Anda di halaman 1dari 22

KARYA TULIS ILMIAH

“KAMPUNG BERSINAR DI
KABUPATEN BANGKA BARAT”

DISUSUN OLEH :

NAMA : VIDYA FITRIALIZA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan
rahmat- Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat membuat Karya Tulis
Ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Kampung Bersinar di Kabupaten Bangka Barat” disusun dalam rangka mengikuti
Lomba Karya Tulis Ilmiah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka
Barat yakni Badan Kesbangpol Kabupaten Bangka Barat dan Pengurus Karang
Taruna Kabupaten Bangka Barat.

Karya Tulis Ilmiah ini berisi tentang Kampung Bersinar di Kabupaten


Bangka Barat beserta penjelasannya. Selama melakukan penelitian dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, Penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan,
saran dan semangat dari banyak pihak. Oleh sebab itu saya mengucapkan banyak
terima kasih atas segala kontribusinya dalam membantu penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca demi
penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya dan


akhir kata Penulis berharap kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca.

Muntok, 12 September 2022

Penulis,

Vidya Fitrializa
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
..........................................................................................................................
Daftar Isi ii
....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1
..............................................................................................................
1.1 Latar Belakang 1
......................................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah 2
......................................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian 3
....................................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian 3
....................................................................................................................
1.5 Metode Penelitian 4
....................................................................................................................
1.6 Sistematika Penelitian 5
....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................... ............... ......... 6

2.1 Angka prevalensi penyalahguna narkoba tingkat 6


nasional.................................................................................................................

2.2 Upaya dalam tindakan pencegahan dan penanggulangan kasus narkoba di 8


Kampung Bersinar Kabupaten Bangka
Barat..................................................................................................................

2.3 Untuk mendeskripsikan upaya dalam melakukan perlindungan 10


anak....................................................................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI....................................... 14
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 14
3.2 Rekomendasi .......................................... 15
Daftar Pustaka........................................................................................................... 17
Daftar Riwayat Hidup .............................................................................................. 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.


Selain “narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan
singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Narkoba memang
diperlukan oleh setiap manusia untuk pengobatan sehingga untuk memenuhi
kebutuhan dalam bidang studi pengobatan dan studi ilmiah diperlukan suatu
produksi narkotika yang terus menerus untuk para penderita tersebut (Jimmy,
2015).

Pada tahun 1990 ekstasi, shabu dan heroin memasuki pasaran Indonesia.
Penyebaran ini terus berkembang, masalah penggunaan narkoba di Indonesia
telah meluas dan sangat mengkhawatirkan, tidak saja di perkotaan, melainkan
juga menjangkau ke perdesaan. Masalah penggunaan narkoba merupakan
masalah yang sangat kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan
secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,
multisektor dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen, dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran
sebagian besar narkoba masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila
disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar
pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran di jalur ilegal akan berakibat
sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi
muda. Indonesia saat ini tidak hanya sebagai transit perdagangan gelap serta
tujuan peredaran narkoba, tetapi juga telah menjadi produsen dan pengekspor
(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Penyalahgunaan narkoba hampir merata di seluruh wilayah Indonesia,


mulai dari tingkat rumah tangga, rukun tetangga (RT), rukun warga (RW),
kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat
nasional. Peredaran Narkoba juga tidak hanya menyasarkan tempat-tempat
hiburan malam, tetapi sudah merambah ke daerah pemukiman, kampus, ke
sekolah-sekolah, rumah kos dan bahkan di lingkungan rumah tangga (Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, juga sudah


memberikan ancaman sanksi pidana cukup berat terhadap penyalahguna
narkoba, termasuk pidana mati yang sudah dilakukan kepada para bandar.
Namun, berbagai upaya untuk menangkal maraknya penyalahgunaan narkoba
masih belum efektif, termasuk diterapkannya hukuman mati bagi terpidana
narkoba, karena dalam realitasnya penyalahgunaan narkoba masih terus
berlangsung tanpa memandang umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan
dan profesi.

Angka kasus narkoba di Bangka Belitung mengalami penurunan, dari


1.570 kasus menjadi 1.262 kasus per Juli 2022. Di Kabupaten Bangka Barat,
jumlah tindak pidana narkoba tahun 2020 adalah 21 kasus, sedangkan tahun
2021 sebanyak 28 kasus. Tersangka 31 orang tahun 2020, sedangkan tahun
2021 sebanyak 33 orang. Sedangkan sampai Agustus 2022, jumlah tindak
pidana narkoba sudah sebanyak 21 kasus dengan jumlah tersangka 25 orang
(Kasat Narkoba Polres Bangka Barat, Iptu Eddy Yuhansyah S.H).

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang


“Kampung Bersinar di Kabupaten Bangka Barat” .

1.2 Perumusan Masalah

Menurut Kerlinger, ada yang mendefinisikan masalah sebagai suatu


pertanyaan yang dicoba untuk ditemukan jawabannya, dan jawabannya tentu
saja diharapkan akan diperoleh melalui penelitian, dengan demikian masalah
dan tujuan penelitian menjadi erat sekali hubungannya.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis akan


merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Upaya apa sajakah yang sudah ditempuh oleh P4GN Kabupaten


Bangka Barat dalam tindakan untuk mencegah dan menanggulangi
kasus narkoba di Kampung Bersinar Kabupaten Bangka Barat?

2. Untuk mendeskripsikan upaya dalam melakukan perlindungan anak


yang terlibat ke dalam Narkoba oleh P4GN Kabupaten Bangka Barat.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ada kaitannya dengan rumusan masalah yang akan


diteliti oleh penulis dan mempunyai kaitan dengan tujuan maksud yang
hendak akan dituju. Suatu tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas
dan ringkas, karena hal yang demikian akan dapat memberikan arah pada
penelitiannya.

Tujuan umum penelitian ini yaitu mengetahui angka prevalensi


penyalahguna narkoba tingkat nasional dan perbandingannya dengan angka
prevalensi dua tahun sebelumnya. Adapun tujuan khusus penelitian ini
meliputi:

1. Untuk mendeskripsikan upaya dalam tindakan untuk mencegah dan


menanggulangi kasus narkoba di Kampung Bersinar Kabupaten
Bangka Barat.

2. Untuk mendeskripsikan upaya dalam melakukan perlindungan


anak yang terlibat ke dalam Narkoba oleh P4GN Kabupaten
Bangka Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah pandangan subjektif dari peneliti,


sehingga setiap peneliti mempunyai statement dan jumlah yang berbeda
mengenai manfaat penelitian. Adapun manfaat dari jenis penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, hasil penelitian dapat memberikan sumbangsih bagi


dunia pendidikan khususnya bagi peneliti dan pembaca
dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi
orang tua agar dapat mencegah anaknya supaya tidak terjerumus ke
dalam narkoba yang sangat merugikan dan bagi penegak hukum
khususnya BNN didalam melaksanakan tugasnya dalam
pencegahan Narkoba lebih maksimal di dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya dengan baik.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk


menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono 2010).

Tipe-tipe atau Jenis Penelitian Kualitatif yang digunakan dalam


penelitian ini :

 Fenomenologi

Phenomenology: a form of qualitative research in which the researcher


attempts to understand how one or more individuals experience a
phenomenon.

Penelitian fenomenologi dimulai dari memperhatikan dan menelaah fokus


fenomena yang akan diteliti, melihat berbagai aspek subjektif dari perilaku
objek. Kemudian melakukan penggalian data berupa bagaimana pemaknaan
objek dalam memberikan arti terhadap fenomena yang terkait. Penggalian
data dilakukan dengan wawancara yang mendalam kepada objek atau
informan di dalam penelitian, serta dengan melakukan observasi secara
langsung mengenai bagaimana objek penelitian menginterpretasikan
pengalamannya kepada orang lain.
 Studi Kasus

Case study research: is a form of qualitative research that focused on


providing a detailed account of one or more cases.

Studi kasus meneliti suatu kasus atau fenomena tertentu yang ada didalam
masyarakat yang dilakukan secara mendalam untuk mempelajari latar
belakang, keadaan, dan interaksi yang terjadi.

Studi kasus dilakukan pada suatu kesatuan sistem yang bisa berupa suatu
program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang ada pada
keadaan atau kondisi-kondisi tertentu.

 Metode Teori Dasar

Grounded theory: is a qualitative approach to generating and developing a


theory form data that the researcher collects.

Adalah penelitian yang dilakukan untuk menemukan suatu teori atau untuk
menguatkan teori yang sudah ada dengan mengkaji prinsip dan kaidah dasar
yang ada. Selanjutnya dibuat kesimpulan dasar yang membentuk prinsip
dasar dari suatu teori.

1.6. Sistematika Penelitian

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam buku ini terdiri dari:

BAB I Pendahuluan. Bagian ini menjelaskan latar belakang, permasalahan,

tujuan, manfaat dan metodologi.

BAB II Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan tentang upaya pencegahan dan

penanggulangan kasus narkoba.

BAB III Kesimpulan dan Rekomendasi.


BAB II

PEMBAHASAN

Permasalahan penyalahgunaan narkoba sudah sedemikian gawat dan rumit. Hal


itu tercermin pada relatif tingginya angka prevalensi penyalahgunaan narkoba
nasional, kecanggihan modus operandi penyelundupan, luasnya jangkauan
wilayah persebaran, cakupan stratifikasi sosial kelompok masyarakat yang
terpapar, dampak buruk yang ditimbulkan dalam aspek sosial ekonomi dan
kesehatan, serta berbagai bentuk kesulitan dan kendala operasional dalam
penanggulangannya. Oleh karena itu penyalahgunaan narkoba perlu ditanggulangi
secara terencana, sistematis dan terprogram.

2.1. Angka prevalensi penyalahguna narkoba tingkat nasional dan


perbandingannya dengan angka prevalensi dua tahun sebelumnya.

Berdasarkan jenis kelamin, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba


pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan baik untuk setahun pakai maupun
pernah pakai pada tahun 2021. Dari Survei Nasional Penyalahgunaan
Narkoba Tahun 2021 dapat diketahui bahwa angka prevalensi setahun pakai
laki -laki adalah 2,68% dan perempuan 1,21%. Sementara angka prevalensi
pernah pakai laki - laki 3,88% dan perempuan 1,25%. Kecenderungan laki-
laki lebih banyak terpapar narkoba dibandingkan perempuan terjadi baik di
daerah perkotaan maupun perdesaan. Faktor lingkungan dan pergaulan sangat
berpengaruh pada penyalahgunaan narkoba. Lingkungan pergaulan laki - laki
lebih luas dibandingkan perempuan sehingga kemungkinan laki-laki untuk
terpapar narkoba lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kondisi ini dapat
dilihat dari kebiasaan laki-laki yang lebih suka nongkrong dan berkumpul
dengan teman sebaya dibanding perempuan.

Meskipun angka prevalensi perempuan lebih rendah dari laki-laki namun


angka prevalensi penyalahgunaan narkoba perempuan baik yang setahun
pakai maupun yang pernah pakai mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Selama tahun 2019-2021 angka prevalensi perempuan pernah
pakai narkoba meningkat dari 0,40% menjadi 1,25% dan setahun pakai
meningkat dari 0,20% menjadi 1,21%. Dalam setahun pakai peningkatan
yang cukup tajam terjadi di daerah perkotaan, dari 0,30% menjadi 1,42%. Di
daerah perkotaan, tempat kerja yang rawan terhadap penyalahgunaan narkoba
sangat terbuka bagi perempuan, seperti tempat hiburan/karaoke, salon dan
sebagainya. Sebaliknya angka prevalensi laki-laki mengalami penurunan
yaitu pernah pakai dari 4,80% menjadi 3,88% dan setahun pakai turun dari
3,7% menjadi 2,68%. Penurunan ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan, namun penurunan yang cukup tajam terdapat di daerah perdesaan.
Kemungkinan hal ini disebabkan kondisi masa pandemi Covid 19.
Terbatasnya ruang gerak dan lebih banyak di rumah saja di masa pandemi
berpengaruh pada berkurangnya peredaran dan penggunaan narkoba selama
masa pandemi Covid 19.

Sementara itu jika dirinci menurut kelompok umur dapat dilihat bahwa
kontribusi terbesar terhadap angka prevalensi pernah pakai pada tahun 2021
(2,57%) diberikan oleh kelompok umur 25-49 tahun (produktif) dengan
persentase 3,00%; disusul kelompok umur 50-64 tahun sebesar 2,17% dan
kelompok umur 15-24 tahun sebesar 1,96%. Apabila angka prevalensi
penyalahgunaan narkoba pernah pakai tahun 2019 dibandingkan dengan
tahun 2021, terlihat bahwa kenaikan angka prevalensi terbesar terjadi pada
kelompok umur 50-64. Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat kelompok
usia ini merupakan termasuk kelompok usia yang mempunyai risiko tinggi
terhadap komplikasi dengan penyakit lain.

Survei prevalensi penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu cara


yang dapat digunakan untuk menentukan strategi yang lebih tepat dalam
menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Melalui survei, selain dapat
diketahui perkembangan penyalahgunaan narkoba di tanah air, juga dapat
diketahui kelompok mana yang perlu lebih disasar dalam penanggulangan
penyalahgunaan narkoba, dan strategi apa yang perlu dilakukan dalam
menanggulangi penyalahgunaan narkoba.
Tumbuhnya kampung-kampung narkoba di berbagai wilayah itu berjalan
seiring maraknya penyalahgunaan narkoba di berbagai wilayah di Indonesia.
Hal ini sebanding dengan permintaan terhadap narkoba yang seakan-akan
tidak pernah surut, karena semakin banyak orang yang menjadi penyalahguna
narkoba dengan berbagai alasan. Keinginan untuk mencoba sering menjadi
alasan utama seseorang untuk pertama kali memakai narkoba, yang kemudian
dapat berlanjut menjadi pecandu apabila keinginan mencoba itu tidak segera
dihentikan. Walaupun alasan itu klise, namun demikianlah fakta yang banyak
terungkap di lapangan (BNN dan PMB LIPI, 2018). Hal yang tidak disadari
oleh mereka yang mencoba menyalahgunakan narkoba itu dimanfaatkan oleh
para pengedar untuk melayani mereka, dan kemudian berujung pada
kecanduan. Ketika seseorang sudah masuk dalam jeratan sebagai pecandu
narkoba, maka keinginan untuk menyalahgunakan narkoba menjadi
kebutuhan yang sulit ditinggalkan bahkan ditangguhkan.

2.2. Upaya dalam tindakan pencegahan dan penanggulangan kasus narkoba

di Kampung Bersinar Kabupaten Bangka Barat.

Keberadaan wilayah-wilayah yang rawan narkoba dan julukan


“kampung-kampung narkoba” di wilayah tertentu, menunjukkan bahwa
penyalahgunaan narkoba di berbagai wilayah Indonesia, bahkan di dunia,
seakan tidak pernah berakhir. Padahal, pemberitaan mengenai dampak negatif
yang diakibatkan oleh penyalahgunaan narkoba seperti merusak kesehatan,
mengakibatkan penyakit menular seperti HIV dan hepatitis C, serta
menyebabkan kematian dini (UNODC, 2020) terus disuarakan. Dampak
negatif dari penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman serius bagi
bangsa Indonesia, khususnya keamanan manusia (human security) bangsa
Indonesia (Muhamad, 2015), karena akibat dari penyalahgunaan narkoba
akan merusak generasi bangsa ini ke depannya. Dalam arti bahwa
penyalahgunaan narkoba sebenarnya telah memberikan pengaruh negatif
yang besar terhadap perkembangan sosial ekonomi, tidak saja individu
penyalahguna narkoba tetapi juga keluarga, komunitas, dan negara (Eric,
2017). Menurut penjelasan Eric ini, masyarakat yang sebagian besar terdiri
dari anak-anak muda tidak dapat dianggap sebagai masyarakat yang sehat dan
berkembang karena para penyalahguna kehilangan potensi untuk terlibat
dalam kegiatankegiatan positif akibat konsekuensi negatif baik dari sisi
kesehatan, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh penyalahguna narkoba,
bahkan tidak sedikit yang berujung pada kematian dini.

Dua kelurahan di Kabupaten Bangka Barat menjadi pilot project


penanggulangan narkoba dengan tajuk "Desa Bersinar" yaitu Kelurahan
Tanjung dan Kelapa. Kelurahan Tanjung dan Kelapa dipilih menjadi pilot
project karena dilatarbelakangi tingginya prevalensi kejadian kasus narkoba
di dua daerah tersebut. Diharapkan dengan dimulai dari akar, sejak awal
dapat terdeteksi jika ada kasus.

Upaya Pencegahan yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Bangka


Barat diantaranya penyebaran informasi secara langsung dan tidak langsung,
pemberian edukasi dini melalui kader-kader, peningkatan peran serta
masyarakat dalam mendiseminasikan informasi, serta peningkatan koordinasi
lintas lembaga pemerintah.

Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan bagi penyalahguna


narkoba, yaitu :

1. Pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan tidak hanya oleh dokter tetapi juga


terapis.

2. Detoksifikasi.

3. Stabilisasi.

4. Pengelolaan Aktifitas.

5. Rehabilitasi Medis.

6. Rehabilitasi Sosial.

7. Kegiatan Kerohanian.

8. Peningkatan Kemampuan
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat juga mengeluarkan kebijakan
terkait Narkotika melalui Perda Kabupaten Bangka Barat Nomor
6 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan terhadap
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif Lainnya.

2.3. Untuk mendeskripsikan upaya dalam melakukan perlindungan anak


yang terlibat ke dalam Narkoba oleh P4GN Kabupaten Bangka Barat.

Anak merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi sumber daya
pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Jadi yang namanya anak
remaja pada khususnya akan menemui suatu godaan yang luar biasa dari
teman- teman sepermainannya yang telah disinggung pada latar belakang
yang sebelumnya anak terdorong untuk mencoba sesuatu yang belum dikenal
dan meniru dari teman-temannya. Anak ibarat kertas kosong yang mudah
dicoret dan sukar untuk dihapuskan karenanya anak akan meniru apa yang
terjadi di lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan anak tersebut.
Usaha untuk Menanggulangi kenakalan remaja khususnya remaja yang
terlibat dengan Narkoba sesuai dengan teori penanggulangan kejahatan pada
umumnya, asas yang dipakai secara umum tersebut dengan metode moralistik
dan abolisionistik. Menurut Soedjono D, cara moralistik dilaksanakan
penyebarluasan ajaran-ajaran agama dan moral, perundang-undangan yang
baik dan sarana-sarana yang dapat mengekang nafsu untuk berbuat kejahatan,
sedangkan cara abolisionistik berusaha memberantas, menanggulangi
kejahatan dengan memberantas sebab musababnya umpamanya kita ketahui
bahwa faktor tekanan ekonomi (kemelaratan) merupakan salah satu faktor
penyebab kejahatan maka usaha untuk mencapai kesejahteraan untuk
mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi merupakan cara
abolisionistik.

Berdasarkan upaya dalam perlindungan anak terhadap anak yang terlibat


khususnya narkotika baik menjadi korban maupun pecandu. Lembaga negara
perlu dibentuk secara efektif. BNN diamanati sebagai lembaga negara yakni
penegak khusus di bidang pencegahan dan pemberantasan Narkotika.

Oleh karena itu, pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Provinsi (BNP) dan Badan Narkotika
Kabupaten/Kota (BNK). BNN memiliki kewenangan operasional yaitu
melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana
BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional,
provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung jawab kepada
Prsiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-masing (BNP dan
BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan BNN.

Dengan adanya pernyataan bahwa masih adanya anak yang terlibat ke


dalam narkotika dengan potensi yang berasal dari pergaulan yang ada,
banyaknya anak jalanan yang memicu potensi anak menjadi pecandu
narkotika yang dimana anak jalanan terdiri dari anak sekolah maupun anak
yang sudah putus dari sekolah sehingga perlu adanya upaya pencegahan
yang semaksimal mungkin. Adapun program target P4GN yang berjalan
adalah:

1. Penyuluhan di kampung melalui karang taruna desa

2. Penyuluhan ke sekolah

3. Penyuluhan di tempat ibadah yang ada kaitan dengan perkumpulan remaja

4. Penyuluhan dan Pembinaan di Sasaran Rawan (ANAK JALANAN)

5. Lomba Karya Tulis ilmiah dan Video Konten anti narkoba tingkat pelajar
dan mahasiswa/umum

Indonesia dalam menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap,


psikotropika dan zat adiktif lain, pada dasarnya mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:

a. Langkah-langkah untuk mengurangi jumlah permintaan


b. Langkah pengendalian dan pengawasan Narkotika, psikotropika,

dan zat adiktif lainnya yang dimanfaatkan untuk pengobatan dan atau

bagi kepentingan ilmu pengetahuan

c. Langkah represif pemberantasan jalur perdagangan gelap

d. Melakukan upaya penyembuhan/terapi dan rehabilitasi terhadap

korban -korban penyalahgunaan

e. Langkah- langkah lain yang mendukung

Upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran zat-zat berbahaya


tersebut dapat dilakukan melalui berbagai jalur:

a. Jalur keluarga

b. Jalur pendidikan, formal dan informal

c. Jalur lembaga-lembaga sosial swadaya masyarakat

d. Jalur lembaga-lembaga keagamaan

e. Jalur kelomok-kelompok teman bermain remaja/pemuda : club,

seni, olahraga, ketrampilan-ketrampilan lain

f. Jalur organisasi kewilayahan, dipimpin aparat RT, RW, LKMD

g. Melalui media massa, cetak, elektronika, film maupun seni pentas

tradisional

Anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi korban tindakan


siapa saja (individu atau kelompok, organisasi swasta ataupun pemerintah)
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Yang dimaksud dengan
korban adalah mereka yang menderita kerugian (mental, fisik, sosial),
karena tindakan yang pasif, atau tindakan aktif orang lain atau kelompok
(swasta atau pemerintah), baik langsung maupun tidak langsung.
Perlindungan terhadap anak remaja yang mengalami suatu hal yang
bersifat kecanduan atau korban yang terlibat ke dalam pemakaian dan
narkoba perlu adanya upaya tindak lanjut dari adanya suatu peraturan
perundangan. Berkaitan dengan perlindungan hukum yang akan diterima
bagi anak yang terlibat ke dalam narkoba terutama sebagai pemakai ialah di
dalam ketentuan Undang- undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
perlindungan anak Pasal 67: Perlindungan khusus bagi Anak yang menjadi
korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (2) huruf e dan Anak
yang terlibat dalam produksi dan distribusinya dilakukan melalui upaya
pengawasan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

1. Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba mengalami peningkatan


pada tahun 2021, dari 1,80% tahun 2019 menjadi 1,95% untuk setahun
pakai. Peningkatan juga terjadi pada yang pernah pakai, dari 2,40%
menjadi 2,57%.

2. Kenaikan angka prevalensi terutama terjadi: a) di perkotaan; b)


kelompok perempuan di perkotaan dan perdesaan; c) kelompok usia 15-
24 tahun dan 50-64 tahun di perdesaan dan perkotaan; d) memiliki
kegiatan utama tidak bekerja di perkotaan dan perdesaan; e) memiliki
kegiatan utama mengurus rumah tangga di perkotaan dan perdesaan

3. Penurunan angka prevalensi secara umum terjadi: a) di perdesaan; b)


kelompok laki-laki di perdesaan dan perkotaan; c) kelompok umur 25-
49 tahun di pedesaan dan perkotaan; d) memiliki kegiatan utama
bekerja di perdesaan. Penyalahguna narkoba di perkotaan yang bekerja
meningkat, namun jumlahnya sedikit.

4. Ganja dan Sabu merupakan jenis narkoba yang paling banyak


dikonsumsi. Tiga jenis lain yang banyak dikonsumsi: dextro, pil koplo
dan ekstasi. Jenis narkoba pertama kali dikonsumsi yaitu: Ganja, Shabu,
dan Dextro. Rata-rata umur pertama kali menggunakan narkoba yaitu
19 tahun di perdesaan, dan 20 tahun di perkotaan

5. Pertemanan merupakan sumber perolehan utama narkoba pertama kali,


dan diperoleh secara gratis. Membeli dengan sistem patungan banyak
dilakukan untuk menyiasati harga narkoba yang mahal.

6. Rumah, kamar, apartemen, bangunan kosong, kebun yang jauh dari


keramaian penduduk dan kurang pengawasan merupakan tempat yang
banyak digunakan untuk menyalahgunakan narkoba
7. Penyalahguna narkoba cenderung permisif menghadapi teman maupun
keluarga yang menyalahgunakan narkoba. Mereka lebih banyak
memiliki perilaku berisiko dibandingkan yang bukan penyalahguna,
terutama kebiasaan merokok, minum-minuman keras dan nongkrong
malam hari di luar rumah.

8. Penyalahguna narkoba cenderung memiliki kedekatan emosional sedikit


lebih rendah dengan orang tua atau pasangan dibanding yang bukan
penyalahguna. Frekuensi komunikasi dengan keluarga tidak menjamin
terhindar dari penyalahgunaan narkoba jika tidak disertai kualitas
komunikasi.

9. Penyalahguna narkoba umumnya tinggal di lingkungan yang memiliki


permasalahan sosial serta mudah mengakses fasilitas umum.

1.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa rekomendasi dari penelitian

ini yaitu:

1. Kualitas interaksi dan kedekatan emosi yang dibangun dalam keluarga,


termasuk dalam membentengi keluarga dari bahaya narkoba.

2. Upaya menanamkan sikap yang persuasif dan responsif (bukan


permisif) jika melihat indikasi penyalahgunaan narkoba terjadi di
lingkungan tempat tinggal dalam mengedukasi masyarakat tentang
bahaya penyalahgunaan narkoba.

3. Perlunya dilakukan pengawasan bersama secara berkala dalam


pencegahan lingkungan tempat tinggal dari potensi munculnya
permasalahan sosial (kriminalitas, tawuran, miras) yang dapat menjadi
pintu masuk penyalahgunaan narkoba.

4. Pembentukan Forum melalui grup interaktif, seperti WA (WhatsApp)


Group, antara orang tua/ guru sekolah di wilayah perlu diintesifkan
agar informasi kewaspadaan penyalahgunaan narkoba tersampaikan
dengan baik dan sekaligus sebagai media konsultasi publik persoalan
narkoba yang dihadapi oleh orang tua maupun siswa.

5. Pembentukan satgas anti narkoba di masyarakat, sekolah, maupun


lingkungan tempat kerja untuk optimalisasi dan efektifitas sosialisasi
bahaya narkoba serta pemantauan peer-group dari ancaman
penyalahgunaan narkoba.

6. Sinergitas Stakeholder (BNN Bangka Belitung, Kejaksaan Negeri


Bangka Barat, POLRES Bangka Barat dan Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Bangka Barat) beserta elemen masyarakat (seperti ormas
pemuda yaitu Karang Taruna, RT/RW/desa/kelurahan) melalui
kegiatan “Patroli Bersama” untuk melakukan pendataan dan
pemantauan rumah kosong, penghuni kos-kosan, penghuni apartemen
dan tempat - tempat rawan lainnya dari peredaran dan penyalahgunaan
narkoba, melibatkan tokoh setempat, komunitas, dan warga (termasuk
generasi muda).

7. Pihak terkait yakni Kemenkes, BNN, POLRES, Satpol PP, Dinkes,


Dinsos dan unsur pemerintahan terkait lainnya perlu membuat program
khusus yang menyasar perempuan dan orang orang yang bekerja di
rumah (atau kelompok yang diindikasikan mengalami peningkatan
jumlah penyalahguna narkoba) misalnya memberi konseling kesehatan
mental secara gratis atau hotline untuk konsultasi stres di rumah dan
cara menghindari penyalahgunaan narkoba.
DAFTAR PUSTAKA

Burhan Ashshofa, 2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, hal.
118.

https://portal.bangkabaratkab.go.id/content/seluruh-unsur-pemerintah-bangka-
barat-ikuti-bimtek-penggiat-p4gn-instansi-pemerintah

https://babel.antaranews.com/berita/292849/bnn-babel-bentuk-dua-kampung-
bersinar-di-bangka-barat

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2017

https://puslitdatin.bnn.go.id/konten/unggahan/2022/07/IDR-2022.pdf

https://ppid.bnn.go.id/konten/unggahan/2020/10/SURVEI-NASIONAL-
PENYALAHGUNAAN-NARKOBA-TAHUN-2021.pdf
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vidya Fitrializa

Tempat/Tanggal Lahir : Pangkalpinang, 17 Maret 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Hobi : Membaca

Alamat : Kp. Senang Hati

Karya Ilmiah yang pernah dibuat :-

Penghargaan Karya Ilmiah yang pernah diraih :-

Anda mungkin juga menyukai