Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

B DENGAN KISTA OVARIUM


DI RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Lita Levia (A01802442)


2. Mochamad ryan fauzi (A01802446)
3. Musyarifah nursyifa (A01802450)
4. Nuraini fitri febrianti (A01802454)
5. Rama indah cahyani (A01802458)
6. Syafa tasya M (A01802466)
7. Rini rahmawati (A01802462)
8. Surani wulandari (A01802470)
9. Wahyuning hikmah (A01802474)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A.  KONSEP DASAR MEDIS


1.      Pengertian
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong.Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan
dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)
Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau
korpusluteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium.
(Smelzer and Bare. 2002: 1556)
Kista ovari adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam rongga ovarium.Kista
tersebut disebut juga kista fungsional karana terbentuk setelah telur dilepaskan setelah ovulasi.
Kista fungsional akan mengkerut dan menyusut seteleh beberapa waktu (setelah 1-3 bulan),
hingga biasanya dokter juga mencurigai terbentuk kista menganjurkan penderita melekukan
control kembali 3 bulan kemudian. Selama waktu menunggu tersebut, kadang-kadang dokter
menganjurkan penderita agar minum pil KB agar tidak terjadi ovulasi.Demikian pula yang
terjadi bila seorang perempuan sudah menopause, kista fungsional tidak terbentuk.Untuk
menyakinkan apakah perempuan mengidap kista, dokter melekukan pemeriksaan sonogram.
(Faisal Yatim,2008)
2.      Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
  Kista non neoplasma

Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone diantaranya


adalah :
a.      Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam korteks

b.      Kista fungsional

1. Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang
tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi
pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
2. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi.
3.  Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola
hidatidosa.
4. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan
hiperstimuli ovarium.
  Kista neoplasma
a.         Kistoma ovarii simpleks
Kistoma ovarii simplek, kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi ( putaran
tangkai ). Diduga kista ini adalah sejenis kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya
karena tekanan cairan dalam kista. Tindakanya adalah pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium.
b.         Kistodenoma ovarii musinoum
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I
elemen mengalahkan elemen yang lain
c.         Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)
d.        Kista Endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid
e.         Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis
3.      Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe
kista yang paling banyak ditemukan.Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel
ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan
normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel
telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan
carian yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan
yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh
jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
4.      Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein.Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.Kista
fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih.Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang
menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang
bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm,
sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.

5.      Manifestasi Klinis
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya dapat menjadi
besar tanpa disadari oleh penderita.Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau
hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya.Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar
dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja
karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap atau perubahan ditubuh Anda
untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul :
a.    Perasaan sebah
b.    Ras nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
c.    Makan sedikit terasa cepat kenyang
d.   Sering kembung
e.    Nyeri sanggama
f.     Nafsu makan menurun
g.    Rasa penuh pada perut bagian bawah
h.    Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga tekanan pada
dubur
i.      Gangguan menstruasi.Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid
kecuali tumor itu sendiri m
engeluarakan hormon seperti pada tumor sel granulosa yang dapat menyebabkan
hipermenorrea.
j.      Akibat Pertumbuhan adalah dengan adanya tumor didalam perut bisa menyebabkan
pembengkakan perut..Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisinya dalam perut.Misalnya sebuah kista yang tidak seberapa besar tetapi posisinya terletak
didepan uterus sehingga dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi dan
sedang kista besar yang terletak didalam rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa
berta pada perut.Selain gangguan miksi obstipasi dan oedema pada tungkai dapat terjadi
k.    Rasa mual dan ingin muntah

6.      Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium:
a. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang
minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi
distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
b. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada ksta yang berukuran diameter 5 cm atau lebih.
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat
total.
c. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut dan dapat
menekan vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan
kandung kemih secara sempurna.
d. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar kemungkinan
untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan
pelvic menjadi penting
e. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
f. Peningkatan resiko pembentukan tumor – tumor dependen – estrogen di payudara dan
endometrium
7.      Pemeriksaan Penunjang
a.    Radiologi
1. USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada
kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya
sama sekali . Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-
20.000 Cpd (cicles per detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai
impedence acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan
bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu
rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar,
perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai
struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent
dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak
bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat
unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang
terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang
berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.

2. Transabdominal Sonogram
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal ultrasonography
untuk mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal lainnya, seperti ginjal,
hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan
vesica urinaria terisi/penuh.Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam
keadaan vesica urinaria kosong.
3. Kista Dermoid
Gambaran USG kista dermiod di bawah ini menunjukkan d di bawah ini
menunjukkan komponen yang padat yang dikelilingi dengan kalsifikasi.
4. Kista Endometriosis
Menunjukkan karakteristik yang difuse, low level echoes pada endometrium, yang
memberikan gambaran yang padat.
5. Polikistik Ovarium
Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.
b. MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan,
serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian
petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam
beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium dan massa/tumor
pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
c.    Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium
atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu
d.   Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid
kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
e.    Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk
f.     Diagnosis Banding
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit dengan
gejala yang sama pada kista ovarium  adalah ;
1)   Inflamasi Pelvic (PID)
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative pembesaran
ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).
2)   Endometriosis     
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang
rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
3)   Kehamilan Ektopik
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba, dengan
dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada pembuahan
intrauterine.
4)   Kanker ovarium
Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler.
8.      Penatalaksanaan
Adapun prinsip untuk menangani tumor ovarium:
a. Operasi untuk mengambil tumor: Dapat menjadi besar dan kemungkinan degenerasi
ganas.
b.     Saat  operasi dapat didahului dengan frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan
operasi lebih lanjut.
c.      Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA sehingga kepastian klasifikasi tumor
dapat ditetapkan untuk menentukan terapi
d. Operasi tumor ganas diharapkan debulking yaitu dengan pengambilan jaringan tumor
sebanyak mungkinjaringan tumor sampai dalam batas aman diameter sekitar 2
cm. Setelah mendapatkan radiasi dan kemoterapi atau dilakukan terapi kedua untk
mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor. Kistoma ovarii diatas umur 45 thn
sebaiknya dilakukan terapi profilaksis.
e. Untuk penanganan tumor nonneoblastik diambil sikap wait and see. Jika wanita yang
masih ingin hamil berovulais teratur tanpa gejala dan hasil USG menunjukkan kista yang
berisis cairan maka dilakukan pemeriksaan tindakan menunggu dan melihat dan kista ini
akn memnghilang 2-3 bulan kemudian . Penggunaanv pil kontrasepsi dapat digunakan
untuk terpi kista fungsional
f. Pembedahan dilakukan jika kista besar dan padat ,tumbuh atau tetap selama 2-3 bulan
siklus haid maka dapat dihilangkan dengan pembedahan.Jika tumor besar atau ada
komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium disertai saluran tuba ( salpingo 
ooferektomi ) dan dilakukan pengontrolan .Jika terdapat keganasan aka dilakukan
histerektomi.

CONTOH KASUS
A.identitas klien
Nama Px : Ny. B.
Umur : 34 th.
Suku / Bangsa       : Banjar / Indonesia.
Alamat                   : Jl. A.Yani km 6 ½.
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan               : Pedagang
Agama                    : Islam.
Status                      : Pernah menikah / janda.
Dx Medis                : Kista Ovarium
B.identitas penanggung jawab
Nama             : Tn. F.
Umur : 37 th
Suku/bangsa  : Banjar/ Indonesia
Agama                          : Islam
Pendidikan                    : SMA
Pekerjaan                      : Buruh
Hubungan dengan klien : Suami
2.       Status Kesehatan.
1. Alasan kunjungan ke rumah sakit.
Menurut pasien sejak 2 bulan terakhir haid tidak teratur, bahkan ½ bulan terakhir haid
semakin banyak. Oleh pasien segera diperiksakan kebidan setempat, kemudian
dianjurkan oleh bidan tersebut untuk USG karena ada benjolan di abdomen bagian
bawah, setelah di USG ternyata benjolan tersebut dipastikan kista ovarium dan
dianjurkan untuk operasi, pasien masuk RS tanggal 18 september 2003 jam12.00
WITA. Keluhan yang dirasakan saat ini adalah nyeri yang datang terutama bila
melakukan aktifitas. Selama dirumah pasien hanya melakukan pengobatan kebidan
setempat oleh bidan dianjurkan periksa ke RS karena ada benjolan pada abdomen.
2. Keluhan utama saat ini.
Pasien mengatakan ia merasakan nyeri pada area luka operasi ( post op hari 3 ), pasien
tampak meringis menahan nyeri. Nyeri terasa bila bergerak, skala nyeri 3 serta batuk
yang kadang disertai sputum.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang seperti sekarang dan
sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakirt sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang di
rasakan ny.b dan di keluarga tidak ada yang memiliki penyakit turunan.
3.       Riwayat Keperawatan.
1)       Riwayat obstetri.
a)       Riwayat menstruasi.
Menorhoe umur 12 th, banyaknya 2 – 3 pembalut / hr, siklus teratur, lamanya 1minggu,
keluhan :  Nyeri bila haid datang.
b)       Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu.
Tahun 1998, umur 5 ½ tahun, penyulit tidak ada, ada episiotomi, dengan pendarahan
cukup selama masa nifas sampai 2 bulan, persalinan spontan ditolong bidan di RS menurut
pasien saat melahirkan dulu kala I lama, anak lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat
badan waktu lahir 3200 gram dengan panjang badan 52 cm.

c)       Riwayat KB.


Menurut pasien ia tidak pernah KB sebelumnya.
d)       Riwayat kesehatan.
Sebelumnya pasien tidak pernah masuk RS, selama ini pasien hanya mengeluh
punggungnye sering pegal karena terlalu lama duduk untuk menjaga dagangannya, px hanya
membawa keluhan tersebut ketukang pijat, menurut px ia tidak mempunyai riwayat penyakit
seperti: DM, hipertensi, asma, hepatitis, demikian juga dikeluarganya yang mempunyai
riwayat penyakit tersebut.
e)        Riwayat lingkungan.
Menurut px ia tinggal dirumahnya Jl. Stadion lambung mangkurat (km 6 ½) , dan
keadaan lingkungannya cukup bersih dan tidak tampak adanya bahaya dilingkungan
sekitarnya.
f)       Aspek psikososial
 Persepsi ibu tentang keluhan / nyeri.
Menurut ibu penyakitnya tersebut merupakan ujian dari Allah SWT, ia akan selalu
berdoa dan berharap segera sembuh agar bisa secapatnya kembali berdagang.
 Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan thd kehidupan sehari-hari
Menurut px keadaan ini sangat mempengaruhi dirinya karena ia tidak bisa
melakukakan aktifitas sehari-hari yaitu sebagai pedagang
 Harapan yang ibu inginkan.
Px sangat berharap ia dapat sembuh, dan berdoa jangan sampai penyakitnya kembali
terjadi dan berharap semoga jangan pernah terjadi pada orang lain atau keluarganya.
 Ibu tinggal dengan siapa.
Menurut px sejak bercerai 3 tahun yang lalu ia tinggal dirumah orang tuanya bersama
3 orang saudaranya serta seorang anak perempuan.
 Orang terpenting bagi ibu
Menurut px orang terpenting bagi dirinya adalah orang tua dan anaknya.
 Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini.
Menurut px keluarganya sangat memperhatikannya, bahkan sering mengunjunginya
di RS untuk memberikan semangat.
g)       Kebutuhan dasar khusus.
1. Pola Nutrisi.
Dirumah :  Frekuensi makan 3x sehari, tidak ada makanan pantangan, tidak ada
makanan yang tidak disukai, nafsu makan baik, dengan nasi biasa + sayur + lauk
pauk.
Di RS  :  Menurut px selama di RS, px setelah post op (serat diperbolehkan makan)
memperoleh diet bubur saring dengan frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan baik,
px mampu menghabiskan porsi yang disediakan RS.
2. Pola Eliminasi.
Dirumah : BAK 4 – 5 x/hr, dengan warna kuning bau pesing, tidak ada keluhan saat
BAK.BAB 1 x/hr dengan warna kuning kecoklatan, tidak keluhan saat BAB.
Di RS : Px BAK melalui kateter, saat pengkajian kateter terisi + 750 cc, kateter
terpasang sejak 3 hari yang lalu (saat operasi), menurut px sejak post op px sudah ,
dengan warna kuning bau pesing, tidak ada keluhan saat BAK.
3. Pola Personal hygene
Dirumah : Px biasa mandi 2 x/hr dengan menggunakan sabun, oral hygene setelah
makan pagi dan sore, keramas 2 – 3 x/mgg.
Di RS : Menurut px sejak post op px cuma diseka 1 x/hr oleh keluarganya, oral
hygene 1 x/hr dibantu keluarga, keramas tidak dilakukan.
4. Pola tidur dan istirahat.
Dirumah : Px tidur malam biasanya 4 – 5 jam, tidur siang 1 – 2 jam, tdk ada kebiasan
menjelang tidur, tdk ada keluhan dlm tidur
Di RS              :  Sejak masuk RS  px tidur malam sekitar 7 – 8 jam, tidur siang 30 –
60 menit, tidak ada keluhan gangguan tidur selama di RS.
5. Aktifitas dan latihan.
Dirumah         :  Px bekerja sebagai pedagang dipasar subuh, aktifitas dimulai sekitar
pukul 02.00 WITA, menurut px ia tidak melakukan olah raga khusus karena menurut
px aktifitasnya dipasar subuh merupakan olah raga, waktu luang digunakan px untuk
tinggal dirumah atau menemani anaknya.
Di RS              :  Px tampak sangat berhati-hati bila bergerak, px tampak meringis bila
bergerak, skala nyeri sedang.
5. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
Menurut px ia tidak pernah merokok, minum-minuman keras bahkan dan obat-obatan
terlarang.
h)         Pemeriksan fisik.
1. Keadaan umum.
Keadaan umum px baik dengan kesadaran compos mentis, GCS = 4,5,6  saat
dilakukan pengkajian diperoleh hasil pengukuran.
TTV: TD : 120/80 mmHg.               TB    : 156 cm.
N: 60 x/m.                            BB   : 50 kg.
R: 20 x/m.                            LLA: 24 cm
S: 36,5 ‘C
2. Kulit.
Kulit berwarna sawo matang, tidak tampak adanya lesi, turgor kulit baik   (dicubit
kembali dalam 1 detik), kulit teraba lembut dan hangat dengan temperatur 36,5 ‘C.
3. Kepala.
Kepala tampak simetris, tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada riwayat trauma
kepala, kebersihan kepala baik.
4. Mata.
Kelopak mata tampak baik, gerakan bola mata normal, konjunctiva kemerahan, sklera
mata bersih / putih, px tidak menggunakan alat bantu penglihatan, kebersihan baik.
5. Telinga.
Telinga tampak simetris, tidak tampak pendarahan / peradangan, tidak ada keluhan
telinga berdengung, fungsi pendengaran baik.
6. Mulut dan tenggorokan.
Menurut px ia tidak menggunakan gigi palsu, bagian belakang gigi bawah berlobang
2 buah, tidak ada keluhan dalam proses mengunyah, mukosa mulut lembab, bibir
tampak kemerahan, lidah bersih.
7. Dada dan axila
Mamae tidak ada keluhan pembesaran yang tampak, areola mamae berwarna coklat
muda, papila mamae menonjol, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada keluhan nyeri
atau benjolan abnormal pada payudara.
8. Pernafasan.
Px tampak bernafas melalui hidung, suara nafas normal, tidak tampak penggunaan
otot bantu nafas, tidak ada keluhan obstruksi / kesulitan untuk bernafas, frekuensi
nafas 20 x/m, menurut px kadang batuk dengan dahak.
9. Sirkulasi jantung.
Frekuensi nadi 64 x/m dengan irama teratur, tidka terdengar adanya kelainan bunyi
jantung saat diauskultasi ( S1, S2 tunggal ), tidak ada keluhan nyeri dada, dada
tampak simetris.
10. Abdomen.
Pada abdomen tampak bersih, tidak tampak adanya striae, tampak ada luka bekas
operasi, dan luka tertutup kasa, arah luka memanjang dan umbulikus ke arah simfisis.
11. Genitourinary.
Px tidak ada keluhan haemorroid, tidak ada pendarahan pervagina, terpasang kateter
sejak px operasi, kantong kateter tampak terisi urine        + 750 cc.
12. Ekstrimitas.
Turgor kulit baik, ekstrimitas tampak simetris, cuma pada bagian jari pada ekstrimitas
tampak tidak terbentuk dengan sempurna, menurut px hal tersebut merupakan
pembawaan sejak lahir, tidak ada riwayat trauma pada ekstrimitas, tidak ada kesulitan
pergerakan, terpasang infus pada ekstrimtas atas sinistra, kekuatan otot normal.
13. Skala kekuatan otot: 5                               
i)        Data penunjang
1. Laboratorium. ( tgl 16 september 2003 )
HB                  : 14,1 gram %         ( L: 13,5-17,5   P: 11,5-15,5 )
Leukosit         : 11.200 / mm3             ( 4000-11000)
2. USG. ( tgl 16 september 2003)
Kontrol USG dengan fullblandder
Comform ovarial kista 76 mm uterus membesar 70 mm.
3. Foto thorax / rontgen.
Tanggal 16 september 2003.
4. Obat – obatan.
Infus                            : ( RL: D5%, 3:1 ) 20 tts/m.
Kedacillin                   : 3x1 gram.
Antrain                        : 3x1 amp.
Pronalges                    : Supp.
Klaneksi                      : 3x500 mg
Paracetamol              : 3x1 tab.
Vit C                            : 3x1 amp.
Becombion syr          : 3x1.
5. Data Fokus
1. Inspeksi.
Pasien tampak meringis bila bergerak dan sangat berhati-hati, px tampak berbaring
ditempat tidur, px kadang batuk dengan sputum, terdapat luka post op pada abdomen (
post op hari 3 ) yang tertutup kasa, luka memanjang dari umbilikus sampai ke arah
simfisis, dalam beraktifitas px tampak dibantu ibu / keluarga, pada ekstrimitas atas
sebelah kiri terpasang infus RL 20 tts/m, pada genetalia terpasang DC dikantong
penampung tampak terisi urin berwarna kekuningan, agak merah dengan volume +
750 cc.
2. Palpasi.
Saat dipalpasi kulit tampak hangat dengan temperatur 36,5 ‘C, pada daerah abdomen
terdapat nyeri tekan dengan skala nyeri 2; sedang.
3. Perkusi.
Saat diperkusi pada daerah dada terdengar bunyi sonor.
4. Auskultasi.
Bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi jantung tambahan
J.ANALISA DATA
No Data fokus Masalah etiologi
1 DO : Nyeri akut Luka post op
♦         Pasien tampak meringis bila
bergerak
♦         Skala nyeri 2 (sedang)
0 : Tidak nyeri.
1 : Nyeri ringan.
2 : Nyeri sedang.
3 : Nyeri berat.
4 : Nyeri tidak tertahankan
♦         Px tampak sangat berhati-hati bila
bergerak
♦         Terdapat luka post op pada
abdomen yang tertutup kasa
♦         TTV:  TD: 120/80 mmHg.    N: 64
x/m.
R: 20 x/m.     T: 36,5 ‘C.
DS :
♦         Menurut px ia merasa nyeri pada
daerah luka post op bila bergerak
♦         Menurut px ia takut untuk banyak
bergerak karena nyeri luka post op

2 DO : Ketidak efektifan Ketidak mampuan


♦         Pasien tampak batuk namun tidak bersihan jalan nafas batuk efektif
ada sputum yang keluar
♦         Respirasi 20 x/m.
DS :
♦         Menurut px ia kadang batuk dengan
dahak, namun ia tidak bisa
mengeluarkan dahaknya dengan
maksimal karena karena takut untuk
batuk yang kuat

3 DO : Intoleransi aktifitas Ketidak efektifan


♦         Px tampak lemah, dan berbaring sekunder  terhadap
ditempat tidur, terpasang infus dan DC kurang motivasi
♦         Px tampak sangat berhati-hati
bergerak
♦         Px tampak dibantu ibunya untuk
bangun dan minum
♦         TTV:  TD: 120/80 mmHg.    N: 64
x/m.
R: 20 x/m.     T: 36,5 ‘C.
DS :
♦         Menurut px ia merasa pusing bila
terlalu lama bangun dari tempat tidur.
♦         Menurut px ia merasa nyeri dan
takut untuk kekamar mandi karena
masih terpasang infus, DC dan nyeri

4 DO : Resiko terjadinya Tempat masuknya


♦         Terdapat luka post op yang masih infeksi organisme sekunder
basah tertutup kasa, luka memanjang terhadap
dari umbilikus ke arah simfisis pembedahan  (luka
♦         Luka post op hari ke 3 post op)
♦         TTV:  TD: 120/80 mmHg.    N: 64
x/m.
R: 20 x/m.     T: 36,5 ‘C.
DS :
♦         Menurut px ia merasa nyeri
pada area luka dan terasa panas

K. Prioritas Keperawatan:
1.       Nyeri akut b.d adanya luka post operasi.
2.       Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d ketidak mampuan batuk efektif
3.       Intoleransi aktifitas b.d ketidak efektifan sekunder terhadap kurang motivasi.
4.       Resiko terjadi infeksi b.d tempat masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan
(luka post op)
L.Intervensi keperawatan

Perencanaan
No Dx
Tujuan Intervensi Rasional
1. I Rasa nyeri klien ♦         Kaji penyebab ♦         Penyebab diketahui sehingga
hilang/ berkurang nyeri dapat dengan mudah menentukan
setelah 4 hari ♦         Monitor TTV intervensi
perawatan ♦         Ajarkan tehnik ♦         Perubahan TTV merupakan
KE: relaksasi identifikasi diri terhadap
♦         Pasien tidak♦         Atur posisi yang perkembangan px
mengeluh nyeri / nyaman ♦         Tehnik relaksasi akan
nyeri berkurang ♦         Kaji skala nyeri membantu otot-otot berelaksasi
♦         TTV normal Kolaborasi: sehingg persepsi nyeri akan
♦         Penggunaan ♦         Beri analgetik berkurang
analgetik tidak ♦         Posisi yang sesuai/nyaman
ada /berkurang akan mambantu otot-otot
berelaksasi sehingga nyeri
berkurang
♦         Skala nyeri menunjukan
respon px terhadap nyeri
Kolaborasi:
♦         Pemberian analgetik yang
sesuai  membantu mengurangi
nyeri px

2. II Bersihan jalan
♦         Kaji penyebab ♦         Dengan diketahui penyebab
nafas efektif ketidak efektifan akan memudahkan menentukan
dalam 3 hari bersihan jalan nafas intervensi yg tepat
perawatan ♦         Anjurkan px ♦         Air hangat akan membantu
KE: untuk minum air pengenceran sputum
♦         Px mampu hangat ♦         Batuk efektif membutuhkan
melakukan batuk ♦         Ajarkan px nafas dalam dan kontraksi otot-
efektif nafas dalam dan otot pernafasan, khususnya otot
♦         Nafas normal batuk efekfit abdomen untuk meningkatkan
♦         Bebat insisi tekanan intratoratik dan
abdomen atau dada pengeluaran sekresi
dengan, bantal atau♦         Membebat daerah insisi akan
keduanya. mencegah robeknya jahitan pada
Kolaborasi: daerah post op
♦         Beri obat SOD Kolaborasi:
♦         Obat yang sesuai membantu
mengurangi keluhan
♦        

3. III Px mampu ber ♦         Kaji penyebab Dengan mengetahui penyebab akan
aktifitas tanpa intoleransi mudah menentukan intervensi
dibantu dalam 3 aktifitasi yang tepat
hari perawatan ♦         Kaji skala
♦         Skala kekuatan otot dan skala
KE: kemampuan kemampuan beraktifitas
♦         Px mampu beraktifitas dan menunjukan respon px terhadap
beraktifitas skala kekuatan otot aktifitas
mandiri ♦         Anjurkan px ♦         Latihan mobilisasi secara
♦         TTV normal untuk mobilisasi bertahap akan mengurangi
secara bertahap keluhan pusing akibat mobilisasi
♦         Anjurkan px yang tiba-tiba
untuk ♦         Nutrisi yang adekuat
mempertahankan merupakan asupan energi untuk
nutrisi yang kebutuhan aktifitas
adekuat ♦         Dukungan / motivasi keluarga
♦         Anjurkan akan memberikan semangat
keluarga untuk kepada px untuk beraktifitas
memotivasi px agar
beraktifitas

4. IV Infeksi tidak ♦         Tanda infeksi diketahui akan


terjadi dalam ♦        
5 Kaji tanda-tanda memudahkan menentukan adanya
hari perawatan infeksi infeksi
KE: ♦         Ukur TTV ♦         Terjadinya infekis akan
♦         Tanda infeksi
♦         Lakukan tehnik mempengaruhi TTV, terutama
tidak ada aseptik atau suhu tubuh
♦         TTV normal antiseptik dalam
♦         Tehnik septik dan anti septik
♦         Luka sembuh melakukan membantu mengurangi
tindakan organisme-organisme yang masuk
♦         Anjurkan px ke area luka
untuk ♦         Makanan tersebut dapat
mengkonsumsi meningkatkan penyembuhan dan
makanan tinggi regenerasi selular serta produksi
kalori tinggi limfosit
protein dan tinggi Kolaborasi:
vitamin. ♦         Obat yang sesuai akan
Kolaborasi: mencegah terjadi infeksi
♦         Beri obat SOD.

sM. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Hari/
No Dx Jam Implementasi Evaluasi
Tgl
1. 18 I 09.4♦         dengan skala nyeri 18 September 2003 (10.45))
Septemb 5 2; sedang) S    :
er 2003 ♦         Mengajarkan♦         Menurut px ia masih merasa
10.0 tehnik relaksasi (nafas nyeri pada area luka dan
0 dalam) berusaha menggunakan tehnik
♦         Mengukur TTV relaksasi (nafas dalam)
dan antropometri O   :
10.2 TTV:  TD: 120/80 ♦         Px tampak berhati-hati saat
5 mmHg.          akan duduk, skala nyeri masih
N: 64 x/m.  R: 20 ♦         TTV:  TD: 120/80
x/m.     mmHg.         
T: 36,5 ‘C. N: 64 x/m.  R: 20 x/m.   
 T: 36,5 ‘C
A   :
♦      Masalah nyeri luka post op
masih belum teratasi
P    :
♦         Intervensi dilanjutkan.

2. 18 II ♦         Menganjurkan px 18 September 2003 (11.00)


Septemb 10.3 untuk minum air S    :
er 2003 0 hangat ♦         Setelah latihan tadi ia mulai
♦         Menganjurkan px belajar untuk batuk efektif, ia
untuk posisi semi takut bila batuk terlalu kuat
10.3 fowler atau fowler karena takut jahitan lukanya
5 ♦         Mengajarkan px robek
untuk nafas dalam dan O   :
batuk efektif ♦         Px tampak lemah kadang
10.4 batuk tapi sputum yang keluar
0 A   :
♦      Masalah belum teratasi.
P    :
♦         Intervensi dilanjutkan.

18 September 2003 (10.30))


3. 18 III 10.1♦         Menganjurkan px S    :
Septemb 5 untuk mobilisasi
♦         Menurut px ia masih takut
er 2003 secara bertahap untuk terlalu banyak bergerak
(miring kiri-kanan, karena nyeri terasa bila bergerak
duduk sebentar dll) pada luka post op
♦         Menganjurkan px O   :
10.3 untuk ♦         Px tampak berusaha untuk
0 mempertahankan duduk, px tampak meringis saat
asupan nutrisi yang bergerak, terpasang infus
kuat A   :
♦      Masih belum teratasi
P    :
♦      Intervensi dilanjutkan.

18 September 2003 (11.30)


4. 18 IV 10.4♦         Mengkaji tanda- S    :
Septemb 5 tanda infeksi    (nyeri,
♦         Menurut px ia merasa pada
er 2003 panas, kemerahan, area luka terasa nyeri dan panas
bengkak dan O   :
gangguan fungsi pada ♦         Luka masih tertutup kasa,
area luka) belum boleh didresing
♦         Menganjurkan px A   :
11.0 untuk mengkonsumsi ♦      Masalah tidak terjadi
0 makanan tinggi P    :
protein, vitamin dan ♦      Intervensi dilanjutkan.
kalori

Anda mungkin juga menyukai