Anda di halaman 1dari 38

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DI RUANG ARJUNA

UPTD. RSJ PROVINSI BALI

OLEH :

KELOMPOK 17

1. GDE DIPTA DHIATMIKA 219012684


2. NI MADE AYU PRIYASTINI 219012686
3. NI WAYAN YUNA PRATIWI 219012688
4. NI KADEK ERNI WIDJAYANTI 219012751

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya
(WHO UU No. 18 Tahun 2014).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damayanti, 2012).Halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran
mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki
peringkat kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis halusinasi yang lain
yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic
hanya meliputi 10%,(Muhith, 2015). Menurut Videbeck (2008) dalam Yosep
(2019) tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup
telinga karena pasien menganggap ada yang berbicara dengannya.
Untuk mengurangi dampak tersebut maka kegiatan Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) diperlukan. TAK adalah upaya memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien guna meningkatkan hubungan sosial. Tujuan
dilakukannya TAK adalah untuk mengidentifikasi dan mengontrol halusinasi
tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol
halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat mengenal halusinasi
2. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap cakap
dengan orang lain.
4. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal.
5. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Sebagai informasi mengenai pihak-pihak yang punya kepentingan dalam
kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Sebagai usulan atau konsep rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
panitia pelaksana.
3. Sebagai materi dasar untuk menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan
kepada pihak-pihak terkait.
4. Untuk membantu panitia dalam mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar TAK


2.1.1 Definisi
Terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang
mempunyai relasi hubungan satu sama lain, saling terkait dan mengikuti
norma yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi
yang dilakukan atas kelompok penderita bersarna-sarna dengan berdiskusi
satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbuiki perilaku lama yang
maladaptif.
2.1.2 Klasifikasi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang
terkait dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Fokus TAK dibagi menjadi 5:
1. Orientasi Realitas
Memberikann TAK pada klien yang mengalami gangguan orientasi
terhaddap orang, waktu dan tempat. Klien mampu membedakan antara
lamunan dan kenyataaann, pembicaraan klien sesuai realitas, dan
mampu mengenal diri sendiri serta orang lain, waktu dan tempat.
Karakteristik klien: halusinasi, waham, ilusi, dan depersonalisasi yang
sudah kooperatif, kondisi fisik baik dan dapat berkomuikasi verbal
tanpa penerjemah.
2. Sosialisasi Memfasilitasi
Psikoterapis untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal, mengeksspresikan ide dan menerima stimulus eksternal.
Karakteristik klien: kurang berminat, tidak memiliki inisiatif untuk
mengikuti kegiatan ruangan, menarik diri, kontak social kuranng,
harga diri rendah, mau berinteraksi dengan koopertif dan kondisi fisik
baik.
3. Stimulasi Persepsi
Membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi dalam upaya
proses pikir dan mengurangi perilaku maladaptif. Karakteristik klien:
gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai- memotivasi nilai,
menarik diri dari realita, memiliki ide-ide negatif, berinteraksi dengan
koopertif dan kondisi fisik baik.
4. Stimulasi Sensori
Menstimulasi sensori pada klien yang mengalanmi kemunduran
senssoris. Tujuan meningkatkank kemampuan sensoris, memusatkan
perhatian, kesegaran jasmani, dan mengekspresikan perasaan.
5. Penyaluran Energy
Menyalurkan energy destruktif menjadi konstruktif dengan
mengekspresikan perasaan dan meningkatkan hubungan
in:oterpersonal
2.1.3 Tujuan TAK
c. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol
halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
d. Tujuan khusus
6. Klien dapat mengenal halusinasi
7. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
8. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap cakap
dengan orang lain.
9. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal.
10. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
2.1.4 Manfaat TAK
Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009), TAK mempunyai
manfaat terapeutik, yaitu manfaat umum, khusus dan rehabilitasi.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut:

1. Manfaat umum
a) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b) Melakukan sosialisasi.
c) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif.
2. Manfaat khusus
a) Meningkatikan identitas diri
b) Menyalurkan emosi secara konstruktif
c) Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial
3. Manfaat rehabilitasi
a) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
b) Meningkatkan keterampilan sosial.
c) Meningkatkan kemampuan empati
d) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan
masalah.
2.1.5 Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 2009, fase –
fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut:
1) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
2) Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan:
a) Orientasi
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
b) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
c) Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya.
3) Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian
masulah yang kreatif.
4) Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi tidak sukses atau sukses.

2.2 Sesi Yang Digunakan


Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah dalam terapi aktitifitas kelompok
stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 5 sesi,yaitu:
1. Sesi I : Klien mengenal halusinasi
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
3. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
4. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melalakukan
bercakap-cakap
5. Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal

2.3 Klien
1. Kriteria klien
a. Klien gangguan persepsi yang mulai terkontrol
b. Klien yang kooperatif dan dapat berkomunikasi tanpa penerjemah
2. Proses seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok
e. Jumlah klien : 5 orang

2.4 Kriteria Hasil


1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
c. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
akhir
b. Leader mampu memimpin acara
c. Co leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir

3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa
yang dilihat
b. Peserta mampu menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan
jelas

2.5 Antisipasi Masalah


1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat
atau klien lain
c. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a) Panggil nama klien
b) Tanyakan alas an klien meninggalkan kegiatan
d. Bila klien lain ingin ikut
Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang
mungkin diikuti oleh klien tersebut. Jika klien memaksa, beri
kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan pada kegiatan
ini.

2.6 Landasan Teori


2.6.1 Konsep Dasar Halusinasi
a. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Maramis, 2012). Halusinasi adalah kesan, respon dan
pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2017). Halusinasi adalah
penerapan tanpa adanya suatu rangsangan (objek) yang jelas dari luar diri
klien terhadap panca indra pada saat klien dalam keadaan sadar atau
bangun (kesan/pengalaman sensori yang salah) (Azizah, 2011).
a. Klasifikasi
1) Halusinasi Visual
Pengelihatan bisa berbentuk seperti orang, binatang, atau tidak
berbentuk sinar kilat, bisa berwarna atau tidak berwarna.
2) Halusinasi Dengar
Bisa berupa suara manusia, hewan, mesin musik atau kejadian alam
lainnya.
3) Halusinasi Penciuman
Bisa mencium bau khusus dimana orang lain tidak mencium
4) Halusinasi Pengecapan
Bisa mengecap/merasakan sesuatu ada yang enak atau tidak
5) Halusinasi Perabaan
Bisa merasakan suatu perabaan, sentuhan tiupan disinari, dipanasi
6) Halusinasi Kinestetik
Anggota badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota
badannya bisa merasakan suatu gerakan seperti pada klien ambulasi
7) Halusinasi Vesceral
Seperti ada rasa – rasu tertentu yang terjadi di dalam organ tubuh
8) Halusinasi Histerik
Timbul pada neurosa histerik karena adanya konflik emosional
9) Halusinasi Hipnogogik
Sensori persepsi yang muncul setelah bangun tidur
10) Halusinasi Hipnopompik
Seperti halusinasi hipnogogik tetapi terjadi tepat sebelum terbangun
disamping itu adapula pengalaman halusinatorik dalam impian normal.
11) Halusinusi Perintah
Isinya menyuruh klien untuk melakukan sesuatu seperti bunuh diri,
mencabut tanaman, dll. (sumber: Azis, 2011).

b. Tanda dan Gejala


Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga
keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa
yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis
berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 2017):
1) Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
a. Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2) Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3) Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak bisa mengikuti
petunjuk).
4) Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
BAB III
PELAKSANAAN

TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

Sesi 1 : Mengenal Halusinasi


Tujuan :
1. Klien dapat mengenal isi halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat :
1. Spidol
2. Papan tulis/whiteboard/flipchart
Metode :
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran / simulasi
Pengorganisasian :
Hari : Jumat
Tanggal : 26 November 2021
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 1 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : Gde Dipta Dhiatmika
b. Co Leader : Ni Kadek Erni Widjayanti
c. Fasilitator : Ni Wayan Yuna Pratiwi
d. Observer : Ni Made Ayu Priyastini
Tugas Tim Terapis :
1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang
3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e)  Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu,tempat dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 
Langkah Kegiatan :
1. Tahap Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien yang mengalami
perubahan sensori persepsi : halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dengan tempat pertemuan
Catatan :sebaiknya klien sudah mengenali halusinasinya. TAK membuat
klien merasakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama
dengan dirinya sehingga klien tidak merasa sendiri.
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara-suara/bayangan yang didengar/dilihat. Jika klien sudah
terbiasa menggunakan istilah halusinasi, gunakan kata “halusinasi”.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-
suara yang didengar atau bayangan yang dilihat (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadi, situasi
yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai
dari klien yang ada di sebelah kanan terapis secara berurutan berlawanan
jarum jam sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya tulis di
whiteboard.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi
2) Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK strimulasi persepsi halusinasi sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya
halusinasi, dan perasaan data terjadi halusinasi. Formulir evaluasi sebagai
berikut :

Sesi 1 : TAK
Stimulasi Persepsi : Halusinasi

Kemampuan mengenal halusinasi


No Nama Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut
Klien halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1
2
3
4

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi : isi,
waktu, situasi, dan perasaan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-)
jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Contoh :
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi (menyuruh memukul), waktu
(pukul 9 malam), situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram).
Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan
kepada perawat.
Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik

Tujuan :
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi.
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat :
1. Spidol dan papan tulis/ whiteboard/flipchart
2. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran / stimulasi
Pengorganisasian :
Hari : Jumat
Tanggal : 26 November 2021
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 2 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : Ni Kadek Erni Widjayanti
b. Co Leader : Gde Dipta Dhiatmika
c. Fasilitator : Ni Made Ayu Priyastini
d. Observer : Ni Wayan Yuna Pratiwi

Tugas Tim Terapis :


1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang
3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu,tempat dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 
Langkah Kegiatan
1. Tahap Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengisi sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evalusi/validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
situasi, dan perasaan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan satu cara mengontrol
halusinasi : menghardik
2) Menjelaskan aturan main, yaitu:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin pada terapis.
 Lamanya kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran.
b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
halusinasi dimuali dari lawanan arah jarum jam sampai semua peserta
mendapat giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
saat setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
Cara menghardik :
a. Untuk halusinasi pendengaran : tutup telinga sambil mengatakan :
kamu suara palsu, aku tidak mau dengar”. Lakukan berulang-ulang
sampai bayangan tak terdengar lagi.
b. Untuk halusinasi pengelihatan : tutup mata sambil mengatakan : kamu
bayangan palsu, aku tidak mau lihat”. Lakukan berulang-ulang sampai
bayangan tak terlihat lagi.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul.
2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnyam yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan
adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik. Formulir evaluasi sebagai
berikut:

Sesi 2 : TAK
Stimulasi Persepsi : Halusinasi

Kemampuan menghardik halusinasi


Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 Menyebutkan cara yang selama ini
digunakan mengatasi halusinasi.
2 Menyebutkan efektivitas cara
3 Menyebutkan cara mengatasi halusinasi
dengan menghardik.
4 Memperagakan menghardik halusinasi

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan: cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik
halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda (√) jika klien mampu dan
tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Contoh:
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 2. Klien mampu
memperagakan cara menghardik halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika
halusinasi muncul, khususnya pada malam hari (buat jadwal).
Sesi 3 : Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

Tujuan:
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi.
2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat :
1. Formulir jadwal kegiatan harian
2. Pulpen
3. Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart
Metode :
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran / stimulasi
Pengorganisasian :
Hari : Jumat
Tanggal : 26 November 2021
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 5 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : Ni Made Ayu Priyastini
b. Co Leader : Ni Kadek Erni Widjayanti
c. Fasilitator : Ni Wayan Yuna Pratiwi
d. Observer : Gde Dipta Dhiatmika

Tugas Tim Terapis :


1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang
3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e)  Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu,tempat dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 

Langkah Kegiatan
1. Tahap Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 5
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari
3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu nencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin pada terapis.
 Lamanya kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua mengontrol halusinasi yaitu melakukan
kegiatan sehari-hari secara terjadwal. Jelaskan bahwa dengan melakukan
kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi.
b. Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan
sehari-hari, dan tulis di whiteboard.
c. Terapis memberikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis
formulir yang sama di whiteboard.

Aktivitas yang teratur dan terjadwal yang dilakukan klien membuat waktu
luang minimal. Klien akan terfokus kepada aktivitas yang harus dilakukan
dari waktu ke waktu. Dengan waktu luang yang minimal menghindarkan klien
terfokus pada stimulasi persepsi internal yang menimbulkan halusinasi.

d. Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan


harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan
formulir, terapis menggunakan whiteboard.
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun
f. Terapis meminta masing-masing klien membacakan jadwal yang telah
disusun. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama untuk klien yang
sudah selesai membuat jadwal dan membacakan jadwal yang telah dibuat.
g. Terapis meminta komitmen masing-masing klien untuk melaksanakan
jadwal kegiatan yang telah disusun dan member tanda M jika dilaksanakan
tanpa disuruh, B jika dilaksanakan, tetapi diingatkan terlebih dahulu oleh
perawat, dan T jika tidak dilaksanakan.

Bimbing klien agar dapat menyusun jadwal kegiatan sehari penuh. Sediakan
jadwal klien dengan jadwal kegiatan rutin di ruangan rawat inap. Masukkan
kegiatan latihan yang terkait dengan mengatasi masalah yang sebelumnya
sudah dilatihkan kepada klien. Contoh : Latihan Nafas Dalam, Latihan
Berinteraksi, Latihan Keterampilan Hidup (living skill), dan sebagainya.

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan membacakannya.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan sesuai jadwal.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 5, kemampuan yang diharapkan
adalah klien melakukan kegiatan harian untuk mencegah timbulnya halusinasi.
Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 3 : TAK
Stimulasi Persepsi Halusinasi

Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan


Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 Menyebutkan kegiatan yang biasa
dilakukan
2 Memperagakan kegiatan yang biasa
dilakukan
3 Menyusun jadwal kegiatan harian
4 Menyebutkan dua cara mengontrol
halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan
harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiatan,
menyusun jadwal kegiatan harian, dan menyebutkan dua cara mencegah
halusinasi. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Contoh:
Klien mampu memperagakan kegiatan harian dan menyusun jadwal. Anjurkan
klien melakukan kegiatan untuk mencegah halusinasi.
Sesi 4: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap

Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi
Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart
2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen
Metode
1. Diskusi klompok
2. Bermain perana/simulasi
Pengorganisasian :
Hari : Jumat
Tanggal : 26 November 2021
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 4 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : Ni Wayan Yuna Pratiwi
b. Co Leader : Ni Made Ayu Priyastini
c. Fasilitator : Ni Kadek Erni Widjayanti
d. Observer : Gde Dipta Dhiatmika

Tugas Tim Terapis :


1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang
3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e)  Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu,tempat dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan
terarah) untuk mencegah halusinasi
c. Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengontrol dan mencegah halusianasi.
Halusinasi terjadi karena klien berfokus pada stimulasi internal. Bercakap-
cakap dengan orang lain membuat klien terpapar dengan stimulasi eksternal
sehingga focus klien pada stimulasi internal terdistraksi. Dengan bercakap-
cakap, halusinasi akan terputus sehingga akan mengembalikan orientasi klien
ke realita (isi percakapan).

b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa
diajak bercakap-cakap.
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang
biasa dan bisa dilakukan.
Pokok pembicaraan yang dianjurkan adalah menceritakan bahwa klien
mengalami halusinasi dan meminta orang lain di sekitarnya mengajak
bercakap-cakap. Orang di sekitar klien sebaiknya sudah diberikan penyuluhan
bagaimana menanggapi klien dengan mengingatkan cara mengontrol
halusinasi yang telah dilatihkan. Misalnya mengingatkan cara menghardik,
atau bercerita tentang kegiatan yang sudah atau belum dilakukan sesuai
jadwal yang telah disususn dalam TAK sebelumnya.
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi
muncul”Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan
suster” atau “Suster saya mau ngobrol tentang kegiatan harian saya”
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang
di sebelahnya.
Upayakan semua klien memperagakan percakapan yang dilakuakn sehingga
dapat dipastikan semua klien mampu melakukan bercakap-cakap untuk
mengontrol
Berikan halusinasi.
pujian atas keberhasilan klien
Ulangi e sampai semua klien mendapat giliran
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
 Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap
c. Kontrak yang akan datang
 Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat
 Terapis menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk stimulasi persepsi halusinasi Sesi 4, kemampuan yang diharapkan adalah
mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4 : TAK
Stimulasi Persepsi Halusinasi

Kemampuan bercakup-cakup untuk mencegah halusinasi


Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 Menyebutkan orang yang biasa diajak
bercakap-cakap
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percakapan
4 Menyebutkan tiga cara mengontrol dan
mencegah halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang
yang biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal
percakapan, menyebutkan tiga cara mencegah halusinasi. Beri tanda (√)
jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
halusinasi Sesi 4. Klien belum mampu secara lancar bercakap-cakap dengan
perawat dan klien lain di ruang rawat.

Sesi 5 : Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat


Tujuan
1. Klien memahami pentingnya patuh minum obat
2. Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart
2. Jadwal kegiatan harian
3. Beberapa contoh obat
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Melengkapi jadwal harian
Pengorganisasian :
Hari : Jumat
Tanggal : 26 November 2021
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 3 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : Gde Dipta Dhiatmika
b. Co Leader : Ni Kadek Erni Widjayanti
c. Fasilitator : Ni Made Ayu Priyastini
d. Observer : Ni Wayan Yuna Pratiwi

Tugas Tim Terapis :


1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang

3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e)  Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu,tempat dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 3
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Terapis dank lien memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi
setalah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardiks,
menyibukkan diri dengan aktivitas terjdwal dan bercakap-cakap
dengan orang lain.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengotrol halusinasi dengan
patuh minum obat
2. Mejelaskan aturan main berikut
1. Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis
2. Lama kegiatan 45 menit
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis mejelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat member perasaan tenang dan memperlambat
kambuh
b. Terapis menjelaskan kerugiaan tidak patuh minum obat, yaitu
penyebab kambuh
c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan
waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara
bergilir
f. Berikan pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur mium obat (catat di
whiteboard)
i. Menjelaskan akibat/kerugiaan tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian halusinasi/kambuh
j. Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minu obat, yaitu salah
satu cara mencegah halusinasi/kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat
dan kerugian tidak patuh minum obat
l. Member pujian tiap kali klien benar

4. Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari
c. Terapis memberikan pujian atas keberhasila kelompok
2. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara megotrol halusinasi, yaitu
menghardisk, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap dan patuh
minum obat.
3. Kontrak yang akan datang
a. Terapis mengakhiri TAK stimulasi pesepsi untuk megontrol halusinasi
b. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
klien

Evaluasi
Adalah dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan mengntrol halusinasi sesi 3,
kemampuan klien yang diharapkan adalah menyebutkan 3 benar cara minum obat,
keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
Sesi 5 : TAK
Stimulasi presepsi : halusinasi

Kemampuan patuh minum obat dan untuk mencegah halusinasi


Menyebutkan 8 Menyebutkan Menyebutkan
N
Nana klien cara benar minum keuntungan minum akibat tidak patuh
O
obat obat minum obat
1
2
3
4
5
6

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima
benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh
minum obat. Beri tanda (√) jika klian mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : klien megikuti sesi 3, TAK stimulasi prsepsi halusinasi. Klien
mampu menyebutkan 5 benar cara minum obat, manfaat minum oat, dan akibat
tidak patuh mium obat (kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang
benar
DAFTAR PUSTAKA

Keliat. 2014. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Arilangga.

Kusumawati, F &Hartono, 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba


Medika
Damayanti, M., & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung : Refika
Aditama
Muhith,A.(2015). PendidikanKeperawatanJiwa(TeoridanAplikasi).Yogyakarta:
Andi.
Videbeck, Yosep, I. (2019). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Adi

Anda mungkin juga menyukai