusan yang dibuat oleh
3
atasan
Atasan seharusnya tidak mendelegasikan tugas penting kepada
4
bawahan
Individualism/collectivism
6 Karyawan didorong untuk menggunakan potensinya
Karyawan dengan ide yang baik memastikan atasan mengetahui
7
bahwa itu adalah ide mereka
Kami mendorong karyawan untuk menyelesaikan masalahnya
8
sendiri
108
109
TeamWork
Jawaban
No Pertanyaan
SS S N TS STS
Kami semua memiliki komitmen yang sama untuk mencapai
1
tujuan tim kami.
Saya mengajak rekan-rekan tim saya untuk melakukan banyak hal
2
dengan saya.
Sebagai sebuah tim, kita semua dipandang sama dalam arti tidak
3
ada perbedaan dalam jabatan
4 Beberapa dari seluruh jumlah sahabat saya berada dalam tim ini.
5 Saya menyukai cara tim ini dalam bekerjasama.
6 Saya tidak bergaul dengan anggota tim saya.
Kami bepergian bersama dengan rekan-rekan tim kami kapanpun
7
bila ada kesempatan.
8 Sebagai tim, kami solid.
Saya sering menghubungi rekan-rekan tim saya (via telepon, sms,
9
internet).
Tim ini memberikan kesempatan yang cukup untuk meningkatkan
10
kinerja saya.
11 Saya menghabiskan waktu bersama rekan- rekan tim saya.
109
110
110
111
111