Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN MINI PROJECT

DOKTER INTERNSHIP

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA PENDATAAN


PROGRAM INDONESIA SEHAT MELALUI PENDEKATAN
KELUARGA DI DESA RAMBU-RAMBU JAYA KECAMATAN
RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2020

Disusun oleh:

dr. Rizky Nur Caesaria

Pembimbing:

Dr. Muhammad Yunus M. Kes

PUSKESMAS RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERIODE FEBRUARI 2020-NOVEMBER 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang cukup serius di seluruh dunia.
Disamping angka kejadiannya yang meningkat secara terus-menerus,
hipertensi juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang yang berakibat
fatal dari menurunkan kualitas hidup penderita hingga dapat menyebabkan
kematian. Menurut World Health Organization (WHO) (2005), hipertensi
merupakan faktor risiko dari tingginya angka kejadian penyakit
kardiovaskular di seluruh dunia.
Secara global, tingginya tekanan darah diperkirakan menjadi penyebab 7,1
juta kematian atau sekitar 13% dari kesuluruhan penyebab kematian. Sekitar
62% penyakit serebrovaskular dan 49% penyakit jantung iskemik disebabkan
oleh hipertensi. Bahkan di dunia, hipertensi menjadi beban finansial yang
cukup besar, baik bagi masyarakat maupun sistem kesehatan dan
menghabiskan banyak sumber daya.
Hingga saat ini, angka kejadian hipertensi di seluruh dunia cukup tinggi,
dan memiliki kecenderungan untuk mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 1980 jumlah penderita hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta
penderita dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 miliar pada tahun
2008 (WHO, 2013). Laporan statistik kesehatan dunia 2012 menyebutkan
bahwa satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.
Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8%,
tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (16,8%). berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang
mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak
terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan
darah tinggi minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar penderita Hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun
mendapatkan pengobatan.
Penelitian berskala nasional dilakukan oleh perhimpunan hipertensi
Indonesia pada tahun 2002 di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Bali.
Dari 3080 subjek dewasa umur 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktik
dokter, didapatkan prevalensi hipertensi 58,89% dan sebanyak 37,32% pasien
tanpa pengobatan antihipertensi. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004 mendapatkan
prevalensi hipertensi di Pulau Jawa mencapai 41,9%.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan pada
tahun 2017 penderita hipertensi yang tercatat di Kabupaten Konawe Selatan
mencapai 14.252 orang atau sekitar 25,64% dari total keseluruhan jumlah
penduduk Kabupaten Konawe Selatan. Banyaknya kasus hipertensi tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor internal berupa faktor genetic,
dan faktor eksternal berupa gaya hidup, perilaku dan pengetahuan.
Khususnya di wilayah kerja Puskesmas Ranomeeto penyakit hipertensi
tercatat sebagai salah satu dari 10 besar penyakit dengan jumlah kasus yaitu
sebanyak 232. Hal ini bisa saja menjadi masalah kesehatan yang serius karena
akan mengakibatkan komplikasi yang berbahaya jika tidak terkendali dan
tidak diupayakan pencegahan dini faktor-faktor risiko yang mempengaruhi
kejadian hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran
karakteristik penderita hipertensi pada pendataan Program Indonesia Sehat
melalui Pendekatan Keluarga di desa Rambu-rambu Jaya Kecamatan
Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2020”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita hipertensi pada
pendataan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga di desa
Rambu-rambu Jaya Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik penderita Hipertensi di Desa Rambu-
rambu Jaya di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2020.
b. Mengidentifikasi pemecahan masalah untuk mengatasi penyakit
hipertensi di Desa Rambu-rambu Jaya di Wilayah Kerja Puskesmas
Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti
khususnya mengenai Hipertensi.
b. Hasil penelitian dapat menjadi data dasar dan menambah referensi
untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Institusi Tempat Penelitian
Hasil penelitian dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi
Puskesmas Ranomeeto dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tentang pencegahan dan
penanganan hipertensi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi
Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah
masalahkesehatan masyarakat yang mendunia. Dimana Hipertensi dapat
meningkatkanrisiko terhadap Penyakit Jantung, Stroke, Gagal Ginjal Kronik,
kematianPremature, dan kecacatan (WHO, 2013). Hampir semua consensus/
pedoman utama baik dari dalam walaupun luarnegeri, menyatakan bahwa
seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik =
140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik = 90 mmHg, pada pemeriksaan
yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang
menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat
keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan
tatalaksana hipertensi. (Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular, 2015)
B. Epidemiologi
Berdasarkan data Health, United States (HUS), 2014, dimana dariseluruh
warga USA pada 2009- 2012, orang dewasa berusia ≥ 20 tahun
denganHipertensi (didiagnosis dan tidak terdiagnosis) 47,4% penderita
Hipertensiberlanjut menderita tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Dan
didapatkandata penderita Hipertensi berdasarkan jenis kelamin, pada laki-laki
62,0% danpada perempuan 44,7% (HUS, 2015). Berdasarkan Centers for
Disease Control and Prevention (CDC),penderita Hipertensi di USA menurut
data karakteristik umur dengan kasustertinggi pada kelompok umur ≥ 75
tahun yaitu 66,7% laki-laki dan 78,5% perempuan dan kasus terendah pada
kelompok umur 20- 34 tahun yaitu 11,1% laki-laki dan 6,8% perempuan
(CDC, 2015). Dan didapatkan data penderita Hipertensi berdasarkan ras dan
etnis di USA,sebagai berikut :
Tabel 1. Hipertensi Berdasarkan Ras dan Etnis Di USA
Di Asia, kawasan Asia Tenggara, pada tahun 2010 terdapat 36% orang
dewasa yang menderita Hipertensi (Yuliantari, 2014). Penelitian di Taiwan
olehLu FH pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi penderita Hipertensi
usia diatas65 tahun 60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%) yang
sebelumnya 31,1 %(laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%) dan yang telah
terdiagnosis adalah 29,3%(laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%)
(Kuswardhani,2007).
Prevalensi Hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia yang
pernahdidiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat Hipertensi
sendiri sebesar 9,5%. Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran pada umur≥18 tahun sebagian besar (63,2%) kasus Hipertensi di
masyarakat tidakterdiagnosis. Penderita Hipertensi di Indonesia menurut data
karakteristikkelompok umur dengan kasus tertinggi pada kelompok umur ≥
75 tahun yaitu63,8% dan kasus terendah pada kelompok umur 15- 24 tahun
yaitu 8,7%. Danberdasarkan data di Indonesia, penderita Hipertensi tertinggi
pada perempuan(28,8%) dibandingkan dengan laki- laki (22,8%) (Kemenkes
RI, 2013).
C. Faktor Risiko
Peningkatan tekanan darah disebabkan dan dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti genetik dan gaya hidup. Faktor risiko yang berperan besar secara
independen antara lain adalah obesitas dan kenaikan berat badan. Tingginya
konsumsi NaCl juga merupakan faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan
darah, beserta konsumsi alkohol, stress psikososial, dan gaya hidup yang
sedentari.
1. Usia
Usia cenderung menjadi faktor risiko yang sangat kuat. Angka kejadian
(prevalensi) Hipertensi pada orang usia muda masa kuliah berkisar 2-
3%,sementara prevalensi Hipertensi pada manula berkisar 65% atau lebih
(Townsend,2010). Tekanan darah cenderung naik seiring bertambahnya
usia, risiko untukmeningkatnya penyakit Hipertensi akan lebih tinggi juga
seiring bertambahnyausia (CDC, 2015).
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh
karenainteraksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka
tekanan darah jugaakan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri
akan mengalami penebalanoleh karena adanya penumpukan zat kolagen
pada lapisan otot, sehinggapembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanandarah sistolik meningkat karena
kelenturan pembuluh darah besar yang berkurangpada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolikmeningkat
sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau
cenderungMenurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer
dan aktivitas simpatik.Pengaturan tekanan darah yaitu refleks
baroreseptor pada usia lanjutsensitivitasnya sudah berkurang. (Kumar et
al, 2005).
2. Aktivitas Fisik
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan yang memberikan banyak
keuntungan seperti berkurangnya berat badan, tekanan darah, kolesterol
sertapenyakit jantung. Dalam kaitannya dengan Hipertensi, olahraga
teratur dapatmengurangi kekakuan pembuluh darah dan meningkatkan
daya tahan jantung danparu-paru sehingga dapat menurunkan tekanan
darah (Widyanto dan Triwibowo,2013).
3. Genetik
Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi
faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh genetik ini sangat bervariasi,
dilaporkansekitar 15% pada populasi tertentu sampai dengan 60% pada
populasi lainnya.Peranan faktor genetik pada etiologi Hipertensi didukung
oleh penelitian yangmembuktikan bahwa Hipertensi terjadi di antara
keluarga terdekat walaupundalam lingkungan yang berbeda. Dibuktikan
pula bahwa kecenderunganHipertensi lebih besar pada kembar monozigot
dibandingan dizigot. Demikianjuga dalam keluarga, hubungan antara
tekanan darah orang tua lebih erat dengananak biologis dibandingkan
anak adopsi. Dibandingkan subyek yang tanpariwayat Hipertensi, subjek
dengan dua atau lebih anak turunan pertama (firstdegree relatives)
mempunyai kecenderungan mengalami Hipertensi empat kalipada umur
40 tahun, tiga kali pada umur sebelum 50 tahun, dan dua kali padaumur
sebelum 60 tahun, sedangkan Hipertensi yang terjadi pada umur 70
tahunbiasanya tidak mempunyai komponen genetik (Bakri dan
Lawrencce, 2008).
4. Obesitas
Seseorang lebih berisiko mengalami pra-Hipertensi maupun menderita
Hipertensi jika memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Istilah “berat
badanberlebih” dan "obesitas" merujuk pada berat badan yang lebih besar
dari apa yangdianggap sehat untuk tinggi badan tertentu (NHLBI, 2015).
Hubungan antara pengurangan berat badan dan pengurangan tekanan
darah tampaknya saling berhubungan. Pengurangan 1 kg berat badan
dapatmengurangi tekanan darah sebesar 2 atau 1 mmHg. Penurununan
tekanan darahkarena penurunan berat badan terkait juga dengan
penurunan massa lemakvisceral. Pada orang yang obesitas terjadi
peningkatan kerja pada jantung untukmemompa darah. Berat badan
berlebihan menyebabkan bertambahnya volumedarah dan perluasan
sistem sirkulasi. Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke
jaringantubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui
pembuluh darahakan meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri
menjadi lebih besar (Frisoliet al, 2011).
5. Jenis Kelamin
Sebelum usia 55 tahun laki- laki lebih mungkin menderita Hipertensi
dibandingkan perempuan. Setelah usia 55 tahun, perempuan lebih
mungkinmenderita Hipertensi dibandingkan laki- laki (NHLBI,2015).
Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan
dengan perempuan. Rasio terjadinya Hipertensi antara pria dan
perempuan sekitar 2,29untuk kenaikan tekanan darah sistol dan 3,6 untuk
kenaikan tekanan darahdiastole. Laki- laki cenderung memiliki gaya
hidup yang dapat meningkatkantekanan darah dibandingkan perempuan.
Tekanan darah laki- laki mulaimeningkat ketika usianya berada pada
rentang 35- 50 tahun. Kecenderungan seorang perempuan terkena
Hipertensi terjadi pada saat menopause karena faktor hormonal
(Widyanto dan Triwibowo, 2013).
6. Psikologi
Stress terjadi karena ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi
mental, fisik, emosional, dan spiritual seseorang. Kondisi tersebut pada
suatu saatakan mempengaruhi kesehatan fisik seseorang. Hubungan stress
denganHipertensi, diduga terjadi melalui saraf simpatis. Peningkatan
aktivitas sarafsimpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu).Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetaptinggi (Widyanto dan Triwibowo,
2013).

Gambar 1. Faktor risiko peningkatan tekanan darah


D. Klasifikasi
Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Berdasarkan Etiologi
a. Hipertensi Esensial/Primer
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI),
Hipertensi primer atau esensial adalah jenis yang paling umum dari
Hipertensi. JenisHipertensi ini cenderung terjadi pada seseorang
selama bertahun-tahun seumurhidupnya (NHLBI,2015). Hipertensi
esensial didefinisikan sebagai Hipertensiyang tidak diketahui
penyebabnya. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95%dari seluruh
kasus Hipertensi (Yogiantaro,2010). Hipertensi esensial dapat
diklasifikasikan sebagai benigna dan maligna.Hipertensi benigna
bersifat progresif lambat, sedangkan Hipertensi malignaadalah suatu
keadaan klinis dalam penyakit Hipertensi yang bertambah
beratdengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada
berbagai organ. Organ sasaran utama keadaan ini adalah jantung, otak,
ginjal, mata. Hipertensimaligna bisa diartikan sebagai Hipertensi berat
dengan tekanan diastolic lebihtinggi dari 120 mmHg (Price dan
Wilson, 2006).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain atau
penggunaan obat-obatan tertentu. Jenis ini biasanya sembuh setelah
penyebabnyadiobati atau dihilangkan (NHLBI, 2015). Hipertensi
sekunder adalah Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain atau
kelainan organik yang jelas diketahui dan meliputi 2-10% dari
seluruhpenderita Hipertensi (Madhur,2014).Jenis Hipertensi sekunder
sering sekali dapat diobati. Apapun penyebabnya tekanan arteri naik
karena terjadi peningkatan curah jantung,peningkatan resistensi
pembuluh sistemik atau keduanya. Peningkatan curahjantung sering
sekali di sertai penambahan volume darah dan aktivasineurohumonal
di jantung (Klabunde, 2015). Hipertensi sekunder sudah
diketahuipenyebabnya seperti disebabkan oleh penyakit ginjal
(parenkim ginjal),renovaskular, endoktrin (gangguan aldosteronisme
primer), kehamilan(preeklampsia), sleep apnea, dan obat – obatan
(Widyanto dan Triwibowo, 2013).
2. Berdasarkan Tekanan Darah
Berdasarkan The Seventh Report of The Joint National Committee
onPrevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC7) tahun 2004 klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
terbagi menjadikelompok normal, pra-Hipertensi, Hipertensi derajat 1 dan
derajat 2.
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Pria Dewasa (Umur > 18
tahun) oleh JNC VIII
Tekanan
Tekanan Darah
Klasifikasi Darah
Diastolik
Sistolik
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stage I 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stage II > 160 atau > 100

E. Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardio vascular melalui system saraf termasuk system control yang bereaksi
segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem
yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama
ginjal.
1. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai
dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis
merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding
pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk
sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan
pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di
bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah,
obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada
organ atau bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi
sejumlah vasoaktif local yaitu molekul oksidanitrit dan peptida
endotelium. Disfungsi endothelium banyak terjadi pada kasus hipertensi
primer.
2. Sistem Renin Angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE).
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan
keluar tubuh (anti diuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
3. Sistem Saraf Simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah kekorda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
F. Diagnosa
Sebagian besar penderita Hipertensi tidak memiliki gejala sama sekali. Ada
kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita
hipertensi selalu merasakan gejala penyakit, tetapi kenyataanya adalah
justrukebanyakan penderita Hipertensi tidak merasakan adanya gejala
penyakit samasekali. Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit
kepala, sesak napas,pusing, nyeri dada, palpitasi, dan pendarahan di hidung.
Gejala-gejala tersebutberbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan
pertanda pasti dari penyakit Hipertensi. Hipertensi merupakan tanda
peringatan yang serius dimana dibutuhkan perubahan gaya hidup. Hipertensi
dapat membunuh secara diam- diam(silent killer) dan sangat penting bagi
semua orang untuk mengetahui tekanandarahnya (WHO, 2013).
Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan
pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana
yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi dariCanadian
Hypertension Education Program. The Canadian Recommendation for The
Management of Hypertension 2014.
Gambar 2. Alur Diagnosis Hipertensi

G. Tatalaksana
1. Tatalaksana Farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah
setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan
hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang
perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek
samping, yaitu :
 Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
 Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
 Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
 Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
 Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
Algoritme tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai
guidelines memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini adalah algoritme
tatalaksana hipertensi secara umum, yang disadur dari A Statement by the
American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension2013;
Gambar 3. Alur tatalaksana Hipertensi
2. Tatalaksana Non. Farmakologi
Berdasarkan JNC 8, tatalaksana hipertensi dimulai dari perubahan gaya
hidup, yang jika gagal akan dilanjutkan ke tatalaksana farmakologik.
Perubahan gaya hidup ini mencakup mengurangi berat badan, merubah
diet, aktivitas fisik, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Penurunan berat badan 4.5 kg sudah dapat menurunkan tekanan darah
pada sebagian besar populasi overweight, walaupun berat badan ideal
sebaiknya dapat dicapai. Salah satu pola diet yang dapat membantu
menurunkan tekananan darah adalah DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension). DASH adalah pola diet yang kaya akan buah-buahan,
sayur, dan produk dairy yang rendah lemak, disertai dengan rendahnya
kadar kolesterol dan lemak. Pada penderita hipertensi, konsumsi garam
juga harus dikurangi. Jumlah yang disarankan adalah kurang dari 2.4
gram natrium per harinya.
Pada pasien yang tidak memiliki keterbatasan bergerak, aktivitas fisik
haris dilakukan minimal 30 menit sehari, "most days of the week". Jika
pasien sering mengkonsumsi alkohol, maka konsumsi alkohol harus
dibatasi hingga sekitar 1-2 porsi minuman sehari. Merokok juga harus
dihentikan untuk mengurangi risiko kardiovaskular secara keseluruhan.
H. Komplikasi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ- organ target yang umumditemui
pada pasien Hipertensi adalah : penyakit jantung, penyakit menyerangotak,
penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, dan retinopati (Yogiantoro, 2010).
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit Hipertensi yang
tidakterkontrol dapat menyebabkan peluang tujuh kali lebih besar terkena
stroke, enamkali lebih besar terkena congestive heart failure, dan tiga kali
lebih besar terkenaserangan jantung (Rahajeng dan Tuminah, 2009).
Hipertensi dapat meyebabkankomplikasi lain seperti DM, kolesterol yang
tinggi, kelebihan berat badan atauobesitas, dan gangguan kognitif lain (WHO,
2013).
1. Penyakit Jantung
Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan pembuluh darah secara
terus- menerus meningkat. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh
darahsemakin sulit untuk jantung memompa darah ke dalam pembuluh
darah. Jikadibiarkan tidak terkendali, Hipertensi bisa menyebabkan
serangan jantung danpembengkakan jantung yang pada akhirnya menjadi
penyakit gagal jantung(WHO, 2013)
2. Stroke
Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh
sulit meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen, biasanya
initerjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak. Gangguan
penyakityang bisa terjadi adalah serangan iskemik otak sementara
(transient ischaemicattack). Tekanan di dalam pembuluh darah juga bisa
menyebabkan darahmerembes keluar dan masuk ke dalam otak. Hal itu
dapat menyebabkan stroke (WHO, 2013).
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke. Dikemukakan
bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai
risiko duakali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibandingkan
dengan tekanandiastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan
sistolik lebih dari 180mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke
iskemik dibandingkan merekayang bertekanan darah kurang dari 140
mmHg (Bustan, 2015).
3. Gangguan Ginjal
Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi
Hipertensi berat. Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah
dalam ginjalmenyempit dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak.
Akibatnya fungsikerja ginjal menurun hingga dapat mengalami penyakit
gagal ginjal. Diketahuibahwa diabetes dan Hipertensi bertanggung jawab
terhadap proporsi ESRD (endstagerenal disease) yang paling besar (Price
dan Wilson, 2006).

4. Gangguan Penglihatan
Komplikasi Hipertensi pada mata dapat berupa perdarahan retina,
gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan, diantaranya adalah oklusi
arteriretina cabang, oklusi vena retina cabang, oklusi vena retina sentral,
oklusi arteriretina sentral, dan terjadinya makroaneurisma pada arteri.
Iskemik sekunder oklusivena retina cabang dapat menyebabkan
neovaskularisasi dari retina, pre retinaldan perdarahan vitreus,
pembentukan epiretinal membran, dan tractional retinaldetachment.
Hipertensi dan diabetes melitus secara bersamaan dapatmenyebabkan
retinopati yang lebih berat (Skuta et al, 2010).
I. Pencegahan
Upaya pencegahan Hipertensi perlu dilakukan secara komprehensif, mulai
dari upaya primordial hingga rehabilitasi, yaitu pencegahan primordial,
promosikesehatan, proteksi spesifik (kurangi konsumsi garam sebagai salah
satu faktorrisiko), diagnosis dini (pemeriksaan check-up), pengobatan tepat,
dan rehabilitasi(upaya perbaikan dampak lanjut Hipertensi yang tidak bisa
diobati) (Bustan,2015).
J. Program Indonesia Sehat Melalui Pendekatan Keluarga
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program
ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar,
Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program
Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan
yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis
Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.0220/Menkes/52/2015.
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan
dan status gizi masyarakat melalui upaya keseahatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-
2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2)
meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan
universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelola SJSN
kesehatan, (5) terpenuhnya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin serta
(6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,
yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan
(3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma
sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan
masyarakat. Penguatan pelayanan keseahatn dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan keseharan, optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan
strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya.
Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan dalam sebuah
penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian atau sering
disebut juga metodologi penelitian adalah sebuah desain atau rancangan
penelitian. Rancangan ini berisi rumusan tentang objek atau subjek yang akan
diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan analisis
data berkenaan dengan fokus masalah tertentu. Metode penelitian (research
methods) adalah “cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang,
melaksanakan, pengolah data, dan menarik kesimpulan berkenaan dengan
masalah penelitian tertentu”.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara
objektif. Metode ini di gunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian
yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Menurut Furchan, penelitian
deskriptif mempunyai karakteristik:
1. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa
adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan
obyektivitas, dan dilakukan secara cermat.
2. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan tidak
adanya uji h.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2020.

2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Rambu-Rambu Jaya di wilayah
kerja puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan.
C. Populasi dan Informen Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan warga Desa Rambu-
rambu Jaya yang berjumlah 1.205 orang.
2. Informen Penelitian
Informan adalah penderita hipertensi yang memberikan informasi tentang
perjalanan penyakitnya, gejala dan tanda yang tengah dirasakan, yang
mana informan ini mempunyai pengalaman tentang latar penelitian.
Menurut Sanafiah Faisal “ Dalam bukunya Prof. Dr. Sugiyono”
penentuan sampel atau informan dalam penelitian deskriptif berfungsi
untuk mendapatkan informasi yang maksimum, karena itu orang yang
dijadikan sampel atau informan sebaiknya yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi juga
dihayati.
b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai
informasi.
d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan penulis
sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.
Informan dalam penelitian ini yaitu keseluruhan jumlah penderita
hipertensi yang berada di Desa Rambu-Rambu Jaya Kecamatan
Ranomeeto yang berjumlah 51 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid atau dapat dipertanggung jawabkan
atas kebenarannnya, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
dokumentasi yaitu dokumentasi. Metode pengumpulan data dengan teknik
dokumentasi merupakan teknik yang dilakukan melalui pencarian barang-
barang tertulis atau data yang ada dengan tujuan untuk mengetahui
keberadaan dan relevansi dengan pokok pembahasan dan dapat dimanfaatkan
untuk menguji dan menafsirkan. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan
yaitu data sekunder berupa dokumen-dokumen yang digunakan sebagai acuan
dalam penelitian ini berupa profil puskesmas Ranomeeto tahun 2019, dan
data Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS PK) tahun
2020.
E. Metode Analisis Data
Analisis adalah mengelompokkan, membuat suatu uraian, memanipulasi
serta menyingkatkan data sehingga muda untuk dibaca. Tujuan analisis data
adalah untuk menyederhanakan, sehingga mudah menafsirkannya. Untuk
penelitian ini menggunakan teknik analisis Nonstatistik, yaitu analisis ini
tidak dilakukan perhitungan statistik, kegiatan analisis ini dilakukan dengan
membaca data yang telah diolah.
Pada penelitian ini berwujud kata-kata, kalimat-kalimat, atau paragraf-
paragraf yang ditanyakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif,
dengan menggunakan kata-kata. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
menggambarkan kejadian yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang
terjadi selama penelitian yang dilakukan di Desa Rambu-Rambu Jaya
Kecamatan Ranomeeto secara sistematis. Analisa data kualitatif dengan
menggunakan metode analisis yakni:

1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan trasformasi data mentah atau data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan
katalain proses reduksi data ini dilakukan oleh penulis secara terus
menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan data sebanyak
mungkin. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk
mengumpulkan data selanjutnya.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam
suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan
sederhana dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
data dan pengambilan tindakan.Penyajian data bisa di lakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan. Hubungan antar kategori flowcard dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian deskriptif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selain
itudapat di gunakan jugagrafik, matrik, network (jejaring kerja) dan
chart.
3. Kesimpulan atauVerifikasi
Menurut Miles dan Huberman pada penarikan kesimpulan atau verifikasi
pada dasarnya Kesimpulan awalyang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah jika di temukan bukti-bukti yang kuatyang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Karena penelitian ini menggunakan langkah-langkah penelitian naturalistic


dikemukakan oleh Spradley maka analisis data dilaksanakan di lapangan
bersama-sama dengan pengumpulan data. secara garis besar model analisis
itu diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Domain (Domain Analysis)


Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya penulis untuk
memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus
penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum
dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada
di dalam data tersebut. Pada tahap ini penulis belum perlu membaca dan
memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk
memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa
pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah konseptual.
Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau
bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir.
2. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis)
Pada tahap analisis taksonomi, penulis berupaya memahami domain-
domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-
masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi
menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi
bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa,
alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini penulis bisa mendalami
domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-
bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam.
3. Analisis Komponensial (Componential Analysis)
Pada tahap ini penulis mencoba mengkontraskan antar unsur dalam
ranah yang diperoleh . Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan
selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Kedalaman pemahaman
tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci
anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang
berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami
kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu
ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci
mengenai pokok permasalahan.

4. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes)


Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-gejala
yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba
mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-
simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini
berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain
yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik,
yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana yang
kurang dominan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh penulis adalah: (1)
membaca secara cermat keseluruhan catatan penting, (2) memberikan
kode pada topik-topik penting, (3) menyusun tipologi, (4) membaca
pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian.
Berdasarkan seluruh analisis, penulis melakukan rekonstruksi dalam
bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan
kepekaan, kecerdasan, kejelian, dan kepakaran penulis untuk bisa
menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran penelitian.
Berdasarkan ke empat model analisis diatas penelitian ini menggunakana
model analisis domain yang artinya memberikan gambaran analisis data
yang hasilnya untuk menjawab fokus penelitian. Analisis data model
domain tersebut tentang Karakteristik penderita Hipertensi di Desa Rambu-
Rambu Jaya Kecamatan Ranomeeto.
Kesimpulan hasil penelitian yang diambil dari hasil reduksi dan panyajian
data adalah merupakan kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara ini
masih dapat berubah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Gambaran Umum Puskesmas Ranomeeto
Puskesmas Ranomeeto merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di
bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan. Secara
umum, Puskesmas ranomeeto harus memberikan pelayanan preventif,
promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya
kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM).
Puskesmas ranomeeto memiliki fungsi yakni:
 Meningkatkan Kompetensi (Integritas, Profesionalisme, dan Skill)
Pimpinan dan Staf.
 Melaksanakan Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan yang
sesuai keadaan setempat.
 Mengembangkan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas
dengan memanfaatkan Teknologi Informasi.

Dengan tata nilai sebagai pedoman pegawai puskesmas ranomeeto yaitu :

S : Santun ( Sopan dalam tutur kata dan prilaku )


E : Empati ( Melayani Sepenuh Hati )

H : Handal ( Memberikan pelayanan oleh tenaga professional )

A : Adil ( Pelayanan yang merata dan tidak mebeda bedakan )

T : Teladan ( Menjadi Panutan Masyarakat dalam berprilaku sehat )

Dimana untuk menjaga dan menjamin akuntabilitas pelayanan puskesmas


ranomeeto memegang motto “Kesehatan Anda adalah Prioritas Kami”.
Dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan.
a. Visi Puskesmas Ranomeeto
Mewujudkan Masyarakat Kecamatan Ranomeeto Yang Sehat Secara
Mandiri Melalui Pelayanan Prima.
b. Misi Puskesmas Ranomeeto
 Menyelengarakan Pelayanan Kesehatan Secara Professional,
Bermutu, Terjangkau, Merata Dan Berkeadilan
 Memelihara Dan Meningkatkan Kesehatan Individu, Keluarga,
Masyarakat Dan Lingkungan.
 Meningkatkan Sarana Dan Prasarana Untuk Mendukung Kualitas
Pelayanan.
 Menjadikan Puskesmas Sebagai Motivator Menuju Masyarakat
Sehat.
2. Letak Geografis
Gambar 4. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto

Letak Geografis dan Batas Wilayah Puskesmas Ranomeeto


terletak di pusat kota Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
Propinsi Sulawesi Tenggara yang terletak ± 21 Km di sebelah Barat
Daya dengan ibu kota Kendari. Jarak Puskesmas Ranomeeto dengan
pusat pemerintahan kecamatan + 500 m. Jarak dan waktu tempuh ke
Puskesmas terjauh, yaitu 7 km dan waktu tempuh menuju Puskesmas 20-
25 menit. Jalan yang ditempuh ke Puskesmas dapat dilalui oleh
kendaraan (transportasi cukup lancar) dan tidak ada kendala untuk
menjangkau Puskesmas tersebut.
Puskesmas Ranomeeto berdiri sejak tahun 1976 dengan di mulai
dari Pustu Ranomeeto Sampai berkembang menjadi Puskesmas pada
Tahun 1983 dan belum merupakan Puskesmas yang memberikan
Pelayanan Rawat Inap. Pada Tahun 2003 Puskesmas Ranomeeto berdiri
secara definitive dan melayani Pelayanan Rawat Inap sejak di mekarkan
dari Kota Kendari.
Batas- batas Wilayah kerja Puskesmas Ranomeeto di sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Baruga, Sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Landono, sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Lameeru dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Konda.
Wilayah kecamatan Ranomeeto seluas ± 157,99 km2 atau 15.799
Ha yang terdiri dari 11 desa definitif dan 1 kelurahan. Luas Wilayah
masing-masing desa tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Grafik 1. Luas Wilayah Kecamatan Ranomeeto menurut Desa dan


Kelurahan.

Luas Wilayah (Km)


40
22.1 22
9 8.5 7.5 11.7 11.1 8
5 6.5 6.5

ea un to ha ha ila ua oi
to a ya ur
ia R
ngg ang m
ee
ikaa noo new baip m Siam u Ja d oro
La B o La Ra O A to b Du ro-B
ta an Am oi am
K o R
Am bu-
R Bo
m
Ra

Sumber data : Profil Kecamatan Ranomeeto tahun 2019


Dari Grafik diatas dapat dilihat dari 11 Desa dan 1 Kelurahan luas
Wilayah Desa dan Kelurahan terluas adalah Kelurahan Ranomeeto
Dengan luas Wilayah 22,142, dan luas Wilayah yang paling sedikit
adalah Desa Laikaaha dengan luas Wilayah 5 Km2.
3. Kependudukan
Pertumbuhan penduduk adalah merupakan penentu dari jumlah penduduk
yang mana pertumbuhan tiap tahun yang berubah. Jumlah penduduk di
Wilayah Kecamatan Ranomeeto dapat digolongkan dalam Jenis Kelamin,
jenis mata Pencaharian, Tingkat Pendidikan, Agama, Budaya dan etnis
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Grafik 2. Jumlah Penduduk wilayah Kecamatan Ranomeeto tahun 2019


3,000 2,539 2,598
2,500 2,325 2,385
2,000 1,754
1,500 1,310 1,178 1,418 1,142
1,000 855 840
621
500
0
ea un eeto ha ha ila ua oi
to a ya ur
ia R
ngg ang m ikaa noo new baip m Siam u Ja d oro
La A b u -B
ta
B
an
o La Ra O
Am oi
to
am
D ro
K o R m -R B o
an A bu
r ah m
lu Ra
Ke

Jumlah Penduduk

Sumber data : Profil Kecamatan Ranomeeto tahun 2019


Pada Grafik diatas kecamatan Ranomeeto memiliki 11 desa dengan 1
kelurahan, dimana jumlah penduduk yang tertinggi berada pada
Kelurahan Ranomeeto dengan jumlah penduduk 2598, sedangkan Jumlah
penduduk yang terendah berada pada desa Duduria dengan jumlah
penduduk 621.
4. Gambaran 10 Besar Penyakit di Puskesmas Ranomeeto
Upaya Kesehatan Perorangan mencakup upaya-upaya promosi
kesehatan perorangan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan,
pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang
ditunjukan terhadap perorangan. Berikut grafik 10 besar penyakit di
Puskesmas Ranomeeto.
Grafik 3. Grafik 10 Besar Penyakit Puskesmas Ranomeeto
10 BESAR PENYAKIT
JUMLAH
895 861
697 677 648 607
438
333 326
232

L S F IS L I
A
TA ITI RA NG AN KA LIT GG
ISP N T A EBR U A I K U N
DE A S F B AK RI
P TI
ERI OM A N LA
M
C EL PE AH A H
T U W R
P
IS,
S
GG
K KE &
BA DA
A N S N UKA L PA N N
NG IA A T U A
RI OL ITG TP ING A NA
A N I R K
J O AK AK JA E
DAN M
ENY ENY N N Y.T
US
I P P DA PE
G LIT
T U
A KI Y.K
NY N
PE PE

Sumber data LB1 2019 Puskesmas Ranomeeto

Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa penyakit Ispa menjadi urutan
pertama 10 besar penyakit kemudian di susul Penyakit Gusi dan
Paridental, Penyakit Monoliasis/Stomatitis, Penyakit Gangguan Saraf,
Febris, Penyakit Tukak Lambung, Kecelakaan, Penyakit Pulpa dan
Peripikal, Penyakit Kulit dan Jaringan Bawah Kulit dan Terakhir
Penyakit Tekanan Darah Tinggi.

B. Hasil Penelitian
1. Jumlah Penderita Hipertensi berdasarkan hasil pendataan Program
Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS PK) tahun 2020
Tabel 4. Jumlah Penderita Hipertensi di Kecamatan Ranomeeto tahun 2020
Desa/Kelurahan Penderita % Jumlah
Hipertensi Penduduk
Tahun 2020
Ambaipua 23 1,4% 1.596
Amoito 34 4% 838
Amoito Siama 17 2% 800
Boro-Boro R 15 1,9% 775
Duduria 19 3,5% 530
Kota Bangun 26 1,2% 2140
Laikaaha 17 1,2% 1392
Langgea 11 0,5% 1981
Onewila 34 2,7% 1234
Rambu-Rambu 51 4,2% 1205
Jaya
Ranomeeto 63 2,9% 2108
Ranooha 44 3% 1462
Total 354 22% 16061
Sumber: Data PIS PK 2020
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi di
wilayah kerja puskesmas Ranomeeto berjumlah 354 orang yang tersebar
di berbagai desa di Kecamatan Ranomeeto. Dibandingkan dengan data
yang ada pada profil puskesmas Ranomeeto tahun 2019, jumlah penderita
hipertensi di kecamatan Ranomeeto mengalami peningkatan dari jumlah
awal yaitu 232 (14%) kasus menjadi 354 (22%) kasus. Dari tabel diatas
juga diketahui bahwa jumlah presentasi terbesar penderita hipertensi
tahun 2020 ditemukan pada desa Rambu-rambu Jaya yaitu 51 orang atau
4,2%.
2. Karakteristik Penderita Hipertensi di Desa Rambu-Rambu Jaya
berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5. Distribusi Penderita Hipertensi di Desa Rambu-Rambu Jaya
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah %
Laki-laki 21 41%
Perempuan 30 59%
Total 51 100%
Sumber: Data PIS PK tahun 2020
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi di
Desa Rambu-Rambu Jaya yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak
daripada penderita hipertensi yang berjenis kelamin laki-laki yaitu
berjumlah 30 orang (59%). Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
yang kurang memadai serta faktor psikis berupa beban pikiran yang
cukup banyak sehingga mempengaruhi emosi dan tekanan darah pasien.
3. Karakteristik Penderita Hipertensi di Desa Rambu-Rambu
berdasarkan Usia
Tabel 6. Distribusi Penderita Hipertensi di Desa Rambu-Rambu Jaya
berdasarkan Kelompok Usia Tahun 2020

Usia Jumlah %

30-40 Tahun 9 17%

41-50 Tahun 10 19%

51-60 Tahun 16 31%

61-70 Tahun 11 21%

71-80 Tahun 5 9%

Total 51 100%

Sumber: Data PIS PK tahun 2020


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi di
Desa Rambu-rambu Jaya Kecamatan Ranomeeto tahun 2020 di dominasi
oleh usia 51-60 tahun dengan jumlah penderita sebanyak 16 orang atau
31%. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perubahan
anatomi pembuluh darah dimana elastisitas pembuluh darah akan
menurun seiring bertambahnya usia sehingga dapat mempengaruhi
tekanan darah. Selain itu faktor yang juga dapat berpengaruh terhadap
hasil diatas adalah pengetahuan yang kurang, kebiasaan merokok, dan
beban psikis yang dapat mempengaruhi stabilitas tekanan darah pasien.
4. Karakteristik Penderita Hipertensi di Desa Rambu-Rambu
berdasarkan Pendidikan
Tabel 7. Distribusi Penderita Hipertensi di Desa Rambu-Rambu Jaya
berdasarkan Jenjang Pendidikan Tahun 2020

Pendidikan Jumlah %
Tidak Sekolah 3 5,8%
Tamat SD 17 33,3%
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 9 17,6%
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 18 35%
Sarjana S1/Diploma IV 4 7,8%
Total 51 100%
Sumber: Data PIS PK 2020
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi di
Desa Rambu-rambu Jaya Kecamatan Ranomeeto tahun 2020 sesuai
jenjang pendidikan didominasi oleh penderita hipertensi dengan jenjang
pendidikan SLTA 18 (35%) orang dan tamat SD 17 (33,3%) orang.
Tingkat pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi pengetahuan pasien
terhadap bahaya dan cara pencegahan penyakit hipertensi, sehingga
pasien kurang memperhatikan konsumsi makanan sehari-hari, dan
kebiasaan merokok, yang merupakan faktor risiko dari terjadinya penyakit
hipertensi.
5. Karakteristik Penderita Hipertensi di Desa Rambu-Rambu
berdasarkan Pekerjaan
Tabel 8. Distribusi Penderita Hipertensi di Desa Rambu-Rambu Jaya
berdasarkan Pekerjaan Tahun 2020

Pekerjaan Jumlah %
Tidak Bekerja 2 3%
Petani/Pekebun 7 13,7%
Mengurus Rumah Tangga 16 31,3%
Wiraswasta 12 23,5%
Karyawan Swasta 2 3%
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 7 13,7%
TNI 1 0,1%
Pensiunan 2 3%
Lainnya 2 3%
Total 51 100%
Sumber: Data PIS PK Tahun 2020
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi di
Desa Rambu-rambu Jaya Kecamatan Ranomeeto tahun 2020 sesuai
dengan pekerjaannya di dominasi oleh penderita hipertensi dengan
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 16 orang (31,3%).
Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat pengetahun yang kurang, kebiasaan
konsumsi natrium yang banyak, dan faktor psikis yang memiliki peran
penting terhadap terjadinya penyakit. Hipertensi

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapaun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Jumlah penderita hipertensi di Kecamatan Ranomeeto pada tahun 2020
mengalami kenaikan dibanding dengan data tahun 2019, dan presentasi
terbesar berada pada Desa Rambu-rambu Jaya.
2. Penderita Hipertensi di Desa Rambu-Rambu Jaya didominasi oleh pasien
berjenis kelamin perempuan
3. Berdasarkan kelompok usia, penderita hipertensi di Desa Rambu-Rambu
Jaya didominasi oleh kelompok usia 51-60 tahun.
4. Berdasarkan jenjang pendidikan, penderita hipertensi di Desa Rambu-
Rambu Jaya didominasi oleh penderita hipertensi dengan jenjang
pendidikan SLTA dan tamat SD.
5. Berdasarkan jenis pekerjaan, penderita hipertensi di Desa Rambu-Rambu
Jaya didominasi oleh Ibu Rumah Tangga.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
a. Perlu dilakukan promosi kesehatan mengenai hipertensi secara
persuasif.
b. Perlu dilakukan pengontrolan dan pengawasan tekanan darah pada
pasien hipertensi yang terdata.
2. Bagi Pemerintah
Perlunya kerjasama lintas sektoral untuk mencegah terjadinya penyakit
hipertensi di masyarakat, serta mengontrol dan mengawasi pasien
hipertensi.
3. Bagi Masyarakat
a. Menghindari faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit
hipertensi
b. Bagi penderita hipertensi, sebaiknya mengukur tekanan darah secara
teratur di puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Arora. 2008. 5 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta :
Bhauana Ilmu Populer.
Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Gunawan Lany. 2000. Hipertensi Tekanan darah tinggi. Yogjakarta : Kanisus
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius: FKUI
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Sarwono Warpadzi, Soeparman,dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam jilid VI. Jakarta :
Balai Penerbitan FKUI.
Wolf Harf Peter. 2006. Hipertensi. Jakarta : Buana Ilmu Populer
Bakri, S., dan Lawrence, G., 2008. Genetika Hipertensi. Dalam Hipertensi dan
Ginjal. Cetakan Pertama. Medan : USU Press
Bustan, M. N., 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular.Cetakan
Pertama. Jakarta : PT. Rineka Cipta
BPS, 2012. Badan Pusat Statistik Kota Medan.( http://www.medankota.bps.go.id )
diakses 12 April 2018
CDC, 2015. High Blood Pressure. ( http://www.cdc.gov/bloodpressur/facts.htm)
diakses 12 April 2018
Frisoli, Tiberio M., Schnieder, Roland E., Grodzicki, Tomasz , and
Messerki,Franz H., 2011. Beyond Salt : Lifestyle Modifications and Blood
Pressure.(http://eurheartj.oxfordjournals.org ) diakses 12 April 2018
Gibney, M.J., BM,. Kearney. MJ., Arab,L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
HUS, 2015. Health, United States, 2014 with Special Feature on Adults Aged 55-
64. United States : U.S. Department of Health and Human Services.
Ilma, D., 2014. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi
Rawat Inap Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta
PeriodeJanuari-Desember 2013 Skripsi Mahasiswa Farmasi UGM
Irianto, K., 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Cetakan
Pertama.Bandung : Alfabeta
Kemenkes RI., 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
PenyakitTidak Menular. Jakarta.
___________, 2013. Riskesdas 2013. Jakarta : Lembaga Penerbitan
BadanPenelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
___________, 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta : Pusat Data dan
InformasiKementrian Kesehatan RI.
___________, 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Jakarta
Klabunde, R., 2015. Konsep Fisiologi Kardiovaskular, Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Kumar, V., Abbas, A.K., Fasto, N., 2005. Hypertensive Vascular Disease. InRobn
and Cotran Pathologic Basic Disease, 7 edition. Philadelpia :Elsevier
Saunders.
Kuswardhani, T., 2007. Penatalaksanaan Hipertensi pada
Lansia.(http://journal.unud.ac.id/abstrak/penatalaksanaan.hipertensi.pada.l
ansia.pdf/depkes) diakses 12 April 2018
Madhur, Meena S., 2014. Hypertension. (http://emedicine. medscape. com/article/
241381 ) diakses 12 April 2018
Manurung, M., 2014. Karakteristik Penderita Hipertensi Dengan
KomplikasiRawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Kabupaten DeliSerdang Tahun 2014 Skripsi Mahasiswa FKM USU
MedanMozzaffarian, D, Benjamin, Emelia J., Go, Alan S., Arnett, Doma
K., Blaha,
Michael J., Chrusman, M., Das, Sandeep R., Ferranti, Sarah de, et al, 2016.
Executive Summary : Heart Disease and Stroke Statistic – 2016
Update. Greenville Avenue Dallas : American Heart AssociationNair, M.dan
Peate I., 2014. Dasar- Dasar Patofisiologi Terapan. Cetakan
Pertama.Jakarta : Bumi Medika
NHLBI, 2015. High Blood Pressure. ( http://nhlbi.nih.gov/health/healthtopics/
topics/hbp ) diakses 12 April 2018
Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2015. Hari Hipertensi Sedunia 17 Mei 2015.
(http://www.inash.or.id ) diakses 25 Februari 2016
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses- Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Cetakan Pertama.
Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rahajeng, E. dan Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya
di Indonesia.
(http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/70
0/699 ) diakses 12 April 2018
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevebtion, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7), 2004.
UnitedStates : U.S. Department of Health and Human Services
Sianipar, A., 2014. Karakteristik Penderita Hipertensi dengan Komplikasi
yangDirawat Inap di Puskesmas Tanjung Balai Karimun Tahun 2010-
2012.Skripsi Mahasiswa FKM USUMedan
Siswanto, dkk, 2014. Suvei Konsumsi Makanan Individu Studi Diet Total.
Cetakan Pertama. Jakarta : Lembaga Penerbitan Badan Penelitian
danPengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Skuta, G.L., Cantor, L.B., Weiss, J.S. 2010. American Academy
ofOphthalmology. 2009-2010. Retina And Vitreous. Basic and Clinical.
Townsend, Raymond R., 2010. 100 Tanya- Jawab Mengenai Tekanan
DarahTinggi (Hipertensi). Cetakan Pertama. Jakarta : Indeks
Trisnawati S.K., 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012(http://lp3m.thamrin.ac.id) diakses 17 Juli 2016
WHO, 2001. Laporan Pakar Komisi Pengendalian Hipertensi. Bandung : ITB
____, 2011. Noncommunicable diseases in the South-East Asia Region:
Situation
and response 2011. New Delhi : World Health Organization
____, 2013. A Global Brief Hypertension. Switzerland : WHO.
(http://www.who.int ) diakses 12 April 2018
____, 2014. Global Status Noncommunicable Diseases . Switzerland : WHO.
(http://www.who.int ) diakses 17 Maret 2016
_____, 2016. Global Health Observatory data repository. Switzerland : WHO.
( http://apps.who.int/gho/data/view.main.2464 ) diakses 12 April 2018
Widyanto, Faisalado C. dan Tribowo, C., 2013. Trend Diseases.
CetakanPertama. Jakarta : CV. Trans Info Media
Yuliantari, W., Ni, Arta, Sang K., 2014. Perbedaan Pengaruh
EkstrakMentimun dan Air Jahe Terhadap Tekanan Darah Lansia
denganHipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat
Tahun 2014.
(http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/10817/8159 )
diakses 12 April 2018
Yogiantoro, M., 2010. Hipertensi Esensial.Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta : Pusat PenerbitanIlmu
Penyakit Dalam

Anda mungkin juga menyukai