Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1. Definisi TAK
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan
antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai
norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan
untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang
berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah
perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri.
Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan
kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan
untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok
dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba
kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
2. Manfaat TAK
Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :
a. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b. Melakukan sosialisasi
c. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

1
Secara khusus manfaatnya adalah :
a. Meningkatkan identitas diri
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif
c. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.
Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :
a. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
b. Meningkatkan keterampilan sosial.
c. Meningkatkan kemampuan empati.
d. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.
3. Indikasi dan Kontra Indikasi TAK
Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI
(1997) adalah:
a. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi
aktifitas kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu
diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.
b. Ada berbagai persyaratan bai klien untuk bisa mengikuti terapi
aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis
yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan
wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak
mengganggu terapi aktifitas kelompok.
c. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa
diupayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam
tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat
kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin
pengelompokan berdasarkan problem yang sama.
4. Komponen Kelompok
Kelompok terdiri dari 8 aspek, sebagai berikut (Keliat, 2005) :
a. Struktur kelompok.
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok.
Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola

2
perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya
pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin,
sedangkan keputusan diambil secara bersama.
b. Besar kelompok.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu
besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu
kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat,
2005).
c. Lamanya sesi.
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang
tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu
kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan (Kelliat, 2005).
5. Tahap-Tahap Dalam TAK
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
a. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber– sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan
b. Fase Awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.

3
1) Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing– masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
2) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
3) Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya
c. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian
masalah yang kreatif.
d. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses
6. Macam-macam TAK
a. Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi
yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran
orientasi menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir
dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan:
1) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
2) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian

4
3) Meningkatkan kemampuan intelektual
4) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
5) Mengemukakan perasaannya
Karakteristik:
1) Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan
nilai-nilai
2) Menarik diri dari realitas
3) Inisiasi atau ide-ide negative
4) Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan
mau mengikuti kegiatan
b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita
yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan
meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan:
1) Meningkatkan kemampuan sensori
2) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
3) Meningkatkan kesegaran jasmani
4) Mengekspresikan perasaan
c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempt. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan:
1) Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik dan stimulus eksternal klien. Bunyi
situasi alam sekitar
2) Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan

5
3) Pembicaraan penderita sesuai realita
4) Penderita mampu mengenali diri sendiri
5) Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Tahapan kegiatan:
1) Sesi I : Orientasi Orang
2) Sesi II : Orientasi Tempat
3) Sesi III : Orientasi Waktu
Karakteristik:
1) Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi,
ilusi, waham, dan depresonalisasi) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
2) Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
3) Penderita kooperatif
4) Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
5) Kondisi fisik dalam keadaan sehat
d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis
untuk :
1) Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
2) Memberi tanggapan terhadap orang lain
3) Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
4) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi
tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima
stimulus eksternal.

6
Tujuan khusus :
1) Penderita mampu menyebutkan identitasnya
2) Menyebutkan identitas penderita lain
3) Berespon terhadap penderita lain
4) Mengikuti aturan main
5) Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
1) Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
2) Penderita sering berada ditempat tidur
3) Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
4) Penderita dengan harga diri rendah
5) Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
6) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
7) Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
e. Penyaluran energi
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola
penyaluran energi sepeti katarsis, dengan tanpa menimbulkan
kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan
Tujuan :
1) Menyalurkan energi, destruktif ke kontruksif
2) Mengekpresikan perasaan
3) Meningkatkan hubungan interpersonal

7
B. PROSEDUR TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULUS
PERSEPSI HARGA DIRI RENDAH
Terapi aktifitas kelompok untuk pasien harga diri rendah berbentuk terapi
aktifitas kelompok stimulus persepsi yang terdiri dari :
Sesi I : Identifikasi hal positif diri
Sesi II : Melatih aspek positif pada diri

SESI I : IDENTIFIKASI HAL POSITIF DIRI


1. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
b. Klien dapat mengidentifikasi hall positif pada dirinya
2. Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
a. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
b. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK
4. Metode dan Alat Bantu
a. Diskusi
b. Permainan
5. Langkah-Langkah
a. Persiapan
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu Klien dengan gangguan
konsep diri : Harga Diri Rendah
2) Membuat kontrak dengan klien.
3) Mempersiapkan alat dan tempt pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dan terapis pada klien.
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

8
2) Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3) Kontrak
a) Terapis menjalankan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap
tentang hal positif diri sendiri
b) Terapis menjalaskan aturan main berikut:
(1) Jika ada klien yang meninggalan Kelompok, harus meminta
ijin kenapa teranis
(2) Lama kegiatan 45 menit.
(3) Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap kerja
1) Terapis memperkenalkan diri; nama lengkap dan nama panggilan
serta memakai papan nama
2) Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien
3) Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman tidak
menyenangkan.
4) Terapis memberi pujian atas peran serta klien.
5) Terapis membagikan kertas yang kedua.
6) Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri:
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah
dan dirumah sakit
7) Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis
secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan bergiliran
8) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK
b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
3) Kontrak yang akan datang

9
a) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri
yang dapat diterapkan dirumah sakit dan diruman
b) Menyepakati waktu dan tempat
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah
sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan
pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif (kemampuan
yang dimiliki). Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 1
Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan hal positif diri sendiri
Menulis pengalaman yang Menulis hal positif
No Nama Klien
tidak menyenangkan diri sendiri
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada
kolom nama
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang
kemampuan menulis pengalaman yang tidak

10
menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri
tanda √ jika klie mampu dan tanda X jika klien
tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi
1, TAK stimulasi persepsi harga diri rendah. Klien mampu menuliskan
tiga hal yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan menyebutkan
hal positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif
dirinya dan tingkatkan reinforcement (pujian).

SESI II : MELATIH POSITIF PADA DIRI


1. Tujuan
a. Klien dapat menilai hal positif yang dapat digunakan
b. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih
c. Klien dapat melatih hal positif diri yang telh dilatih
d. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih
2. Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
c. Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
a. Spidol dan papan tulis /whiteboard /flipchart
b. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
c. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi sebelumnya /sesi 1
d. Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen
4. Metode dan Alat Bantu
a. Diskusi dan tanya jawab
b. Bermain peran

11
5. Langkah-Langkah
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dan terapis pada klien.
b) Klien dan terapis pakai papan nama
3) Evaluasi / validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien
4) Kontrak
a) Terapis menjalankan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif
pada klien
b) Terapis menjalaskan aturan main berikut:
(1) Jika ada klien yang meninggalan kelompok, harus meminta
ijin kenapa terapis
(2) Lama kegiatan 45 menit.
(3) Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap kerja
1) Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan
positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih
2) Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di
whiteboard
3) Terapis meminta semua klien untuk memilih satu dari daftar di
whiteboard. Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk
dilatih
4) Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/kemampuan yang dipilih
dengan cara berikut
a) Terapis memperagakan
b) Klien memperagakan ulang (semua klien mendapat giliran)

12
c) Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien
5) Kegiatan a sampai dengan d, dapat diulag untuk kemapuan/kegiatan
yang berbeda
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK
b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien memasukan kegiatan yang telah dilatih pada
jadwal kegiatan sehari-hari
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain
b) Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai
dilatih
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah
sesi 2, kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal
positif yang akan dilatih dan memperagakannya. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 2
Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah
Kemampuan melatih kegiatan positif
Membaca Memilih satu hal
Nama Mempergakan
No daftar hal positif yang akan
Klien kegiatan positif
positif dilatih
1
2

13
3
4
5
6
7
8
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
pada kolom nama
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang
kemampuan membaca ulang daftar hal positif
dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih
dan memperagakan kegiatan positif tersebut.
Beri tanda √ jika klie mampu dan tanda X
jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi
2, TAK stimulasi persepsi harga diri rendah. Klien telah melatih
merapikan tempat tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar klien
melakukannya serta berikan pujian.

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan
antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai
norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan
untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang
berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah
perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempt klien berlatih perilaku bar yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
B. SARAN
Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas
kelompok serta dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi dkk. 2012. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta :
EGC
Fajariyah, Nur. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri
Rendah. Jakarta Timur : Trans Info Medika.
Hartono. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Peningkatan
Keterampilan Sosial Dasar Pada Pasien Skizofrenia Di Rsjd Dr. Rm.
Soedjarwadi Provinsi JawaTengah Tahun 2015. Hal 1-21.
Hidayah, Nur Afifah. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi-Sensori Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada
Pasien Halusinasi Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Hal 44-55.

iii

Anda mungkin juga menyukai