Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KISTA OVARIUM DAN MIOMI UTERI

Disusun oleh :

Serly Hardania P07220218030


Riza Nur Fauzi As-Siddiq P07202180111

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepala kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “ Pemeriksaan fisik peradangan pada
sistem pencernaan dan asuhan keperawatan anak : Diare dan Thypoid Fever ” dengan baik
tanpa halangan apapun.

Kami menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna, karena manusia pasti mempunyai
kekurangan. Kami juga tidak lepas dari sifat kekurangan itu, sehingga apa yang tertulis dalam
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis usahakan semaksimal mungkin.
Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi menjadi lebih sempurna.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada dosen
pembimbing.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala jasa, kebaikan-kebaikan, serta bantuannya
yang telah diberikan kepada kami.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini memberikan
manfaat bagi kami untuk proses pembelajaran.

Samarinda, 5 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................................................1


KATA PENGANTAR .................................................................................................................................2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................5
2.1 Pengertian
 Definisi Pada Diare
 Definisi Pada Demam Tiroid
2.2 Patofisiologi
 Patofisiologi Pada Diare
 Patofisiologi Pada Demam Tiroid
2.3 Pemeriksan Fisik Pada Anak
 Pemeriksan Fisik Pada Diare
 Pemeriksan Fisik Pada Demam Tiroid
BAB 3 Pembahasan.......................................................................................................................................9
3.1 Asuhan Keperawatan Pada Anak
 Asuhan Keperawatan Pada Diare
 Asuhan Keperawatan Pada Demam Tiroid
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................11
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

KISTA ovarium merupakan kantong yang berisi cairan dan berkembang di ovarium.
Kista ovarium merupakan kasus umum dalam ginekologi dan dapat terjadi pada wanita di
segala usia. Triyanto (2010) menyatakan bahwa berdasarkan jurnal data catatan medik tahun
2008 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Margono Soekardjo Purwokerto, kasus kista
ovarium mempunyai ranking jumlah tertinggi selama tahun 2008.
Banyaknya kasus kista ovarium ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai kesehatan reproduksi dan kurangnya kesadaran untuk memeriksakan kesehatan
pribadinya, terlebih lagi sebagian besar dokter obstetrik dan ginekologi merupakan kaum
pria. Kista ovarium dapat menunjukkan suatu proses keganasan ataupun kondisi yang lebih
berbahaya, seperti kehamilan ektopik, torsi ovarium, atau usus buntu.
Sedangkan Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau
fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009). Salah satu masalah kesehatan pada kaum wanita
yang insidensinya terus meningkat adalah mioma uteri. Mioma uteri menempati urutan
kedua setelah kanker serviks berdasarkan jumlah angka kejadian penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka muncul pertanyaan yaitu


1. Bagaimana Konsep dasar ibu Keganasan pada organ reproduksi seperti Kista
Ovarium dan Myoma Uteri
1.3 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien Anak dengan Kista Ovarium dan Myoma Uteri.
1. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
 Memahami pengertian Ovarium dan Myoma Uteri beserta penyebabnya.
 Memahami patofisiologis Ovarium dan Myoma Uteri.
 Memahami pengkajian keadaan kesehatan pada klien dengan Ovarium dan
Myoma Uteri.
 Memahami rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Ovarium dan
Myoma Uteri berdasarkan pengkajian.
1.4 Manfaat
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk bagi mahasiswa
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim menambah pengetahuan dan
menambah literatur bagi mahasiswa jurusan keperawatan Tentang Diare dan Thypiod
Fever.
1.5 Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian
 Definisi Pada Diare
 Definisi Pada Demam Tiroid
2.2 Patofisiologi
 Patofisiologi Pada Diare
 Patofisiologi Pada Demam Tiroid

2.3 Pemeriksan Fisik Pada Anak


 Pemeriksan Fisik Pada Diare
 Pemeriksan Fisik Pada Demam Tiroid
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan Pada Anak
 Asuhan Keperawatan Pada Diare
 Asuhan Keperawatan Pada Demam Tiroid

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
I. Konsep Dasar Kista Ovarium
1. Pengertian
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada indung telur (ovarium)
wanita. Kista ini biasanya muncul selama masa subur atau selama wanita mengalami
menstruasi.

Tiap wanita memiliki dua indung telur (ovarium), satu di bagian kanan dan satu lagi
di sebelah kiri rahim. Ovarium yang berukuran sebesar biji kenari ini merupakan
bagian dari sistem reproduksi wanita.

II. Konsep Dasar Mioma Uteri


1. Pengertian

Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau
fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009).

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma,
leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).

Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau
jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007)

2.2 Patofisiologi
I. Patofisiologi Ovaluasi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel
genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan
LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal
tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah
yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan
dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di
dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).

2.1 Gambar WOC Patofisiologi Kista Ovarium


Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Infeksi ovarium histeroktomi

Pembesaran ovarium Pembesaran ovarium Pembesaran ovarium

Kurang pengetahuan Rupture ovarium

ansietas Resiko pendarahan

peritonitis Gangguan perfusi jaringan

peritonitis Metabolisme menurun Luka operasi

Hipolisis asam lakta


kelebihan

Gangguan metabolisme

Deficit perawatan diri

nyeri Port d’entri

Resiko cidera Resiko infeksi

Reflek menelan & nervus anastesi


muntah
Peristaltik usus
Resiko aspirasi menurun

konstipasi Absorbs air dikolon

2.2 Gambar WOC Patofisiologi Kista Ovarium


II. Patofisiologi Miomi Uteri
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyakdibanding miometrium normal.
Teori “Cell Nest” atau teori “Genitoblat” membuktikan dengan pemberian estrogen
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri
terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.
Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan.
Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena
berkurangnya aliran darah ke mioma uteri.
Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramuskular dan
subserosum. Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga
terjadi pada servik.
Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan
penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa
keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina
atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat
jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi
atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus
dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkankecilnya
pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit. Adapun WOC tentang Miomi Uteri
yaitu:
Gambar 2.2 WOC Patofisiologi Miomi Uteri

2.3 Faktor Penyebab


I. Faktor Penyebab terjadi Kista Ovarium
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014).
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang
berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik
dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan
kemudian akan membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak berlebih atau
lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam
proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor
genetik (Andang, 2013).
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin
terjadi, yaitu:
 Faktor Internal
a) Faktor Genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut gen
protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang
bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
b) Gangguan Hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan
memicu terjadinya penyakit kista.
c) Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya
penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke
bagian alat reproduksi lainnya.
 Faktor Eksternal
a) Kurang Olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang
olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan akan
menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat
oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.
b) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat yang
dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan
mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia
terganggu, terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin,
dan lain-lain.
c) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup
yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang
tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang
berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya
saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia
yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik
sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
d) Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista,
walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit
kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi
risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
II. Faktor Penyebab Miomi Uteri
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi terjadi tergantung
pada sel-sel imatur yang terdapat pada “cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat
menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada
usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari
terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “sell nest” oleh estrogen, faktor:
a) Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi
b) Atropi setelah menopause
c) Cepat membesar saat hamil
d) Sebagian besar masa reproduktif (Bagus, 2002).
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang
berpendapat :
1. Teori stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa:
1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri.
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu
sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim).
Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri.
Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormone estrogen. Tumor ini
menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran
estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika
hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon
estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka
pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak
membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin
pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen pada pertumbuhannya. Perubahan
yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang
berkisar sebesar 0,04%.
2. Teori Cellnest atau genitoblas:
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada
cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo, 2002).
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu:
a. Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
b. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c. Faktor ras dan genetik :
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan


I. Asuhan Keperawatan Kista Ovarium & Mioma Uteri

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat,
serta data penanggung jawab

2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit

biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri


pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut,
menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.

b. Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.

c. Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit


menular/keturunan.

d. Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh


terhadap timbulnya kista ovarium.

e. Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan persalinan/tidak,


hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.

f. Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi


digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.
4. Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera: ikterik/tidak
2) Konjungtiva: anemis/tidak
3) Mata: simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
5. Data Sosial Ekonomi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai
tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

6. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.

2. Data Psikologis

Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium


sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada
klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan
mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya keturunan.

3. Pola kebiasaan Sehari-hari

Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan
tidur karena merasa nyeri

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Data laboratorium

1) Pemeriksaan Hb

b. Ultrasonografi

1) Untuk mengetahui letak batas kista.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Preoperasi

a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi

b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan

c. PK: perdarahan

2. Post operasi

a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan

c. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)


C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri berhubungan dengan masalah tentang ketidaknyamanan
mempunyai anak , perubahan femininitas, dan efek hubungan seksual
Tujuan: Harga diri klien meningkat

Kriteria hasil:

 klien mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh , penerimaan


diri dalam situasi
 klien mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi
masalah secara efektif
 klien mendemonstrasikan adaptasi terhadap perubahan yang telah terjadi
yang dibukltikan oleh penyusunan tujuan realistis dan partipasi aktif dalam
kerja dengan tepat
Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

a. Diskusikan dengan klien atau a. membantu dalam memastikan


keluarga bagaimana diagnosis dan masalah untuk memulai proses
pengobatan yang mempengaruhi pemecahan masalah
kehidupan pribadi pasien dan
aktivitas kerja
b. bimbingan antisipasi dapat membantu
klien / keluarga memulai proses
b. Tinjau ulang efek samping yang
adaptasi pada status baru
diantisipasi berkenaan dengan
pengobatan tertentu termasuk
kemungkinan efek samping pada c. dapat membantu menurunkan masalah
aktifitas seksual dan rasa yang memepengaruhi penerimaan
ketertarikan. Beri tahu klien bahwa pengobatan aatau merangsang
tidak semua efek samping terjadi. kemajuan penyakit

c. Dorong diskusi tentang efek kanker


atau pengobatan pada peran sebagai d. memvalidasi realita perasaan klien
ibu rumah tangga, orang tua dan dan memberikan izin untuk tindakan
sebagainya. apapun perlu untuk mengatasi apa
yang terjadi
d. Akui kesulitan klien yang munbgkin
dialami. Berikan informasi bahwa
e. membantu merencanakan perawatan
konseling perlu dan penting dalam
saat di rumah sakit serta setelah
proses adaptasi.
pulang

e. Evaluasi struktur pendukung yang


ada dan digunakan oleh klien f. meskipun beberapa klien beradaptasi
dengan efek kanker , banyak
f. Berikan dukungan emosional untuk memerlukan dukungan tambahan
kliuen dan orang terdekat selama tes dalam periode ini
didagnostik dan fase pengobatan
g. pemastian individualitas dan
g. Gunakan sentuhan selama interaksi , penerimaan penting dalam
bila dapat diterima pada pasien dan menurunkan perasaan klien tentang
mempertahankan kontak mata ketidaknyamanan dan keraguan diri

h. Rujuk klien pada program kelompok h. kelompok pendukung biasanya sangat


pendukung menguntungkan baik untuk
klien/orang terdekat , memeberikan
i. Rujuk pada konseling professional kontrak dengan klien lain
jika diindikasikan

i. mungkin perlu untuk memulai dan


mempertahankan struktur psikososisal
positif bila system pendukung klien
terdekat terganggu
2. Nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang
abdomen.
Tujuan : Nyeri klien terkontrol
Kriteria hasil :
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang/terkontrol
 Klien tampak rileks
 Klien mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

a. Tentukan riwayat nyeri ( lokasi, a. Informasi memberikan data dasar untuk


frekuensi, durasi dan intensitas) mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
intervensi
b. Ajarkan tindakan kenyamanan dasar dan b. Meningkatkan relaksasi dan membantu
aktivitas hiburan memfokuskan kembali perhatian

c. Dorong penggunaan keterampilan c. Memungkinkan klien untuk berpartisipasi


menajemen nyeri ( teknik relaksasi, secara aktif dalam mengontrol nyeri
visualisasi, bimbingan imajinasi

d. Merupakan tindakan yang tepat untuk


d. Berikan analgesik sesuai indikasi mencegah fluktuasi pada intensitas nyeri

3. Gangguan Eliminasi urinarius, perubahan/retensi b.d adanya edema pada jaringan


lokal.
Tujuan : retensi berkurang/hilang
Kriteria hasil :
 Mempertahankan/memperoleh pola eliminasi yang efektif
 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
 Ikut serta dalam regimen pengobatan
Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

a. Pantau pola penolakan a. Informasi ini sangat penting untuk


merencanakan perawatan dan
mempengaruhi pilihan intervensi individu

b. Palpasi kandung kemih b. Distensi kandung kemih mengindikasikan


retensi urinarius

c. Hindari tanda-tanda penolakan c. Ekspresi kekecewaan akan menurunkan rasa


verbal atau nonverbal, rasa jijik percaya diri dan tidak membantu dalam
atau kekecewaan mensukseskan program

d. Tingkatkan kontrol sfingter


d. Berikan medikasi sesuai petunjuk

4. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri, respon patofisiologis
Tujuan : Ansietas berkurang/hilang
Kriteria hasil :
 Memahami dan mendiskusikan rasa takut
 Menunjukkan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas ke tingkat
yang dapat diatasi
Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

a. Catat palpitasi, peningkatan a. Perubahan TTV mungkin


denyut/frekuensi pernapasan menunjukkan tingkat ansietas yang
dialami pasien atau merefleksikan
gangguan-gangguan faktor psikologis

b. Pahami rasa takut


b. Perasaan adalah nyata dan membantu
pasien untuk terbuka sehingga dapat
mendiskusikan dan menghadapinya

c. Kaji tingkatan/realita bahaya bagi


c. Respon individu dapat bervariasi
pasien dan tingkat ansietas
tergantung pola kultural yng dipelajari

d. Nyatakan realita dari situasi seperti


d. Pasien mungkin perlu menolak realitas
apa yang dilihat pasien
sampai siap untuk menghadapinya

e. Evaluasi mekanisme koping


e. Mungkin dapat menghadapi situasi
dengan baik pada waktu itu

f. Identifikasi cara-cara dimana klien


f. Memberikan jaminan bahwa staf
mendapat bantuan jika dibutuhkan
bersedia untuk mendukung

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/situasi, prognosis,


kebutuhan pengobatan b.d kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi dan keterbatasan kognitif
Tujuan : Pengetahuan klien meningkat
Kriteria hasil :
 Menuturkan pemahanan kondisi, efek prosedur dan pengobatan
 Dengan tepat menunjukkan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan
suatu tindakan
 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam program
perawatan

Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

a. Diskusikan terapi obat-obatan a. Meningkatkan kerjasama dengan


regimen

b. Sediakan elemen yang dibutuhkan


b. Ulangi pentingnya diet nutrisi dan
untuk penyembuhan
pemasukan cairan adekuat

c. Memberikan sumber-sumber
c. Libatkan orang-orang terdekat
tambahan untuk referensi setelah
dalam program pembelajaran
penghentian

D. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi pada klien dengan Gastritis, yaitu:


a. Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
b. Gangguan rasa nyeri berkurang
c. Gangguan eliminasi teratasi

II. Asuhan Keperawatan Miomi Uteri


A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Umur 35-45 tahun mempunyai resiko terkena mioma uteri (20%) dan jarang
terjadi setelah menopause, karena pada menopause estrogen menurun, suku
bangsa kulit hitam lebih banyak beresiko terkena mioma daripada kulit putih
(Wiknjosastro, 2006:338-339).Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan, dan pekerjaan, no rekam medic,dll.

a. Keluhan utama
Pada mioma yang sering dirasakan oleh penderita adanya perdarahan dapat
berupa hipermenorrhoe, menorrhagia atau metrorrhagia, nyeri perut bagian
bawah, teraba tumor di bagian bawah dan gangguan BAK (polakisuria, disuria
dan retensio uria), gangguan BAB (obstipasi/tenesmus dan adanya oedem pada
tungkai akibat penekanan oleh mioma) (Sastrawinata, 1996:158-159).
Adanya perdarahan tidak teratur, pusing, cepat lelah, sukar BAK/BAB serta terasa
nyeri (Manuaba, 1998:410).

b. Riwayat kesehatan
Pada mioma uteri sering ditemukan pada penderita yang sering mengalami
perdarahan (hypermenorrhoe, menorrhagia, metrorrhagia) yang lama dan terus
menerus kadang-kadang disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah dan riwayat
kontak berdarah dan dyspareunia (Hamilton, 1995:18-19).

c. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam anggota keluarga pasien (ibu, kakak) yang pernah menderita penyakit yang
sama seperti yang berupa perdarahan yang terus menerus dan lama karena
predisposisi dari mioma atau faktor keturunan. Pada keluarga adakah riwayat
gangguan pembekuaan darah dapat mengakibatkan perdarahan yang sulit berhenti
(Wiknjosastro, 2006:338).
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan haid
 Kehamilan
Pada mioma uteri mungkin menurunkan fertilitas. Pengaruh mioma uteri
pada kelahiran harus segera diwaspadai dengan ibu riwayat kehamilan yang
sering abortus, kelainan letak, placenta previa dan placenta areta pada
nullipara/kurang subur kemungkinan terkena mioma lebih besar
dibandingkan ibu yang pernah hamil.
 Persalinan dan nifas
Pada riwayat persalinan ibu sering mengalami persalinan yang lama karena
mioma menghalangi jalan lahir serta timbulnya perdarahan post partum.
 Haid
Pada riwayat haid sering ditemukan adanya hypermenorrhoe, menorrhagia
dan disertai dengan dismenorhoe yang hebat harus terjadinya mioma uteri
pada ibu dengan riwayat tersebut di atas dan diwaspadai kapan HPHT untuk
mengetahui siklus haid atau hamil dengan perdarahan abortus (Sastrawinata,
1996:158-159).
e. Riwayat KB
Penggunaan KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan faktor
pencetus timbulnya mioma karena estrogen lebih tinggi kadarnya daripada wanita
yang menggunakan KB non hormonal (Wiknjosastro, 1999:345).
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Pada pola kebiasaan sehari-hari terutama pada pola eliminasi ibu akan mengalami
gangguan BAK yang dapat berupa polakisuriam dysuria dan kadang terjadinya
retensio urine dan gangguan BAK seperti obstipasi dan tenesmus. Pola seksual
ibu dalam berhubungan seksual kontak berdarah, dyspareunia karena adanya
mioma pada alat genetalia interna, yang bisa menyebabkan libido ibu menurun
(Sastrawinata, 1996:156).
g. Kondisi psikososial
Ibu mengalami kecemasan disebabkan karena dampak/gejala yang ditimbulkan
oleh adanya penyakit seperti perdarahan yang terus menerus dan lama.
h. Kondisi spiritual
Ibu merasa terganggu dalam menjalankan ibadah terutama pada agama Islam
karena perdarahan yang bersifat terus menerus dan lama.

1.1.1 Data Objektif


a. Tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan persistem
 Breath ( B1): Pola nafas efektif/tidak, ekspansi dada, suara nafas tambahan.
 Blood (B2): Anemis, pucat, perdarahan pervaginam,tekanan darah bisa naik

atau turun, bradikardi atau takikardia, CRT kurang atau lebih dari 2 detik.

 Brain (B3): Kaji adanya penurunan kesadaran menurun (GCS).

 Bladder (B4):

- Penekanan vesika urinari oleh massa tumor.

- Retensi urine, disuria/ polakisuria, overflow inkontinesia.

- Nyeri tekan pada vesika urinaria.

- Hematuria.

 Bowel (B5):

Palpasi abdomen : Tumor teraba seperti benjolan padat dan kenyal pada perut

bagian bawah.Konstipasi

Auskultasi : peristaltik menurun

 Bone (B6): terdapat varises, odema tungkai, kelemahan ekstremitas.

c. Pemeriksaan Penunjang

1. USG
Pemeriksaan USG menghasilkan gambaran yang mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun perbesaran uterus
2. Histeroskopi
Terlihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai
3. MRI
Mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari
miometrium normal.
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (infeksi tumor)
2. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya.
3. Cemas berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan terhadap prosedur
tindakan operasi
4. Gangguan body image : harga diri rendah berhubungan dengan perubahan

feminitas, ketidak mampuan mempunyai anak.

5. Gangguan pola istirahat tidur erhubungan dengan nyeri pasca operasi .


6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme sekunder
terhadap luka post operasi, pemasangan infuse dan DC.

2.2 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (infeksi tumor)
Kriteria Hasil:Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Intervensi :
 Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekuensi
Rasional :Mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi
selanjutnya
 Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
Rasional:Dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan
untuk mengurangi nyeri
 Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
Rasional : Tehnik relaksasi dapat mengatasi rasa nyeri
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional : Analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
2. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa
jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya.
Kriteria Hasil: Pola eliminasi urine ibu kembali normal dengan criteria hasil ibu
memahami terjadinya retensi urine, bersedia melakukan tindakan untuk
mengurangi atau menghilangkan retensi urine.
Intervensi :
 Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Rasional : Melihat perubahan pola eliminasi klien
 Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan
rasa nyeri.
Rasional :Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien, dan dapat
menandakan adanya retensi urine
 Berikan stimulus terhadap pengosongan urine dengan mengalirkan air,
letakkan air hangat dan dingin secara bergantian pada daerah supra pubika
Rasional :Meningkatkan proses perkemihan dan merelaksasikan spinkter urine
 Lakukan katerisasi terhadap. residu urine setelah berkemih sesuai kebutuhan
Rasional :Mengurangi pembengkakan pada kandung kemih
 Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat,
mengatur posisi, mengalirkan air keran.
Rasional :Mencegah terjadinya retensi urine.

3. Cemas berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan terhadap prosedur


tindakan operasi.
Kriteria Hasil :Menunjukkan penurunan rasa takut dan cemas ke tingkat yang
dapat diatasi, melaporkan bahwa telah mengetahui prosedur operasi.
Intervensi :
 Kaji tingkat kecemasan pasien.
Rasional: Untuk mengetahui seberapa jauh pasien mempersiapkan diri untuk
menghadapi operasi dan sebagai acuan untuk melaksanakan intervensi
selanjutnya.
 Ukur Tanda-tanda Vital.
Rasional: Untuk mengenal indikasi, dapat merupakan data penunjang atau
pendukung kecemasan pasien, karena kecemasan dapat menyebabkan kenaikan
tekanan darah, dan peningkatan nadi.
 Berikan informasi sederhana tentang persiapan dan tindakan operasi.
Rasional: Pemberian informasi yang sederhana tentang persiapan dan tindakan
operasi membantu pemahaman pada pasien lebih cepat.
 Kurangi rasa cemas dengan memberi kesempatan pada pasien untuk ungkapan
isi hatinya.
Rasional:Dengan memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
isi kati dan perasaannya maka kecemasan dapat terkurangi.
 Persiapkan pasien untuk melaksanakan operasi.
Rasional:Untuk mencegah kekurangan-kekurangan yang terjadi sebelum
operasi dilakukan.
 Anjurkan berdoa sebelum masuk ruang operasi.
Rasional:Sebagai makhluk yang mempunyai kepercayaan terhadap Tuhan
YME sudah menjadi kewajibannya untuk senantiasa berdoa sebelum
melakukan sesuatu hal dalam ini operasi.
 Berikan support mental dan libatkan keluarga untuk mendampingi pasien,
mengantar operasi.
Rasional:Support mental yang diberikan keluarga akan sangat membantu
ketenangan pasien dalam menjalani operasi.
 Kolaborasi medis dokter tentang obat-obat premedikasi.
Rasional:Obat-obat premedikasi yang diberikan sebelum operasi merupakan
cara supaya operasi berjalan dengan lancer dan pasien tidak merasakan sakit
pada waktu dilakukan tindakan pembedahan.

4. Gangguan pola istirahat tidur erhubungan dengan nyeri pasca operasi .


Kriteria Hasil :Pasien dapat beristirahat/tidur dengan nyaman.
Intervensi :
 Jelaskan kebutuhan istirahat tidur yang baik.
Rasional: Diharapkan dengan mengetahui arti penting istirahat klien lebih
terdorong untuk beristirahat dengan seoptimal mungkin.
 Kaji kebiasaan istirahat pasien.
Rasional:Mengetahui seberapa besar kebutuhan istirahat pasien.
 Berikan kesempatan untuk pasien istirahat.
Rasional:Dengan demikian diharapkan dapat memanfaatkan waktu untuk
beristirahat.
 Atur lingkungan yang terapeutik.
Rasional:Dengan lingkungan yang terapeutik, tenang, dan nyaman dapat
membuat klien merasa nyaman dank lien dapat tidur dengan cukup.
 Anjurkan untuk membatasi makanan dan minuman yang dapat menghambat
tidur (kafein).
Rasional:Makanan dan minuman yang berkafein dapat membuat klien semakin
susah untuk tidur karena zat ini merangsang otak untuk selalu waspada.

5. Gangguan body image : harga diri rendah berhubungan dengan perubahan

feminitas, ketidak mampuan mempunyai anak

Kriteria hasil: pasien mengatakan dapat menerima diri pada situasi dan

beradaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh

Intervensi:

 Berikan kesempatan pada pasienuntuk mengungkapkan perasaannya

 Kaji stress emosi pasien, identifikasi kehilangan pada pasien/ orang terdekat.

Dorong pasien untuk mengekspresikan

 Berikan informasi akurat, kuatkani nformasi uang diberikan sebelumnya

Rasional: Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya dan

mengasimilasikan informasi
 Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah

seksualitas

Rasional:meningkatkan saling berbagai keyakinan / nilai tentan subjek

sensitif

 Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penolakan

Rasional: mengidentifikadi tahap kehilangan/ menentukan intervensi

 Kolaborasi dengan konseling profesional sesuai kebutuhan

Rasional: memerlukan bantuan tambahan untuk mengtasi perasaan kehilangan

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme sekunder


terhadap luka post operasi, pemasangan infuse dan DC.
Kriteria Hasil :Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan
dengan infeksi dan melakukan tibdakan pencegahan yang tepat untuk mencegah
infeksi.
Intervensi :
 Kaji tanda-tanda infeksi.
Rasional: Semakin cepat tanda infeksi ditemukan/terdeteksi, dan semakin
cepat ditangani maka semakin tinggi kemungkinan infeksi dapat diatasi.
 Monitor tanda-tanda vital.
Rasional:Sebagai tanda petunjuk adanya/terjadinya infeksi.
 Lakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik.
Rasional:Melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik dapat
mengurangi resiko terjadinya infeksi.
 Lakukan dressing (seharusnya redressing) infuse.
Rasional:Untuk menjaga kebersihan daerah pemasangan infuse.
 Berikan perawatan kebersihan daerah vagina dan kateter.
Rasional:Mikroorganisme dapat masuk melewati suatu lubang dan bersarang
di tempat tersebut sehingga perlu dibersihkan daerah-derah yang mempunyai
potensi untuk hidupnya mikroorganisme.
 Kolaborasi medis tentang pemberian obat untuk mencegah infeksi/antibiotik.
Rasional:Untuk mencegah timbulnya infeksi.

2.3 IMPLEMENTASI
Merupakan tahap ketiga dalam proses asuhan kebidanan yang merupakan perwujudan
dari rincian tindakan yang telah disuusun dalam tahap perencanaan. Implementasi
akan dilaksanakan pada kasus nyata sesuai dengan situasi dan kondisi klien (Depkes
RI, 1995:11)

2.4 EVALUASI
Merupakan hasil tahap akhir dengan proses asuhan kebidanan untuk menilai tentang
kriteria hasil yang dicapai apakah dengan rencana atau tidak. Dalam evaluasi
dilakukan dengan SOAP.
S : Data subyektif yang didapatkan dari keluhan klien
O : Data obyektif yang didapatkan dari hasil pemikiran oleh petugas
yang terkait.
A : Assesment berisi kesimpulan dari data subyektif dan obyektif
yang menunjukkan tingkat keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan atau pun masalah yang baru muncul
P : Perencanaan merupakan perencanaan lanjut tindakan yang sudah
dicapai dengan berpedoman pada tingkat keberhasilan yang telah
dicapai. (Depkes RI, 1995:11)

Anda mungkin juga menyukai