Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Medis Eksraksi Vakum


2.1.1 Anatomi fisiologi
Menurut Fatmawati & Purwaningsih, (2010:1) mengatakan bahwa
sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2, yaitu :
2.1.1.1 Genetalia eksternal

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi eksterna


Sumber: Hetty Astri, 2016

a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi
perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia
minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethae
externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

6
7

b. Monspubis/monsveneris
Lapisan lemak dibagian anterior symphisis os pubis.
Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut
pubis.

c. Labia Mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis kearah bawah
belakang, banyak mengandung plekus vena. Homolog
embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum
rotundum uteri berakhir pada atas labia mayora.
Dibagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada
commisura posterior).

d. Labia minora
Lapisan jaringan tipis dibalik labia mayora,tidak
mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh
darah, otot polos dan ujung serabuut saraf.

e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoris yang terletak dibagian
superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam
didalam dinding anterior vagina. Homolog embriologi
dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan
ujung serabut saraf, sangat sensitive.

f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah
fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus
8

urogenital. Terdapat 6 lubang orificium, yaitu orificium


urethae externum, intoritus vagine, ductus glandulae
bartholinii kanan-kiri, dan duktus skene kanan-kiri.
Antara fourchet dan vagina terdapat fossa hymen yang
abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforate) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul dirongga
genitalia interna.

g. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai
dari tepi cervix uteri dibagian cranial dan dorsal sampai
ke vulva dibagian kaudal ventral. Daerah disekitar
cervix disebut fornix,, dan dibagi dalam 4 kuadran :
fomix anterior, fomix posterior, dan fomix lateral kanan
dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding
dorsal yang elastic. Dilapisi epitel skuamosa berlapis,
berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk
mengeluarkan eksresi uterus pada haid, untuk jalan lahir
dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina
terbentuk dari duktus Mulleri, bawah urogenitalis. Batas
dalam secara klinis yaitu fomicer anterior, posterior, dan
lateralis disekitar servix uteri.

h. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan bawah tepi
bawah anus. Batas otot-otot diafragma pelvis dan
diafragma urogenitalis. Perineum meregang pada
9

persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk


memperbesar jalan lahir dan mencegah rupture.

2.1.1.2 Genitalia internal

Gambar 2.2 Anatomi fisiologi Internal


Sumber: Hardin Baruhi, 2014

a. Uterus
Suatu organ muscular berbentuk seperti buah pir. Dilapisi
peritonium (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai
implantasi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat
persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri
dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1) Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar.
2) Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah.
10

3) Lapisan mukosa (endometrium) di dalam.


Fungsi utama uterus:
1) Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid
dengan adanya perubahan dan pelepasan dari
endometrium.
2) Tempat janin tumbuh dan berkembang.
3) Tempat melekatnya plasenta.
4) Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan
kontraksi untuk memperlancar persalinan dan
kembalinya uterus pada saat involusi.

b. Serviks Uteri (mulut rahim)


Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan pars
supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos,
jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin.
Bagian luar didalam rongga vagina yaitu portio cervicis
uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri eksternum
(luar,arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa
serviks, dan ostium uteri inernu (dalam, arah cavum)
sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang
ostium externum bulat kecil, setelah/riwayat melahirkan
(primipara/multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi
serviks mengarah kekaudal posterior, setinggi spina
inchiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir
getah serviks yang mengandung gliko protein kaya
karboohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, eptida
dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
11

c. Corpus uteri (batang/badan rahim)


Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritonium yang
melekat pada ligamentum letum uteri diintra abdomen,
tengah lapisan muscular/miometrium berupa otot polos tiga
lapis (dari luar kedalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium
yang melapisi cavum dinding uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon
ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi, fundus uteri berada diatas vesika urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks
uterus bervarriasi selama pertumbuhan dan perkembangan
wanita.

d. Ligamenta Penyangga Uterus


Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri,
ligametum cardinal, ligamentum ovarii, ligamentum
sacrouteria propium, ligamentum infudibulopelvicum,
ligamentum vesicouteria, ligamentum rectouterina.

e. Vaskularisasi Uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/
illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta
abdominalis.

f. Salping/Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri.
Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi
12

sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai


cavum uteri.
Dinding tuba terdiri dari lapisan: serosa, muscular
(longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel
bersilia. Terdiri dari pars interstilitas, pars isthmica, pars
ampularis, serta pars infudibulum dengan fimbria, dengan
karak teristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-
beda pada setiap bagiannya.
1) Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat
stingter uterotuba pengendali transfer gamet.
2) Pars ampuris (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilitasi adalah daerah
ampula/infudibulum, dan pada hamil ektopik
(patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding
tuba bagian ini.
3) Pars infudibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae
abdominale pada ujungnya, melekat dengan
permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap”
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan
ovarium, dan membawanya kedalam tuba.
4) Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya
mesenterium pada usus)
5) Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak didalam
rongga peritonium, sepasang kiri-kanan. Dilapisi
mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh
13

darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.


Ovarium berfungsi dalam pembentukkan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel
germinal promordial dilapisan terluar epitel ovarium
dikorteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan
sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka
interna folikel, progesterone oleh korpus luteum
pascaovulasi). Berhubungan pars infudibulum tuba
falopii melalui pelekatan fimbriae. Fimbriae
“menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii
proprium, ligamentum infudibulopelvicum dan
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

2.1.2 Teori masa nifas


Marmi, (2011:11) membahas tentang Masa nifas adalah masa dimulai
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu.

Mitayani (2013:122) membahas tentang postpartum adalah waktu


penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil,
serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru.
14

2.1.3 Teori ekstraksi vakum


Mitayani, (2013:107) membahas tentang ekstraksi vakum adalah suatu
persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan tenaga negatif (vakum)
pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.

Vacuum is an operation for the delivery of the fetal head from the mother
by use of a vacuum extractor applied to the fetal scalp on presence of
maternal effort (Hughes).

Walyani (2015:67) membahas tentang Ekstraksi vakum merupakan


tindakan untuk melahirkan bayi, dengan ekstraksi menggunakan tekanan
negatif dengan alat vakum.

Jadi, Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan yang dilakukan dengan


tekanan negatif menggunakan alat ekstraktor vakum.

2.1.4 Etiologi ekstraksi vakum


2.1.4.1 Kelelahan pada ibu: terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan
karena kelelahan fisik pada ibu.
2.1.4.2 Partus tak maju: his yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang
lajim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga
persalinan persalinan mengalami hambatan atau kematian.
2.1.4.3 Gawat janin: denyut jantung bayi abnormal ditandai dengan :
a. Denyut jantung bayi irreguler dalam persalinan sangat bereaksi
dan dapat kembali dalam beberapa waktu. Bila denyut jantung
bayi tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini
mengakibatkan adanyahipoksia.
b. Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi atau tidak
menghilang setelah kontraksi.
15

c. Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada


ibu.

2.1.5 Teknik operasi ekstraksi vakum


Menurut manuaba (2010:129)
2.1.5.1 Setelah persiapan dilakukan sebagaimana mestinya, penolong
memilih cup yang dipasang pada kepala janin.
2.1.5.2 Cup dimasukan secara obstetri, menuju kepala janin, dan dipasang
sedemikian rupa sehingga tidak menjepit serviks uteri.
2.1.5.3 dengan dipasangnya cup vakum ditempatnya dan tangan masih
didalam, dilakukan pemompa tekanan negative sampai mencapai
7,5-15 kg/cm2.
2.1.5.4 Setiap penurunan 0,2 kg/cm2 dikerjakan dalam waktu 2 menit;
untuk memberikan kesempatan pembentuk kaput suksedanum
diperlukan waktu antara 15-30 menit.
2.1.5.5 Dilakukan pemeriksaan apakah terdapat bagian serviks yang terjepit
antara cup dan kepala janin.
2.1.5.6 Setelah pemeriksaan, dilakukan tarikan vakum pada waktu/ bersaan
dengan his dan mengejan sehingga kekuatan tarikan melalui
vakum merupakan kekuatan tambahan.
2.1.5.7 Bila pembukaan belum lengkap, dilakukan dilatasi serviks secara
paksa, sambil melakukan tarikan cup alat ekstraksi vakum.
2.1.5.8 Tarikan dilakukan sesuai dengan mekanisme persalinan normal,
dengan hipomoklion sebagai titik putarnya. Setelah kepala lahir
cup dilepaskan dan persalinan janin dilakukan sesuai dengan
mekanisme persalinan normal.
16

2.1.6 Alat dan operasi ekstraksi vakum pada letak kepala

A. Mangkok Malmstrom
B. Mangkok Bird

Ekstraksi vakum pada janin dengan posisi oksiput anterior. Tempat untuk
memasang mangkuk yaitu di atas fontanella posterior sepanjang sutura
sagitalis.

Ekstraksi vakum, disini arah tarikan hampir vertical sementara kepala


sedang dilahirkan diatas perineum.
17

Ekstraksi vakum, arah traksi horizontal sampai kepala tertahan dibawah


simfisis.

Cara melindungi perineum selama ekstraksi vakum. Tangan kanan


menarik dalam arah vertikal. Tangan kiri mendorong bagian yang
dipresentasi dalam arah traksi.

2.1.7 Indikasi ekstarksi vakum


Menurut Mitayani (2013:107)
2.1.7.1 Ibu dengan tujuan mmempersigkat kala II, misalnya ibu dengan
penyakit jantung kompensasi, penyakit paru-paru fibrotik,
dilakukan pada:
a. kala II memanjang
18

b. pada saat ibu merasa lebih dan tidak mampu mengejan dengan
efektif.
2.1.7.2 Janin: Gawat janin
Memutar persentasi oksiput posterior menjadi oksiput anterior.
Menurut Belden (2010)
2.1.7.3 Prolonged second stage of labor
2.1.7.4 Maternal exhaustion
2.1.7.5 Fetal dstress

2.1.8 Komplikasi ekstraksi vakum


Menurut Wiknjosastro,dkk (2014:87)
2.1.8.1 Ibu
a. pendarahan
b. trauma jalan lahir
c. infeksi
Menurut Manuaba (2012:129) Komplikasi Ekstraksi Vakum :
d. Trauma persalinan :
1). Robekan serviks yang terjepit
2). Robekan vagina
3). Robekan perinium yang lebih luas.
e. Infeksi (karena beberapa kali memuaskan cup vakum dan tangan)
f. perdarahan
1). Robekan jalan lahir
2). Atonia uteri.
2.1.8.2 Janin
a. Ekskoriasis kulit kepala
b. Sefalhamatoma
19

c. Subgaleal hematoma, Hematoma ini cepat diresorbsi tubuh janin.


Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat
menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat.
d. Nekrosis kulit kepala (scalpnescrosis), yang dapat menimbulkan
alopesia.
Menurut Manuaba (2012:129) Komplikasi Ekstraksi Vakum :
e. Terjadi kaput seksedanum yang besar
f. Terjadi sefalhematom
g. Terjadi perdarahan atau edama intrakranial
h. Trauma langsung pada bagian janin tempat cup vakum, seperti
ekskoriasi.
i. Infeksi postpartum

2.1.9 Keuntungan dan Kerugian ekstraksi vakum


Menurut Manuaba (2012:127) Keuntungan Ekstraksi Vakum :
2.1.9.1 tindakan ektraksi vakum tidak memerlukan ruangan tambahan,
sehingga trauma jepitan kepala tidak terjadi.
2.1.9.2 Dapat dipakai pada kedudukan kepala yang tinggi.
2.1.9.3 Dapat dipakai pada pembukaan yang lebih kecil, sehingga
dapat memperbesar pembukaan serviks (dengan paksaan)
2.1.9.4 Dipakai sebagai percobaan untuk membuktikan kemungkinan
CPD.
Menurut Manuaba (2012:128) Kerugian Ekstraksi Vakum :
2.1.9.5 sering mengalami kegagalan (lepas), karena kekuatan tarikan
terbatas dan tergantung pada kaput buatan yang terbentuk.
(kegagalan ekstraksi vakum dapat diteruskan dengan tindakan
ekstraksi forsep atau seksio sesarea)
2.1.9.6 dapat menimbulkan gangguan peredaran darah otak yang akan
menyebabkan asfeksia intrauteri.
20

2.1.10 Pathofisiologi
Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan
ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan,
penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan
sebelumnya. Kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput
posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat
dilakukan secara normal. Melahirkan secara pervaginam maka perlu
tindakan ekstraksi vakum. Tindakan ekstraksi vakum menyebabkan
terjadinya laserasi pada servuk uteri vagina ibu. Tetapi terjadi laserasi
pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intracranial
21

2.1.11 Patway

Ibu Janin

Kala II yang Ibu merasa Upaya yang Gawat janin Malpresentasi


memanjang kelelahan tidak membahayakan
mampu mengejan seperti preeklamsia,
dengan efektif At, dan lain lain

Presentasi Presentasi
oksiput bokong
anterior

E. Vakum E. Cunam

Persalinan
dengan alat
berlangsung
normal
Komplikasi
Janin Resiko
cedera pada Kala II berjalan
janin normal
Ibu

Bayi lahir
MK : Defisit
Pendarahan dengan TTV
volume cairan
normal

Trauma jalan MK : Luka pada kulit kepala


lahir Kerusakan
Paralisis N. VII
integritas
jaringan Faktur tulang tengkorak
Pendarahan intrakranial
Infeksi Resiko tinggi Subgaleal hematoma
infeksi
22

2.1.12 Pemeriksaan penunjang


Menurut Mitayani (2013:109) menerangkan bahwa:
2.1.12.1 Hitung darah lengkap dengan deferensial, menandakan adanya
anemia dan infeksi serta tingkat hidrasi.
2.1.12.2 Urinalisis menunjukan infeksi traktus urinarius, protein atau
glukosa.
2.1.12.3 USG menentukan usia gestasi, ukuran janin, adanya gerakan
jantung janin, dan lokasi plasenta
2.1.12.4 Pelvimetri, mengidentifikasi disproposi CPD atau posisi janin.

2.1.13 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan post partum spontan dengan vakum ekstraksi menurut
Mochtar (2007:122) adalah :
2.1.13.1 Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis
demi lapis, perhatikan jangan sampaiterjadi ruang kosong
terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-
bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya
penyembuhan luka.
2.1.13.2 Segera mobilisasi dan realimentasi (pemberian makanan bayi
secara bertahap dan teratur)
2.1.13.3 Konseling keluarga berencana
2.1.13.4 Berikan antibiotika cukup
2.1.13.5 Pada luka perinium lama lakukan perineoplastik dengan
membuka luka dan menjahitnya kembali sebaik-baiknya.

2.2 Tinjauan Teoristis Asuhan Keperawatan Ekstraksi Vakum


Menurut Mitayani (2013:109) menerangkan bahwa :
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Sirkulasi
23

Peningkatan tekanan darah dapat menandakan ansietas atau


hipertensi karena kehamilan. Penurunan tekanan darah dapat
menandakan hipertensi atau dehidrasi.
2.2.1.2 Neurosensori
Refleks tendon mungkin cepat 3+ pada hipertensi karena
kehamilan adanya klonus menandakan ekstabilitas berat.
2.2.1.3 Makanan dan cairan
Penurunan berat badan ibu 2,5-3 kg dapat dihubungkan dengan
pasien pasca maturitas dan penurunan berat badan janin.
2.2.1.4 Nyeri, ketidaknyamanan
Palpasi uterus dapat menunjukan pola kontraksi.
2.2.1.5 Keamanan
a. Dapat mengalami pecah ketuban spontan tanpa kontraksi
(pada atau mendekati aterem)
b. Meningkatkan suhu jika terjadinya infeksi pada pecah
ketuban yang sudah lama
c. DJJ mungkin lebih dari 160 kali/menit bila praterem, hipoksi
atau septik. Ukuran janin dapat menandakan penurunan BB
atau kematian janin.
d. Cairan amnion kehijauan menandakan distress janin pada
presentasi vertesk.
2.2.1.6 Seksualitas
a. Persalinan yang tergesak-gesak atau cepat pada kehamilan
sebelumnya.
b. Serviks mungkin matang.
c. Adanya darah pada dilatasi
24

2.2.2 Diagnosis keperawatan


2.2.2.1 Resiko Tinggi Infeksi
2.2.2.2 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma
jalan lahir
2.2.2.3 Defisit volume cairan berhubungan dengan pendarahan

2.2.3 Rencana keperawatan


Menurut Mitayani dan Taylor (2015)
2.2.3.1 Kerusakan integristas jaringan berhubungan dengan trauma
jalan lahir
Kriteria hasil: pasien mengungkapkan perasaan nyaman, dan
pasien terbebas dari kerusakan integritas jaringan yang
diakibatkan bahaya fisik.
Intervensi:
a. Dokumentasikan dan laporkan hasil pengkajian
keperawatan kooperatif. Identifikasi faktor predsposisi
terjadinya kerusakan integristas jaringan.
Rasional: pengkajian keperawatan memungkinkan
perkembangan perenanaan perawatan secara individual
untuk pasien.

b. Klasifikasikan luka bedah pasien sesuai derajat


kontaminasi luka dan jaringan disekitarnya.
Rasional: klasifikasi luka bedah akan mempermudah
pengkajian resiko infeksi luka dan cedera jaringan
selanjutnya.

c. Pertahankan suhu lingkungan pasien pada suhu yang


nyaman, tawarkan selimut jika diperlukan
25

Rasional: lingkungan yang nyaman mengurangi


menggigil, ketegangan otot, dan nyeri reaktif. Stressor
metabolic ini dapat mempengaruhi kecepatan
penyembuhan sel pasien.

d. Pantau tanda-tanda hipotermia pada pasien ( menggigil,


kulit dingin, pucat, merinding, peningkatan prekuensi
jantung)

Rasional: untuk menentukan perlunya implementasi


tindakan penghantaran.
e. Hangatkan larutan preparasi atau irigasi
Rasional: untuk mencegah penurunan suhu pasien.

2.2.3.2 Resiko tinggi infeksi


Kriteria hasil : menunjukkan luka bebas dari drainase purulen.
Bebas dari infeksi, tidak pebris dan mempunyai aliran lokhial
kateter normal
Intervensi :
a. Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan
frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti
persalinan lama yang menggunakan alat mekanis.
Rasional : membantu mengidentifikasi factor-faktor resiko
yang dapat mengganggu kebutuhan dan kemunduran
pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberi
kecenderungan klien terkena infeksi.
b. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi,
catat adanya menggigi, anoreksia dan malaise
26

Rasional : peningkatan suhu tubuh sampai 38,3 0c dalam


24 jam pertama menandakan adanya infeksi.

c. Kaji lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan


involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem
Rasional : fundus yang awalnya 2 cm dibawah umbilicus
meningkat 1-2 cm/hari, kegagalan miometrium untuk
involusi pada kecepatan ini atau terjadinya nyeri tekan
ekstrem menandakan kemungkinan tahanan jaringan
plasenta/infeksi

d. Catat jumlah dan bau rabas lokheal atau perubahan pada


kamajuan normal dari rubra menjadi serosa
Rasional : lokia secara normal mempunyai bau amis
namun pada endometasis akan berbau busuk, mungkin
gagal menujukkan kemajuan normal dari rubru ke serosa
sampai ke alba

e. Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan


adanya nyeri tekan berlebihan, kemerahan, eksudat
purulen, edema, atau adanya laserasi.
Rasional : diagnosa dini dari infeksi local dapat mencegah
penyebaran pada jaringan uterus

f. Kaji tanda-tanda ISK atau sistitis


Rasional : gejala ISK nampak pada hari kedua sampai
dengan ketiga postpartum karena naiknya infeksi ke traktus
uretra, kekandung kemih dan kemungkinan ke ginjal
27

g. Berikan antibiotic spectrum luas, sampai laporan kultur /


sensitifitas dikembalikan kemudian ubah terapi sesuai
indikasi
Rasional : mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan
sekitar atau aliran darah. Pilihan antibiotic tergantung pada
sensitifitas organisme penginfeksi.

2.2.3.2 Defisit volume cairan berhubungan dengan pendarahan


Kriteria hasil: Menunjukan tidak adanya tanda-tanda
dehidrasi, tugor kulit dan pengisisan kapiler baik dibuktikan
dengan capillary refille kurang dari 2 detik.
Intervensi
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan
darah
Rasional: penurunan volume cairan darah (hipo-volemi)
akibat diuresis osmosis dapat dimanisfestasi-kan oleh
hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah
b. Kaji suhu, warna, tugor kulit dan kelembabannya
Rasional: dehidrasi yang disertai demam akan teraba
panas, kemerahan dan kering di kulit. Sedangkan
penurunan tugor kulit sebagai indikasi penurunan volume
cairan pada sel.
c. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, tugor kulit dan
membrane mukosa
Rasional: nadi yang lemah, pengisian kapiler yang lambat
sebagai indikasi penurunan cairan dalam tubuh. Semakin
lemah dan lambat dalam pengisian semakin tinggi derajat
kekurangan cairan.

Anda mungkin juga menyukai