PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi untuk remaja berumur 18 tahun atau lebih
menurut JNC 7, 2004:
2.3 Etiologi
keparahan dari faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat
dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor
genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
meliputi stress, obesitas dan nutrisi. Faktor genetik berperan penting pada
hipertensi primer (Siyad A.R, 2011; Tagor, 2004).
Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui
dengan jelas. Secara umum, faktor resiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi
antara lain:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Genetik
Hipertensi primer bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Kaplan dikutip
dalam Hendraswari, 2008 menyatakan bahwa kemungkinan untuk
menderita hipertensi pada seseorang yang orang tuanya mempunyai
riwayat hipertensi adalah sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan orang
lain yang tidak mempunyai riwayat hipertensi pada orang tuanya.
Penderita hipertensi tidak selamanya diperoleh dari garis keturunan, tetapi
seseorang memiliki potensi untuk mendapat hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi (Anies, 2006).
b. Umur
Umumnya tekanan darah akan naik dengan bertambahnya umur terutama
setelah umur 40 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan
umur dibawah 40 tahun masih berada dibawah 10%, tetapi di atas umur 50
tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20 - 30%, sehingga ini
sudah menjadi masalah yang serius untuk diperhatikan (Depkes RI dikutip
dalam Hendraswari, 2008).
c. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Pria
diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan
darah dibandingkan dengan wanita (Kearney et al, 2005). Namun, setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan
setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi
5
2.4 Patofisiologi
Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk: (i) menilai pola hidup dan
identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan,
(ii) mencari penyebab kenaikan tekanan darah, dan (iii) menentukan ada tidaknya
kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular. Evaluasi pasien hipertensi
adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit
dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis meliputi (Suyono, 2001):
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian
obat-obat analgesic dan obat/bahan lain
Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor resiko
Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
Kebiasaan merokok
Pola makan
Kegemukan, intensitas olahraga
4. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischemic attack, deficit sensoris atau motoris.
Ginjal : haus, poliuri, nokturia, hematuria
Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
Pada 70-80% kasus hipertensi essensial didapatkan riwayat hipertensi dalam
keluarga, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi
11
2.6 Penatalaksanaan
kombinasi. Kelima jenis golongan obat ini telah terbukti dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler pada pengobatan hipertensi jangka
panjang (Mancia et al, 2013).
2.7 Komplikasi
2.8 Pencegahan
BAB II
KESIMPULAN