Anda di halaman 1dari 14

Nama:Fersian Adi Sulistiyo

NIM:1601048

1.Epidemologi Dalam Keperawatan

Dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing (CHN) atau keperawatan
kesehatan masyarakat, dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat
meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi
literatur riset epidemiologi.

Metode epidemiologi sebagai standard kesehatan, disajikan sebagai alat untuk


memperkirakan kebutuhan masyarakat. Monitoring perubahan status kesehatan masyarakat
dan evaluasi pengaruh program pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan. Riset/studi
epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body of knowledge) termasuk riwayat asal
penyakit, pola terjadinya penyakit, dan faktor-faktor resiko tinggi terjadinya penyakit,
sebagai informasi awal untuk CHN. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk
perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan
penyakit, serta meminimalkan kecacatan. Program utama pencegahan difokuskan pada
menjaga jarak perantara penyakit dari host/tuan rumah yang rentan, pengurangan
kelangsungan hidup agent, penambahan resistensi host dan mengubah kejadian hubungan
host, agent, dan lingkungan. Kedua, program mengurangi resiko dan screening, ketiga :
strategi mencegah pada pribadi perawat dengan body of knowlwdge yang berasal dari riset
epidemiologi, sebagai dasar untuk pengkajian individu dan kebutuhan kesehatan keluarga dan
intervensi perencanaan perawatan.

2.Epidemologi Dalam Mencegah Masalah

Tingkat Pencegahan Penyakit Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa


tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu :

1.Pencegahan primer Pencegahan tingkat pertama ini merupkan upaya untuk


mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan
pencegahan khusus. Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan  pada
masyarakat umum, misalnya pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Pencegahan
khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi,
misalnya imunisasi terhadap difteri, pertusis, tetanus, morbili, hepatitis, sanitasi lingkungan
seperti  penjernihan air minum, pencegahan terhadap kecelakaan dan keselamatan kerja

 
2. Pencegahan sekunder Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk
mencegah orang yang telah sakit agarsembuh, menghambat  progresitifitas penyakit,
menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder ini dapat
dilakukan dengan cara mendeteksi  penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan secara
cepat dan tepat. Deteksi penyakit secara dini dapat dilakukan dengan cara :  penyaringan,
pengamatan epidemiologis, survei epidemiologis dan memberi pelayanan kesehatan sebaik-
baiknya pada sarana pelayanan umum atau praktek dokter swasta
3.Pencegahan tersier Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan
memaksimalkan fungsi organ yang cacat, membuat protesa ekstemitas akibat amputasi dan
mendirikan pusat- pusat rehabilitasi medik. Pencegahan penyakit ini terus diupayakan selama
orang yang menderita belum meninggal dunia

3.Ukuran Dalam Epidemologi


a. Ukuran yang dipakai untuk menghitung angka kesakitan atau morbiditas
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun.
Angka ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan secara umum,
mengetahui keberhasilan program-program pemberantasan penyakit, dan sanitasi
lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap pelayanan
kesehatan
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah
angka, rasio, dan proporsi
1) Rate
Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan
jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri
dari berbagai jenis ukuran diataranya adalah :
a) Incidence Rate
Incidence Rate suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang terjadi
di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu.
Rumus :
Jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu
Incidence Rate= x 1000
Populasi yang mempunyai resiko
Contoh kasus :
Pada bulan Februari 2014 di Kecamatan X terdapat penderita campak dengan
penderita 64 balita. Jumlah balita yang mempunyai resiko penyakit tersebut
di Kecamatan X sebanyak 8000 balita. Tentukan incidence rate penyakit
campak tersebut !
Jawab :
Jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu
Incidence Rate= x 1000
Populasi yang mempunyai resiko
64
Incidence Rate= x 1000
8000
8
Incidence Rate=
1000
Incidence Rate=0,008

b) Attack Rate
Attack Rate suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus selama epidemi atau
incidence rate pada suatu epidemi yang terjadi di kalangan penduduk.
Rumus :
Jumlah kasus selama epidemi
Attack Rate= x 1000
Populasi yang mempunyai resiko−resiko
Contoh kasus :
Pada waktu terjadinya wabah morbili di Kelurahan Y pada tahun 2012,
terdapat 15 anak yang menderita morbili. Jumlah anak yang mempunyai
resiko di Kelurahan tesebut sebanyak 2000 anak. Tentukan attack rate
penyakit morbili tersebut !
Jawab :
Jumlah kasus selama epidemi
Attack Rate= x 1000
Populasi yang mempunyai resiko−resiko
15
Attack Rate= x 1000
2000
7,5
Attack Rate=
1000
Attack Rate=0,0075

c) Prevalence Rate
Prevalence Rate suatu penyakit tertentu adalah mengukur jumlah orang di
kalangan penduduk yang menderita suatu penyakit pada satu titik waktu
tertentu.

Rumus :
Jumlah kasus−kasus penyakit yang ada pada suatutitik waktu
Prevalence Rate= x 1000
Jumlah penduduk seluruhnya
Contoh kasus :
Kasus penyakit TBC Paru di Kecamatan Moyang pada waktu dilakukan
survei pada bulan Februari 2014 adalah 96 orang dari 24000 penduduk di
Kecamatan tersebut. Maka prevalence rate TBC di Kecamatan tersebut !
Jawab :
Jumlah kasus−kasus penyakit yang ada pada suatutitik waktu
Prevalence Rate= x 1000
Jumlah penduduk seluruhnya
96
Prevalence Rate= x 1000
24000
4
Prevalence Rate=
1000
Prevalence Rate=0,004

d) Period Prevalence
Period Prevalence suatu penyakit tertentu adalah mengukur jumlah rata-rata
orang di kalangan penduduk (mid period population) yang menderita suatu
penyakit selama periode tertentu.
Rumus :
Jumlah kasus penyakit yang ada selama periode
Period Prevalence= x 1000
Penduduk rata−ratadari periodetersebut
Contoh kasus :
Pada periode tahun 2013 (Januari – Desember) di Kelurahan A terdapat 75
penderita malaria. Pada pertengahan tahun 2013 penduduk Kelurahan A
tersebut berjumlah 5000 orang. Maka period prevalence malaria di
Kelurahan A tersebut !
Jawab :
Jumlah kasus penyakit yang ada selama periode
Period Prevalence= x 1000
Penduduk rata−ratadari periodetersebut
75
Periode Prevalence= x 1000
5000
15
Period Prevalence=
1000
Period Prevalence=0,015
Period Prevalence terbentuk dari prevalence pada suatu titik waktu ditambah
kasus-kasus baru (incidence), dan kasus-kasus yang kambuh selama periode
observasi.
2) Ratio
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantittif
yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.

X X = Kasus
Rumus = ----- x K Y = Pop. Risiko
Y K = Konstanta

Contoh:
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10
diantaranya adalah jenis kelamin pria. Maka rasio pria terhadap wanita
adalah
10
Ratio=
20
1
Ratio=
2
3) Proporsi
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut.
Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi proporsi
dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-
masing kategori atau subkelompok dari kelompok itu.

X X = Kasus
Rumus = --------- x K Y = Pop. Risiko
X+Y K = Konstanta
Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap perempuan adalah
10
Proporsi=
30
1
Proporsi=
3
b. Ukuran yang dipakai untuk menghitung angka kematian, meliputi :
1) Crude Death Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar
Angka keamtian kasar adalah jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun per
1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena angka
ini dihitung secara menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok
tertentu di dalam populasi dengan tingkat kematian yang berbeda-beda.
Rumus :
Jumlah kematian yang dicatat selama 1tahun
CDR= x 1000Manfaat
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
CDR
a) Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat
b) Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat
c) Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi
d) Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologi
e) Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk
2) Age Specific Death Rate (ASDR) atau Angka Kematian Menurut Golongan Umur
Angka kematian menurut golongan umur adalah perbandingan antara jumlah
kematian yang dicatat selama 1 tahun pada penduduk golongan umur x dengan
jumlah penduduk golongan umur x pada pertengahan tahun
Rumus :
Jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada olongan umur tertentu
ASDR= x 1000
Jumlah golongan umur tertentu pada pertengahan tahun yang sama
Manfaat ASDR sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan
melihat kematian tertinggi pada golongan umur
b) Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah
c) Untuk menghitung rata-rata harapan hidup
3) Cause Disease Specific Death Rate (CDSDR) atau Angka Kematian Akibat
Penyakit Tertentu
Angka Kematian Akibat Penyakit Tertentu adalah Jumlah kematian karena TBC
di satu daerah dalam waktu satu tahun dengan jumlah penduduk rata-rata
(pertengahan tahun) pada daerah dan tahun yang sama
Rumus :
Jumlah kematianpenyakit di suatudaerah dalam waktu 1 tahun
CDSDR= x 1000
Jumlah penduduk rata−rata ( pertengahan tahun ) pada daerah∧tahun yang sama
4) Under Five Mortality Rate (UFMR) atau Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita adalah gabungan antara angka kematian bayi dengan
angka kematian anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian balita yang dicatat
selam satu tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun
UFMR= x 1000Angka
Jumlah balita pada tahun yang sama
kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat
karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk sataus kesehatan bayi
dan anak.
5) Neonatal Mortality Rate (NMR) atau Angka Kematian Neonatal
Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Angka Kematian
Neonatal adalah jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kematian bayi yang berumur< 28 hari
NMR= x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Manfaat dari angka kematian neonatal adalah sebgai berikut :
a) Untuk mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal
b) Untuk mengetahui program Imuninsasi
c) Untuk pertolongan persalinan
d) Untuk mengetahui penyakit infeksi
6) Perinatal Mortality Rate (PMR) atau Angka Kematian Perinatal
Angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur
kurang dari 7 hari yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 kelahiran kelahiran hidup
pada tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kematian janin yang dilahirkan pd UK 28 mgg+ Jumlahkematianbayi dg umur <7 ta
PMR= ( Jumlah kelahiran hidup padatahun yang sama
Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan keadaan
kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi
Faktor yang mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai berikut :
a) Banyak bayi dengan berat badan lahir rendah
b) Status gizi ibu dan bayi
c) Keadaan sosial ekonomi
d) Penyakit infeksi terutama ISPA
e) Pertolongan persalinan
7) Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah penduduk yang berumur
kurang dari 1 tahun yang diacat selama 1 tahun dengan 1000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah penduduk yang berumur <1tahun
IMR= x 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
Manfaat dari perhitungan angka kematian bayi adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi
b) Untuk Mengetahui tingkat pelayanan antenatal
c) Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
d) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan Program Keluaga berencana (KB)
e) Untuk mengetahui kondisi lingkungan dan sosial ekonomi
8) Maternal Mortality Rate (MMR) atau Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan , persalinan∧nifas
MMR= x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Tinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada :
a) Sosial ekonomi
b) Kesehatan ibu sebellum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas
c) Pelayanan terhadap ibu hamil
d) Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas
c. Ukuran yang dipakai untuk menghitung angka kesuburan atau fertilitas, meliputi :
1) Crude Birth Rate (CBR) atau Angka kelahiran kasar
Angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran hidup yang dicatat dalam 1 tahun
per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kelahiran hidup yang dicatat
CBR= x 1000Angka kelahiran
Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama
kasar ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara umum
dalam waktu singkat tetapi kurang sensitif untuk :
a) Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah
b) Mengukur perubahan tingkat fertilitas karena perubahan pada tingkat
kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk
2) Age Spesific Fertilty Rate (ASFR) atau Angka Fertilitas Menurut Golongan Umur
Angka fertilitas menurut golongan umur adalah jumlah kelahiran oleh ibu pada
golongan umur tertentu yang dicatat selam 1 tahun yang dicata per 1000
penduduk wanita pada golongan umur tertentu apda tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat
ASFR= x 1000
Jumlah penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang sama
Angka fertilitas menurut golongan umur ini dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan pada angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap
golongan umur tidak sama hingga gambaran kelahiran menjadi lebih teliti.
3) Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Fertilitas Total
Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas menurut umur yang dicatat
selama 1 tahun.
Rumus:
TFR=Jumlah angka fertilitas menurut umur x 1000

4.Surveillance dan Screening masalah Kesehatan

Menurut WHO Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interprestasi
data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu definisi
surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta
pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan
dan pengolahan data. Sehingga dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans
epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit
atau masalah–masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Surveilens adalah kegiatan pengumpulan data yang sistematik dan mengahasilkan Informasi
Epidemiologi untuk perencanaan, implementasi dan penilaian pembrantasan penyakit.

a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.


Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit,
puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas
surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan
lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap
penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan
dataadalah menentukan kelompok high risk; Menentukan jenis dan
karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi;
Pencatatan kejadian penyakit; danKLB.
b. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah
(row data) yangmasih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah
dianalisis. Data yangterkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel,
bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data
tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis
dan dilakukaninterpretasi untuk memberikan arti dan memberikan
kejelasan tentang situasi yangada dalam masyarakat.
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki
keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu
kesimpulan, selanjutnya dapatdisebarluaskan kepada semua pihak yang
berkepentingan, agar informasi ini dapatdimanfaatkan sebagai mana
mestinya.
e. Evaluasi

Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatantindak
lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan
pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan

Penyaringan atau  screening adalah upaya mendeteksi/mencari  penderita dengan penyakit


tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau
pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan sakit,
selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.

Menurut WHO pengertian skrining adalah upaya pengenalan  penyakit atau kelainan yang
belum diketahui dengan menggunakan tes,  pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat secara
cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-benar sehat dengan orang yang tampak
sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Skrining adalah suatu penerapan uji/tes
terhadap orang yang tidak menunjukkan gejala dengan tujuan mengelompokkan mereka
kedalam kelompok yang mungkin menderita penyakit tertentu.
1. Tahap menetapkan masalah kesehatan yang ingin diketahui dengan mengumpulkan
berbagai keterangan yang ada hubungannya dengan masalah kesehatan tersebut.
Keterangan-keterangan yang diperoleh harus diseleksi untuk kemudian disusun
sehingga menjadi jelas kriteria masalah yang akan dicari.
2. Tahap menetapkan cara pengumpulan data yang akan dipergunakan untuk masalah
kesehatan cara pengumpulan data yang baik adalah menggunakan tes yang
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi.
3. Tahap menetapkan populasi yang datanya akan dikumpulkan. Populasi yang dipilih
adalah mempunyai risiko untuk tekena maslah kesehatan tersebut, namun masih
sehat. Tentukam sumber data, kriteria responden, besar sampel, dan cara
pengmabilan sampel.
4. Tahap melakukan penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan memanfaatkan
kriteria masalah kesehatan serta cara pengumpulan data yang telah ditetapkan, hasil
dari langkah ini adalah ditemukannya kelompok populasi yang diduga mengidap/
mengalami masalah kesehatan.
5. Tahap mempertajam penyaringan. Pada kelompok populasi yang dicurigai mengidap
masalah kesehatan yang sedang dicari, dilakukan penyaringan lagi dengan prosedur
diagnostik, untuk memperoleh kelompok polpulsi yang benar-bedar mengidap
masalah kesehatan tersebut.
6. Tahap penyusunan laporan dan tindakm lanjut. Setelah dapat dipastikan bahwa
kelompok populasi hanya mengidap masalah kesehatannya yang dicari saja,
dilakukan pengolahan data dan penyusunan laporan. Hasil dari skrining adalah data
tentang jumlah masalah kesehatan yang ingin diketahui.
5.Kependudukan dan Masalah Kependudukan di Indonesia
Hasil estimasi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2017 sebesar 261.890.872 jiwa, yang
terdiri atas 131.579.184 jiwa penduduk laki-laki dan 130.311.688 jiwa penduduk perempuan.
Angka
tersebut merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi
Kementerian
Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan metode
geometrik. Metode ini menggunakan prinsip bahwa parameter dasar demografi yaitu
parameter
fertilitas, mortalitas, dan migrasi per tahun tumbuh konstan. struktur penduduk di Indonesia
termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari usia 0-14 tahun (usia muda)
lebih banyak jumlahnya dibandingkan usia di atasnya. Lebih melebarnya grafik pada usia
muda membuktikan bahwa pendudukIndonesia memiliki struktur muda. Bagian atas yang
lebih pendek pada piramida tersebut menunjukkan angka kematian yang masih tinggi pada
penduduk usia tua. Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua. Konsentrasi
penduduk di suatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan ukuran kepadatan
penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata jumlah penduduk per 1 kilometer
persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukkan bahwa semakin
banyakpenduduk yang mendiami wilayah tersebut. Rata-rata kepadatan penduduk di
Indonesia tahun 2017berdasarkan hasil estimasi sebesar 136,86 jiwa per km2. Pada tahun
2017 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 425.089 kasus, meningkat bila
dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2016 yang sebesar
360.565 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah
penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di
tiga provinsi tersebut sebesar43% dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia.
Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,4
kali dibandingkan pada perempuan. Di Indonesia, Data Riskesdas (2007) menyebutkan
bahwa Pneumonia menduduki peringkat
kedua sebagai penyebab kematian bayi (23,8%) dan balita (15,5%). Menurut data Riset
Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 digambarkan bahwa period prevalens dan prevalensi dari pneumonia
tahun
2013 adalah 1,8% dan 4,5%. Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017,
didapatkan
insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54. Hasil RISKESDAS tahun 2013
memperlihatkan
proporsi pengidap Hepatitis B sebesar 7,1%, menurut jenis kelamin (laki-laki 8,0% dan
perempuan
6,4%), menurut lokasi tempat tinggal (perkotaan 6,3% dan pedesaan 7,8%).Indonesia telah
mencapai status eliminasi kusta, yaitu prevalensi kusta <1 per 10.000
penduduk pada tahun 2000. Setelah itu Indonesia masih bisa menurunkan angka kejadian
kusta
meskipun relatif lambat. Angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 0,70
kasus/10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,08 kasus per 100.000
penduduk.
Angka kejadian dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 6.20
Pada tahun 2017 dilaporkan 15.910 kasus baru kusta (6,1/100.000 penduduk) dengan 86,12%
kasus di antaranya merupakan tipe Multi Basiler (MB). Sedangkan menurut jenis kelamin,
61,99%
penderita baru kusta berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 38,01% lainnya berjenis kelamin
perempuanPenyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
menyerang sistem
pernafasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10
tahun.
Jumlah kasus difteri pada tahun 2017 sebanyak 954 kasus dengan jumlah kasus meninggal
sebanyak 44 kasus, sehingga CFR difteri di Indonesia pada 2017 yaitu sebesar 4,61%. Dari
jumlah
tersebut, kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur dengan 331 kasus dan Jawa Barat yaitu
sebanyak 167
kasus.

B.Surveillance dan screening covid 19

Berikut kegiatan yang dilakukan terhadap kontak erat:

a. Kontak erat risiko rendah

Kegiatan surveilans dan pemantauan kontak erat ini dilakukan selama 14 hari sejak
kontak terakhir dengan pasien dalam pengawasan. Kontak erat ini wajib melakukan
observasi. Observasi yang dimaksud dalam pedoman ini adalah karantina. Kontak erat
risiko rendah tidak memerlukan pengambilan spesimen.

o Apabila pasien dalam pengawasan dinyatakan negatif COVID-19 maka


kegiatan surveilans dan pemantauan terhadap kontak erat dihentikan.
oApabila pasien dalam pengawasan dinyatakan probabel/positif COVID- 19
(konfirmasi) maka pemantauan dilanjutkan menjadi kontak erat risiko tinggi.
b. Kontak erat risiko tinggi

Kegiatan surveilans terhadap kontak erat ini dilakukan selama 14 hari sejak kontak
terakhir dengan probabel/ konfirmasi. Kontak erat ini wajib dilakukan observasi dan
dilakukan pengambilan spesimen (hari ke-1 dan hari ke-14). Pengambilan spesimen
dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang berkompeten dan berpengalaman
di lokasi observasi. Jenis spesimen dapat dilihat pada BAB 5. Pengiriman spesimen
disertai salinan formulir pemantauan harian kontak erat (lampiran 2). Bila hasil
pemeriksaan laboratorium positif maka pasien dirujuk ke rumah sakit rujukan.

Apabila kontak erat menunjukkan gejala demam (≥380C) atau batuk/pilek/nyeri tenggorokan
dalam 14 hari terakhir maka dilakukan isolasi rumah dan pengambilan spesimen pada hari
ke-1 dan ke-2 oleh petugas kesehatan setempat yang berkompeten dan berpengalaman baik di
fasyankes atau lokasi pemantauan. Apabila hasil laboratorium positif, maka dilakukan
rujukan ke RS rujukan untuk isolasi di Rumah sakit. Petugas kesehatan melakukan
pemantauan melalui telepon, namun idealnya dengan melakukan kunjungan secara berkala
(harian). Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala
harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan primer dengan berkoordinasi
dengan dinas kesehatan setempat.

Orang dalam Pemantauan

Orang dalam pemantauan wajib melakukan isolasi diri di rumah dan dilakukan pengambilan
spesimen (hari ke-1 dan hari ke-2). Kegiatan surveilans terhadap orang dalam pemantauan
dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya perburukan gejala selama 14 hari.
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang berkompeten dan
berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan. Jenis spesimen dapat dilihat pada
BAB 5. Pengiriman spesimen disertai formulir pemeriksaan ODP/PDP (lampiran 6). Bila
hasil pemeriksaan menunjukkan positif maka pasien di rujuk ke RS Rujukan. Begitu pula bila
apabila orang dalam pemantauan berkembang memenuhi kriteria pasien dalam pengawasan
dalam 14 hari terakhir maka segera rujuk ke RS rujukan untuk tatalaksana lebih lanjut.

Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan melalui telepon namun idealnya melakukan
kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat pada formulir pemantauan harian (lampiran 2).
Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian.
Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan primer dan berkoordinasi dengan
dinas kesehatan setempat. Orang dalam pemantauan yang sudah dinyatakan sehat dan tidak
bergejala, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan

Pelaku Perjalanan Dari Negara/Area Terjangkit

Pelaku perjalanan dari negara/area transmisi lokal yang tidak bergejala wajib melakukan
monitoring mandiri terhadap kemungkinan munculnya gejala selama 14 hari sejak
kepulangan. Setelah kembali dari negara/area transmisi lokal sebaiknya mengurangi aktivitas
yang tidak perlu dan menjaga jarak kontak (≥ 1 meter) dengan orang lain. Jika dalam 14 hari
timbul gejala, maka segera datangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dan membawa
HAC. Kegiatan surveilans terhadap pelaku perjalanan dari negara terjangkit yang tidak
berisiko dan tidak bergejala dilakukan melalui pemantauan HAC yang diberikan di pintu
masuk negara. Petugas pintu masuk negara diharapkan melakukan notifikasi ke Dinas
Kesehatan setempat sesuai dengan alamat yang tertera di HAC. Dinas Kesehatan yang
menerima notifikasi dapat meningkatkan kewaspadaan dan diharapkan melakukan
komunikasi risiko kepada pelaku perjalanan dengan memanfaatkan teknologi seperti telepon,
pesan singkat, dll.

Bila fasyankes menemukan orang yang memenuhi kriteria pasien dalam pengawasan maka
perlu melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien dan rujuk ke RS rujukan menggunakan mobil


ambulans
2. Memberikan komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19
3. Fasyankes segera melaporkan dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes Kab/Kota setempat.
Selanjutnya Dinkes Kab/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi yang
kemudian diteruskan ke Ditjen P2P melalui PHEOC dan KKP setempat.
Menggunakan form notifikasi (lampiran 4)
4. Melakukan penyelidikan epidemiologi selanjutnya, mengidentifikasi dan pemantauan
kontak erat
5. Pengambilan spesimen dilakukan di RS rujukan yang selanjutnya RS berkoordinasi
dengan Dinkes setempat untuk pengiriman sampel dengan menyertakan formulir
penyelidikan epidemiologi (lampiran 5), formulir pengiriman specimen (lampiran 6).

Bila memenuhi kriteria orang dalam pemantauan maka dilakukan:

1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien


2. Komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19
3. Pasien melakukan isolasi diri di rumah tetapi tetap dalam pemantauan petugas
kesehatan puskesmas berkoordinasi dengan Dinkes setempat
4. Fasyankes segera melaporkan secara berjenjang dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes
Kabupaten/Kota/Provinsi.
5. Pengambilan spesimen di fasyankes atau lokasi pemantauan

Anda mungkin juga menyukai