KELOMPOK.6 :
SYIFA AZZAHRA 2014301089
TEGAR ABILAH 2014301090
TIMIKA ATHAAFI OLIVIA 2014301091
TRISAN TYA 2014301092
UMI RAHMAWATI 2014301093
VERA NITA MEILYA ROSA 2014301094
VIVI APRILLIA W. 2014301095
WARDAH ALAYA 2014301096
ZULNISA W. 2014301097
ANDREAN 2014301098
ANNISA HARTATI 2014301099
DWI INTAN SARI 2014301100
TINGKAT 1 REGULER 2
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TJK
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-Nya
yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “KOMUNIKASI
DALAM KONTEKS SOSIAL DAN KEANEKARAGAMAN BUDAYA SERTA KEYAKINAN” ini tanpa
adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis
panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga
kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah
di tentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha
penulis selama ini.
PENULIS
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I KOMUNIKASI SOSIAL..............................................................................
1.1 Pengertian.........................................................................................
1.2 Fungsi Komunikasi Sosial...................................................................
1.2.1 Pembentukan konsep diri..................................................
1.2.2 Pernyataan eksistensi diri..................................................
1.2.3 Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan
memperoleh kebahagiaan
...........................................................................................
BAB II KOMUNIKASI BUDAYA
..........................................................................................................................
2.1 Pengertian
.................................................................................................................
2.2 Hakikat Komunikasi Antarbudaya
.................................................................................................................
2.2.1 Enkulturasi
.......................................................................................................
2.2.2 Akulturasi
.......................................................................................................
2.3 Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya
.................................................................................................................
2.3.1 Fungsi Pribadi
.......................................................................................................
2.3.2 Fungsi Sosial
.......................................................................................................
2.4 Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya
.................................................................................................................
2.4.1 Relativitas Bahasa
.......................................................................................................
2.4.2 Bahasa Sebagai Cermin Budaya
.......................................................................................................
2.4.3 Mengurangi Ketidak-pastian
.......................................................................................................
2.4.4 Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
.......................................................................................................
2.4.5 Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
.......................................................................................................
2.4.6 Memaksimalkan Hasil Interaksi
.......................................................................................................
BAB III KOMUNIKASI KEYAKINAN
..........................................................................................................................
3.1 Pengertian
.......................................................................................................
3.2 Manfaat Dari Model Komunikasi Keyakinan Kesehatan
.......................................................................................................
3.3 Kosep Dari Model Komunikasi Keyakinan Kesehatan
.......................................................................................................
3.4Faktor-Faktor Esensial Dari Model Komunikasi Keyakinan
Kesehatan
................................................................................................
3.5 Konseptual Model Komunikasi Keyakinan Kesehatan
.......................................................................................................
3.6 Model Komunikasi Keyakinan Kesehatan Menurut Para Ahli
................................................................................................
3.6.1 Ancaman
................................................................................................
3.6.2 Harapan
................................................................................................
3.6.3 Pencetus tindakan
................................................................................................
3.6.4 Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur,
jenis kelamin/gender, sukubangsa)
.......................................................................................
3.6.5 Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri
untuk melakukan tindakan itu)
.......................................................................................
3.7 Ruang Lingkup Dan Aplikasi Model Komunikasi Keyakinan
Kesehatan
..........................................................................................................
BAB IV PENUTUP
...................................................................................................................
4.1 KESIMPULAN
..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................................................
BAB I
KOMUNIKASI SOSIAL
1.1 Pengertian
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi. Manusia
mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala dikucilkan sama sekali sehingga ia
tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi
merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif
manusia sengaja melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Memang apabila manusia dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya seperti hewan, ia
tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu mencari makan
sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan
dengan alat-alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri.
Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan komunikasi adalah persyaratan yang utama
dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk
berkomuikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam
kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya berinteraksi dengan sesama,
karena manusia tercipta sebagai mahluk sosial.
Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat diselidiki dan
dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam masyarakat secara lebih
mendalam dan terorganisir
1.2 Fungsi Komunikasi Sosial
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan tersesat,
karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi yang
memungkin individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai
pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi
situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan
memperlakukan manusi lain secara beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus
dipelajari lewat pengasuhan kluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah
komunikasi.
Implasif adalah fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para
ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal
balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi,
dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya.
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari dalam:
pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk kelangsungan hidup,
memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan.
BAB II
KOMUNIKASI BUDAYA
2.1 Pengertian
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan
dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah
komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau
perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan
dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Hamid Mowlana
menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries.
Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari
berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt
mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang
yang berbeda budayanya.
Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among people
of diverse culture.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya
adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku
manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.
Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang
membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan.
Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks
dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan. Melalui pertukaran sistem simbol
yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah
keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat
karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok
sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan
pelbagai cara.
2.2 Hakikat Komunikasi Antarbudaya
2.2.1 Enkulturasi
Tarian adalah salah satu bentuk enkulturasi budaya yang ditransmisikan sejak kecil
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya.
Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok,
teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-
guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.
2.2.2 Akulturasi
Cina dan Inggris yang berakulturasi
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui
kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran
kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan
dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku,
serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok
imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
2.3 Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya
2.3.1 Fungsi Pribadi
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap
unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna
yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus
komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator
dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan
prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya
memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan
sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan
dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
c. Menambah Pengetahuan
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau
mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu
kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer
dan hubungan yang simetris. Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak
mempunyai perlaku yang berbeda.
Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain.
Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan.
Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin
pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.
2.3.2 Fungsi Sosial
a. Pengawasan
BAB III
KOMUNIKASI KEYAKINAN
3.1 Pengertian
Model Keyakinan Kesehatan (Health Belif Model-HBM) dikembangkan sejak 1950 olehn
kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini
digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program
pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering dipertimbangkan sebagai kerangka
utama perilaku kesehatan yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang kesehatan.
Selain itu, model keyakinan kesehatan digunakan untuk mengidentifikasi prioritas beberapa
faktor penting yang berdampak terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam
situasi yang tidak menentu (Rosenstock, 1990).
Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap isu
keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut merupakan kesimpulan
dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alasan individu melakukan atau tidak
melakukan tindakan kesehatan, berkaitan dengan berbagai hubungan variasi yang lebih
luas. Isu tersebut juga memberikan dukungan penting dari Model Keyakinan Kesehatan
dalam menjelaskan prilaku pencegahan dan respns terhadap gejala atau diagnosis penyakit.
Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan untuk
meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut Model Keyakinan Kesehatan,
tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi secara langsung dari
hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain ancaman yang dirasakan setara
penilaian terhadap keuntungan dan kerugian.
Acaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness)
mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau rasa sakt benar-benar
mengancan dirinya. Jika ancaman meningkat, maka perilaku pencegahan juga akan
meningkat. Penilaian tentang ancaman berdasar pada kerentanan (perceived vurnerabilitiy)
dan derajat keparahan (perceived severity) yang dirasakan. Induidu mungkin dapat
menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi. Individu mengevaluasi
keseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah dirinya sendiri atau penyakit
sengaja tidak ditanagani.
Pertimbanagan antara keuntungan dan kerugian perilaku memengaruhi seseorang
untuk memutuskan melakukan melakukan tindakan pencegahan atau tidak. Petunjuk
berperilaku yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position)
diduga tepat memulai proses perperilaku. Hal ini berupa berbagai informasi dari luar atau
nasihat mengenai permasalahan kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nasihat
orang lain, pengalaman penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman.
Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi oleh berbagai
variabel, yaitu variabel demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang budaya), variabel
sosiopsikologis (kepribadaian, kelas, sosial, tekanan sosial),dan variabel struktrual
(pengetahuan dan pengalaman sebelumnya). Sebagai contoh, orang tua dan remaja akan
memandang penyakit jantung atau kanker secara berbeda. Sikap orang sudah memiliki
pengalaman dan penyakit tertentu akan berbeda dibandingkan orang yang tidak memiliki
pengalaman ini.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana &
petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi
tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa
perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi
oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan,
interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan
pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
3.5 Konseptual Model Komunikasi Keyakinan Kesehatan.
a. Model asli termasuk empat konstruk:
b. Dirasakan kerentanan (penilaian individu terhadap risiko mereka mendapatkan
kondisi).
c. Persepsi tingkat keparahan (penilaian individu terhadap keseriusan kondisi, dan
potensi konsekuensinya).
d. Persepsi hambatan (penilaian individu dari pengaruh yang memfasilitasi atau
menghambat adopsi dari perilaku dipromosikan).
e. Merasakan manfaat (penilaian individu konsekuensi positif dari mengadopsi
perilaku).
Sebuah varian dari model ini termasuk biaya yang dirasakan mengikuti intervensi yang
ditentukan sebagai salah satu keyakinan inti. Konstruksi dari faktor mediasi kemudian
ditambahkan untuk menghubungkan berbagai jenis persepsi dengan perilaku kesehatan
meramalkan:
a. Demografi variabel (seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan).
b. Sosio-psikologis variabel (seperti status sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping).
c. Dirasakan efikasi (individu penilaian diri dari kemampuan untuk berhasil mengadopsi
perilaku yang diinginkan).
d. Isyarat untuk tindakan (pengaruh eksternal mempromosikan perilaku yang
diinginkan, mungkin termasuk informasi yang diberikan atau dicari, pengingat kuat
oleh orang lain, komunikasi persuasif, dan pengalaman pribadi).
e. Kesehatan motivasi (baik individu didorong untuk tetap pada tujuan kesehatan
tertentu).
f. Dirasakan kontrol (ukuran tingkat self-efficacy).
g. Ancaman (baik bahaya yang dikenakan dengan tidak melakukan tindakan kesehatan
tertentu yang dianjurkan adalah besar)
Prediksi dari model tersebut adalah kemungkinan individu yang bersangkutan untuk
melakukan tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti kebijakan kesehatan
preventif dan kuratif).
3.6.2 Harapan
a. Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan.
b. Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu.
Kelemahan :
a. Bersaing dengan kepercayaan dan sikap-sikap lain.
b. Pembentukan kepercayaan seiring dengan perubahan perilaku.
Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan kesakitan tetapi juga bahaya
kematian. Terutama akibat dehidasi berat oleh diare. Penyakit ini setiap tahunnya
merupakan pembunuh no 1 atau no 2 di Indonesia.
c. Meyakini Efektifitas Tujuan Pengobatan Dan Pencegahan
Model pengobatan dini dapat mencegah ke tahapan diare berat dengan dehidasi
hebat, sehingga tidak perlu dirujuk ke RS. Pencegahan merupakan upaya terbaik
dan murah melalui kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat terutama sumber
air yang steril, penggunaan WC dan kebiasaan cuci tangan dengan sabun.
Dimaksudkan memutuskan penularan penyakit diare.
d. Tidak Mahal
Biaya yang tidak mahal karena hanya dengan merubah kebiasaan buruk
dimasyarakat. Jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
kesembuhan ditambah dengan hilangnya produktifitas (waktu kerja).
Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Melaksanakan anjuran oleh petugas kesehatan merupakan tujuan dari perubahan
perilaku.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Komunikasi sangatlah penting dalam setiapkonteks kehidupan manusia. Sebagai
perawat,kita sudah semestinya mempelajari danmemahami berbagai macam komunikasi
dalamkonteks-konteks yang berbeda sehinggamemudahkan kita dalam melakukan
tindakankeperawatan yang benar dan tepat terhadappasien.Dengan telah mengetahui
perankomunikasi secara tidak langsung melaluipembelajaran ini yaitu konsep komunikasi
dalamkonteks sosial,dan budaya, serta keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA