Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


“STIMULASI PERSEPSI SENSORIK: MELIHAT GAMBAR”   
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan
waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat
sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau
ketiganya. Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat didefinisikan dan
dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, interelasi,
interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama (Stuart & Sundeen, 1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
 perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok
terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptive. 

1.2   Tujuan
1.2.1   Tujuan umum
TAK untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu peserta dapat meningkatkan
kemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan tertentu dalam anggota
kelompok sesuai dengan stimulus yang diberikan

1.2.2   Tujuan Khusus


a.  Klien mampu menyebutkan nama gambar yang dilihat
 b.  Klien mampu menyebutkan peran gambar yang dilihat
c.  Klien mampu menceritakan gambar yang dilihat.
d.  Klien mampu menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat
e.  Klien dapat memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat
1.3   Manfaat
1.3.1   Manfaat Bagi Klien
Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan gangguan jiwa agar
mempunyaikemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan yang jelas, ringkas dan
relevan.

1.3.2   Manfaat Bagi Terapis


  Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistic.

   Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan Strategi Pelaksanaan
dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien.
1.3.3   Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi untuk pihak akademisi,pengelola dan sebagai bahankepustakaan,
khususnya bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan sebagai aplikasi dari pelayanan  Mental Health
 Nurse yang optimal pada klien dengan Gangguan jiwa.
1.3.4   Manfaat Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukkan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistik pada
 pasien dengan Gangguan jiwa, sehingga diharapkan keberhasilan terapi lebih optimal.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1  Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang lain,
saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001). Anggota
kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan
keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan,
dan menarik (Yolam, 1995 dalam Stuart dan Laraia, 2001). Semua kondisi ini akan
mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan
 balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok. Kelompok adalah
kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan
mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009).
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secarakelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal(Yosep, 2008).Terapi
kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompokpasien bersama-sama dengan
 jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di
Indonesia dalam Yosep, 2007).

2.2  Komponen Kelompok


Kelompok terdiri dari tiga aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005)
a.  Struktur kelompok. 
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan
dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu

 pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya
 pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
 b.  Besar kelompok  
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya
 berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar akibbatnya tidak semua
anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika
terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).
c.  Lamanya sesi 
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah

dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan
kelompok, dapat satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan (Kelliat, 2005).

2.3  Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive. Kekuatan kelompok ada pada konstribusi
dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya. Kelompok berfungsi sebagai tempat
 berbagai pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat untuk mencoba dan menemukan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa
dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
Depkes RI mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut:
a.  Tujuan Umum
1)   Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman dan cara
membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
2)   Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,
 berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan terhadap
 pandapat maupun perasaan ortang lain.
3)   Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku
defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri
tidak berharga atau ditolak.
4)   Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi kognitif
dan afektif.
 b.  Tujuan Khusus
1)   Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri tentang

mengenal dirinya di dalam lingkungannya.


2)   Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh seseorang
untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi
anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota
kelompok lainnya.
3)   Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari, terdapat
kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang memungkinkan
 peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.
2.4  Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu :

a.  Umum
1)   Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi
dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2)   Membentuk sosialisasi
3)   Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan
antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress)
dan adaptasi.
4)   Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan
afektif.
 b.  Khusus
1)   Meningkatkan identitas diri.
2)   Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3)   Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
4)   Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial,
kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-
masalah kehidupan dan pemecahannya.

2.5  Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok(TAK)


TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk menfasilitasi seseorang serta
meningkatkan respon social dan harga diri.Aktivitas yang digunakan sebagai terapi didalam
kelompok yaitu membaca puisi, musik, menari, dan literature.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu :
a.   Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi   
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi aktivitas kelompokstimulasipersepsi

adalah membantupasien yang mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik:


 pasien dengan gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif
atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).Terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi melatih mempersiapkan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif.
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.
Sementara, tujuan khususnya: pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan
kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalahyang timbul dari stimulus yang dialami

(Darsana, 2007).
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam
kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam empat sesi yang tidak
dapat dipisahkan, yaitu :
1) Sesi pertama : mengenal halusinasi
2) Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi
3) Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan
4) Sesi keempat : cara minum obat yang benar
b.   Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
TAK sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.TAK stimulasi sensori
adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi
 perubhan perilaku.TAK orientasi realita melatih klien mengorientasikan pada kenyataan yang
ada disekitar klien.Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori untuk membantu klien
melakukan stimulasi sensori dengan individu yang ada disekitar klien.
Bentuk stimulus : 
1)Stimulus suara: musik 2)
Stimulus visual: gambar
3) Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video
Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :
1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.
2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
Jenis TAK yaitu :
1) TAK Stimulasi Suara
2) TAK Stimulasi Gambar
3) TAK Stimulasi Suara dan Gambar
 
c. Terapi aktivitas ori entasi realita
Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya
untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/
tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai
realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat,waktu, dan orang-orang di
sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya
ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang
memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus
tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu,
dan tempat.

Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan
kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
1)   Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2)  Klien mengenal waktu dengan tepat.
3)  Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan
waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia,
kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.Tahapan
kegiatan :
1) Sesi I : Orientasi Orang
2) Sesi II : Orientasi Tempat
3) Sesi III : Orientasi Waktu

2.6  Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok(TAK)


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang.
Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase prakelompok; fase awal kelompok;
fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam Cyber Nurse, 2009).

a.  Fase Prakelompok  


Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria
anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono (1976) dalam
Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang.
Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat
untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak
agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).
 b.  Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru.
Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu

orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga
membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.
1)   Tahap Orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader
menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
2)   Tahap Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali
 penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih
& Karlina, 2009).

3)   Tahap Kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu
sama lain (Keliat, 2004).
c.  Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis
(Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan
kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
d.  Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok
akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat
sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).

2.7  Proses Terapi Aktifitas Kelompok


Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada terapi
individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam psikoterapi
individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya dan menyerahkan
kepada kelompok.
Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat
kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka diri dan tidak menimbulkan atau
mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari suatu terapi aktifitas kelompok
yang baru merupakan saat yang kritis karena prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah
dialami oleh anggota kelompok dan mereka dihadapkan dengan orang lain.
Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan kemudian
mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila ada anggota yang tidak
mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis kemudian menjelaskan maksud dan tujuan

serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik
atau masalah dapat ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas
membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat
moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah.
Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking
yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya terapis perlu
mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih
 perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar
mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi
kemacetan.

Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan dikeluarkan


dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan penjelasan kepada semua
anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang datang dari anggota diperhatikan
dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru,
 penasehat atau bukan pula wasit. Terapis lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya
menyadari bahwa tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok
yang terdiri dari individu-individu.
Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan
yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan
kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya. (Kelliat, 2005). 

2.8  Dampak Terapeutik dari Kelompok


Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat memberikan
dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom (1985) dalam tulisannya mengenai
terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1)   Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yan mempunyai masalah dan
 bahwa perjuangannya adalah dengan membagi atau setidaknya dapat dimengerti oleh orang
lain.
2)   Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang lain yang telah dapat
maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan emosional yang diberikan oleh kelompok
lainnya.
3)   Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan dukungan satu sama lain
dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya menerima ide dari yang lainnya.
4)   Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk kebanyakan klien
merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota lainnya dapat jadi resepien reaksi
tranferensi yang kemudian dapat dilakukan.
 
5) Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk menghubungkan dengan
yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien dapat memperoleh umpan balik dan
mempunyai kesempatan untuk belajar dan melatih cara baru berinteraksi.
6)   Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi tentang ganguan
seseorang terhadap umpan balik langsung tentang perilaku orang dan pengaruhnya terhadap
anggota kelompok lainnya.
7)   Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau anggota lainnya
memberikan model peran yang baik.
8)   Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang.
Bila terapi kelompok menimbulkan berkembangnya rasa kesatuan dan persatuan memberi

 pengaruh kuat dan memberi perasaan memiliki dan menerima yang dapat menjadi kekuatan
dalam kehidupan seseorang.
9)   Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar pribadi,
 bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan mempunyai pengalaman memperbaiki
hubungan menjadi lebih baik.
10)  Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi ketegangan
emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam kelompok.
11)  Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui keterbatasan seseorang,
keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang.

2.9  Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI (1997) adalah :
a.  Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok kecuali
mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah
 bosan.
 b.  Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok antara
lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan
inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu
terapi aktifitas kelompok. 
c.  Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan pertimbangan
tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat
heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa
mungkin
 pengelompokan berdasarkan problem yang sama.
BAB III
PENGORGANISASIAN

3.1  Definisi
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok. 
3.2  Tujuan
3.2.1   Tujuan umum
TAK untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu peserta dapat meningkatkan
kemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan tertentu dalam anggota kelompok
sesuai dengan stimulus yang diberikan
3.2.2   Tujuan Khusus
a.  Klien mampu menyebutkan nama gambar yang dilihat
 b.  Klien mampu menyebutkan peran gambar yang dilihat c. 
Klien mampu menceritakan gambar yang dilihat. 
d.  Klien mampu menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat
e.  Klien dapat memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat

3.3  Aktivitas dan Tindakan


Aktivitas TAK dilakukan untuk melatih kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah
akibat paparan stimulus. Klien yang mempunyai indikasi adalah klien dengan gangguan persepsi
sensorik, ilusi, delusi, halusinasi, dang gangguan proses pikir. 

3.4  Tugas dan Wewenang


 
1. Tugas Leader dan Co-Leader
  Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.
   Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan peserta.
   Memberikan motivasi kepada peserta.
   Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan.
   Memberikan reinforcemen positif terhadap peserta.
2.   Tugas Fasilitator
   Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
   Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi peserta.
   Menghindarkan peserta dari distraksi selama kegiatan berlangsung.
   Memberikan stimulus/motivasi pada peserta lain untuk berpartisipasi
   Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan peserta lainnya.
   Membantu melakukan evaluasi hasil.
3.   Tugas Observer
   Mengamati dan mencatat respon klien.
   Mencatat jalannya aktivitas terapi.
   Melakukan evaluasi hasil.
   Melakukan evaluasi pada organisasi yang telah dibentuk (leader, co leader, dan
fasilitator).
4.   Tugas Peserta

   Mengikuti seluruh kegiatan.


   Berperan aktif dalam kegiatan.
   Mengikuti proses evaluasi.

3.5  Peraturan Kegiatan


1.   Peserta diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir. 

2.   Peserta tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak boleh memotong
 pembicaraan orang lain.
3.   Peserta dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan.
4.  Peserta yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi :
   Peringatan lisan.
   Dihukum : menyanyi, menari, atau menggambar.
   Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit.
   Dikeluarkan dari ruangan/kelompok
3.6   Setting
L O

P P

F F

P P
Keterangan :
Co
L : Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien (Klien)
3.7   Alat
1.   Beberapa gambar
2.   Buku catanan dan pulpen
3.  Jadwal kegiatan klien.

3.8   Metode
1.   Melihat gambar
2.   Menceritakan dan mempersepsikan sesuai gambar yang dilihat
3.  Diskusi dan tanya jawab
3.9   Langkah kegiatan:
1.  Persiapan 
a)  Memilihkliensesuaidenganindikasi, yaitukliendengangangguanpersepsi: halusinasi
 b)  Membuatkontrakdenganklien
c)  Mempersiapkanalatdantempatpertemuan.
2.   Orientasi
a.  Salam terapiskepadaklien
 b.  Perkenalkannamadannamapanggilanterapis
c.  Menanyakannamadannamapanggilansemuaklien
3.  Evaluasi/validasi
a.  Menanyakanperasaankliensaatini
 b.  Kontrak
1)   Terapismenjelaskantujuankegiatan yang akandilaksanakan, yaitu melihat gambar
2)  Terapismenjelaskanaturan main, sebagaiberikut:
- Jikaadaklien yang inginmeninggalkankelompok, harusmintaijinkepada terapis
- Lamanyakegiatan 30menit
-
Setiapklienmengikutikegiatandariawalsampaiselesai.
4.   TahapKerja
a.  Terapismenjelaskankegiatan yang akandilakukan, yaitu melihat gambar
 b.  Terapismemintaklienmenyebutkan
- nama gambar yang dilihat
-  peran gambar yang dilihat
- menceritakan gambar yang dilihat.
- menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat
- memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat
5.  TahapTerminasi

a)   Evaluasi
1)   TerapismenanyakanperasaankliensetelahmengikutiTAK.
2)   Terapismemberipujianataskeberhasilankelompok.
 b)  TindakLanjut
Terapismemintaklienuntukmelaporkanmanfaat makna cerita dalam kehidupan sehari-
hari.
c)   Kontrak yang akandatang
1)   Menyepakati TAK yang akan datang
2)  Menyepakatiwaktudantempat.

3.10   EvaluasidanDokumentasi
3.10.1   Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK.Data tersebut kemudian masukkan kedalam formulir evaluasi pada tabel 1.
3.10.2   Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
 proses keperawatan tiap klien.
Lampiran 1. Lembar Observasi

TABEL 1: FORMULIR EVALUASI


TAK MENONTON VIDEO TENTANG CERITA RAKYAT

NoNamaKliennama gambar peran menceritakanmenyebutkanmemberikan


yang dilihat gambar yanggambar yang nilai positif pendapat
dilihat dilihat. dari gambar terhadap
yang dilihat gambar
yang dilihat

1.

2.

3.

4.

5.

Petunjukpengisian:
1.   Tulisnamapanggilanklien yang ikut TAK padakolomnamaklien.
2.   Untuktiapklien, beripenilaiankemampuanmengenalhalusinasi: isi, waktu, situasi, danperasaan.
a.  Jikaklienmampuberi tanda
 b.  Jikaklientidakmampuberitanda √  X
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S. 1999.  Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja,
Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia.  Penerimaan Keluarga terhadap Individu
  yang Mengalami Keterbelakangan Mental.  Insan Vol.8 No.2, 2006.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan, Edisi
5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers of Children with
Mental Retardation in South Korea: An Examination of Moderating and Mediating Effects of
Social Support. Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung Seto,
Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005.  Principles and Practice of Psychiatric Nursing , 8th edition, Mosby,
St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995.   Principles an Practice of Psychiatric Nursing,  fifth edition, Mosby,
St.Louis.
 
 

Anda mungkin juga menyukai