Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Saat ini suatu masalah yang cukup berbahaya di dunia adalah hipertensi,

karena merupakan faktor risiko penyebab utama terjadinya penyakit

kardiovaskular seperti penyakit jantung, stroke, dan ginjal. Pada tahun 2016,

penyebab utama kematian didunia yaiu penyakit jantung koroner dan Stroke.

(Siswanto et al., 2020). Sekitar 1,28 miliar orang dewasa dengan rentang usia

30-79 tahun di dunia menderita hipertensi, dua per tiga penderita hipertensi

tersebut merupakan warga yang tinggal di negara dengan penghasilan rendah

dan menengah. 46% orang tersebut tidak menyadari bahwa mereka telah

menderita hipertensi. 42% dari orang tersebut berhasil didiagnosis dan

diobati. Sekitar 21% orang tersebut bisa mengendalikannya (WHO, 2023).

Secara nasional, prevalensi hipertensi mengalami prubahan, dilihat dari tahun

2007-2018 yang awalnya 31,7% pada tahun 2007 lalu mengalami penurunan

sebesar 5,9% menjadi 25,8%, namun pada tahun 2018 megalami peningkatan

sebesar 8,1% menjadi 34,11%. (Riskesdas, 2018). Di dalam Tahun 2018

prevalensi hipertensi menurut jenis kelamin yaitu sebesar 31,3% pada laki-

laki dan 36,9% pada perempuan. (Riskesdas, 2018). Kejadian hipertensi

meningkat seiring bertambahnya usia, pada tahun 2018 hipertensi umumnya

menyerang usia 75+ kelompok atau penduduk lanjut usia dengan angka

sebesar 69,5%. (Agustina, 2019). Dilihat dari tingkat pendidikannya,

hipertensi menyerang paling tinggi di penduduk yang belum/belum pernah


dipromosikan menjadi 51,6%. Sementara itu, dari segi pekerjaan, jumlah

penduduk yang tidak bekerja angka hipertensi yang mencapai 39,73%.

Prevalensi penderita hipertensi lebih tinggi di kota yaitu 34,4% dibandingkan

dengan dipedesaan yaitu 33,7%. (Riskesdas, 2018). Provinsi Jawa Timur

menduduki peringkat keenam pada Riskesdas tahun 2018 dengan prevalensi

hipertensi sebesar 36,32% (Kemenkes RI, 2019). (Riskesdas, 2018).

Hipertensi Provinsi Jawa Timur, persentase hipertensi sebesar 22.71% atau

sekitar 2.360.592 penduduk, (Khasanah, 2022) dengan proporsi laki-laki

sebesar 18.99% (808.009 penduduk) dan perempuan sebesar 18.76%

(1.146.412 penduduk). (Buku profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur,2018).

Pada buku profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2020 menunjukkan angka

sebesar 84,22%. Jika dibandingkan dengan presentase tahun 2019 yaitu

sebesar 89,03% Kota Surabaya mengalami penurunan sebesar 4,81%. (Buku

profil Kesehatan Kota Surabaya,2020)

Faktor resiko hipertensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu factor resiko yang

dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat di modifikasi. Factor resiko yang

dapat dimodifikasi seperti konsumsi makanan yang tidak sesuai aturan

(konsumsi garam berlebih, konsumsi makanan tinggi lemak jenuh danlemak

trans, kurang asupan buah dan sayur), rendahnya aktivitas fisik, merokok dan

mengkonsumsi alcohol. Factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti

adanya Riwayat hipertensi dalam keluarga diatas usia 65 tahun dengan

penyakit penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau penyakit ginjal.

(WHO, 2023).
Asupan makanan menjadi salah satu factor resiko yang menyebabkan

meningkatnya prevalensi penyakit hipertensi. Kelebihan asupan lemak akan

membuat berat badan meningkat serta kadar lemak terutama kolesterol dalam

darah juga meningkat. Hal tersebut mendorong terjadinya prningkatan

tekanan darah yang lebih tinggi dalam tubuh. Asupan makanan yang

mengandung tinggi natrium menjadi salah satu faktor resiko utama

penyebab terjadinya penyakit hipertensi. Frekuensi makan, jenis makanan

yang dikonsumsi, makanan siap saji, dan makanan berkadar garam tinggi

serta mengandung rendah serat menjadi penyakit vaskuler dan hipertensi.

(Simanjuntak & Hasibuan, 2022)

Obesitas dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui berbagai

mekanisme, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara

langsung obesitas menyebabkan terjadinya peningkatan cardiac output karena

semakin besar massa tubuh seseorang maka semakin banyak pula jumlah

darah yang beredar sehingga curah jantung akan ikut meningkat. Sedangkan

secara tidak langsung melalui perangsangan aktivitas sistem saraf simpatis

dan Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) oleh mediator-mediator

seperti hormon, sitokin, dan adipokin. Salah satunya adalah hormon

aldosteron yang terkait erat dengan retensi air dan natrium sehingga volume

darah meningkat. (Akbar & Budi Santoso, 2020).

Hipertensi bisa menimbulkan beberapa akibat, mulai dari stroke, infark

miokardium, Gagal ginjal, dan Ensefalopati.Yang pertama ada stroke yang

diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah dalam otak karena Arteri darah

yang menyuplai darah ke otak mengalami hipertrofi dan penebalan akibatnya


aliran darah pada bagian tersebut berkurang. Yang kedua ada infark

miokardium, hal ini terjadi karena hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel

maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi

iskemia jantung yang menyebabkan infark. Yang ketiga ada gagal ginjal yang

terjadi karena Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada

kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke

unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan

kematian. Yang terakhir ada Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada

hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat).

Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh

susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan

kematian.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana asupan makanan dan status gizi pada pasien hipertensi rawat

jalan di puskesmas banyu urip

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui asupan makanan dan status gizi pada pasien hipertensi

rawat jalan di puskesmas banyu urip

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden dengan umur dan jenis

kelamin
2. Mengidentifikasi asupan Kalori pada pasien Hipertensi

3. Mengidentifikasi asupan Protein pada pasien Hipertensi

4. Mengidentifikasi asupan Lemak pada pasien Hipertensi

5. Mengidentifikasi asupan Karbohidrat pada pasien Hipertensi

6. Mengidentifikasi asupan Natrium pada pasien Hipertensi

7. Menentukan status gizi pasien Hipertensi

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi

Diploma Diploma III Gizi Poltekkes Kemenkes Surabaya. Sebagai

Pengalaman berharga bagi peneliti untuk menerapkan ilmu

pengetahuan dan menambah wawasan mengenai Hipertensi

1.4.2 Bagi Instansi

Peneliti diharapkan menjadi salah satu sumber informasi bagi instansi

terkait kasus Hipertensi dengan Status gizi di wilayah Puskesmas

Banyu Urip Kota Surabaya

1.4.3 Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan Masyarakat tentang asupan makanan

penderita hipertensi sebagai sumber Informasi bagi Masyarakat terkait

kasus hipertensi yang terjadi di lingkungan masyarakat di wilayah

sekitar puskesmas Banyu Urip Kota Surabayaa


BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Hipertensi

2.1 1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi Merupakan kejadian meningkatnya tekanan darah yang

melebihi angka 140 mmHg untuk sisolik dan 90 mmHg untuk diastolic.

(WHO 2023).

2.1.2 Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi tekanan darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Hipertensi ringan (tingkat 1) 140 – 159 90 – 99

Hipertensi sedang (tingkat 2) 160 – 179 100 – 109

Hipertensi berat (tingkat 3) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sumber : WHO

2.1.3 Penyebab hipertensi

Sekitar 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya hal

ini biasa disebut dengan hipertensi esensial atau hipertensi primer. Pada

hipertensi esensial kemungkinan memiliki berbagai macam penyebab,

seperti adanya perubahan pada jantung dan pembuluh darah yang

menyebabkan terjadinya peningkatan pada tekanan darah.


Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya,

biasanya terjadi karena penyakit ginjal dengan resiko terjadinya

hipertensi sebesar 5-10% dan kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu misalnya pil kb juga penyalahgunaan alcohol dengan resiko 1-

2%. Serta penyebab lainnya seperti pre eklamsi pada kehamilan.

(Hasanah, 2019).

2.1.4 Faktor hipertensi

Faktor resiko hipertensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu factor resiko

yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat di modifikasi. Factor

resiko yang dapat dimodifikasi seperti konsumsi makanan yang tidak

sesuai aturan (konsumsi garam berlebih, konsumsi makanan tinggi

lemak jenuh danlemak trans, kurang asupan buah dan sayur), rendahnya

aktivitas fisik, merokok, mengkonsumsi alcohol, dan kelebihan berat

badan atau obesitas. Factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti

adanya Riwayat hipertensi dalam keluarga diatas usia 65 tahun dengan

penyakit penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau penyakit ginjal.

(WHO, 2023).

2.1.5 Karakteristik hipertensi

1. Usia

Usia penderita hipertensi di dunia di dominasi antara usia 30

sampai 79 tahun. Prevalensi hipertensi pada penduduk usia >18

tahun menurut usia pada tahun 2018 :

18 – 24 : 13,2 %

25 – 34 : 20,1 %
35 – 44 : 31,6 %

45 – 54 : 45,3 %

55 – 64 : 55,2 %

65 – 75 : 63,2 %

75 + : 69,5 %

2. Jenis kelamin

Di dalam Tahun 2018 prevalensi hipertensi menurut jenis

kelamin yaitu sebesar 31,3% pada laki-laki dan 36,9% pada

perempuan. (Riskesdas, 2018).

3. Pendidikan

Prevalensi hipertensi pada penduduk usia >18 tahun menurut

pendidikan pada tahun 2018 :

1. Tidak / belum pernah bersekolah : 51,6 %

2. Tidak tamat SD / MI : 46,3 %

3. Tamat SD / MI : 40 %

4. Tamat SLTP / MTS : 29,1 %

5. Tamat SLTA / MA : 25,9 %

6. Tamat D1 / D2 / D3 / PT : 28,3 %

4. Pekerjaan

Prevalensi hipertensi pada penduduk usia >18 tahun menurut

pekerjaan pada tahun 2018 :

1. Pelajar / mahasiswa : 14,8 %

2. Pegawai swasta : 24,4 %


3. Nelayan : 27,8 %

4. Buruh / Supir / Pembantu Ruta : 30,2 %

5. Wiraswasta : 34,0 %

6. Lainnya : 34,8 %

7. Petani / Buruh tani : 36,1 %

8. PNS / TNI / Polri / BUMN / BUMD : 36,9 %

9. Tidak kerja : 39,7 %

5. Riwayat keluarga

Seseorang yang memiliki factor genetic keturunan orang tua

yang menderita hipertensi akan lebih besar keungkinan terkena

hipertensi. Jika kedua orang tua menderita hipertensi, maka akan

memiliki kemungkinan sebesar 45 % kemungkinan akan menurun

pada anak-anak mereka, dan jika hanya satu orang tua entah ayah

atau ibu saja yang menderita hipertensi, makan akan memiliki

kemungkinan sebesar 30% akan terkena hipertensi juga. (Ratna

Dila, 2023)

2.2 Asupan Makanan

Asupan makanan menjadi salah satu factor resiko yang

menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit hipertensi. Kelebihan

asupan lemak akan membuat berat badan meningkat serta kadar lemak

terutama kolesterol dalam darah juga meningkat. Hal tersebut mendorong

terjadinya prningkatan tekanan darah yang lebih tinggi dalam tubuh. Asupan

makanan yang mengandung tinggi natrium menjadi salah satu faktor


resiko utama penyebab terjadinya penyakit hipertensi. Frekuensi makan,

jenis makanan yang dikonsumsi, makanan siap saji, dan makanan

berkadar garam tinggi serta mengandung rendah serat menjadi penyakit

vaskuler dan hipertensi. (Simanjuntak & Hasibuan, 2022)

2.2.1 Asupan Kalori

Jenis Jumlah Kebutuhan menurut umur

Kelamin 18 19 – 29 30 – 49 50 – 64 > 65

Perempuan 2100 2250 2150 1800 1550

Laki – laki 2650 2650 2550 2150 1800

Sumber : Peraturan Menkes RI No. 28 Tahun 2019 tentang AKG

2.2.2 Asupan Protein

Jenis Jumlah Kebutuhan menurut umur

Kelamin 18 19 – 29 30 – 49 50 – 64 > 65

Perempuan 65 60 60 60 58

Laki – laki 75 65 65 65 64

Sumber : Peraturan Menkes RI No. 28 Tahun 2019 tentang AKG

2.2.3 Asupan Lemak

Jenis Jumlah Kebutuhan menurut umur

Kelamin 18 19 – 29 30 – 49 50 – 64 > 65

Perempuan 70 65 60 50 45

Laki – laki 85 75 70 60 50
Sumber : Peraturan Menkes RI No. 28 Tahun 2019 tentang AKG

2.2.4 Asupan Karbohidrat

Jenis Jumlah Kebutuhan menurut umur

Kelamin 18 19 – 29 30 – 49 50 – 64 > 65

Perempuan 300 360 340 280 230

Laki – laki 400 430 415 340 275

Sumber : Peraturan Menkes RI No. 28 Tahun 2019 tentang AKG

2.2.5 Asupan Natrium

Jenis Jumlah Kebutuhan menurut umur

Kelamin 18 19 – 29 30 – 49 50 – 64 > 65

Perempuan 1600 1500 1500 1400 1200

Laki – laki 1700 1500 1500 1300 1100

Sumber : Peraturan Menkes RI No. 28 Tahun 2019 tentang AKG

2.3 Status Gizi

2.3.1 Pengertian status gizi

Status gizi merupakan suatu keadaan keseimbangan antara asupan

zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dan kebutuhan yang dibutuhkan

oleh tubuh. Obesitas dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui

berbagai mekanisme, baik secara langsung maupun secara tidak

langsung. (Akbar & Budi Santoso, 2020)


2.3.2 Kategori status gizi menurut IMT

IMT Status Gizi

< 18,5 kg / m2 Gizi Kurang

18,5 – 25 kg / m2 Gizi Normal

> 25 kg / m2 Obesitas

Sumber : WHO 2006

Anda mungkin juga menyukai