Persaingan bisnis yang semakin kompleks serta perkembangan teknologi informasi yang
cepat menuntut ekonomi dunia memasuki era ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge–based
economy). Dalam era ekonomi berbasis pengetahuan, organisasi tidak lagi sekedar mengandalkan
sumber daya alam dan fisik saja, melainkan mulai berfokus pada sumber daya pengetahuan, ide,
dan kreativitas (Powell dan Snellman, 2004:199). Sehingga, sumber daya pengetahuan menjadi
salah satu faktor penting dalam organisasi. Kondisi ini secara tidak langsung menuntut tenaga kerja
dan calon tenaga kerja untuk terus mengembangkan pengetahuan yang dimiliki, karena calon
tenaga kerja dengan pengetahuan yang luas lebih dicari oleh organisasi (Wulantika, 2005:263).
Organisasi yang dapat mengelola sumber daya pengetahuan, dapat menciptakan keuntungan bagi
organisasi tersebut (Putranto dan Ghazali, 2013:1; Sabaghpour et al., 2013:134; Qader et al.,
2013:129).
Selain faktor–faktor tersebut, terdapat faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat
keinginan berbagi pengetahuan seseorang di lingkungan yang beragam, yaitu self efficacy (efikasi
atau keyakinan diri). Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk
melakukan suatu kegiatan. Hosseini et al. (2014:36) mengemukakan, bahwa efikasi diri seseorang
berhubungan dengan kepercayaan dirinya untuk mengkoordinasikan pengetahuan dan
aktifitasnya. Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi, cenderung lebih yakin dan percaya diri
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang dari latar belakang budaya lain. Lebih lanjut
Zawawi et al. (2011:62) mengemukakan, bahwa kurangnya efikasi diri akan menyebabkan
seseorang takut dan khawatir untuk berbagi pengetahuan dengan rekannya.
Beberapa pendapat tersebut didukung oleh hasil penelitian Li C.Y. (2012:8), dan Chou
(2012:145) yang menemukan, bahwa efikasi diri berhubungan positif dengan tingkat keinginan
untuk berbagi pengetahuan. Lebih lanjut Li C.Y. (2012:11) mengemukakan, bahwa suatu
organisasi perlu untuk meningkatkan efikasi diri anggotanya, guna mendorong terjadinya
pertukaran informasi antar individu dalam lingkungan yang beragam. Penelitian mengenai
kecerdasan budaya, dan efikasi diri terhadap keinginan berbagi pengetahuan dengan kepercayaan
antar individu sebagai mediasi ini penting untuk dikaji, karena beberapa alasan sebagai berikut:
Penelitian mengenai proses berbagi pengetahuan juga pernah dilakukan oleh Park et al.
(2015:53-68), yang dalam penelitiannya mengkaji pengaruh kepercayaan antar individu terhadap
proses berbagi pengetahuan. Pengaruh kepercayaan antar individu terhadap proses berbagi
pengetahuan, juga pernah dikaji dalam penelitian yang dilakukan oleh Khesal et al. (2013:495-
501). Hal tersebut menunjukkan, bahwa faktor kecerdasan budaya, efikasi diri, dan kepercayaan
antar individu berperan penting terhadap keinginan berbagi pengetahuan. Akan tetapi, pada
penelitian sebelumnya faktor-faktor tersebut dikaji secara terpisah antara satu dengan yang
lainnya. Adapun penelitian yang pernah mengkaji hubungan diantara kecerdasan budaya, efikasi
diri, serta kepercayaan antar individu pada keinginan berbagi pengetahuan dalam satu model
adalah penelitian yang dilakukan oleh Chou (2012). Penelitian yang dilakukan Chou (2012:1-148)
menguji pengaruh kepercayaan antar individu sebagai variabel moderasi. Sehingga pengaruh
kepercayaan antar individu sebagai variabel mediasi penting untuk diuji dan diklarifikasi (Chou,
2012:203). Penelitian ini mencoba mengkaji model yang didasarkan dari beberapa penelitian
tersebut.
Tabel 1.1
Penelitian Kecerdasan Budaya pada Keinginan Berbagi Pengetahuan
Peneliti
NO Judul Hasil
(Tahun)
1 Messarra Four Facets of Cultural Kecerdasan budaya
et al., Intelligence Predictors berpengaruh positif terhadap
(2008) of Knowledge Sharing knowledge sharing intention
Intention karyawan Perusahaan
Multinasional di Libanon
2 Chou Virtual Teamwork and Kecerdasan budaya tidak
(2012) Human Factors: A Study memiliki pengaruh apapun
in the Cross- national terhadap knowledge sharing
Environment mahasiswa dalam tim virtual.
Hal ini dapat disebabkan
karena terdapat faktor lain
yang lebih berpengaruh
dibandingkan kecerdasan
budaya, seperti: penerimaan
budaya, dan faktor lainnya
yang sifatnya memediasi.
3 Putranto The effect of Cultural Kecerdasan budaya
dan Intelligence to berpengaruh positif terhadap
Ghazali Knowledge Sharing knowledge sharing mahasiswa
(2013) behavior in University MBA di Institut Teknologi
Student Bandung (ITB).
Lanjutan Tabel 1.1
Penelitian Kecerdasan Budaya pada Keinginan Berbagi Pengetahuan
Peneliti
NO Judul Hasil
(Tahun)
4 Chen dan Assessing the Effects of Kecerdasan budaya
Lin Cultural Intelligence on berpengaruh positif terhadap
(2013) Team Knowledge proses knowledge sharing tim
Sharing from a Socio- pada perusahaan
Cognitive Perspective multinasional dan high-tech di
Taiwan
Sumber: Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tersebut masih menunjukkan hasil yang tidak sejalan antara satu
dengan yang lain. Messara et al., (2008:129) dalam penelitiannya menunjukkan, bahwa kecerdasan
budaya mempunyai pengaruh yang positif terhadap keinginan berbagi pengetahuan. Semakin
tinggi kecerdasan budaya seseorang, akan semakin meningkatkan keinginan berbagi
pengetahuannya. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Putranto dan Ghazali (2013:7), Chen
dan Lin (2013:686) yang menemukan, bahwa keberhasilan proses berbagi pengetahuan mahasiswa
dapat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan budaya didalamnya. Lain halnya dengan Chou
(2012:147) yang menunjukkan, bahwa kecerdasan budaya mahasiswa tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat keinginan berbagi pengetahuannya. Hal tersebut dikarenakan, terdapat
faktor lainnya yang lebih berpengaruh dibandingkan kecerdasan budaya, yaitu kepercayaan serta
penerimaan budaya (Chou, 2012:150).
Kesenjangan penelitian juga dapat dilihat dari pengaruh kepercayaan antar individu
terhadap proses berbagi pengetahuan. Beberapa kesenjangan hasil penelitian tersebut penulis
rangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.2
Penelitian Kepercayaan Antar Individu pada Keinginan Berbagi Pengetahuan
Peneliti
NO Judul Hasil
(Tahun)
1 Chiu et al Understanding Kepercayaan tidak
(2006) knowledge sharing in mempunyai pengaruh apapun
virtual communities: An terhadap kuantitas berbagi
integration of social pengetahuan pada anggota
capital and social professional di komunitas
cognitive theories virtual.
Hal tersebut dapat disebabkan
karena, dalam proses berbagi
pengetahuan mereka lebih
berdasarkan pada rasa adil
dalam pertukaran
pengetahuan.
2 Hauge Characteristics of Kepercayaan berpengaruh
(2012) expatriates’ knowledge positif terhadap proses
sharing practices in a berbagi pengetahuan
humanitarian Ekspatriat di Norwegia.
organization
3 Goh et al Knowledge Sharing Kepercayaan antar individu
(2013) Among Malaysian tidak mempunyai pengaruh
Academics: apapun terhadap keinginan
Influence of Affective berbagi pengetahuan pada
Commitment and Trust mahasiswa universitas di
Malaysia.
Hal tersebut dapat disebabkan
karena, komunikasi yang
terbuka lebih berpengaruh
dibanding kepercayaan.
Lanjutan Tabel 1.2
Penelitian Kepercayaan Antar Individu pada Keinginan Berbagi Pengetahuan
Peneliti
NO Judul Hasil
(Tahun)
How do institutional Kepercayaan antar individu
norms and trust berpengaruh terhadap proses
Wang et
4 influence knowledge berbagi pengetahuan pada
al. (2014)
sharing? An institutional karyawan di perusahaan
theory Taiwan.
5 Park et al. The effect of Kepercayaan antar karyawan
(2015) organizational social berpengaruh positif terhadap
factors on employee knowledge sharing pada e-
performance government di Mongolia.
and the mediating role
of knowledge
sharing: focus on e-
government
utilization in Mongolia
Sumber: Penelitian Terdahulu
Berdasarkan tabel penelitian tersebut, terlihat bahwa masih terdapat kesenjangan hasil
penelitian diantara kepercayaan antar individu terhadap proses berbagi pengetahuan. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Hauge (2012:42), Wang et al. (2014:384), dan Park et al. (2015:64)
yang menunjukkan bahwa kepercayaan antar individu mempunyai pengaruh positif terhadap
proses berbagi pengetahuan. Hal itu berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chiu
(2006:1883), dan Goh et al. (2013:46) yang menunjukkan bahwa kepeercayaan antar individu
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses berbagi pengetahuan.
Berdasarkan tabel penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa masih terdapat kesenjangan hasil
penelitian mengenai efikasi diri terhadap proses berbagi pengetahuan. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Chou (2012:145), Li C.Y (2012:8), dan Hosseini et al. (2014:36) yang
menunjukkan bahwa efikasi diri seseorang mempunyai pengaruh positif terhadap keinginan
berbagi pengetahuan mahasiswa. Hal itu tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Chen et
al. (2009:134), Liu dan Lin (2012:34), dan Saleh et al. (2015:725) yang menunjukkan bahwa
efikasi diri seseorang tidak berpengaruh apapun terhadap keinginan mereka untuk berbagi
pengetahuan. Berdasarkan beberapa kesenjangan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat
membantu mengembangkan literatur serta memperjelas hubungan diantara variabel yang ada.
Ketiga, kecerdasan budaya merupakan teori yang sifatnya multidisiplin. Ang et al.
(2007:337), Ang dan Dyne (2008:4) mengemukakan, bahwa kecerdasan budaya merupakan teori
yang didasarkan pada kecerdasan kontemporer menurut Stenberg dan Detterman (1986).
Kecerdasan budaya juga berhubungan dengan bidang sosiologi dan antropologi (Earley dan Ang,
2003). Hal tersebut menunjukkan, bahwa kecerdasan budaya merupakan suatu teori yang meliputi
berbagai disiplin ilmu, seperti: psikologi, sosiologi, dan antropologi. Akan tetapi, selain dikaji
dalam bidang psikologi, sosiologi, dan antropologi, kecerdasan budaya juga dapat dikaji dalam
bidang manajemen dan organisasi (Earley dan Ang, 2003).
Meneliti proses berbagi pengetahuan di Indonesia sangat relevan, melihat Indonesia yang
memiliki keberagaman budaya lokal (collectivist culture), tentu akan menciptakan interaksi antar
individu atau kelompok dalam perbedaan budaya (Shih dan Susanto, 2010:159). Mengkaji
mengenai keinginan berbagi pengetahuan serta faktor yang mempengaruhinya, penting dilakukan
pada mahasiswa di konteks instansi akademik sebagai knowledge based organization. Hal tersebut
ditujukan, untuk melihat kesiapan mahasiswa terjun ke dunia kerja (Putranto dan Ghazali, 2013:2).
Terlebih lagi, masuknya Indonesia kedalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) semakin
menuntut mahasiswa sebagai calon angkatan kerja untuk memiliki kemampuan bersaing di
lingkungan kerja yang beragam (Prasetyo, 2014:5; P. Benedicta et al., 2014:106).
1.2.Perumusan Masalah
Penelitian ini didasarkan pada masih terdapatnya kesenjangan penelitian yang meliputi:
kebutuhan pengembangan model penelitian, masih terdapatnya perbedaan hasil penelitian
mengenai hubungan variabel-variabel tersebut, dan pentingnya untuk mengaplikasikan praktik
kecerdasan budaya diranah manajemen dan bisnis. Sehingga berdasarkan rumusan masalah
tersebut, penulis menyusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dari permasalahan diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menguji pengaruh efikasi diri pada keinginan berbagi pengetahuan mahasiswa
Unissula.
2. Untuk menguji pengaruh kecerdasan budaya pada kepercayaan antar individu mahasiswa
Unissula.
1.3.1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:
Adapun manfaat praktis dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
1. Sarana informasi bagi mahasiswa, mengenai kecerdasan lainnya selain kecerdasan
intelektual, emosional, sosial, dan spiritual yang sangat penting untuk kesuksesan
seseorang di budaya yang berbeda.
2. Penelitian ini dapat menunjukkan kepada mahasiswa, bahwa berbagi pengetahuan
dengan orang lain dapat memperluas pengetahuannya.
3. Dengan penelitian ini mahasiswa dapat mengerti, bahwa kecerdasan budaya, efikasi
diri, dan kepercayaan antar individu dapat mendorong keinginan berbagi
pengetahuannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Knowledge dalam Bahasa Indonesia berarti pengetahuan, dan sharing berarti berbagi.
Knowledge (pengetahuan) dapat dikelompokan kedalam dua kategori yaitu, tacit knowledge dan
explicit knowledge (Nonaka dan Konno, 1998:42). Tacit knowledge merupakan pengetahuan yang
berakar pada tindakan, pengalaman, dan intuisi seseorang. Sedangkan explicit knowledge
merupakan pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam kata-kata (words) dan bilangan (number)
yang dibagikan dalam bentuk data, rumus ilmiah, perincian, dan buku. Jenis pengetahuan explicit
ini, dapat dengan mudah ditransfer secara formal dan sistematis (Nonaka dan Konno, 1998:42).
Knowledge sharing (proses berbagi pengetahuan) merupakan salah satu aspek dalam
knowledge management yang digunakan untuk memberikan kesempatan pada anggota organisasi,
untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman, dan ide yang dimilikinya dengan orang lain
(Susanti dan Wimbarti, 2012:50). Proses berbagi pengetahuan dapat diartikan sebagai pertukaran
informasi, pengetahuan dan umpan balik (Cumings, 2004:352). Sedangkan De Vries et al.
(2006:116) mendefinisikan proses berbagi pengetahuan, sebagai suatu proses dimana individu
saling bertukar pengetahuan (tacit-explicit), dan bersama-sama menciptakan pengetahuan
(knowledge) baru. Gambaran proses berbagi pengetahuan terdiri dari: menyumbangkan
pengetahuan, mengumpulkan pengetahuan, kesediaan dan semangat.
21
2.1.2. Knowledge Sharing Intention (Keinginan Berbagi Pengetahuan)
Proses berbagi pengetahuan dapat dilihat dari dua bentuk yaitu, knowledge sharing
intention (keinginan berbagi pengetahuan) dan knowledge sharing behavior (perilaku berbagi
pengetahuan) (Reychav dan Weisberg, 2010:293). Jika knowledge sharing behavior adalah
perilaku seseorang dalam berbagi pengetahuan dengan rekannya, maka knowledge sharing
intention adalah suatu bentuk persepsi terkait keinginan dan kesediaanya untuk berbagi
pengetahuan (Wang dan Noe, 2010:116). Upaya untuk memprediksi perilaku secara lebih akurat
terus dikembangkan oleh para ahli. Teori yang menghubungkan “keinginan” terhadap “perilaku”
adalah theory of planned behavior (Ajzen, 1991). Theory of planned behavior merupakan
pengembangan dari theory of reasoned action (Ajzen, 1991:181).
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Knowledge Sharing Intention
Menurut Wang dan Noe (2010:117), terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keinginan berbagi pengetahuan seseorang, yaitu:
1. Faktor organisasi, yaitu:
a. Dukungan atasan, merupakan keterlibatan manajer dalam menyediakan sumber
daya yang diperlukan karyawan untuk berbagi pengetahuan.
b. Penghargaan atau insentif, terkait balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada
para karyawannya.
c. Stuktur organisasi, bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasikan secara formal akan berdampak pada fleksibilitas hubungan
anggotanya. Struktur yang terlalu hirarkhi, akan cenderung menciptakan batas
interaksi diantara masing-masing posisi.
d. Kepemimpinan, proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
bawahan dalam upaya mencapai tujuan organisasi akan berdampak pada persepsi,
perilaku dan sikap bawahannya, termasuk keinginan mereka untuk berbagi
pengetahuan dan ide.
e. karyawannya.
2. Faktor kelompok, yaitu:
a. Karakteristik tim, terkait gaya komunikasi, keramahan, serta keterbukaan diantara
anggota.
b. Keberagaman (diversity), kelompok yang beragam akan cenderung mengalami
hambatan dibanding dengan kelompok yang homogen baik secara budaya, status,
maupun faktor demografis lainnya.
c. Hubungan sosial, terkait hubungan dan komunikasi timbal balik antara anggota.
Hubungan dan komunikasi antar individu dalam suatu kelompok berdampak pada
proses berbagi pengetahuannya.
3. Faktor individu, yaitu:
a. Personalitas, terkait sifat dan tingkah laku khas seseorang yang mendukungnya
untuk berbagi pengetahuan, contohnya: keterbukaan terhadap pengalaman, tingkat
pendidikan, lamanya pengalaman, dan keahlian.
b. Efikasi diri, keyakinan dan kepercayaan individu atas kemampuannya untuk berbagi
pengetahuan dengan rekannya.
c. Persepsi, dalam hal ini persepsi seseorang terhadap kekuatan dan kekuasaan dari
pengetahuan yang dimilikinya, akan membuat orang tersebut takut untuk
membagikannya dengan orang laim.
2.1.4. Aspek Keinginan Berbagi Pengetahuan
Menurut Bock et al. (2005:107), keinginan berbagai pengetahaun (knowledge sharing
intention) dapat dilihat dari:
Dimensi kepercayaan antar individu dalam dunia kerja menurut Bagraim dan Hime
(2007:43) terbagi menjadi dua, yaitu:
Candor (keterusterangan), berterus terang dan jujur dalam segala ungkapan, dan bebas dari
segala prasangka
2.3.Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan dan materi rujukan
yang mendukung penelitian ini, beberapa penelitian tersebut telah dirangkum penulis dan akan
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Penulis
No Judul dan Responden Hasil
Tahun
1 Understanding Chiu et al 310 tenaga Kepercayaan tidak
knowledge sharing (2006) profesional mempunyai pengaruh
in virtual dalam apapun terhadap
communities: An komunitas kuantitas berbagi
integration of virtual pengetahuan pada
social capital and anggota professional di
social cognitive komunitas virtual.
theories Hal tersebut dapat
disebabkan karena,
dalam proses berbagi
pengetahuan mereka
lebih berdasarkan pada
rasa adil dalam
pertukaran pengetahuan.
2 The Effects of Rocksthul 290 Kecerdasan budaya
Cultural dan Ng partisipan berpengaruh positif
Intelligence (2008) dari 40 tim terhadap kepercayaan
on Interpersonal proyek di antar individu.
Trust sekolah
in Multicultural bisnis
Teams Singapura
3 Four facets of Messarra 164 Kecerdasan budaya
cultural et al. karyawan berpengaruh positif
intelligence (2008) yang bekerja terhadap knowledge
predictors of pada sharing intention
knowledge sharing organisasi
intentions
multinasion
al
Efikasi diri merupakan suatu keyakinan individu pada kemampuannya dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. Seseorang yang merasa yakin dan percaya bahwa dirinya mampu melakukan suatu
aktivitas tertentu, akan cenderung berusaha lebih kuat. Ketika seseorang mempunyai keyakinan
pada kemampuan dan pengetahuannya, individu tersebut akan cenderung lebih percaya diri untuk
berinteraksi dan berbagi pengetahuan dengan orang dari latar belakang budaya lain. Penelitian
yang dilakukan oleh Hosseini et al. (2014:36), Zawawi et al. (2011:62), Li C.Y (2012:8), dan Chou
(2012:145) menunjukkan bahwa, efikasi diri seseorang berpengaruh secara positif terhadap
kesediaannya untuk berbagi pengetahuan. Semakin tinggi efikasi dirinya, maka akan semakin
tinggi juga keinginannya untuk berbagi pengetahuan.
Kecerdasan budaya mempunyai peran penting dalam mengatasi berbagai prasangka negatif
terhadap budaya lain. Hal tersebut dikarenakan kecerdasan budaya membantu seseorang untuk
mengetahui dan memahami persamaan dan perbedaan antara budayanya dengan budaya orang
lain. Seseorang yang cerdas budayanya akan menilai seseorang yang berasal dari budaya lain
setelah dia mengetahui dan memahaminya, yang pada akhirnya mengatasi reaksi negatif dan
kesalahpahaman yang terjadi. Hilangnya reaksi negatif serta kesalahpahaman diantara mereka,
akan mendorong kepercayaan antara individunya. Penelitian yang dilakukan oleh Rocksthul dan
Ng (2008:206), Gregory et al. (2009:12), Li et al. (2012:93), Chua et al. (2012:116), dan Salmon
et al. (2013:887) menemukan bahwa, kecerdasan budaya seseorang akan berpengaruh positif
terhadap kepercayaan antar individunya di lingkungan yang beragam. Semakin tinggi kecerdasan
budaya yang dimiliki seseorang, maka akan semakin mendorong kepercayaan antar individunya.
Kecerdasan budaya merupakan suatu kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, dan
keterampilannya untuk menyesuaikan, berinteraksi, berkomunikasi, serta berperilaku secara
efektif dalam latar belakang budaya yang baru dan beragam. Seseorang yang cerdas budayanya,
akan cenderung merasa nyaman dalam berinteraksi dan berkomunikasi di budaya yang baru, yang
pada akhirnya kondisi tersebut mendorong kesediaanya untuk berbagi pengetahuan. Penelitian
yang dilakukan oleh Messarra et al. (2008:129), Putranto dan Ghazali (2013:7), Chen dan Lin
(2013:686), telah menunjukkan hubungan yang positif diantara kecerdasan budaya individu
terhadap knowledge sharing di lingkungan yang beragam. Hal tersebut menunjukkan, semakin
tinggi kecerdasan budaya seseorang, akan semakin tinggi juga kesediaannya untuk berbagi
pengetahuan dengan rekannya yang berasal dari latar belakang budaya lain.
Kepercayaan antar individu merupakan kepercayaan yang dilihat dari individu terhadap
rekannya. Dalam lingkungan yang beragam, kepercayaan individu mengacu kepada tingkat
keyakinan seseorang terkait kebenaran, kemampuan, dan penilaian baik pada rekannya, serta
keyakinan bahwa latar belakang budayanya tidak akan menganggu kepentingan masing-masing
pihak. Ketika seseorang memiliki kepercayaan terhadap rekannya, maka dia akan bersedia untuk
berbagi informasi dan pengetahuannya. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan
positif diantara kepercayaan antar individu terhadap kesediaan untuk berbagi pengetahuan. Seperti
yang dilakukan oleh Hauge (2012:42), Wang et al. (2014:384), Park et al. (2015:64), dan Khesal
et al. (2013:499) yang menunjukkan bahwa, kepercayaan antar individu berperan penting dalam
mendorong kesediaan berbagi pengetahuanya. Sehingga semakin tinggi kepercayaan antar
individu, maka akan semakin tinggi juga kesediaannya dalam berbagi pengetahuan.
Kecerdasan Budaya
1. Menikmati interaksi
dengan budaya lain
2. Mampu menghadapi stres
karena interaksi budaya
3. Pengetahuan nila budaya
lain
4. Mengetahui sistem
ekonomi budaya lain
5. Mengetahui tata bahasa
budaya lain
6. Kesadaran pengetahuan Kepercayaan Antar
budaya Individu
7. Mampu memastikan 1. Rasa saling terhubung Keinginan Berbagi
ketepatan budaya 2. Bebas untuk berbagi Pengetahuan
8. Mampu menyesuaikan kesulitan 1. Kesediaan berbagi
bahasa lisan 3. Perasaan kehilangan laporan
9. Mampu menyesuaikan ketika berpisah 2. Kesediaan untuk
kebiasaan 4. Sikap saling mendukung menyediakan catatan
5. Adanya ikatan emosional 3. Niat untuk berbagi
(Ang dan Dyne, 2008) 6. Kepercayaan berdasar pengalaman
profesionalitas 4. Kesediaan untuk berbagi
7. Kepercayaan berdasar ide dan referensi
kemampuan 5. Niat selalu berbagi
8. Kepercayaan akan keahlian dan soft skill
kerjasama
9. Kepercayaan berdasar (Bock et al. 2005)
rasa dihargai
10. Sikap saling mengenlkan
dan percaya
11. Kepercayaan berdasar
kepribadian
(McAllister, 1995)
Efikasi Diri
1. Keyakinan meraih tujuan
2. Keyakinan menyelesaikan
tugas sulit
3. Keyakinan meraih hasil
yang diinginkan
4. Keyakinan berhasil dalam
semua usaha
5. Keyakinan menghadapi
banyak tantangan
6. Keyakinan penyelesaian
tugas yang lebih baik
7. Keyakinan menyelesaikan
berbagai tugas secara efektif
8. Keyakinan menyelesaikan
hal sulit dengan baik
2.5.Hipotesis
Sumber: Pengembangan Penelitian Terdahulu (Chou, 2012; Chua, 2012)
Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono,
2010:96).
Berdasarkan uraian penjelasan keterkaitan hubungan antar variabel dan pokok permasalahan
diatas, hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Efikasi diri mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada keinginan
berbagi pengetahuan.
H2: Kecerdasan budaya mempunyai pengaruh langsung positif dan signifikan
pada kepercayaan antar individu.
H3: Kecerdasan budaya (cultural intelligence) mempunyai pengaruh langsung
positif dan signifikan pada keinginan berbagi pengetahuan.
H4: Kepercayaan antar individu mempunyai pengaruh positif dan signifikan
pada keinginan berbagi pengetahuan.
H5: Kepercayaan antar individu memediasi pengaruh kecerdasan budaya
pada keinginan berbagi pengetahuan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Objek yang dijadikan subjek penelitian pengaruh kecerdasan budaya dan efikasi diri pada
keinginan berbagi pengetahuan dengan kepercayaan antar individu sebagai variabel mediasi
adalah mahasiswa Uissula di Semarang, yaitu Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang
beralamatkan JL. Kaligawe Raya No.Km.4 Terboyo Kulon, Kec. Genuk, Kota Semarang, Jawa
Tenga 501122.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menguji teori, mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif, dan menunjukan hubungan
antar variabel (Sugiyono, 2011:23). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh dari
kecerdasan budaya, dan efikasi diri pada keinginan berbagi pengetahuan (knowledge sharing
intention) dengan dimediasi oleh kepercayaan antar individu mahasiswa.
3.3.1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2011:117) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang akan digunakan
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Ferdinand (2011:215) menyatakan
bahwa populasi merupakan gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal ataupun
orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena
itu dipandang sebagai semesta penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PPs
Unissula tahun angkatan 2013 dan 2014 yang berasal dari Jawa Tengah
3.3.2. Sampel
Sugiyono (2011:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
dari populasi, sampel yang diambil harus bersifat representatif atau mewakili dari populasi.
Sampel merupakan subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi yang dijadikan
sebagai perwakilan populasi (Ferdinand, 2011:215). Dalam pengambilan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan perhitungan slovin dengan tingkat kelonggaran
ketidaktelitian sebesar 7%. Ketidaktelitian sebesar 7% dipilih karena menyesuaikan dengan
sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia (Sugiyono, 2011:128). Tingkat ketelitian 7%
dianggap masih bisa diterima, selama masih dalam rentang 5-10% untuk ilmu sosial. Rumus
Slovin dipakai dikarenakan populasi dalam penelitian ini yaitu jumlah mahasiswa telah diketahui
secara pasti. Berikut rumus penentuan jumlah sampel berdasarkan rumus slovin (Prasetyo dan
Jannah, 2005:137):
𝑁
n = 1+𝑁.𝑒2
Keterangan:
n : Ukuran sampel
N : Ukuran Populasi
Hasil dari perhitungan diketahui sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
512
n=
1+(512.𝑥0,072 )
512
n = 1+(512𝑥0,0049)
512
n = 1+2,51 = 145.8
Teknik pengambilan sampel ada dua, yaitu probability sampling dan non probability
sampling. Teknik probability adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik non
probability sampling adalah teknik memberikan peluang yang sama bagi populasi untuk
dijadikan sampel (Sugiyono, 2011:120). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu non probability dengan purposive sampling, dimana sampel yang ditentukan
berdasarkan pertimbangan tertentu.
Sugiyono (2011:61) variabel penelitian adalah atribut atau obyek penelitian yang
mempunyai variasi tertentu yang digunakan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.
Variabel penelitian dapat meliputi variabel independen, dependen, moderator, intervening, dan
kontrol (Sugiyono, 2011:61). Penelitian ini menguji pengaruh secara langsung antar variabel dan
menguji adanya pengaruh tidak langsung melalui kepercayaan antar individu. Sehingga variabel
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel dependen, independen dan intervening.
Variabel dalam penelitian ini sendiri yaitu: kecerdasan budaya, efikasi diri, kepercayaan antar
individu dan keinginan.
3.4.2.1.Kecerdasan Budaya
Indikator kecerdasan budaya menurut Ang dan Dyne (2008), meliputi: 1) perasaan
menikmati interaksi dengan budaya lain, 2) kemampuan menghadapi stres ketika berinteraksi
dengan budaya lain, 3) pengetahuan akan nilai dan kepercayaan budaya lain, 4) pengetahuan
akan sistem perekonomian budaya lain, 4) pengetahuan akan tata bahasa budaya lain, 6)
kesadaran akan pengetahuan budaya lain yang dimiliki, 7) kemampuan untuk memastikan
ketepatan pengetahuan budaya lain yang dimiliki, 8) kemampuan untuk menyesuaikan bahasa
lisan dari budaya lain dan, 9) kemampuan untuk menyesuaikan isyarat dan kebiasaan dari budaya
lain. Kecerdasan budaya dinilai dengan: (a) meminta mahasiswa menyatakan sejauh mana
kecerdasan budaya yang dimiliki dapat digunakan di lingkungannya (pertanyaan penelitian), dan
(b) hasil evaluasi dari kenyataan apakah mahasiswa memiliki kecerdasan budaya yang dapat
digunakan di lingkungannya (jawaban responden dalam bentuk skala).
3.4.2.2.Efikasi Diri
Indikator efikasi diri menurut Chen et al. (2001), meliputi: 1) keyakinan meraih tujuan, 2)
keyakinan menyelesaikan tugas sulit, 3) keyakinan meraih hasil yang diinginkan, 4) keyakinan
untuk berhasil dalam semua usaha, 5) keyakinan menyelesaikan banyak tantangan, 6) keyakinan
penyelesaian tugas yang lebih baik, 7) keyakinan untuk menyelesaikan berbagai tugas dengan
efektif, 8) keyakinan penyelesaian hal sulit dengan baik. Efikasi diri dinilai dengan: (a) meminta
mahasiswa menyatakan sejauh mana keyakinan diri atas kemampuannya untuk menghadapi
berbagai situasi (pertanyaan penelitian), dan (b) hasil evaluasi dari kenyataan apakah mahasiswa
memiliki keyakinan diri atas kemampuannya untuk menghadapi berbagai situasi (jawaban
responden dalam bentuk skala).
Kepercayaan antar individu dalam penelitian ini mengacu pada keyakinan seseorang
terkait kebenaran, kemampuan, dan penilaian baik pada rekannya, serta keyakinan bahwa latar
belakang budayanya tidak akan menganggu kepentingan masing-masing pihak. Kepercayaan
antar individu dalam penelitian ini tercermin dari persepsi mahasiswa bahwa temannya yang
berasal dari budaya lain dapat dipercaya, baik berdasarkan pada kepercayaan secara kognitif
maupun afektif. Kepercayaan antar individu diukur dengan sebelas item pertanyaan
Interpersonal Trust Measures yang dikembangkan oleh McAllister (1995), dengan menggunakan
skala Likert dimulai dari 1 = dalam ukuran paling kecil sampai dengan 5 = ukuran paling besar
(disesuaikan dengan konteks pertanyaan).
Indikator kepercayaan antar individu menurut McAllister (1995), meliputi: 1) rasa saling
keterhubungan, 2) rasa bebas untuk saling berbagi kesulitan, 3) perasaan kehilangan ketika
terpisah, 4) sikap saling mendukung untuk menghadapi suatu masalah, 5) adanya ikatan
emosional dalam menjalankan suatu aktifitas, 6) kepercayaan berdasarkan profesionalitas, 7)
kepercayaan berdasarkan kemampuan dan prestasi, 8) kepercayaan akan kerjasama yang baik, 9)
kepercayaan berdasarkan rasa dihargai orang lain, 10) sikap saling mengenalkan dan
mempercayai dan, 11) kepercayaan berdasarkan kepribadian dan latar belakang yang dimiliki.
Kepercayaan individu dinilai dengan: (a) meminta mahasiswa (responden) menyatakan sejauh
mana kepercayaan terhadap temannya (pertanyaan penelitian), dan (b) hasil evaluasi dari
kenyataan sejauh mana mahasiswa memiliki kepercayaan terhadap temannya (jawaban
responden dalam bentuk skala).
Tabel 3.1
Indeks skala likert
Alternatif Jawaban Penjelasan Skor
STS Sangat Tidak Setuju 1
TS Tidak Setuju 2
N Netral 3
S Setuju 4
SS Sangat Setuju 5
Sumber: Sugiyono (2011:134)
Sumber: Sugiyono (2011:134)
3.6.1.1.Uji Validitas
Ghozali (2013:52) mendeskripsikan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur valid
atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu instrumen dapat dinyatakan valid jika setiap pertanyaannya
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur instrumen tersebut. Validitas menunujukkan
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Pengujian validitas membutuhkan bantuan penggunaan program SPSS. Validitas sebuah item
pertanyaan indikator dapat dilihat dalam output nilai sig hitung (2 tailed) pearson correalation
pada baris total konstruk. Jika nilai sig hitung < sig. tabel maka butir item pertanyaan dinyatakan
valid. Uji validitas pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS for
Windows 22. Hasil uji validitas variabel keinginan berbagi pengetahuan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3.2
Berdasarkan tabel 3.2 diatas, diketahui bahwa 5 butir item pertanyaan knowledge sharing
seluruhnya memenuhi kriteria validitas dengan nilai sig alpha hitung < 0,05 yang
mengindikasikan item pertanyaan tersebut valid. Dengan demikian item tersebut dapat dikatakan
mampu mengukur apa yang diukur oleh pertanyaan tersebut.
Untuk hasil uji validitas variabel kecerdasan budaya dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Berdasarkan tabel 3.3 diatas, diketahui bahwa 9 butir item pertanyaan kecerdasan budaya
seluruhnya memenuhi kriteria validitas, dengan nilai sig alpha hitung < 0.05 yang
mengindikasikan item pertanyaan tersebut valid. Dengan demikian item tersebut dapat dikatakan
mampu mengukur apa yang diukur oleh pertanyaan tersebut.
Untuk hasil uji validitas variabel efikasi diri dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.4
Berdasarkan tabel 3.4 diatas, diketahui bahwa 8 butir item pertanyaan efikasi diri
seluruhnya memenuhi kriteria validitas, dengan nilai sig alpha hitung < 0.05 yang
mengindikasikan item pertanyaan tersebut valid. Dengan demikian item tersebut dapat dikatakan
mampu mengukur apa yang diukur oleh pertanyaan tersebut.
Hasil uji validitas variabel kepercayaan antar individu dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 3.5
Berdasarkan tabel 3.5 diatas, diketahui bahwa 11 butir item pertanyaan kepercayaan antar
individu seluruhnya memenuhi kriteria validitas, dengan nilai sig alpha hitung < 0.05 yang
mengindikasikan item pertanyaan tersebut valid. Dengan demikian item tersebut dapat dikatakan
mampu mengukur apa yang diukur oleh pertanyaan tersebut.
3.6.1.2.Uji Reliabilitas
Ghozali (2013:47) menyatakan reliabilitas adalah alat ukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan menunjukan kekonsistenan atau stabil dari waktu
kewaktu. Untuk menguji reliabilitas instrumen dapat menggunakan teknik Cronbach alpha
dengan bantuan SPSS. Suatu konstruk atau variabel dikatakan realibel jika memberikan nilai
Cronbach alpha > 0.70 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2013:47).
Dalam penelitian ini pengukuran menggunakan bantuan SPSS 22 dalam menguji validitas
dan reliabilitas instrumen kuesioner. Pengukuran reliabilitas menggunakan One Shot atau
pengukuran sekali saja yaitu pengukurannya hanya dilakukan sekali yang kemudian hasilnya
dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Pengujian reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α) yang tersedia dalam SPSS
22. Hasil uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.7 dibawah ini
dan hasil Output SPSS 22 terlampir.
Tabel 3.6
Keingan Berbagi
1
Pengetahuan 0.785 0.7 reliabel
Kecerdasan
2 Budaya 0.822 0.7 reliabel
3 Efikasi Diri 0.868 0.7 reliabel
Kepercayaan
0.915 0.7 reliabel
4 Antar Individu
Hasil uji menggunakan SPSS 22 yang terlihat pada tabel 3.7 menunjukan bahwa nilai
cronbach’s alpha dari semua instrumen variabel penelitian > 0.70 maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen pada variabel keinginan berbagi pengetahuan, kecerdasan budaya, efikasi diri,
dan kepercayaan antar individu adalah reliabel.
Keterangan:
Tabel 3.7
1 10,00 – 40 Rendah
2 40,01 – 70 Sedang
Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan
hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. Analisis
statistik inferensial dibagi atas dua yaitu statistik inferensial parametrik dan non parametrik
(Ferdinand, 2011:304). Dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik inferensial parametrik
yaitu analisis regresi linear dan analisis kausalitas jalur (path analysis). Teknik analisis ini dapat
digunakan setelah model regresi terbebas dari gejala asumsi klasik.
3.6.4.1.Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel penggangu
atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:160). Terdapat dua cara mendeteksi
apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan metode grafik. Uji statistik yang
dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah dengan uji stastistik non-parametrik
Kolmogrov-Smirnov (K-S).
3.6.4.2.Uji Multikoloniearitas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013:105). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikoloniearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut:
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi
secara individual veriabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
3. Multikoloniearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation model
(VIF).Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya
multikoloniearitas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
3.6.4.3.Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,
2013:139). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Adapun cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai
berikut:
1. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPREED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED. Jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Melihat hasil uji Glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap
variabel dependen. Apabila nilai signifikansi variabel independen dari hasil uji
Glejser lebih dari signifikansi α = 0.05 maka dapat disimpulkan model regresi
terbebas dari heteroskedastisitas.
Dalam penelitian ini menggunakan data ordinal dan untuk menguji hipotesis, penguji
mengunakan uji signifikansi parameter individual (uji t). Menurut Ghozali (2013:98), uji statistik
t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan signifikansi level 5% (α =
0.05). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0: variabel independen secara parsial tidak berpengaruh pada variabel dependen
a. Jika nilai sig hitung < sig tabel (α = 0.05) maka terdapat
pengaruh signifikan antara variabel independen pada variabel
dependen.
b. Jika sig hitung > sig tabel (α = 0.05), maka terdapat pengaruh
signifikan antara variabel independen pada variabel dependen.
c. Menetukan t tabel dapat dilihat dari deegre of freedom (df) = n
- 2, dalam hal ini (n) adalah jumlah sampel (Ghozali, 2011:53).
Sehingga dalam penelitian ini besarnya (df) dihitung 146 - 2 =
144. Dengan alpha 0.05 dan uji dua sisi dapat dilihat t tabel
sebesar (1.960).
Dalam analisis model jalur (path), harus terlebih dahulu dibuat model jalur untuk
menguji ada tidaknya peran mediasi. Model jalur merupakan suatu diagram yang
menghubungkan antara variabel bebas, perantara dan tergantung (Sarwono, 2007:4). Dalam
analisis jalur, pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak panah, dimana anak panah
tunggal menunjukan hubungan sebab akibat antara variabel exogenous dan endogenus. Untuk
mengukur ada tidaknya pengaruh mediasi atau intervening menggunakan perbandingan koefisien
jalur. Koefisien jalur sendiri menurut Sarwono (2007:4) adalah koefisien regresi standar yang
menunjukan pengaruh langsung suatu variabel bebas dan variabel tergantung dalam suatu model.
Koefisien jalur dihitung dengan membuat dua persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang
menunjukan hubungan yang dihipotesiskan (Ghozali 2013:251). Dibawah ini merupakan model
jalur yang dibuat berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Panel A
Kepercayaan Antar
Individu (Y1)
Panel C
Gambar 3.1. Panel A Hubungan Langsung X2 Pada Y2, Panel B
Hubungan Tidak Langsung X2 Pada Y2 melalui Y1, Panel C Hubungan
X1 Pada Y2
Kecerdasan
Budaya (X1)
b3
b2 e2 e3
Keinginan
Kepercayaan Berbagi
Antar Individu Pengetahuan (Y2)
(Y1)
b4
e1
Efikasi Diri (X2)
b b1
Berdasarkan gambar 3.2 tersebut maka dapat disusun persamaan strukturalnya, sebagai
berikut:
Y2 = α + b1X2 + e1 (I)
Y1 = b2 X1 + e2 (II)
Y2 = b3 X1 + b4Y1 + e3 (III)
Keterangan:
X1 = Kecerdasan Budaya
X2 = Efikasi Diri
b1 = Koefisien regresi X2 ke Y2
b2 = Koefisien jalur X1 ke Y1
b3 = Koefisien jalur X1 ke Y2
b4 = Koefisien jalur Y1 ke Y2
e1 = error struktur 1
e2 = error struktur 2
e3 = error struktur 3
Untuk error 1 (e1) merupakan error struktural dari model regresi linear (tanpa mediasi),
sehingga rumus untuk menghitungnya menggunakan e1= (100% - adjusted R2%) (Ghozali,
2013:100). Sedangkan untuk error 2 (e2) dan error 3 (e3) merupakan error struktural dari model
analisis jalur (dengan mediasi), sehingga rumus untuk menghitungnya dapat menggunakan √1 −
𝑅2 (Ghozali, 2013:254).
Pengaruh efikasi diri pada keinginan berbagi pengetahuan dilihat dari: nilai koefisien
regresi (b1)
a. Pengaruh langsung = b3
Untuk menguji apakah pengaruh mediasi (tidak langsung) yang ditunjukan dari analysis
path diatas signifikan atau tidak, dapat diuji dengan menggunakan Sobel test (Ghozali,
2013:255). Adapun langkah yang digunakan dalam menguji signifikansi sobel test yaitu :
1. Menghitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung, dengan rumus :
Keterangan :
b2 : Koefisien jalur X1 ke Y1
b4 : Koefisien jalur Y1 ke Y2
𝑏2𝑏4
t = 𝑆𝑏2𝑏4
3. Membandingkan nilai t statistik dari pengaruh tidak langsung (mediasi) dengan t tabel
pada (df) sebesar 144, yaitu sebesar (1.960). Jika t statistik > t tabel (1.960) maka
pengaruh mediasi dapat dikatakan signifikan, dengan kata lain kepercayaan antar
individu memediasi pengaruh kecerdasan budaya pada keinginan berbagi
pengetahuan. Akan tetapi, jika t statistik < t tabel (1.960) maka pengaruh mediasi
tidak signifikan, dengan kata lain kepercayaan antar individu tidak memediasi
pengaruh kecerdasan budaya pada keinginan berbagi pengetahuan.
Menurut Baron dan Kenny (1986:1177), Preacher dan Hayes (2004:717) pengaruh
mediasi dapat dikatakan mediasi sempurna (perfect mediation) ketika: a) Koefisien jalur dari
variabel bebas (kecerdasan budaya) ke variabel intervening (kepercayaan antar individu) atau b2
signifikan, b) Koefisien jalur dari variabel intervening (kepercayaan antar individu) ke variabel
terikat (keinginan berbagi pengetahuan) atau b4 signifikan. c) Koefisien jalur dari variabel bebas
(kecerdasan budaya) ke variabel terikat (keinginan berbagi pengetahuan), yang dikontrol oleh
variabel intervening (kepercayaan antar individu) atau b3 tidak signifikan. Sedangkan ketika
koefisien jalur dari variabel bebas (kecerdasan budaya) ke variabel terikat (keinginan berbagi
pengetahuan), yang dikontrol oleh variabel intervening (kepercayaan antar individu) atau b3
tetap signifikan maka terjadi mediasi parsial (partial mediation).
BAB IV
4.1.Hasil Penelitian
Gambaran Umum Objek Penelitian
Empat komitmen tersebut adalah: (1) Komitmen konservasi; (2) Komitmen untuk
membangun organisasi yang sehat; (3) Komitmen untuk mencapai keunggulan dalam era
kompetisi global yang semakin kuat; dan (4) Komitmen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh civitas akademika, staf administrasi, alumni dan masyarakat dengan berbasis pada
kinerja layanan publik yang prima. Keempat komitmen ini diharapkan dapat mendukung upaya
terwujudnya PPs Unissula yang mampu berprestasi pada taraf internasional. Atas dasar
pemikiran di atas, maka dirumuskan visi yaitu: Sebagai tempat pengembangan dan
penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni bertaraf internasional dan bernilai
konservasi yang sehat, unggul, dan sejahtera.
Misi PPs Unissula sendiri yaitu: 1) Menyelenggarakan pendidikan jenjang strata dua (S2)
dan strata tiga (S3) kependidikan dan nonkependidikan yang berorientasi pada kebutuhan
pembangunan nasional dan internasional dalam rangka peningkatan kualitas hidup yang bernilai
konservasi, sehat, unggul, dan sejahtera. 2) Melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni di bidang kependidikan dan nonkependidikan dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup yang bernilai konservasi, sehat, unggul, dan sejahtera. 3)
Menjalankan peran sebagai pasangan pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam
memberikan bantuan konsultasi dan pelatihan dalam berbagai bidang (baik kependidikan
maupun nonkependidikan) kepada aparat pemerintah dan atau masyarakat secara konstruktif dan
produktif.
Analisis deskripsi pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor demografi
responden. Karakteristik atau latar belakang responden yang akan dideskripsikan dalam
penelitian ini adalah daerah asal, tahun angkatan, jenis kelamin, dan pengalaman sebelumnya
tinggal di Semarang.
Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian regresi dilakukan. Tujuan dari pengujian
ini adalah untuk memastikan bahwa data akan memberikan hasil yang BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator).
4.1.2.1. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel penggangu
atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis uji
normalitas yaitu dengan metode visual grafik p-plot dan metode uji statistik nilai Kolmogrov-
Smirnov. Dalam grafik probability plot, data dikatakan terdistribusi normal jika penyebaran titik-
titik disekitar garis diagonal dan penyebaran mengikuti garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan untuk menentukan data terdistribusi normal atau tidak
dengan metode uji Kolmogrov-Smirnov pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi >
0.05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0.05 maka data
tersebut tidak berdistribusi normal untuk mengetahui normalitas residual dapat dilihat pada
gambar grafik dibawah ini:
Gambar. 4.3 Grafik Normal P-Plot dengan Keinginan Berbagi Pengetahuan (Y2),
Kepercayaan Antar Individu (Y1) dan Kecerdasan Budaya (X1)
Berdasarkan gambar 4.1 yang menunjukkan bahwa efikasi diri pada keinginan berbagi
pengetahuan terbukti terdistribusi normal karena ditandai dengan penyebaran data disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa data variabel
kecerdasan budaya pada kepercayaan antar individu terbukti terdistribusi normal ditandai dengan
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Demikian juga pada
gambar 4.3 menunjukkan bahwa kecerdasan budaya, dan kepercayaan antar individu pada
keinginan berbagi pengetahuan terbukti terdistribusi normal ditandai dengan data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Untuk memperkuat hasil yang didapat
pada grafik normalitas p-plot, maka digunakan uji normalitas Kolmogrof-Smirnov (K-S) yang
hasilnya dapat dilihat di tabel dibawah ini dan hasil output SPSS dapat dilihat pada lampiran.
Dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji statistik t yang
pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independent yaitu kecerdasan
budaya, kepercayaan antar individu, dan efikasi diri secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependent yaitu keinginan berbagi pengetahuan. Hipotesis dikatakan diterima
apabila t hitung > t tabel dengan sig hitung < sig disyaratkan (0.05).
Coefficientsa
B Std. Beta
Error
Model Summary
Mo R R Adjuste Std.
del Square d R Square Error of the
Estimate
Hasil uji statistik parsial efikasi diri pada keinginan berbagi pengetahuan yang
dapat dilihat pada tabel 4.13, menunjukkan bahwa t hitung sebesar 4.052 > t tabel (1.960) dengan
nilai sig 0.000 < (0.05). Angka tersebut mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya, Hipotesis 1 dalam penelitian yang menyatakan bahwa “Efikasi diri mempunyai
pengaruh positif dan signifikan pada keinginan berbagi pengetahuan” terbukti yang berarti
hipotesis diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri mempunyai pengaruh yang
berarti pada keinginan berbagi pengetahuan. Sehingga, ketika efikasi diri yang dirasakan oleh
mahasiswa tinggi, maka keinginan berbagi pengetahuan yang ditunjukkan oleh mahasiswa juga
tinggi. Persamaan regresi dari pengaruh efikasi diri pada keinginan berbagi pengetahuan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Regresi 1: Y2 = α + b1X2 + e1
Analisis jalur (path analysis) merupakan perluasan dari analisis regresi berganda, yang
digunakan untuk mengukur hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapakan
sebelumnya. Adapun variabel kausalitas yang di uji dalam penelitian ini adalah kecerdasan
budaya pada keinginan berbagi pengetahuan, dan apakah hubungan kecerdasan budaya pada
keinginan berbagi pengetahuan dimediasi oleh kepercayaan antar individu. Dalam penelitian ini,
efikasi diri tidak di uji secara kausalitas dikarenakan pengaruh efikasi diri pada keinginan
berbagi pengetahuan dalam penelitian ini tidak diuji melalui mediasi.
Regresi 2: Y1 = b2 X1 + e2
Regresi 3: Y2 = b3 X1 + b4 Y1 + e3
Persamaan regersi 2: yaitu dimana kepercayaan antar individu sebagai variabel dependen
(Y1), b2 merupakan nilai standardized coefficients beta kecerdasan budaya (X1). Sedangkan pada
regresi 3: yaitu keinginan berbagi pengetahuan (Y2) sebagai variabel dependen, b3 merupakan
nilai standardized coefficients beta kecerdasan budaya (X1), dan b4 merupakan nilai standardized
coefficients beta dari kepercayaan antar individu (Y1).
4.1.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terbukti efikasi diri mempunyai
pengaruh positif signifikan pada keinginan berbagi pengetahuan. Hal ini ditunjukkan dari nilai
coefficient t hitung sebesar 4.052 > t tabel (1.960) dengan nilai sig 0.000 > 0.05 dari uji parsial.
Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri mempengaruhi timbulnya keinginan berbagi
pengetahuan mahasiswa PPs Unnes. Keyakinan diri mahasiswa dalam menghadapi berbagi
tuntutan perkuliahan mampu meningkatkan keinginan mereka dalam berbagi pengetahuan baik
yang bersifat eksplisit mamupun implisit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chou (2012:145), Li C.Y (2012:8), dan Hosseini et al. (2014:36) yang
menunjukkan bahwa efikasi diri seseorang mempunyai pengaruh positif terhadap keinginan
berbagi pengetahuannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Efikasi diri mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada keinginan berbagi
pengetahuan yang ditunjukkan mahasiswa PPs Universitas Sultan Agung. Artinya,
semakin tinggi efikasi diri mahasiswa PPs Unissula dalam menghadapi berbagai tuntutan
perkuliahan, akan meningkatkan keinginan mereka untuk saling berbagi pengetahuan.
2. Kecerdasan budaya mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada kepercayaan antar
individu yang ditunjukkan mahasiswa PPs Universitas Islam Sultan Agung. Kemampuan
dan pengetahuan aspek-aspek budaya lain yang dimiliki mahasiswa PPs mampu
meningkatkan rasa saling percaya diantara mereka, baik kepercayaan emosional (afektif)
ataupun kognitif.
3. Kecerdasan budaya tidak mempunyai pengaruh signifikan pada keinginan berbagi
pengetahuan yang ditunjukkan oleh mahasiswa PPs . Kemampuan dan pengetahuan aspek
budaya yang dimiliki mahasiswa PPs tidak mampu mendorong kesediaan mereka untuk
saling berbagi pengetahuan.
4. Kepercayaan antar individu mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada keinginan
berbagi pengetahuan yang ditunjukkan oleh mahasiswa. Semakin tinggi kepercayaan
diantara mahasiswa PPs, akan semakin menignkatkan keinginan mereka untuk saling
berbagi pengetahuan.
5. Kepercayaan antar individu memediasi pengaruh antara kecerdasan budaya pada keinginan
berbagi pengetahuan mahasiswa. Kepercayaan antar individu sangat berperan penting
dalam mengarahkan kecerdasan budaya yang dimiliki mahasiswa PPs Unissula kedalam
bentuk keinginan berbagi pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abzari, Mehdi., Arash Shahin, dan Ali Abasaltian. 2014. “Developing a Conceptual
Framework For Knowledge Sharing Behavior by Considering Emotional, Social and Cognitive
Intelligence Competencies”. Dalam Kuwait Chapter of Arabian Journal of Business and
Management Review, Volume 4 No. 1. Hal: 230-241.
Allameh, Sayyed Mohsen, et al. 2012. “An analysis of factors affecting staffs
knowledge sharing in the central library of the University of Isfahan using the extension of Theory
of Reasoned Action”. Dalam International Journal of Human Resource Studies. Volume 2 No. 1.
Hal:158-174 Macrothink Institute.
Ang, Soon., dan Linn Van Dyne. 2008. “Conceptualization of Cultural Intelligence,
Definition, Distinctivneness, and Nomological Network”. Dalam S. Ang dan L. Van Dyne (Ed),
Handbook of cultural intelligence: theory, measurement, and applications. New York: M.E
Sharpe. Hal: 3-15.
Ang, Soon., Linn Van Dyne, dan Christine Koh. 2006. “Personality Correlates of
the Four-Factor Model of Cultural Intelligence”. Dalam Group & Organization Management.
Volume 31 No.1. Hal: 100-123 Sage Publications.
Ang, Soon, et al. 2007. “Cultural Intelligence: Its Measurement and Effects on
Cultural Judgment and Decision Making, Cultural Adaptation and Task Performance”. Dalam
Management and Organization Review. Volume 3 No.3. Hal: 335-371 Blackwell Publishing Ltd.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian (Edisi Revisi). PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Bandura, Albert., dan Nancy E. Adams. 1977. “Analysis of Self fficacy Theory of
Behavioral Change”. Dalam Cognitive Therapy and Research. Volume 1 No. 4. Hal: 287-310
Plenum Publishing Corporation.
Bandura, Albert. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. Nw York: W.H.
Freedman and Company.
Baron, Reuben M., dan David A. Kenny. 1986. “The Moderator-Mediator Variable
Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical
Considerations”. Dalam Journal of Personality and Social Psychology. Volume 51, No. 6. Hal:
1173-1182 the American Psychological Association, Inc.
Chen, M. Liang., dan Chieh-P. Lin. 2013. “assessing the effects of cultural
intelligence on team knowledge sharing from a socio-cognitive perspective”. Dalam Human
Resources Management. Volume 52 No. 5. Hal: 675-695 Wiley Periodicals, Inc.
Chen, Irene Y.L, N.S Chen, and Kinshuk.2009. “Examining the Factors Influencing
Participants’ Knowledge Sharing Behavior in Virtual Learning Communities. Dalam Educational
Technology & Society. Volume 12 No. 1. Hal:134–148 International Forum of Educational
Technology & Society.
Chen, Gilad., Stanley M. Gully, dan Dov Eden. 2001. “Validation of a New General
Self-Efficacy Scale”. Dalam Organizational Research Methods. Volume 4 No. 1. Hal: 62-83 Sage
Publications, Inc.
Chiu, Chao-Min, Meng-H. Hsu, dan Eric T.G Wang. 2006. “Understanding
knowledge sharing in virtual communities: An integration of social capital and social cognitive
theories”. Dalam Decision Support Systems. Volume 42. Hal: 1872–1888 Elsevier B.V. All rights
reserved.
Chou, Y. Min. 2012. “Virtual Teamwork and Human Factors: A Study in the Cross-
national Environment”. Thesis. RMIT University, Australia.
Chua, Roy Y.J., Michael W. Morris, dan Shira Mor. 2012. “Collaborating across
cultures: Cultural metacognition and affect-based trust in creative collaboration”. Dalam
Organizational Behavior and Human Decision Processes. Hal: 116-131 Elsevier Inc.
Crowne, Kerri Anne. 2008. “What leads to cultural intelligence?”. Dalam Business
Horizons. Hal: 391-399 Kelley School of Business, Indiana University.
Cyr, Sylvio., dan Chun Wei Choo. 2010. “The individual and social dynamics of
knowledge sharing: an exploratory study”. Dalam Journal of Documentation. Volume 66 No. 6.
Hal: 824-846 Emerald Group Publishing Limited.
De Vries, Reinout E., Bart van den Hooff, dan Jan A. de Ridder. 2006. “Explaining
Knowledge Sharing The Role of Team Communication Styles, Job Satisfaction, and Performance
Beliefs”. Dalam Communication Research. Volume 33 No. 2. Hal: 115-135 Sage Publications.
Dirks, Kurt T. 1999. “The Effects of Interpersonal Trust on Work Group
Performance”. Dalam Journal of Applied Psychology. Volume 84. Hal: 445-455.
Earley, P.C., dan Soon Ang. 2003. Cultural Intelligence: Individual Across
Culture. California: Stanford University Press.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi (Cetakan ke-7). Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
Goh, See Kwong., dan Manjit S. Sandhu. 2013.“Knowledge Sharing Among
Malaysian Academics: Influence of Affective Commitment and Trust”. Dalam Electronic Journal
of Knowledge Management. Volume 11 No. 1 Hal: 38-48 Academic Publishing International Ltd
Gorji, M., dan Hamid Ghareseflo. 2011. “The survey of relationship between
cultural intelligence and emotional intelligence with employee’s performance”. Dalam
International Conference on E-business, Management and Economics IPEDR. Volume 25. Hal:
175-180 IACSIT Press, Singapore.
Hassan, Masoodul., dan Fatih Semerciöz. 2010. “Trust In Personal And Impersonal
Forms Its Antecedents And Consequences: A Conceptual Analysis Within Organizational
Context”. Dalam International Journal of Management & Information Systems. Volume 14 No. 2.
Hal: 67-84.
Hoy, Wayne K., Megan T. Moran. 1999. “Five Face of Trust: An Empirical
Confirmation in Urban Elementary Schools”. Dalam Journal of School Leadership. Volume 9.
Hal: 185-208 Technomic Publishing Co, Inc.
Hsu, Y. Shan. 2012. “Knowledge Transfer Between Expatriates and Host Country
Nationals: A Social Capital Perspective”. Thesis. University of Wisconsin-Milwaukee.
Isfahani, A. Nasr., R.B.N Jooneghani, dan Marsa Azar. 2013. “Analyzing the
Effects of Cultural Intelligence on Employee Performance in Azaran Industrial Group (Isfahan
Province)”. Dalam International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences.
Volume 3 No. 5. Hal: 363-376 HRmars.
Khesal, S.M., et al. 2013. “The Impact of Trust on Knowledge Sharing”. Dalam
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Volume 5 No. 2. Hal: 495-501
Institute of Interdisciplinary Business Research.
Mayer, Roger C., et al. 1995. “An Integrative Model of Trust Organizational Trust”.
Dalam Academy of Management Review. Volume 20 No. 3. Hal: 709-734 JSTOR.
Messarra, Lella., Silvia Karkoulin, dan Aida Younes. 2008. “Four Facets of
Cultural Intelligence Predictors of Knowledge Sharing Intentions”. Dalam Review of Business
Research. Volume 8 No. 5. Hal: 126-131.
Ng, Kok-Yee., dan P.C Earley. 2006. “Culture + Intelligence old constructs, new
frontiers”. Dalam Group & Organization Management. Volume 31 No. 1. Hal: 4-19 Sage
Publications.
Noh, Jae Hang. 2013. “Employee Knowledge Sharing In Wor Teams: Effect of
team Diversty, Emergent States, and Team Leadership”. Thesis. University of Minnesota
Nonaka, Ikujiro., dan Noboru Konno. 1998. “The Concept of “Ba”: Building a
Foundation For Knowledge Creation”. Dalam California Management Review. Volume 40 No. 3.
Hal: 40-54.