Anda di halaman 1dari 18

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HIPERTENSI

OLEH

1. LIMSATUA SIHOMBING
2. RINDU PARGAULAN SITOMPUL
3. YATATEMA GULO

STIKES NAULI HUSADA SIBOLGA


S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Surveilans
Epidemiologi Penyakit Hipertensi ini tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah
penulis dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan semua pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Sibolga, Januari 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
D. MNFAAT PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Epidemiologi Hipertensi
B. Determinan Hipertensi
C. Surveilans Epidemiologi hipertensi
D. Kelemahan Surveilans Hipertensi
E. Kelebihan Surveilans Hipertensi

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO, pengertian Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,


dan interpretasi data secara sistematik dn terus menerus serta penyebarluasan informasi kepada
unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Surveilans epidemiologi yaitu kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan
data, pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.
Surveilans Hipertensi adalah metode untuk mengetahui tingkat masalah melalui
pengumpulan data yang sistematis dan terus menerus terhadap distribusi dan kecenderungan
mengalami penyakit hipertensi.
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantungcongestive, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut ³silent killer´karena sifatnya asimptomatik dan telah
beberapa tahun menimbulkan stroke yangfatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yangmenyertainya.Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di
negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan padaangka penderita hipertensi
saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3
setelah stroke dantuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur
diIndonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahuihampir seperempat
(24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahunmengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu
kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.Sedangkan
sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah
sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan60% risiko kematian akibat penyakit
kardiovaskuler.Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatanrata-
rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun1999. Secara
keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas
menyebutkan hipertensi sebagai penyebabkematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis,
jumlahnya mencapai 6,8%dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini, maka akan kita bahas mengenai surveilans epidemiologi pada penyakit
Hipertensi.

C. TUJUAN MAKALAH
 Tujuan Umum
Tujuan surveilans hipertensi adalah untuk memperoleh gambaran epidemiologi tentang
kejadian hipertensi di Indonesia untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
program selanjutnya.
 Tujuan Khusus
 Mengetahui prevalensi hipertensi pada kelompok sub populasi tertentu yaitu pada
kelompok berperilaku risiko tinggi dan perilaku risiko rendah pada lokasi tertentu.
 Memantau dampak program.
 Menyediakan data untuk proyeksi kasus HIV / AIDS di Indonesia.
 Menggunakan data prevalensi untuk keperluan advokasi.
 Menyediakan informasi untuk perencanaan pelayanan kesehatan

D. MANFAAT PENELITIAN
Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan
membandingkan besarnya masalah kejadian penyakit hipertensi sebelum dan sesudah
pelaksanaan program. serta menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat
disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar penanggulangan hipertensi yang cepat dan tepat,
yaitu melakukan perencanaan yang sesuai dengan permasalahannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Epidemiologi Hipertensi
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantungcongestive, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut ³silent killer´karena sifatnya asimptomatik dan telah
beberapa tahun menimbulkan stroke yangfatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yangmenyertainya.Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di
negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan padaangka penderita hipertensi
saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3
setelah stroke dantuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur
diIndonesia.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahuihampir seperempat


(24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu
kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.Sedangkan
sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah
sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan60% risiko kematian akibat penyakit
kardiovaskuler.Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatanrata-
rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun1999. Secara
keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas
menyebutkan hipertensi sebagai penyebabkematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis,
jumlahnya mencapai 6,8%dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkandan menunjukkan, di
daerah pedesaan masih banyak penderita yang belumterjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik
dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas
dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar
antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah sepertidi Ungaran, Jawa Tengah
1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, IrianJaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat
17,8%.Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil
Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan
ini tentunya sangat berbahaya, yang dapatmenyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.

Oleh karena cukup besarnya angka kejadian hipertensi maka, akan dikaji lebih lanjut
mengenai penyakit hipertensi tersebut. penyakit hipertensi di wilayah Jakarta Utara berdasarkan
jenis kelamin pada tahun 2007 dengantotal jumlah sampel 1000 orang yang terdiri dari laki-laki
433 orang dan perempuan 567 orang dan yang terkena hipertensi pada laki-laki sebanyak
52 orangserta pada perempuan sebanyak 67 orang.

a) Determinan Hipertensi

Menurut model ini, apabila ada perubahan dari salah satu faktor , maka akan terjadi
perubahan keseimbangan diantara mereka , yang berakibat akan bertambah atau berkurangnya
penyakit yang bersangkutan.

1. Host (Penjamu)

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu :

a. Daya Tahan Tubuh Terhadap Penyakit

Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat.
Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolagraga dan
berusaha mengatasi stresnya dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan
tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.

b. Genetis

Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi
(genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.
c. Umur

Penyebaran hipertensi menurut golongan umur agaknya terdapat kesepakatan dari para
peneliti di Indonesia. Disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat dengan
bertambahnya umur. Sebagai gambaran saja, berikut ini dikutipkan salah satu hasil penelitian
tentang penyebaran menurut umur tersebut

Prevalensi 6-15% pada orang dewasa. Prevalensi meningkat menurut usia. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Tetapi di atas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami menapouse ) berpeluang
lebih besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya hipertensi
di kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi tidak memandang golongan
umur.

d. Jenis Kelamin

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah
tangga.

Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan.

Wanita > Pria pada usia > 50 tahun

Pria > wanita pada usia < 50 tahun

e. Adat Kebiasaan

Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut
seperti:

- Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan
stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang
berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi,
padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.

- Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi
terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi
garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah
(warung, restoran, hotel, dan lain-lain).

- Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya
hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah
tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebih.

f. Pekerjaan

Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Pria yang
mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang jabatan yang menuntut tanggung
jawab besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah
yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekannya mereka yang jabatan nya
lebih “longgar” tanggung jawabnya . Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai
penyakit misalnya sakit kepala,sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan
stroke.

g. Ras/Suku

Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit hipertensi
terjadi secara bervariasi.

2. Agent (Penyebab Penyakit)

Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya dapat
menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi
yang menjadi agen adalah :
a. Faktor Nutrisi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium memegang peranan penting terhadap
timbulnya hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi.

Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per
hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya
masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam. Indra perasa kita
sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin,
sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar.

Minuman berkafein dan beralkohol.Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat
meningkatkan resiko hipertensi. Juga terbukti adanya hubungan antara resiko hipertensi dengan
makanan cepat saji yang kaya daging. Makanan cepat saji juga merupakan salah satu penyebab
obesitas (berat badan berlebih ). Dilaporkan bahwa 60% penderita hipertensi mempunya berat
badan berlebih.

b. Faktor Kimia

Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid, Siklosporin,


Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis (dalam jumlah sangat besar).

b. Faktor Biologi

Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti telah membuktikan
bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar
insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi insulin merupakan
karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas,
peningkatan trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan
hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.
Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak
sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes
genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara
konsisten.

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan
bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko terjadi
hipertensi.

d. Faktor Fisik

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.

Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada
orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan

Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas.
Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan berlebih
dari tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah satu yang meningkatkan resiko
hipertensi.

3. Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh
luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.

Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup kurang baik
seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan (Stres). Stres yang terlalu besar dapat memicu
terjadinya berbagai penyakit seperti hipertensi. Dalam kondisi tertekan adrenalin dan kortisol
dilepaskan ke aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap
beraksi. Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam
makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.
Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih berisiko terjadinya
penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan, karena daerah pantai lebih banyak
terdapat natrium bersama klorida dalam garam dapur sehingga Konsumsi natrium pada
penduduk pantai lebih besar dari pada daerah pegunungan.

Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi yang cukup
tinggi. Dimana daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup modern lebih berisiko terjadinya
penyakit hipertensi dibandingkan dengan daerah pedesaan.

Berikut ini adalah factor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi menurut teori HL
Blum yaitu :

• Faktor Genetik

Peneliti juga telah mengidentifikasi selusin gen yang mempunyai kontribusi terhadap
tekanan darah tinggi. Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun
hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam,
sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi
hipertensi secara konsisten.

Riwayat penyakit yang di derita, bagi keturunan penderita hipertensi Jika ada anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi, walaupun belum adanya tes genetik secara
konsisten terhadap penyakit hipertensi tetaplah berhati-hati. Karena dalam garis keluarga pasti
punya struktur genetik yang sama.

• Faktor Perilaku

Faktor perilaku seperti misalnya gaya hidup kurang baik seperti pengkonsumsian makanan
cepat saji yang kaya daging dan minuman bersoda, memiliki kadar kolesterol darah yang
tinggi,Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), gaya hidup
stres,stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres
telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafein dan beralkohol atau garam dalam makanan;
bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Serta
kebiasaan merokok karena rokok dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi.

• Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan
berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya), seperti : Indra perasa kita yang sejak
kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin,
sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit
dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran,
hotel, dan lain-lain).

• Faktor Pelayananan

Faktor pelayanan kesehatan adalah kurangnya pemberdayaan masyarakat dalam usaha


pencegahan penyakit hipertensi dengan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, kurangnya
perencanaan program mengenai pencegahan penyakit hipertensi dari provider (pelayanan
kesehatan) di puskesmas mengenai pencegahan penyakit hipertensi dengan pengaturan pola
makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup, kurangnya kerja sama dengan berbagai sektor
terkait guna pencegahan terjadinya penyakit hipertensi, serta kurangnya penilaian, pengawasan
dan pengendalian mengenai program pencegahan penyakit hipertensi di Puskesmas.

1) SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Prosedur pemeriksaan hipertensi yaitu dengan cara pemeriksaan tekanan darah dimana
pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan
diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan
tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau
tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya.

Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim
rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian
Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh
kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang
tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat
rendah.Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo,
menemukan prevalensi hipertensi’ tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar
33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).

Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase yang
rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi merupakan faktor
risiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak dijumpai. Oleh
karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu memperhatikan
tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler,
penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk
proses pembangunan.

Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang
terarah. Tujuan program penanggulangan penyakit kardiovaskuler adalah mencegah peningkatan
jumlah penderita risiko penyakit kardiovaskuler dalam masyarakat dengan menghindari faktor
penyebab seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, merokok, stres dan lain-lain.

2) Pedoman Surveilans hipertensi


1. Pengumpulan data dimana data dapat diperoleh dari instansi atau rumah sakit dengan cara
mengambil rekam medic pada penykit hipertensi.
2. Kompilasi data
Semua data yang dikumpulkan dari lapangan atau rumah sakit diolah oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota dan Provinsi, selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi akan melakukan
kompilasi hasil pengumpulan data dari lapangan dan dari Balai Laboratorium Kesehatan
Provinsi di tingkat Provinsi.
3. Data tersebut akan dianalisis untuk melihat tren/ kecenderungan prevalens hipertensi
berdasarkan orangdan tempat dalam bentuk penjelasan.
4. Data surveilans sentinel hipertensi harus diinterpretasikan untuk menilai seberapa cepat
peningkatan atau penurunan prevalens hipertensi pada berbagai sub-populasi sasaran di
daerah masing-masing (populasi sentinel).
5. Monitoring

Monitoring merupakan pengawasan rutin terhadap informasi penting dari kegiatan


surveilans sentinel yang sedang dilaksanakan dan hasil-hasil program yang harus dicapai.
Pada pelaksanaan surveilans sentinel, monitoring dilakukan pada prosesnya melalui sistem
pencatatan dan pelaporan.

6. Evaluasi kegiatan surveilans sentinel dilakukan pada tahap input, proses pelaksanaan dan
output. Evaluasi proses pelaksanaan perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas
pelaksanaan kegiatan. Pada tahap ini evaluasi dilakukan terhadap “siapa melakukan apa
dan bagaimana caranya”. Evaluasi ini dilakukan untuk semua petugas yang dilibatkan,
seperti misalnya petugas pencatatan dan pelaporan, petugas laboratorium. Misalnya
apakah petugas pengambil spesimen darah telah menggunakan prosedur yang benar dan
telah melakukan pengkodean pada setiap venoject berisi spesimen darah.

2. Kelemahan Surveilans

1. Kesalahan pada Sumber Daya Manusia yang ada seperti kader/petugas surveilans belum
memasukkan data tepat waktu, ketepatan pelaporan masih kurang, data sudah diolah tapi
tidak dianalisis, petugas Puskesmas mengalami hambatan menyebarkan informasi dalam
pencegahan dan penanggulangan hipertensi.
2. Penyebaran informasi hanya dalam bentuk laporan tahunan dan penyuluhan, belum
pernah dibuat buletin epidemiologi.
3. Pelaksanaan atribut sistem belum sederhana.
4. Fleksibilitas, sensitivitas, Nilai Prediktif Positif dan kerepresentatifan belum diukur.
5. Kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat dalam program pencegahan
penyakit hipertensi ang sering dialami oleh. Masyarakat awam.

 Kelebihan Sistem Surveilans Penyakit HIV/AIDS di Indonesia

1. Sistem surveilans hipertensi sudah memantau tren/kecenderungan terjadinya hipertensi


dikalangan masyarakat.
2. Sitem surveilans HIV/AIDS di Indonesia sudah memantau dampak program,
menyediakan data untuk estimasi dan proyeksi hipertensi di Indonesia, menggunakan
data prevalens untuk advokasi, nenyelaraskan program pencegahan dengan perencanaan
pelayanan kesehatan, dan menyediakan informasi untuk program penanggulangan
hipertensi.
3. Para petugas surveilans hipertensi di Indonesia sudah mendapatkan pelatihan dalam
melakukan kegiatan survailens tersebut baik petugas provinsi, kabupaten/kota,
laboratorium,dan supervisi.
4. Standarisasi waktu pengumpulan data sudah ditetapkan tergantung dari kebutuhan
5. Hasil survailens hipertensi akan dievaluasi ulang oleh pihak terkait apabila sudah
memenuhi standar maka akan disebarluaskan ke publik.

Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim
rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian
Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh
kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang
tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat
rendah.Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo,
menemukan prevalensi hipertensi’ tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar
33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).

Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase yang
rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi merupakan faktor
risiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak dijumpai. Oleh
karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu memperhatikan
tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler,
penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk
proses pembangunan
BAB III
PENUTUP

1) Kesimpulan
Menurut WHO, pengertian Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan interpretasi data secara sistematik dn terus menerus serta penyebarluasan informasi kepada
unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Surveilans epidemiologi yaitu kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan
data, pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.
Surveilans hipertensi adalah metode untuk mengetahui tingkat masalah melalui
pengumpulan data yang sistematis dan terus menerus terhadap distribusi dan kecenderungan
kejadian penyakit hipertensi dikalangan masyarakat.

2) Saran
Dengan adanya makalah surveilans epidemiologi hipertensi ini, penulis, pembaca dan
masyarakat dapat lebih mengetahui tentang surveilans pada penyakit Hipertensi ini.
DAFTAR PUSTAKA

Almastar, Sunita. Penuntun Diet. 2006.Jakarta : Gramedia.


Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. 2007.Jakarta : EGC
Francin Paath, Erna, dkk. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. 2005.Jakarta: EGC
www. cermindunia.com/edisi khusus 80/1992. Senin, 22 April 2013. 16.00 WIB
http://www.balita-anda.com. Senin, 22 April 2013. 16.00 WIB
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999

Anda mungkin juga menyukai