Anda di halaman 1dari 14

A.

DEFINISI PERAN PETUGAS KESEHATAN LAINNYA DALAM TIM

MULTIDISIPLINER

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan perundang undangan yang berlaku. ( PERMENKES RI
NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktek perawat) Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-
psilo-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat
yang sehat maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia. ( Seminar Nasional
Keperawatan 1983 ) Perawat profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya. (Depkes RI,2002).

B.     PERAN PERAWAT
Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
1.      Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual
dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan
menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian
dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari
yang sederhana sampai yang kompleks.
2.      Pembuat Keputusan Klinis  
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan
perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses
keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien,
pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan
menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau
berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama,
dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan professional lainnya (Keeling dan
Ramos,1995).
3.      Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien
dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari
kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh
dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi
terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran
perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta
membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat
memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan
yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang
umum dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau
menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada
pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak
atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak
untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
4.      Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim
kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang
memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan perawat
kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya.
Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan
keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey,
1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab
asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
5.      Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit,
kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien
mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat
berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan
keadaan tersebut.
6.      Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus ditujukan pada
manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan
emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan
kebutuhan yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk
mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
7.      Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat dan
profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan perawatan yang
efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa
komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam
memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.
8.      Penyuluh
     Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang kesehatan,
mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami
hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan
metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan
sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
9.      Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
10.  Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahab perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
11.  Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

12.  Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

C.     FUNGSI PERAWAT
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya.
Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam menjalankan perannya,
perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
1.      Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan
harga diri dan aktualisasi diri.
2.      Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya
silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
3.      Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara satu
dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama
tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita
yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan
pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
BAB II
HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PASIEN

A.    DEFINISI
Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses
keperawatan pada saat perawat dan pasien berinteraksi kesediaan untuk terlibat guna mencapai
tujuan asuhan keperawatan. Hubungan perawat dan pasien adalah hubungan yang direncanakan
secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk pencapaian tiuan klien. Dalam
hubungan itu perawat menggunakan pengetahuan komunikasi guna memfasilitasi hubungan yang
efektif.
Pada dasarnya hubungan perawat dan pasien bersifat professional yang diarahkan pada
pencapaian tujuan. Hubungan perawat dengan pasien merupakan hubungan interpersonal titik
tolak saling memberi pengertian.
Kewajiban perawat memberikan asuhan keperawatan  dikembangkan hubungan saling
percaya dibentuk dalam interaksi ,hubungan yang dibentuk bersifat terapetik dan bukan
hubungan social,hubungan perawat dan klien sengaja dijalin terfokus pada klien,bertujuan
menyelesaikan masalah klien.
2 tahap interaksi yang dilalui dalam berhubungan banyak factor yang perlu diperhatikan
baik klien maupun perawat, yaitu :
1.      Perawat professional bila mampu menciptakan hubungan terapetik dengan klien
2.      Keikhlasan,empati dan kehangatan diciptakan dalam berhubungan dengan klien

B.     TAHAP HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PASIEN


1.      Tahap Orientasi
Di mulai pada saat pertama kali berhubungan.Tujuan utama tahap orientasi adalah membangun
trust.
2.      Tahap Bekerja
a.       Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan
b.      Membangun suasana yang mendukung untuk berubah
3.      Tahap Terminasi
a.       Penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan
b.      Terminasi disampaikan sejak awal atau tidak mendadak
C.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KLIEN DALAM BERHUBUNGAN
1.      Perbedaan perkembangan
2.      Perbedaan budaya
3.      Perbedaan gender
4.      Gangguan pendengaran
5.      Gangguan penglihatan
Hubungan yang baik antar perawat dengan pasien akan terjadi bila :
1.      Terdapat rasa saling percaya antara perawat dengan pasien.
2.      Perawat benar-benar memahami  tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hak
tersebut,salah satunya adalah hak untuk menjaga privasi pasien.
3.      Perawat harus sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada pribadi pasien
yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya,antara lain kelemahan fisik dan
ketidakberdayaan dalam menentukan sikap  atau pilihan sehingga tidak dapat menggunakan hak
dan kewajibannya dengan baik
4.      Perawat harus memahami keberadaan pasien sehingga dapat bersikap sabar dan tetap
memperhatikan pertimbangan etis dan moral
5.      Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala risiko yang mungkin timbul selama
pasien dalam perawatannya
6.      Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai pribadi pasien
dengan cara membina hubungan baik antara pasien,keluarga,dan teman sejawat serta dokter
untuk kepentingan pasien.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,keluarga,atau
komunitas,perawat  sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan peraktek 
keperawatan,dimana inti dari filsafat tersebyut adalah hak dan martabat manusia. Karena
itu,fokus dari etika keperawatan ditujukan terhadap sifat manusia yang unik. Untuk memelihara
dan meningkatkan kepercayaan masyarakat diperlukan peraturan tentang hubungan antara
perawat dengan masyarakat,yaitu sebagai berikut :
1.      Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang
bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu,kelurga,dan masyarakat.
2.      Perawat dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan,memelihara suasana lingkungan
yang menghormati nilai-nilai budaya,adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari
individu,keluarga,dan masyarakat.
3.      Perawat dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,keluarga dan
masyarakat,senantiasa dilandasi rasa tulus,ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan.
4.      Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu,keluarga dan masyarakat,khususnya
dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan serta upaya kesejahteraan pada
umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
BAB III
HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PROFESI LAIN

A.    DEFINISI
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sam yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian yang dikemukakan
dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sam yaitu mengenai kebersamaan,
kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian
kolaborasi sulit didenifisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi
dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision(1977) yang
dikutip Siegler dan Whitney(2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian
ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan.
Pada saat sekarang dihadapkan pada paradigma baru dalam pemberian pelayanan
kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk berkolaborasi dengan dokter.
Pada kenyataannya profesi keperawatan masih kurang berkembang dibandingkan dengan profesi
yang berdampingan erat dan sejalan yaitu profesi kedokteran. Kerjasam dan kolaborasi dengan
dokter perlu pengetahuan, kemauan, dan keterampilan, maupun sikap yang professional mulai
dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien, Maupin dengan mitra kerjanya, sampai pada
keterampilan dalam mengambil keputusan.
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang
bermutu. Suatau pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada pasien.
Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah
satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter)
dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan
secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui
komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses
penyembuhan.

B.     TREND DAN ISSUE YANG TERJADI


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.Perspektif yang berbeda dalam memendang
pasien,dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan
proses kolaborasi. Kendalap sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya
menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat
menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
hubungan kolaborasi dokter-perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing Center
(ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan dokter-perawat
bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien
( Kramer dan Schamalenberg, 2003). Terdapat hubungan kolerasi positif antara kualitas huungan
dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan
institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang
membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat
ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan
kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik perawat dan
dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi
diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter.
Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang juga
didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses
keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat Rumah
Sakit Pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam
melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa
perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit
yang kurang mendukung. Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional
dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang
membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari
keperawatan sebagai profesi.
C.     PEMAHAMAN KOLABORASI
Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya
dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru menjadi
point penting yang harus disikapi.bagaimana masing-masing profesi memandang arti kolaborasi
harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang sama.
Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, “ Apa diagnosa pasien
ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya “ pola pemikiran seperti ini sudah terbentuk sejak
awal proses pendidikannya.Sudah dijelaskan secara tepat bagaimana pembentukan pola berfikir
seperti itu apalagi kurikulum kedokteran terus berkembang.Mereka juga diperkenalkan dengan
lingkungan klinis dibina dalam masalah etika,pencatatan riwayat medis,pemeriksaan fisik serta
hubungan dokter dan pasien.Mahasiswa kedokteran pra-klinis sering terlibat langsung dalam
aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan tertentu seperti gabungan bimbingan-
pasien.Selama periode tersebut hampir tidak ada kontak formal dengan para perawat,pekerja
sosial atau profesional kesehatan lain.Sebagai praktisi memang mereka berbagi linkungan kerja
dengan para perawat tetapi mereka tidak dididik untuk menanggapinya sebagai rekanan/sejawat.
Sejak awal perawat didik mengenal perannya dan berinteraksi dengan pasien. Praktek
keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam praktek rumah sakit dan
praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja di unit perawatan pasien bersama
staf perawatan untuk belajar merawat,menjalankan prosedur dan menginternalisasi peran.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan shering pengetahuan yang
direncanakan yang disengaja,dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja
dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional
keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan
kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh perturan suatu negara dimana pelayanan
diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling
ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan
serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan
masyarakat.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk
mencapai tujuan kolaborasi team:
1.      Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
professional
2.      Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3.      Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4.      Meningkatnya kohensifitas antar professional
5.      Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional
6.      Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.

Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter,
perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi professional.
Status yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter
yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah untuk masing-masing
kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada
kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum dari
perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan
memperluas sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu
ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara
komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang
memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif. Pendidikan perawat perlu
terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan professional dengan dokter melalui
pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan dan keterampilan dapat dilakukan melalui
pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang
dapat meningkatkan keahlian perawat.
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan harus
berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Yidak ada kelompok yang dapat penyatakan lebih
berkuasa di atas yang lainnya. Masing-masing profesi memilki profesional yang berbeda
sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Banyaknya faktor yang berpengaruh seperti kerjasama, saling menerima, berfungsi. Kolaborasi
yang efektif antara anggota tim kesehatan menfalisitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang
berkulitas. Akan tetapi praktik kolaborasi perawat dokter yang terjadi belum mencapai optimal
tetapi masih tahap berunding dan masih ada yang menghindar yang disebabkan kurang siapnya
sumber daya keperawatan dan masih adanya kesenjangan tingkat kependidikan perawat dan
dokter serta kurangnya komitmen dokter untuk ikut meningkatkan kualitas sumber daya manusia
keperawatan.
1.      Pada praktik kolaborasi mempunyai hubungan yaitu:Ada hubungan bermakna komunikasi
dengan prakti kolaborasi. Dengan komunikasi yang baik dan menghargai profesi lain dalam
pengambilan keputusan bersama (dalam kolaborasi) di kelompok maka akan tercipta suatu tim
work yang baik sehingga komitmen dalam memberikan pelayanan yang komprehensip dapat
tercipta.
2.      Tidak ada hubungan antara domain dengan praktik kolaborasi dimana domain sangatlah
bervariasi, baik pendapat dokter maupun perawat dan belum adanya standar domain bersama
(dokter-perawat)yang baku di Indonesia.
3.      Komunikasi dan praktik kolaboarasi hubungannya bermakna dengan dimoderasi oleh
karakteristik demografi dan kebutuhan ekonomi individu.
4.      Hubungan domain dan praktik kolaborasi akan berhubungan sangat bermakna secara statistik
setelah dimoderasi oleh karakteristik demografi dan kebutuhan ekonomi individu.
5.      Ada perbedaan yang bermakna kolaborasi di antara kelompok pasien yang parah, sedang, dan
mandiri. Praktik kolaborasi pada tahap berunding banyak dilakukan pada pasien yang
ketergantungan sebagian (sedang)karena pada pasien ketergantungan penuh (parah) dokter hanya
memberi pengarahan dan keputusan tanpa meminta pendapat perawat.

D.    TANGGUNGJAWAB TERHADAP SESAMA PERAWAT DAN PROFESI KESEHATAN LAINNYA


1.      Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya,
baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.
2.      Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada sesama perawat
serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://nizaraharja92.blogspot.com/
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/pola-hubungan-perawat-dengan-
profesi.html?m=1
https://harmokoblog.wordpress.com/hubungan-perawat-dengan-pasien/
https://beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/peran-dan-fungsi-
perawat/

Anda mungkin juga menyukai