Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan
waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat
sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau
ketiganya. Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat didefinisikan dan
dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, interelasi,
interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama (Stuart & Sundeen, 1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok
terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptive.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
TAK untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu peserta dapat meningkatkan
kemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan tertentu dalam anggota
kelompok sesuai dengan stimulus yang diberikan
pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya
pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
b. Besar kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya
berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar akibbatnya tidak semua
anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika
terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).
c. Lamanya sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah
dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan
kelompok, dapat satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan (Kelliat, 2005).
a. Umum
1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi
dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Membentuk sosialisasi
3) Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan
antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress)
dan adaptasi.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan
afektif.
b. Khusus
1) Meningkatkan identitas diri.
2) Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial,
kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-
masalah kehidupan dan pemecahannya.
(Darsana, 2007).
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam
kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam empat sesi yang tidak
dapat dipisahkan, yaitu :
1) Sesi pertama : mengenal halusinasi
2) Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi
3) Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan
4) Sesi keempat : cara minum obat yang benar
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
TAK sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.TAK stimulasi sensori
adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi
perubhan perilaku.TAK orientasi realita melatih klien mengorientasikan pada kenyataan yang
ada disekitar klien.Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori untuk membantu klien
melakukan stimulasi sensori dengan individu yang ada disekitar klien.
Bentuk stimulus :
1)Stimulus suara: musik 2)
Stimulus visual: gambar
3) Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video
Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :
1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.
2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
Jenis TAK yaitu :
1) TAK Stimulasi Suara
2) TAK Stimulasi Gambar
3) TAK Stimulasi Suara dan Gambar
c. Terapi aktivitas ori entasi realita
Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya
untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/
tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai
realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat,waktu, dan orang-orang di
sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya
ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang
memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus
tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu,
dan tempat.
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan
kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
1) Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2) Klien mengenal waktu dengan tepat.
3) Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan
waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia,
kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.Tahapan
kegiatan :
1) Sesi I : Orientasi Orang
2) Sesi II : Orientasi Tempat
3) Sesi III : Orientasi Waktu
orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga
membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.
1) Tahap Orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader
menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
2) Tahap Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali
penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih
& Karlina, 2009).
3) Tahap Kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu
sama lain (Keliat, 2004).
c. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis
(Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan
kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
d. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok
akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat
sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).
serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik
atau masalah dapat ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas
membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat
moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah.
Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking
yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya terapis perlu
mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih
perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar
mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi
kemacetan.
pengaruh kuat dan memberi perasaan memiliki dan menerima yang dapat menjadi kekuatan
dalam kehidupan seseorang.
9) Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar pribadi,
bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan mempunyai pengalaman memperbaiki
hubungan menjadi lebih baik.
10) Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi ketegangan
emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam kelompok.
11) Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui keterbatasan seseorang,
keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang.
3.1 Definisi
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok.
3.2 Tujuan
3.2.1 Tujuan umum
TAK untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu peserta dapat meningkatkan
kemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan tertentu dalam anggota kelompok
sesuai dengan stimulus yang diberikan
3.2.2 Tujuan Khusus
a. Klien mampu menyebutkan nama gambar yang dilihat
b. Klien mampu menyebutkan peran gambar yang dilihat c.
Klien mampu menceritakan gambar yang dilihat.
d. Klien mampu menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat
e. Klien dapat memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat
2. Peserta tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak boleh memotong
pembicaraan orang lain.
3. Peserta dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan.
4. Peserta yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi :
Peringatan lisan.
Dihukum : menyanyi, menari, atau menggambar.
Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit.
Dikeluarkan dari ruangan/kelompok
3.6 Setting
L O
P P
F F
P P
Keterangan :
Co
L : Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien (Klien)
3.7 Alat
1. Beberapa gambar
2. Buku catanan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien.
3.8 Metode
1. Melihat gambar
2. Menceritakan dan mempersepsikan sesuai gambar yang dilihat
3. Diskusi dan tanya jawab
3.9 Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a) Memilihkliensesuaidenganindikasi, yaitukliendengangangguanpersepsi: halusinasi
b) Membuatkontrakdenganklien
c) Mempersiapkanalatdantempatpertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapiskepadaklien
b. Perkenalkannamadannamapanggilanterapis
c. Menanyakannamadannamapanggilansemuaklien
3. Evaluasi/validasi
a. Menanyakanperasaankliensaatini
b. Kontrak
1) Terapismenjelaskantujuankegiatan yang akandilaksanakan, yaitu melihat gambar
2) Terapismenjelaskanaturan main, sebagaiberikut:
- Jikaadaklien yang inginmeninggalkankelompok, harusmintaijinkepada terapis
- Lamanyakegiatan 30menit
-
Setiapklienmengikutikegiatandariawalsampaiselesai.
4. TahapKerja
a. Terapismenjelaskankegiatan yang akandilakukan, yaitu melihat gambar
b. Terapismemintaklienmenyebutkan
- nama gambar yang dilihat
- peran gambar yang dilihat
- menceritakan gambar yang dilihat.
- menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat
- memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat
5. TahapTerminasi
a) Evaluasi
1) TerapismenanyakanperasaankliensetelahmengikutiTAK.
2) Terapismemberipujianataskeberhasilankelompok.
b) TindakLanjut
Terapismemintaklienuntukmelaporkanmanfaat makna cerita dalam kehidupan sehari-
hari.
c) Kontrak yang akandatang
1) Menyepakati TAK yang akan datang
2) Menyepakatiwaktudantempat.
3.10 EvaluasidanDokumentasi
3.10.1 Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK.Data tersebut kemudian masukkan kedalam formulir evaluasi pada tabel 1.
3.10.2 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.
Lampiran 1. Lembar Observasi
1.
2.
3.
4.
5.
Petunjukpengisian:
1. Tulisnamapanggilanklien yang ikut TAK padakolomnamaklien.
2. Untuktiapklien, beripenilaiankemampuanmengenalhalusinasi: isi, waktu, situasi, danperasaan.
a. Jikaklienmampuberi tanda
b. Jikaklientidakmampuberitanda √ X
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja,
Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga terhadap Individu
yang Mengalami Keterbelakangan Mental. Insan Vol.8 No.2, 2006.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan, Edisi
5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers of Children with
Mental Retardation in South Korea: An Examination of Moderating and Mediating Effects of
Social Support. Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung Seto,
Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing , 8th edition, Mosby,
St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby,
St.Louis.