Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya hidup modern ini membuat manusia sangat menyukai hal-hal

instan. Akibatnya, mereka cenderung malas beraktivitas fisik dan gemar

mengomsumsi makanan instan, yang memiliki kandungan lemak dan natrium

yang tinggi. Makanan berlemak biasanya memiliki kalori yang tinggi.

Makanan berlemak berhubungan dengan peningkatan berat badan dan

peningkatan kadar lemak darah yang dapat memperburuk keadaan penderita

hipertensi dan kelebihan asupan natrium dapat menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan cairan dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan edema,

asites, dan hipertensi (Medika, 2017).

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama beban penyakit global

dan secara luas diakui sebagai gangguan kardiovaskular yang paling umum

dan dapat menyebabkan sebagian besar stroke, penyakit jantung koroner,

gagal ginjal dan kematian dini, yang mempengaruhi satu dari empat orang

dewasa diseluruh dunia. Prevalensi hipertensi meningkat secara global, dan

diperkirakan meningkat menjadi 30% pada tahun 2025 (Li W et al., 2017).

Menurut data Word Health Organization (WHO, 2022) menunjukkan

persentase penderita hipertensi tidak banyak berubah, jumlah penderita

hipertensi pada orang dewasa berusia 30-79 tahun dengan hipertensi

diperkirakan meningkat dua kali lipat dari sekitar 650 juta menjadi 1,28 miliar

antara tahun 1990 dan 2019, menurut analisis gabungan dari 1201 studi
perwakilan populasi. Lebih dari satu miliar penderita hipertensi di dunia

tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sekitar 580 juta

penderita hipertensi (41% wanita dan 51% pria) tidak menyadari kondisi

mereka karena tidak pernah terdiagnosis.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada

usia ≥18 tahun sebesar 34,1%. Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia

sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat

hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada kelompok umur

31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%

terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak

minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat (Rikesdas, 2018).

Kejadian hipertensi di Daerah Provinsi Jawa Timur dengan Jumlah

estimasi penderita hipertensi pada tahun 2020 yang berusia ≥ 15 tahun di

Provinsi Jawa Timur sekitar 11.008.334 penduduk, dengan proporsi laki-laki

48,83% dan perempuan 51,17%. Dari jumlah tersebut, penderita Hipertensi

yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 35,60% atau 3.919.489

penduduk. (Dinkes Pemprov Jatim, 2021). Jumlah kejadian hipertensi di

Kabupaten Pasuuan tahun 2020 dengan setimasi penderita hipertensi yang

berusia ≥ 15 tahun berjumlah 421.390 penduduk, penderita hipertensi yang

mendapatkan pelayanan kesehatan 69.6 % atau berjumlah 293.260 penduduk

(Dinkes Pemprov Jatim, 2021).

Berdasarkan pada hasil studi kasus yang telah dilakukan di Puskesmas

Nguling Kabupaten Pasuruan ditemukan beberapa kejadian hipertensi dengan


Jumlah penderita tahun 2021 sebanyak 1.079 orang. Pada bulan September

2022 terdapat 138 orang yang datang berobat, namun pada bulan Oktober

terjadi penurunan sebanyak 54 orang, lalu pada bulan November kembali

meningkat menjadi 116 orang.

Hipertensi menimbulkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

karena hipertensi merupakan penyebab utama meningkatnya risiko penyakit

stroke, jantung dan ginjal. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat

pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga hipertensi sering

disebut “silent killer” karena sebagian besar penderita hipertensi tidak

menyadari ataupun merasakan suatu gejala maupun tanda-tanda hipertensi.

Sementara tekanan darah terus-menerus meningkat (Susanti & Resti, 2019).

Hipertensi merupakan penyakit yang mendapatkan perhatian dari semua

kalangan masyarakat mengingat dampak yang ditimbulkan baik jangka

pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan

jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.

Hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor risiko yaitu riwayat

keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diet yang kurang baik dan

kuantitas tidur yang kurang baik. Kuantitas tidur yang kurang baik akan lebih

banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan menimbulkan stressor

fisik dan psikologis. Gaya hidup merupakan salah satu faktor risiko penting

timbulnya hipertensi pada seseorang termasuk usia dewasa muda (21-40

tahun). Gaya hidup tidak sehat, antara lain merokok, kurang olahraga,

mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan stres. (Fatmawati, et al.

2017). Selain gaya hidup, tingkat stress diduga berpengaruh terhadap


peningkatan tekanan darah. seseorang mengalami stres katekolamin yang ada

di dalam tubuh akan meningkat sehingga mempengaruhi mekanisme aktivitas

saraf simpatis, dan terjadi peningkatan saraf simpatis, ketika saraf simpatis

meningkat maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot jantung sehingga

menyebabkan curah jantung meningkat, keadaan inilah yang cenderung

menjadi faktor mencetus hipertensi (Dekker, 1996 dalam Khotimah, 2013).

Agar hipertensi tidak menjadi komplikasi perlu dilakukan pencegahan-

pencegahan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah pengontrolan

terhadap faktor risiko yang dapat diubah dalam hal ini seperti gaya hidup

penderita. Sebelum mengontrol faktor risiko perlu diketahui dari penderita

hipertensi mengenai faktor risiko apa saja yang memungkinkan dirinya

terkena hipertensi. Karena terkadang penderita hipertensi tidak mengetahui

faktor penyebab dirinya terkena hipertensi. Oleh karena banyaknya faktor

risiko terjadinya hipertensi dan untuk mencegah terjadinya komplikasi

hipertensi penderita perlu mengetahui faktor risiko apa saja yang melekat

pada dirinya supaya dapat mencegah komplikasi melalui modifikasi faktor

risiko.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik

untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi

di wilayah Kerja Puskesmas Nguling Kabupaten Pasuruan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan

dalam penelitian ini yaitu “faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Nguling Kabupaten Pasuruan?”


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor apakah yang mempengaruhi kejadian hipertensi di

wilayah Kerja Puskesmas Nguling Kabupaten Pasuruan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis prevalensi faktor risiko yang mempengaruhi kejadian

hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Nguling Kabupaten Pasuruan

2. Menganalisis faktor yang dominan pada hipertensi mempengaruhi

kejadian hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Nguling Kabupaten

Pasuruan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi, sehingga dapat berguna

bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama peningkatan pemahaman

kesehatan sejak dini yang berhubungan dengan risiko hipertensi.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Responden/Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat membantu responden atau masyarakat

dalam meningkatkan pemahaman faktor yang mempengaruhi

kejadian hipertensi sejak dini dalam rangka peningkatan kuantitas

kesehatan di masyarakat.
2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran dan rekomendasi bagi

Puskesmas Nguling Kabupaten Pasuruan mengenai faktor yang

mempengaruhi kejadian hipertensi sejak dini dalam rangka

meningkatkan kuantitas kesehatan, menghindari suatu penyakit atau

memperkecil risiko penurunan kesehatan dan turut membantu

membuat kebijakan yang berhubungan dengan mengurangi angka

peningkatan hipertensi.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitiaan ini dapat memberikan informasi yang digunakan

oleh tenaga kesehatan khususnya perawat dalam meningkatkan

upaya pencegahan kejadian hipertensi pada masyarakat dan sebagai

bahan penunjang untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai