Anda di halaman 1dari 46

GAMBARAN KARAKTERISTIK (UMUR, JENIS KELAMIN,

DAN PEKERJAAN) PENYAKIT DIABETES MELITUS DI


KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN 2017

LAPORAN MAGANG

OLEH
CICILIA LUMI
14111101224

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
MANADO
2018

10
GAMBARAN KARAKTERISTIK (UMUR, JENIS KELAMIN,
DAN PEKERJAAN) PENYAKIT DIABETES MELITUS DI
KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN 2017

Laporan Magang
Diajukan Kepada
Fakultas Kesehatan Masayarakat Universitas Sam Ratulangi
untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan MK. Magang

OLEH
CICILIA LUMI
14111101224

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
MANADO
2018

11
12
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Magang ini dengan judul “GAMBARAN KARAKTERISTIK (UMUR, JENIS
KELAMIN, DAN PEKERJAAN) PENYAKIT DIABETES MELITUS DI
KABUPATEN MINAHASA UTARA”. Sebagai syarat untuk menyelesaikan
kegiatan akhir magang.
Dengan ini segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan ini
dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan semua pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Grace Debbie Kandou, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
2. dr. Budi T. Ratag, MPH selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik dan
Kerjasama serta Panitia Pelaksanaan Kegiatan Magang.
3. dr. Nancy S.H Malonda, MPH selaku Wakil Dekan II Bidang Umum dan
Keuangan.
4. dr. Paul A.T Kawatu selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dn
Alumni.
5. Adi Mamahit, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Materi
6. dr. Imelda Kambey, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Lapangan.
7. Dr. Oksfriani J. Sumampouw, SPi, M.Kes selaku Ketua Panitia
Pelaksanaan Magang.
8. Adisti A. Rumayar, SKM, M.Kes, MPH selaku Sekertaris Panitia
Pelaksanaan Kegiatan Magang.
9. Ir. Joseph A. Aliks selaku Sekertaris Dinkes Kabupaten Minahasa Utara
yang telah menerima mahasiswa magang.
10. Seluruh staff di Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
yang telah menerima dan dapat berelasi baik dengan peserta magang.
11. Seluruh pegawai maupun THL yang ada di Kantor Dinas Kesehatan.

13
12. Teristimewa kepada kedua orang tua Papa Zet Lumi dan Mama Estevonny
Barahama yang selalu mendukung seluruh kegiatan pelaksanaan selama
magang serta teman-teman lainnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga
laporan magang ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu serta
bermanfaat bagi semua pihak.

Manado, Februari
2018

Penulis

14
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1............................................................................. Latar Belakang
....................................................................................................1
1.2........................................................................................... Tujuan
....................................................................................................2

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG


2.1.................................................................. Analisi Situasi Umum
....................................................................................................3
2.1.1. Letak Geograf
2.1.2. is.....................................................................................3
2.1.3. Visi dan Misi..................................................................3
2.1.4. Sumber Daya Manusia dan Peralatan Penunjang...........4
2.1.5. Struktur Organisasi.........................................................5
2.2. Analisis Situasi Khusus............................................................6
2.2.1. Uraian Bidang Magang..................................................6
2.2.2. Tugas Pokok, dan Fungsi...............................................6

2.2.2.1. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit..........................................6

2.2.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Surveilans dan


Imunisasi...............................................................7

2.2.2.3. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pencegahan dan


Penyakit Menular..................................................8

2.2.2.4. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa......................................................8
2.2.3. Sumber Daya Manusia dan Peralatan Penunjang...........9

15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1......................................................................... Aktivitas Magang
..................................................................................................10
3.2............................................................................. Landasan Teori
..................................................................................................11
3.2.1. Definisi Diabetes Melitus...........................................11
3.2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus.......................................11
3.2.3. Kriteria Diabetes Melitus............................................12
3.2.4. Gejala Klinis Diabetes Melitus...................................12
3.2.5. Faktor risiko Diabetes Melitus....................................12
3.2.6. Pencegahan Diabetes Melitus.....................................14
3.3. Identifikasi Masalah.................................................................15
3.3.1 Analisis Pohon Masalah Karakteristik Penderita
Penyakit
Diabetes Melitus............................................................16
3.4. Alternatif Pemecahan Masalah.................................................17
3.5. Kendala....................................................................................17
3.6............. Karakteristik dan Gambaran Umur, Pekerjaan, dan Jenis
Kelamin Penyakit Diabetes Melitus..........................................18
3.6.1. Karakteristik Umur....................................................18
3.6.2. Karakteristik Jenis Kelamin......................................19
3.6.3. Karakteristik Pekerjaan.............................................20

BAB IV KESIMPULAN
4.1.................................................................................. Kesimpulan
.................................................................................................21
4.2................................................................................ Rekomendasi

.................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
LAMPIRAN

16
DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara 2017........5


2. Struktur Organisasi Bidang P2P......................................................................6
3. Analisis Masalah Karakteristik Penderita Penyakit Diabetes Melitus..........16
4. Distribusi Penyakit DM Berdasarkan Umur.................................................18
5. Distribusi Penyakit DM Berdasarkan Jenis Kelamin....................................19
6. Distribusi Penyakit DM Berdasarkan Pekerjaan...........................................20

17
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Formulir Kesediaan Tempat Magang
2. Daftar Hadir Peserta Magang
3. Lembar Bimbingan DPL
4. Lembar Bimbingan DPM
5. Bimbingan dengan Kepala Bidang P2P dan Kepala Seksi Penyakit Tidak
Menular serta Kesehatan Jiwa
6. Penjelasan PE dengan Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi serta
Kegiatan Donor Darah di Aula Kantor Bupati Minahasa Utara

18
19
BAB I

20
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perhatian terhadap Penyakit Tidak Menular semakin hari semakin meningkat


karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat (Bustan,
2007). Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif seperti
Penyakit Jantung Koroner (PJK), Hipertensi, Hiperlipidemia, Diabetes Melitus
dan lain-lain (Soegondo, 2004). Diabetes merupakan salah satu dari empat
prioritas penyakit tidak menular dan menjadi masalah kesehatan pada masyarakat.
Diabetes Melitus atau disebut Diabetes saja merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh
tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (Kementrian
Kesehatan RI, 2014). Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar
gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah.

Diabetes Melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan


oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh Diabetes
Melitus. Pada Diabetes Melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal
masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormone insulin jumlahnya
kurang atau cacat fungsi (World Health Organisation, 2016).

Diabetes merupakan penyebab utama untuk kebutaan, serangan jantung,


stroke, gagal ginjal dan amputasi kaki. Diabetes dapat dicegah atau kejadiaanya
dapat ditunda. Dengan tatalaksana pengobatan yang optimum, diabetes dapat
dikontrol dan orang dengan diabetes dapat berumur panjang dan hidup sehat dan
80% kejadian diabetes dapat dicegah dengan upaya pencegahan yang dimulai dari
sekarang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Diabetes merupakan salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Pergeseran pola gaya hidup, dapat
mempengaruhi kehidupan manusia seperti contohnya kesehatan. Kesehatan

21
mempengaruhi kinerja seseorang untuk dapat melakukan suatu pekerjaan. Jika
kesehatan kita terganggu, maka semua pekerjaan akan terhambat sehingga
kualitas bekerja tidak berhasil dan upaya untuk melakukan pengobatan terhadap
kesehatan akan semakin besar.

Pada tahun 2015, 415 juta orang dewasa dengan diabetes dengan kenaikan
empat kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Pada tahun 2015, persentase orang
dewasa dengan Diabetes adalah 8,5%. Pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya
akan menjadi 642 juta (International of Diabetes Federation, 2015). Hampir 80%
orang diabetes ada di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Prevalensi
diabetes di antara orang dewasa di wilayah regional Asia Tenggara meningkat dari
4,1% di tahun 1980an menjadi 8,6% di tahun 2014.

Indonesia merupakan negara menempati urutan ke 7 dengan penderita Diabetes


sejumlah 10 juta penderita setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan
Mexico. Prevalensi Diabetes se-Indonesia diduduki oleh provinsi Jawa Timur
karena Diabetes merupakan 10 besar penyakit terbanyak. Jumlah penderita
Diabetes menurut Riskesdas mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai
tahun 2013 sebesar 330.512 penderita (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Prevalensi data penderita penyakit Diabetes di Kabupaten Minahasa Utara


mencapai 288 kasus. Jumlah penderita Diabetes tertinggi di Desa Batu sebanyak
64 (22,2%) orang dengan pembagian 11 jenis kelamin laki-laki dan 53 jenis
kelamin perempuan (Profil Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara, 2016).
Gambaran karakteristik berupa umur, jenis kelamin dan pekerjaan dijadikan salah
satu tolak ukur penulis dalam membuat laporan magang ini agar perlu
dilakukannya suatu upaya preventif munculnya penyakit komplikasi yang lebih
berbahaya pada penderita Diabetes Melitus.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui gambaran karakteristik (umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)


penyakit Diabetes Melitus di Kabupaten Minahasa Utara.

BAB II

22
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

2.1. Analisis Situasi Umum


2.1.1. Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Minahasa Utara terletak antara 1°17’51,93’’-
1°56’41,03’’ Lintang Utara dan antara 124°40’38,39’’- 125°15’15,53’’ Bujur
Timur, dengan letak ketinggian kira-kira 188,3 meter diatas permukaan laut (dpl),
dan berada di kaki gunung Klabat yang merupakan gunung tertinggi di Sulawesi
Utara dengan ketinggian 1.995 meter.
Kabupaten Minahasa Utara merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran
dari Kabupaten Minahasa, dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 7 Januari 2004 dengan pusat
pemerintahan berada di Kota Airmadidi. Dengan batas administratif sebagai
berikut:
Utara : Laut Sulawesi dan Kabupaten Kepulauan SITARO (Siau, Tagulandang
dan Biaro)
Timur : Laut Maluku dan Kota Bitung
Selatan : Kabupaten Minahasa
Barat : Laut Sulawesi dan Kota Manado
Pada tahun 2015, pembagian wilayah administratif Kabupaten Minahasa
Utara
terbagi dalam 10 (Sepuluh) Kecamatan, 125 (Seratus dua puluh lima) Desa dan 6
(Enam) Kelurahan.

2.1.2. Visi dan Misi


A. Visi
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara secara keseluruhan
mendukung visi Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara yaitu:
“MINAHASA UTARA MENJADI KABUPATEN AGRIBISNIS,
INDUSTRI DAN PARIWISATA SECARA TERPADU SERTA
BERKELANJUTAN DI TAHUN 2021 MELALUI PEMBANGUNAN
KESEHATAN YANG BERKUALITAS SERTA BERDAYA SAING”

23
B. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi sebagaimana tersebut di atas maka misi Dinas
Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Minahasa Utara yang sehat, kuat, dan
berdaya asing.
2. Mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang merata dan
berkeadilan melalui pemberdayaan masyarakat.
3. Mewujudkan akses pelayanan publik bidang kesehatan yang paripurna
melalui pencapaian Standar Pelayanan Minimal kesehatan sesuai prinsip
tata kelola pemerintahan yang baik.

2.1.3. Sumber Daya Manusia dan Peralatan Penunjang


Sumber daya manusia yang ada di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
Utara yaitu sebanyak 83 orang terdiri dari 59 pegawai tetap PNS/ASN dan 24
tenaga harian lepas/THL. Untuk menunjang kegiatan dan aktivitas yang dilakukan
di tempat kerja telah disediakannya alat-alat penunjang agar dapat memudahkan
untuk bekerja.

24
2.1.4. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MINAHASA UTARA
TAHUN 2017

Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara 2017

25
2.2. Analisis Situasi Khusus
2.2.1. Uraian Bidang Magang
Bidang magang yang ditempati yaitu Bidang P2P (Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit). Bidang P2P terbagi atas 3 bagian yaitu Bidang Surveilans dan
Imunisasi, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa.

Kepala Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Kepala seksi Kepala Seksi Pencegahan


Kepala Seksi
Surveilans dan dan Pengendalian
Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular
Imunisasi
Pengendalian Penyakit Serta Kesehatan Jiwa

Gambar 2. Struktur Organisasi Bidang P2P

2.2.2. Tugas Pokok, dan Fungsi


2.2.2.1. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
1. Bidang Pencegahan dan pengendalian penyakit mempunyai tugas pokok
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang
surveilens dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bidang
Pencegahan dan pengendalian penyakit menyelenggarakan fungsi:
1) Penyiapan perumusan kebijakan operasional dibidang surveilens
dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan
kesehatan jiwa.

26
2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang
surveilens dan imunisasi, pencegahan dan pengendakian penyakit
menular, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
dan kesehatan jiwa.
3) Penyiapan bimbingan teknis dan supervise dibidang surveilens
dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan
kesehatan jiwa
4) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang surveilens dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan
kesehatan jiwa.
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan

2.2.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Surveilans dan Imunisasi


Pasal 14
1. Seksi Surveilens dan Imunisasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
Penyiapan Perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan
teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang
Surveilens dan Imunisasi
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Seksi
Surveilens dan Imunisasi menyelenggarakan fungsi:
1) Menyusun program kerja dan rencana anggaran seksi ;
2) Menyusun jadwal operasional kegiatan program seksi ;
3) Melaksanakan program pengamatan system surveilens terpadu
termasuk KLB
4) Melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian data penyakit
serta analisis epidemiologi
5) Melaksanakan evaluasi dan monitoring kegiatan pengamatan
penyakit dan surveilens
6) Mempersiapkan perencanaan kebutuhan logistic program
imunisasi

27
7) Memberikan bimbingan teknis, supervise dan monitoring
evaluasi tentang pelaksanaan program imunisasi
8) Melaksanakan pendistribusian vaksin
9) Melaksanakan pemeliharaan vaksin dan peralatannya
10) Membagi habis tugas kepada bawahan
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
2.2.2.3. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular
1. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular mempunyai tugas
pokok melaksanakan Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, bimbingan teknis dan supervise serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan dibidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit menular menyelenggarakan fungsi:
1) Menyusun program kerja dan rencana anggaran seksi ;
2) Menyusun jadwal operasional kegiatan program seksi ;
3) Melaksanakan program Pencegahan dan penanggulangan Penyakit
menular termasuk HIV/AIDS dan penyalagunaan Napza
4) Melaksanakan bimbingan teknis, supervisi dan Monitoring
evaluasi program pencegahan dan pengendalian penyakit menular
5) Membagi habis tugas kepada bawahan
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
2.2.2.4. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular Serta Kesehatan Jiwa
1. Seksi Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular serta
kesehatan Jiwa mempunyai tugas pokok melaksanakan Penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan opersional, bimbingan teknis dan
supervise serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular serta kesehatan jiwa
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak menular menyelenggarakan fungsi:
1) Menyusun program kerja dan rencana anggaran seksi ;

28
2) Menyusun jadwal operasional kegiatan program seksi ;
3) Advokasi dan Sosialisasi program Pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular serta kesehatan jiwa
4) Melaksanakan bimbingan teknis, supervise dan Monitoring
evaluasi program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular serta kesehatan jiwa
5) Komunikasi Informasi dan edukasi yang benar tentang faktor
risiko Penyakit tidak menular serta kesehatan jiwa
6) Melaksanakan deteksi dan penanggulangan masalah kesehatan
jiwa
7) Melaksanakan pencegahan terhadap gangguan kesehatan jiwa
8) Pelayanan pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi calon jamaah
haji
9) Sistem informasi kesehatan haji
10) Pencatatan dan pelaporan
11) Membagi habis tugas kepada bawahan
12) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

2.2.3. Sumber Daya Manusia dan Peralatan Penunjang


Pada Bidang P2P jumlah pegawai sebanyak 13 orang, diantaranya 5 THL dan 8
pegawai tetap. Anggota pegawai seksi penyakit tidak menular serta kesehatan jiwa
sebanyak 3 orang.

29
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Aktivitas Magang

Kegiatan magang yang dilaksanakan di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten


Minahasa Utara mulai pada tanggal 22 Januari 2018 sampai dengan 14 Februari
2018. Adapun uraian kegiatan magang yang dilakukan di lapangan sebagai
berikut:

1. Bertemu dengan Bapak Ir. Joseph A. Aliks selaku Sekertaris Dinas


Kesehatan sekaligus menjelaskan tujuan magang.

2. Melakukan pembagian bidang menurut bidang minat.

3. Mengikuti apel pagi sebelum bekerja dan apel sore sebelum pulang.

4. Perkenalan dengan Kepala Bidang P2P (Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit) yaitu dr. Imelda Kambey, M.Kes sekaligus menjadi Dosen
Pembimbing Lapangan (DPL).

5. Perkenalan dengan Kepala-kepala Seksi di Bidang P2P beserta pegawai


dan THL.

6. Bimbingan awal dengan DPL yakni dr. Imelda Kambey, M.Kes.

7. Bimbingan dengan dr. Kosmas R. Rarun sebagai Kepala Seksi Bidang


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular serta Kesehatan
Jiwa tentang Penyakit Diabetes Melitus.

8. Penjelasan mengenai Penyelidikan Epidemiologi (PE) oleh Kepala Seksi


Surveilans dan Imunisasi.

9. Mengambil Profil Kesehatan di Bagian Tata Usaha.

30
10. Konsultasi dengan DPL mengenai judul laporan magang.

11. Mengambil data Penyakit Diabetes Melitus Tahun 2017 pada dr. Kosmas
R. Rarun.

12. Bimbingan dengan dr. Kosmas R. Rarun mengenai gambaran karakteristik


penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Minahasa Utara.

13. Mengikuti kegiatan donor darah di Aula Kantor Bupati Minahasa Utara
yang merupakan program dari Bidang Pelayanan Kesehatan.

14. Menyusun laporang magang.


3.2. Landasan Teori
3.2.1. Definisi Diabetes Melitus

DM atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu penyakit kronik yang
terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin (resistensi insulin), dan didiagnosa melalui pengamatan
kadar glukosa di dalam darah. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar pancreas yang berperan dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke
sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi (International of Diabetes
Federation, 2015). Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu
mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan
hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan
(Setiabudi, 2008).

3.2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus


Menurut (American Diabetes Association, 2016), klasifikasi DM yaitu DM tipe 1,
DM tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe lain. Namun jenis DM yang paling
umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.

3.2.2.1. Diabetes Melitus Tipe 1


DM tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolic
glukosa yang ditandai dengan hiperglikimia kronik. Keadaan ini disebabkan
oleh kerusakan sel beta pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik.
Proses autoimun ini menyebabkan tubuh kehilangan kemampuan untuk

31
memproduksi insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel yang
bertugas memproduksi insulin sehingga produksi insulin berkurang atau
terhenti (Rustama, dkk 2010).
DM tipe 1 dapat menyerang semua orang dengan golongan umur, namun
lebih sering terjadi pada anak-anak. Penderita DM tipe 1 membutuhkan
suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol glukosa darahnya (International
of Diabetes Federation, 2015). DM tipe ini sering disebut juga Insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM), yang berhubungan dengan antibody
berupa Islet Cell Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies (IAA), dan
Glutamic Acid Decarboxylase Antibodies (GADA).

3.2.2.2. DM tipe 2 atau yang disebut dengan Non Insulin Dependent


Diabetes
Melitus (NIDDM) adalah jenis DM yang paling sering terjadi, mencakup
sekitar 85% pasien DM. Keadaan ini ditandai oleh resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative.

3.2.3. Kriteria Diabetes Melitus ditegakkan bila:


Adapun kriteria Penyakit Diabetes Menurut Kementrian Kesehatan RI yaitu:
A. Nilai Gula Darah Sewaktu (GDS) >200mg/dl ditambah 4 gejala khas DM
positif (banyak makan, sering kencing, sering haus, dan berat badan
turun).
B. Nilai Gula darah Puasa (GDP) >126mg/dl ditambah 4 gejala khas DM
positif.
C. Nilai Gula Darah 2 jam Post Pandrial (GDPP) > 200mg/dl meskipun nilai
GDP <126mg/dl dan atau keempat gejala khas DM tidak semuanya postif.

3.2.4. Gejala Klinis Diabetes Melitus


Gejala klinis DM yang klasik mula-mula polifagia (banyak makan), poliura
(banyak kencing), dan polidipsi (banyak minum). Apabila keadaan ini tidak segera
diobati, maka akan timbul gejala Dekompensasi Pankreas (ketidakmampuan
system yang melemah), yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi,
dan polifagi. Ketiga gejala klasik tersebut diatas disebut pula “TRIAS SINDROM
DIABETES AKUT” bahkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan

32
mual-muntah dan ketoasidosis diabetik. Gejala kronis DM yang sering muncul
adalah lemah badan, kesemutan, kaku otot, penurunan kemampuan seksual,
gangguan penglihatan yang sering berubah, sakit sendi dan lain-lain
(Tjokroprawiro, 2007).

3.2.5. Faktor Risiko Diabetes Melitus


3.2.5.1. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga adalah faktor risiko utama seorang akan mengalami diabetes
melitus, secara genetik penderita diabetes melitus akan mempengaruhi
keturunannya. Transmisi genetik adalah paling kuat terdapat dalam diabetes, jika
orang tua menderita diabetes, maka 90% pasti membawa carier diabetes, yang
ditandai dengan kelainan sekresi insulin. Hal ini dikarenakan seorang dengan
riwayat keluarga diabetes memiliki kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak
menghasilkan insulin dengan baik (Price & Wilson, 2006).

3.2.5.2. Umur
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin banyak (Notoatmodjo, 2003). Usia lanjut
pada umumnya adalah penderita diabetes melitus tipe dua. Sedikitnya, setengah
dari populasi penderita diabetes lanjut tidak mengetahui kalau mereka menderita
diabetes karena hal itu dianggap merupakan perubahan fisiologis yang
berhubungan dengan pertambahan usia (Misnadiarly, 2006). Penelitian yang
dilakukan di RSU Prof. Dr. R. D Kandou Manado menunjukkan bahwa hasil usia
terbanyak yang berisiko diabetes melitus adalah usia 50-60 tahun (Nadyah, 2011).
3.2.5.3. Obesitas (Kegemukan)
Penelitian yang dilakukan oleh Sunjaya (2009) ditemukan bahwa individu yang
mengalami obesitas mempunyai risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena diabetes
melitus dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami obesitas.
3.2.5.4. Jenis Kelamin

Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara biologis sejak seorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh
laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara

33
perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi,
hamil dan menyusui.

3.2.5.5. Kurang Olahraga

Olahraga adalah jenis latihan fisik (jasmani) melalui gerakan-gerakan anggota


tubuh atau gerakan tubuh secara keseluruhan, dengan maksud untuk
meningkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmani. Olahraga berperan utama
dalam pengaturan kadar glukosa darah. Olahraga juga dapat secara efektif
mengontrol diabetes melitus, antara lain dengan melakukan senam khusus
diabetes melitus Tipe dua, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet yang
dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan,
menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres (Soegondo, 2009).
Melakukan pencegahan diabetes bagi yang berisiko dapat dilakukan dengan
membiasakan hidup sehat dan berolahraga secara teratur (Adib, 2011).

3.2.6. Pencegahan Diabetes Melitus


3.2.6.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki
faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat
DM dan kelompok intoleransi glukosa (PERKENI, 2011). Untuk itu, faktor-faktor
yang dapat menyebabkan DM perlu diperhatikan, baik secara genetik maupun
lingkungan. Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam pencegahan primer:

a) Pola makan sehari-hari yang harus seimbang dan tidak berlebihan.


b) Olahraga secara teratur dan tidak banyak berdiam diri.
c) Mengusahakan berat badan dalam batas normal.
d) Hindari obat-obatan yang dapat menimbulkan DM.
3.2.6.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya


penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Usaha pencegahan sekunder
dimulai dengan usaha mendeteksi dini penyandang DM. Karena itu dianjurkan
untuk pada setiap kesempatan terutama untuk mereka yang mempunyai risiko
tinggi agar dilakukan pemeriksaan penyaring glukosa darah. Dengan demikian
mereka yang mempunyai risiko tinggi DM dapat terjaring untuk diperiksa dan
kemudian yang dicurigai DM akan dapat ditindak lanjuti.

34
3.2.6.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan


mengadakan rehabilitas. Upaya pencegahan tersier ini dapat dilakukan dengan
memaksimalkan fungsi organ yang cacat, membuat protesa ekstremitas akibat
amputasi, dan mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik.

3.3. Identifikasi Masalah


Berdasarkan hasil kegiatan magang yang dilaksanakan di Kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten Minahasa Utara, penulis mendapati masalah mengenai karakteristik
penderita penyakit Diabetes Melitus yakni
3.4. Karakteristik Umur Jenis Kelamin dan Pekerjaan Penyakit Diabetes
Melitus
3.3.1. Karakteristik Umur
Umur adalah faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Berdasarkan
karakteristik umur dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Distribusi Penyakit DM Berdasarkan Umur


76
80

70

60

50 43
Frekuensi

37
40
25 26 26
30
18
20 14 14
9
10

0
20-44 45-54 55-59 60-69 >70
Laki -l aki Col umn1

Sumber: Data Sekunder Dinas Kesehatan Tahun 2017

35
Gambar 3. Distribusi Penyakit DM Berdasarkan Umur

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penyakit Diabetes Melitus banyak
terjadi pada kelompok umur 60-69 tahun yang berjumlah 102 (35,4%) laki-laki
berjumlah 26 dan perempuan 76 sedangkan kelompok umur yang sedikit yaitu 20-
44 tahun yang berjumlah 39 (13,5%) laki-laki berjumlah 14 dan perempuan 25.
Sejalan dengan penelitian Soegondo, 2006 bahwa risiko Diabetes Melitus
terjadi pada usia lebih dari 45 tahun. Hal ini dapat disebabkan akibat adanya fase
menopause pada perempuan. Carr MC, 2003 menyebutkan dalam artikelnya
bahwa perempuan telah menopause memiliki massa tubuh yang meningkat
sehingga meningkatkan kecenderungan memiliki indeks massa tubuh yang
obesitas. Selain itu, menopause menyebabkan perubahan distribusi lemak tubuh
dari daerah gluteo-femoral menjadi daerah intraabdominal. Penumpukan lemak
tubuh di daerah intraabdominal ini dapat menyebabkan penurunan sensitivitas
insulin yang dapat berlanjut menjadi diabetes melitus. Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 2001 mendapatkan prevalensi Diabetes Melitus pada penduduk
usia 25-64 tahun di Jawa dan Bali sebesar 7,5%.

Menurut Soegondo, 2011 bahwa usia merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang. Berbeda halnya bahwa penderita penyakit
diabetes melitus menunjukkan bahwa usia yang rentan yaitu 55-69 tahun. Adapun
hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular serta Kesehatan Jiwa diperoleh bahwa penderita Diabetes Melitus
pada usia 60-69 tahun dikatakan rentan karena penurunan fungsi organ tubuh dan
kurang aktif dalam beraktivitas sehari-hari. Pada saat usia muda kurangnya
kesadaran untuk melakukan kunjungan control. Semakin bertambahnya usia,
semakin mudah terserang penyakit lain yang disebabkan oleh penyakit diabetes
melitus. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 mendapatkan prevalensi
diabetes melitus pada penduduk usia 25-64 tahun di Jawa dan Bali sebesar 7,5%.

36
3.3.2.

Distribusi Penyakit DM Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki -l aki ;
28.13%

Perempuan
; 71.88%

La ki -l a ki Perempuan
Ka
rakteristik Jenis Kelamin
Sumber: Data Sekunder Dinas Kesehatan Tahun 2017
Gambar 4. Distribusi Penyakit DM Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penyakit Diabetes banyak terjadi
pada jenis kelamin perempuan sebanyak 207 (72%) sedangkan laki-laki 81 (28%).
Perempuan maupun laki-laki memiliki risiko yang sama besar untuk mengidap
Diabetes Melitus pada usia dewasa awal yaitu dimulai dari usia 30 tahun. Hal ini
terjadi karena perempuan pada umumnya lebih berisiko mengidap penyakit
Diabetes Melitus. Perempuan berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana
keduanya adalah faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus (Perkeni, 2002). Secara
fisik perempuan memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih
besar (Irawan, 2010). Penelitian yang dikemukakan oleh Juutilainen, 2004 faktor-
faktor risiko tersebut diantaranya indeks massa tubuh serta tekanan darah yang
lebih tinggi pada wanita. Kepedulian terhadap penyakit Diabetes pada perempuan
sangat tinggi. Kozier dalam Darusman, 2009 mengemukakan perilaku kesehatan
antara laki-laki dan perempuan pada umumnya wanita lebih memperhatikan dan
peduli pada kesehatan mereka dan lebih sering menjalani pengobatan
dibandingkan laki-laki.

37
3.3.3.

Distribusi Penyakit DM Berdasarkan Pekerjaan

Ibu Ruma h Tangga 85

Petani 66

Swa sta 60

Wi ra us aha 50

Ti da k Bekerja 27

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Ka
rakteristik Pekerjaan
Sumber: Data Sekunder Dinas Kesehatan 2017

Gambar 5. Distribusi Penyakit DM Menurut Pekerjaan


Pekerjaan yang dominan terjadi penyakit Diabetes Melitus yaitu Ibu Rumah
Tangga (IRT) sebanyak 85 (29,5%) dan yang paling sedikit tidak bekerja 27
(9,3%). Status pekerjaan berhubungan dengan Diabetes Melitus. Pekerjaan juga
erat kaitannya dengan kejadian Diabetes Melitus. Pekerjaan seseorang juga
mempengaruhi aktifitas fisiknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
petugas kesehatan yang ada di bidang P2P, pekerjaan penderita penyakit Diabetes
Melitus banyak terjadi pada ibu rumah tangga. Menurut hasil wawancara tersebut,
hal ini didasarkan pada sasaran penyuluhan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan yang ada.

38
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari kegiatan magang yang dilaksanakan selama 18 hari kerja di


Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara, terdapat bahwa karakteristik
umur yang terbanyak 60-69 tahun yang berjumlah 102 (35,4%) sedangkan
kelompok umur yang sedikit yaitu 20-44 tahun yang berjumlah 39 (13,5%). Pada
jenis kelamin perempuan sebanyak 207 (72%) sedangkan laki-laki 81 (28%)
sedangkan untuk pekerjaan banyak kejadian diabetes mellitus terjadi pada ibu
rumah tangga sebanyak 85 (29,5%).

4.2. Rekomendasi

39
Menjadi bahan masukan untuk Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
Utara dalam pengendalian penyakit Diabetes Melitus untuk dapat melakukan
penyebarluasan informasi tentang penyakit Diabetes Melitus dalam bentuk media
cetak berupa poster, stiker, koran, dan handbill atau flyer (sebaran atau edaran)
serta melakukan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan sebanyak satu
bulan sekali agar masyarakat mengetahui bahaya penyakit Diabetes Melitus
menjadi nomor urut tertinggi ke dua penyakit tidak menular sekaligus dapat
mensosialisasikan mengenai penyakit Diabetes Melitus baik DM tipe 1 dan tipe 2
maupun Diabetes Melitus tipe lainnya kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2016. Standards of Medical Care In Diabetes - 2016. Diabetes Care - The
Journal of Clinical and Applied Research and Education, 39 (S.1): 1-112.

Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling


Sering Menyerang Kita. Edisi pertama.Jogjakarta : Penerbit Divapress 85-95.

Awad, Nadyah. 2011. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-UNSRAT RSU Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.http://www.academia.edu/4696688/Gambaran_Faktor_Resiko_Pasien
_Diabetes_Melitus_Tipe_Ii_Di_Poliklinik_Endokrin_Bagian_Smf_FkUnsrat_
Rsu_Nadyah_Awad_2.

Bustan M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta:


Rineka Cipta

40
Carr MC. The Emergence of The Metabolic Syndrome with Menopause. The
Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 2003; 20; 428-33.

Dinas Kesehatan, 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara Tahun


2016. Minahasa Utara.

Fatimah. 2002. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan Kadar


Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus (Studi Kasus Di RSUD
Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Jurnal kesehatan masyarakat, 1(2): 466-
478 [http://ejournals1.undip.ac.id] diakses pada tanggal 27 Februari 2015

Hasdianah, H.R. 2012. Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan
Anak-anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika.

Hungu, 2007. Pengertian Jenis Kelamin. Dapat dibuka pada situs


http://www.scribd.com/doc/143354392/BAB-II-Tinjauan-Gender

International of Diabetes Federation (IDF), 2015. IDF Diabetes Atlas - 7th


Edition. www.diabetesatlas.org

Juutilainen, Autin, dkk. Gender Difference in The Impact of Type 2 Diabetes on


Coronary Heart Disease Risk. Diabetes Care 27 (2004): 2898-2904.

Kementrian Kesehatan RI, 2014. Infodatin Diabetes. Jakarta: Pusat data dan
informasi Kemenkes RI. Tersedia di: http://www.depkes.go.id/download. php?
file=download/pusdatin/infodatin-diabetes.pdf.[Sitasi: 9 desember 2015].

Misnadiarly, 2006. Diabetes Mellitus, Ulcer, Gangren, Infeksi. Mengenal Gejala,


Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi edisi 1, hal 108-109, Pustaka
Populer Obor, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Perkeni, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia. www.perkeni.org. (31 Mei 2013)

Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses


Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC.

41
Ramaiah, Savitri. 2008. Cara Mengetahui Gejala Diabetes Melitus dan
Mendeteksinya Sejak Dini. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Rustama, D.S. dkk, 2010. Diabetes Mellitus. Jakarta

Setiabudi, 2008. Referensi Kesehatan Diabetes Mellitus. Diakses: 31 Mei 2016.


http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetesmellitus/.

Soegondo S. 2004. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini dalam:


Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., Editor. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu bagi dokter maupun edukator diabetes. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Soegondo S. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Insulin: Farmakoterapi pada


Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus Tipe 2, Jilid III, Edisi 4, Jakarta: FK
UI pp. 1884.

Sunjaya I. N. 2009. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor


Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada Vol. 6 No.1
hal: 75-81.

Tjokroprawiro, A. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University


Press.

Trisnawati, 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes mellitus Tipe 2 di Puskesmas


Kecamatan cengkareng Jakarta Barat, Jurnal Ilmiah kesehatan Vol.5, No.1,
http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/artikel%202.%20vol%205%20no
%201_shara.pdf, diakses tanggal 21 Juni 2014.

World Health Organization, 2016. Global Report on Diabetes. France World


Health Organization. http://www.who.int/diabetes/global-report/en/. [Sitasi: 29
Mei 2017].

42
LAMPIRAN

43
Lampiran 1. Formulir Kesediaan Tempat Magang

44
Lampiran 2. Daftar Hadir Peserta Magang

45
46
47
48
49
50
51
Lampiran 3. Lembar Bimbingan DPL

52
Lampiran 4. Lembar Bimbingan DPM

53
Lampiran 5. Bimbingan dengan Kepala Bidang P2P dan Kepala Seksi Penyakit
Tidak Menular serta Kesehatan Jiwa

54
Lampiran 6. Penjelasan PE oleh Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi serta
Kegiatan Donor Darah di Aula Kantor Bupati Minahasa Utara

55

Anda mungkin juga menyukai