Anda di halaman 1dari 19

BUKU PEDOMAN SHOLAT JENAZAH SESUAI TARJIH

MUHAMMADIYAH

Disusun oleh kelompok 4:

1. Mustika (A01802449)
2. Rama Indah Cahyani (A01802458)
3. Revi Indah Cahyani (A01802459)
4. Siti Sukaisih Ummaroh (A01802469)
5. Wahyuning Khikmah (A01802474)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 3B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Alloh SWT,


karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “AIK IV”.
Kemudian shalawat serta salam tidak kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat didunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah AIK IV di program studi D3
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Puji Handoko,S.Ag.,M.Pd selaku dosen AIK IV
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.

Penulis telah membuat makalah ini dengan semaksimal mungkin. Apabila terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kebumen, 12 September 2020

2 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

A. Menghadapi Sakarotul Maut...........................................................................................4

1.2 Menghadapi Orang yang Sedang Sakarotul Maut...................................................4

1.3 Menghadapi Orang yang Baru Saja Meninggal.......................................................5

B. Tuntunan Perawatan Jenazah.....................................................................................6

2.1 Hukum Merawat Jenazah.............................................................................................6

2.2 Syarat dan Persiapan yang Harus Disiapkan...........................................................6

2.3 Pelaksanaan Memandikan Jenazah.............................................................................7

2.4 Persiapan Mengkafani Jenazah................................................................................8

2.5 Pelaksanaan Mengkafani Jenazah..............................................................................9

2.6 Persiapan Mensholati Jenazah...............................................................................10

2.7 Pelaksanaan Mensholati Jenazah..............................................................................10

2.9 Pelaksanaan Penguburan Jenazah.............................................................................14

2.10 Do’a Selesai Penguburan Jenazah.........................................................................15

C. Takziyah dan Ziarah...................................................................................................16

3.1 Takziyah.................................................................................................................16

3.2 Ziarah Kubur..........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

3 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


A. Menghadapi Sakarotul Maut
1.1 Tanda-Tanda Kematian Seseorang

Pada umumnya, namun tidak selalu, orang yang mendekati mati dapat
diketahui dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Kaki terasa lebih dingin, jari kaki dan tangan nampak hijau kebiru-biruan
b. Telinga nampak lebih pipih
c. Mata bila disorot lampu tidak bereaksi
d. Denyut nadi mulai melemah
e. Mengeluarkan bau khas calon jenazah karena keluar kotoran

1.2 Menghadapi Orang yang Sedang Sakarotul Maut

Pada saat orang sedang sakaratul maut, harus selalu ditunggu dengan
bergantian supaya tidak terlalu payah, dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Kalau memungkinkan, luruskan kedua kakinya membujur ke arah kiblat dan
kepala diangkat sedikit supaya mukanya menghadap kiblat.
b. Dijaga kesucian dan kebersihan pakaian dan tempatnya.
c. Agar keluarga selalu berdekatan dengannya.
d. Dengan hati-hati memberikan nasihat supaya bertobat dan berbaik sangka
kepada Allah serta mengharapkan ampunan dan rahmat-Nya.
e. Dianjurkan agar berwasiat apabila meninggalkan harta benda di hadapan dua
orang saksi adil.
f. Diingatkan dengan santun agar mengucapkan Laa ilaaha illallaah; kalau sudah
mengucapkan, biarkan. Kalau lupa atau berhenti diingatkan lagi dengan pelan
dan hati-hati. Kalau sudah lupa-lupa, agar dituntun terus dengan suara yang jelas
dan pelan-pelan.
g. Berilah pengertian kepada keluarganya agar bisa memahami dengan ikhlas
bahwa kematian adalah kehendak dan pilihan Allah, dan pilihan Allah adalah
yang terbaik untuk semuanya.

4 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


1.3 Menghadapi Orang yang Baru Saja Meninggal

Begitu mengetahui bahwa seseorang telah meninggal, lakukanlah hal-hal


sebagai berikut:

a. Pejamkan matanya

b. Katupkan mulutnya, kalau perlu dibantu dengan tali dari kain, diikatkan
melingkar dari dagu, pipi, pelipis dan ubun-ubun

c. Lemaskan tangan dan kakinya

d. Letakkan kedua tangannya dengan sedekap di atas dadanya dan diikat kedua
telapak tangannya

e. Luruskan kedua kakinya, dengan diikat pergelangan kaki dan kedua ibu jarinya

f. Dibujurkan tubuhnya menghadap kiblat

g. Tutup seluruh tubuhnya, dari kepala, wajah sampai ujung kakinya

h. Ucapkan kalimat tarji’ yaitu:

Artinya: Sesungguhnya kita sekalian adalah milik Allah dan akan kembali
kepadanya. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku dan gantilah musibah
ini dengan yang lebih baik bagiku. [al-Baqarah 156, Shahih Muslim, Musnad
Ahmad]

i. Kemudian membaca do’a

Artinya: Ya Allah! Berilah ampunan kepada .... (sebut namanya). Dan angkatlah
derajatnya dalam golongan orang yang mendapat petunjuk, dan gantilah ia bagi
keluarga yang ditinggalkannya. Ampunilah kami dan ampunilah dia, wahai
Tuhan semesta alam, lapangkanlah ia dalam kuburnya. [Shahih Bukhari, Sunan
Abu Dawud]

5 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


j. Menyebarluaskan berita kematiannya

k. Mempersiapkan keperluan perawatan jenazah

l. Keluarga (ahli waris) segera menyelesaikan hak utang-piutangnya

B. Tuntunan Perawatan Jenazah


2.1 Hukum Merawat Jenazah

Merawat jenazah hukumnya Fardhu (Wajib) Kifayah, artinya bahwa


kewajiban itu cukup dikerjakan oleh kelompok masyarakat. Apabila tidak ada yang
merawat jenazah, maka seluruh masyarakat akan dituntut dihadapan Allah dan
berdosa. Sedang bagi yang mengerjakannya akan mendapatkan kebaikan dan pahala
dihadapan Allah (swt).

Merawat jenazah sebaiknya segera dilakukan, tidak perlu menunggu


terkumpulnya semua keluarga (ahli waris).

2.2 Syarat dan Persiapan yang Harus Disiapkan

a. Syarat-syarat orang yang memandikan jenazah


 Muslim, berakal sehat dan baligh
 Niat karena Allah
 Amanah (menjaga kerahasiaan yang ada pada jenazah)
 Mengetahui hukum dan tata cara memandikan jenazah
 Laki-laki bila jenazahnya laki-laki, wanita bila jenazahnya wanita, kecuali
suami istri

b. Syarat jenazah yang dimandikan


 Muslim
 Ada wujud tubuhnya walaupun sebagian
 Bukan orang yang mati Syahid

c. Kebutuhan yang perlu disiapkan


 Tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah
 Air suci secukupnya dalam 3 (tiga) bak, dengan rincian sebagai berikut:
 Satu bak air dicampur dengan daun bidara/sebangsanya

6 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


 Satu bak air tanpa campuran
 Satu bak air dicampur dengan kapur barus
 Handuk untuk membersihkan bekas air menempel di badan jenazah
 Kain kering untuk mengganti kain yang basah
 Tempat tidur atau sejenisnya, yang dipergunakan untuk
membaringkan jenazah, diusahakan agar arah kepala lebih tinggi
 Tambahan: kapas/spon, sarung tangan, gayung, gunting, dan tempat untuk
mengumpulkan barang yang kotor

2.3 Pelaksanaan Memandikan Jenazah

a. Niat ikhlas karena Allah (swt)


b. Jenazah diangkat dan diletakkan pada tempat yang telah disiapkan dengan posisi
menghadap Kiblat
c. Lepaskan seluruh pakaiannya dan yang melekat di tubuh, serta tutuplah bagian
kemaluan jenazah selama memandikan
d. Dibersihkan dulu bagian mulut, hidung, telinga dan dubur sambil ditekan secara
pelan agar kotoran keluar dengan tuntas
e. Kemudian mulai dimandikan, dengan cara:
a) Mulai memandikan dari anggota badan sebelah kanan terutama anggota
bagian wudhu (tapi bukan mewudhukan), dengan bilangan gasal, yaitu 3
(tiga) kali atau secukupnya

Contoh:
Pertama, dengan air yang dicampur daun bidara
Kedua, dengan air bersih, dan
Ketiga (terakhir), dengan air kapur barus

b) Selesai dimandikan, jenazah dikeringkan dengan handuk atau sejenisnya,


bersamaan dengan ini, kain yang basah diganti dengan yang kering
c) Untuk jenazah perempuan, setelah dihanduki rambutnya dijalin menjadi 3
(tiga) pintalan
f. Kemudian ditutup lebih dahulu seluruh tubuhnya pakai kain yang kering
sebelum ditempatkan di tempat mengkafani.

7 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


2.4 Persiapan Mengkafani Jenazah

a. Disiapkan dahulu kain yang baik, bersih dan putih


b. Jenazah laki-laki 3 (tiga) helai kain, masing-masing berukuran 135 cm x 240
cm

c. Jenazah perempuan 5 (lima) helai kain, masing-masing berbentuk:


1) Kain biasa (135 cm x 240 cm)
2) Jubah (135 cm x 340 cm) dilubangi pada arah kepala
3) Baju kurung (135 cm x 240 cm) dilubangi pada arah kepala
4) Sarung (135 cm x 140 cm) dan
5) Kerudung (100 cm x 100 cm) dibentuk segitiga

8 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


d. Ukuran kain disesuaikan dengan besar kecilnya jenazah dan tidak berlebihan
(boros)
e. Cawat/celana dalam jika dibutuhkan, tetapi bukan keharusan
f. Memberikan wewangian terbaik yang dimiliki dalam setiap lembar kain
kafannya dan pada badan jenazah

2.5 Pelaksanaan Mengkafani Jenazah

a. Kain digelar, untuk:


1) Jenazah laki-laki, 1 helai kain digelar ditengah, satu helai kain lagi digelar di
atasnya agak bergeser ke kanan dan satu helai kain lagi digelar agak bergeser
ke kiri
2) Jenazah perempuan:
Pertama, kain biasa digelar ditengah
Kedua, jubah digelar di tengah persis di atas kain lembar pertama dengan
posisi lobang tepat berada di leher,
Ketiga, baju kurung digelar di atasnya lagi dengan posisi berada pada bagian
atas badan dengan lobang persis di leher,
Keempat, sarung digelar di atasnya pada arah badan bagian bawah,
Kelima, kerudung digelar pada bagian kepala.

b. Setelah kain digelar, jenazah diangkat dan diletakkan di atasnya,


1) Jenazah laki-laki, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian dililitkan
kain yang paling atas bersamaan dengan itu diambil kain penutupnya, lalu
dililitkan kain yang kedua dan ketiga.
2) Jenazah perempuan, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian diikat
kerudungnya, dililitkan dengan urut kain sarung, baju kurung, mantel jaz dan
kain biasanya.

PERHATIAN!

Bagi seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan ihram, jenazahnya:


a. Tidak diberi minyak wangi
b. Dikafani dengan kain ihram yang dipakai dan tidak ditutup kepalanya (kepala
terbuka)

9 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


2.6 Persiapan Mensholati Jenazah

a. Jenazah diletakkan di tempat yang paling depan tengah, dengan posisi


membujur dan posisi kepala berada di sebelah kanan arah ka’bah
b. Bagi orang yang akan menshalatkannya memenuhi dulu syarat-syarat
syahnya shalat, antara lain: Suci dari najis dan hadats, menutup aurat, dan
menghadap kiblat
c. Shalat jenazah dilakukan dengan berjama’ah sebanyak 3 shaf, 5 shaf dan
seterusnya (tetap bilangan gasal), bisa dilakukan di dalam masjid
d. Imam berdiri pada arah kepala jenazah, jika jenazah laki-laki dan pada arah
lambung atau tengah, jika jenazah perempuan

2.7 Pelaksanaan Mensholati Jenazah

Shalat jenazah dilakukan dengan empat takbir diakhiri salam, tanpa ruku’ dan
sujud.

Takbir Pertama

a. Berdiri tegak, lalu dengan niat ikhlas karena Allah, mengangkat tangan sampai
bahu, ibu jari sejajar telinga, dan telapak tangan menghadap Kiblat, jari-jari
tidak terlalu renggang atau rapat, seraya membaca takbir (Allahu Akbar), lalu
tangan diturunkan dan telapak tangan kanan diletakkan pada punggung telapak
tangan kiri di dada.

b. Kemudian membaca surah al-Fatihah

10 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


Takbir Ke dua

a. Selesai membaca surah al-Fatihah lalu bertakbir (Allahu Akbar)

b. Dilanjutkan membaca do’a shalawat Nabi:

Takbir Ke tiga

a. Selesai membaca shalawat lalu bertakbir (Allahu Akbar)

b. Lalu membaca do’a:

Artinya: “Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, maafkanlah dia
selamatkanlah dia (dari beberapa hal buruk), tempatkanlah dia di tempat yang mulia
(surga), luaskanlah kuburnya, mandikanlah ia dengan air dan salju, bersihkanlah ia
dari segala kesalahan sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah
rumah yang lebih baik (di surga) dari pada rumahnya (di dunia), dan berilah keluarga
yang lebih baik (di surga) dari pada keluarganya (di dunia), dan berilah jodoh yang
lebih baik (di surga) daripada jodohnya (di dunia), jagalah ia dari fitnah kubur dan
siksa neraka”. [Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah]

Takbir Ke empat

a. Selesai membaca do’a kemudian bertakbir (Allahu Akbar)


11 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah
b. Lalu membaca do’a lagi

Artinya: “Ya Allah ampunilah kami yang (masih) hidup dan yang (telah) mati yang
hadir (ada) dan yang tidak ada, yang kecil (muda) dan yang tua, yang laki-laki dan
perempuan. Ya Allah kepada orang-orang yang Engkau hidupkan diantara kami,
maka hidupkanlah dia dalam (keadaan) Islam, dan kepada orang-orang yang Engkau
matikan dari kami, maka matikanlah ia dalam (keadaan) iman. Ya Allah, jangan
Engkau menjauhkan kami dari pahalanya, dan jangan Engkau menyesatkan kami
sesudahnya”. [Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, Musnad Ahmad]
Jika Jenazah masih anak-anak, do’a yang dibaca adalah

Artinya: Ya Allah, jadikanlah ia pendahulu (penjemput) dan pelebihan (tabungan)


serta pahala bagi kami. [Shahih Bukhari, Musnad Ahmad, Sunan Ibnu Majah]
Diteruskan menoleh ke kanan dengan membaca salam

Dilanjutkan menoleh ke kiri dengan membaca salam

PERHATIAN!

a. Jika seseorang meninggal karena: syahid, jelas munafiq, dan bunuh diri tidak
di sholati
b. Sholat Jenazah dilakukan tidak pakai ruku’, sujud dan duduk
c. Lebih baik Imam sholat jenazah dari keluarga atau kerabat terdekat
d. Sebelum sholat dilaksanakan sebaiknya disampaikan tentang haqqul adami
12 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah
(sangkut paut utang piutang)

2.8 Persiapan Penguburan Jenazah

a. Siapkan tempat penguburan dan menggalinya dengan baik, dan cukup


sesuai besar kecilnya jenazah

b. Siapkan batu nisan


c. Siapkan keranda
d. Bila penggalian liang lahat telah selesai, jenazah dibawa ke kuburan dengan
cepat, diam (tidak berbicara) dan tidak kasar
e. Pelayat mengiringinya dengan berjalan kaki di sekelilingnya, dan yang
berkendaraan berada di belakangnya
f. Ketika masuk kuburan membaca do’a sebagai berikut:

Artinya: Salam sejahtera kepadamu, wahai perumahanan orang-orang mukmin,


dan Insya Allah kami akan menyusul kamu sekalian. Ya Allah, janganlah
Engkau menjauhkan kami dari pahala mereka dan janganlah Engkau timbulkan
fitnah kepada kami sepeninggal mereka. [Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad
2.9 Pelaksanaan Penguburan Jenazah
13 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah
a. Keranda diletakkan membujur dengan posisi kepala berada pada arah kaki
b. Lalu keranda dibuka dan jenazah diangkat bersamaan dengan itu keranda
ditarik dari arah kaki
c. Jika jenazah perempuan, di atas liang lahat dibentangkan kain atau
sejenisnya, lalu jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat dari arah kaki
d. Kemudian jenazah diletakkan dalam liang lahat dengan posisi
menghadap ke arah kiblat, sambil membaca

Artinya: Dengan nama Allah dan atas nama (mengikuti) perilaku


Rasulullah (saw). [Musnad Ahmad, Sunan at-Tirmidzi]

Atau:

Artinya: Dengan nama Allah dan atas nama (mengikuti) sunnah


Rasullullah (saw).

e. Tanah bekas galian liang lahat dimasukkan kembali dengan dipadatkan dan
dirapikan, kemudian ditancapkan batu nisan berada pada arah kepala

2.10 Do’a Selesai Penguburan Jenazah

14 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


Selesai mengubur dan sebelum meninggalkan tempat penguburan pelayat
mengambil tanah dan menaburkannya dari arah kepala tiga kali, lalu berdiri di
sisinya, dan membaca do’a sebagai berikut:

Artinya: “Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, maafkanlah dia
selamatkanlah dia (dari beberapa hal buruk), tempatkanlah dia di tempat yang mulia
(surga), luaskanlah kuburnya dan lembutkanlah bumi tempat tidurnya dan jauhkan
dia dari siksa kubur dan lindungilah dia dari siksa neraka. Ya Allah teguhkanlah dia
dengan perkataan yang benar di dunia dan akhirat”. [Sunan Abu Dawud, Shahih
Bukhari-Muslim]

PERHATIAN!

a. Wanita tidak diperkenankan mengikuti penguburan. Boleh ziarah setelah


penguburan selesai.
b. Setelah jenazah sampai dikuburan, pelayat tidak boleh duduk sebelum jenazah
diletakkan
c. Jika sampai di kuburan, penggalian liang lahat belum selesai dan jenazah telah
diletakkan, pelayat diperkenankan duduk dengan menghadap kiblat dan tidak di
atas kubur
d. Yang turun (menerima, dan meletakkan jenazah) di dalam liang lahat adalah
orang yang tadi malam tidak berhubungan suami istri (jimak)
e. Pelaksanaan penguburan tidak dilakukan pada waktu matahari hampir atau
sedang terbit atau terbenam dan ketika matahari persis di atas kepala
f. Dilarang meninggikan kuburan “mengijing” atau membangun bangunan
permanen di atasnya, cukup memberi tanda di atasnya dengan batu atau
sebangsanya
g. Jika masuk dalam kuburan, berjalanlah di antara kubur dan melepas alas kaki
C. Takziyah dan Ziarah

15 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


3.1 Takziyah

a. Pengertian takziyah
Takziyah adalah melawat keluarga jenazah baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk menghibur mereka dengan cara memberikan ucapan
belasungkawa, menshalatkan, menganjurkan bersabar dan tabah dalam
menghadapi dan menerima musibah dan cobaan serta mendo’akan jenazah
agar mendapatkan ampunan semua dosa dan kesalahannya kemudian
ditempatkan di tempat yang mulia (surga jannatun Na’im)

b. Tujuan takziyah
1) Mengurangi beban yang diterima
2) Mengurangi kesedihan yang dialami
3) Bisa menerima musibah dengan sadar dan ikhlas bahwa itu semua adalah
kehendak Allah (swt)
4) Menyerahkan segala sesuatu kepada Allah (swt)

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1) Jangan menangisi jenazah dengan berlebihan
2) Jangan menjelek-jelekkan jenazah
3) Jangan menambahi beban pada keluarga jenazah baik mental maupun
materi
4) Memberikan sumbangan materi baik berupa uang atau lainnya
5) Dianjurkan kepada pelayat agar membuatkan makanan untuk keluarga
jenazah
6) Dilarang meratapi jenazah, menampar pipi, merobek-robek pakaian, dan
meratap-ratapan jahiliyah (tidak mengapa menangis), berkumpul di tempat
keluarga sesudah dikubur, sehingga mereka membuatkan makan bagi
pelayat

3.2 Ziarah Kubur


16 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah
a. Pengertian ziarah kubur
Ziarah kubur adalah mengunjungi suatu tempat yang di dalamnya terdapat
jenazah yang dikuburkan, baik yang ada hubungan saudara maupun tidak

b. Tujuan ziarah kubur


1) Mengingatkan kepada yang bersangkutan bahwa manusia itu pada
akhirnya akan mati termasuk dirinya
2) Agar berhati-hati dalam meniti kehidupan di dunia, supaya memperbanyak
amal sholih, menjalankan ibadah dengan sungguh- sungguh dan tertib,
jangan sampai melakukan pelanggaran ajaran Allah dan Rasulullah saw
3) Mendo’akan orang yang telah meninggal lebih dahulu dan dikubur di
kuburan itu

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1) Setelah sampai kuburan pada waktu masuk supaya mengucapkan salam
2) Membuka alas kaki pada saat berjalan diantara kuburan, kecuali jalan
yang secara khusus dibuat untuk jalan
3) Mendo’akan pada ahli kubur agar diampuni semua dosa-dosa dan
kesalahannya oleh Allah (swt), dan diterima semua amal-amal
kebaikannya
4) Tidak dibenarkan meminta-minta pada ahli kubur
5) Tidak dibenarkan menangis dengan keras (meratap)
6) Tidak dibenarkan membawa bunga-bunga apapun ketika berziarah
7) Tidak dibenarkan menjadkan jenazah sebagai perantara hubungan kepada
Allah
8) Sebaiknya wanita tidak sering-sering ziarah kubur
9) Duduk menghadap kiblat dan tidak duduk di atas kuburan seseorang
10) Ziarah kubur dianjurkan bagi setiap mukmin, dan bagi mukminat
diperbolehkan, akan tetapi tidak terlalu sering
11) Bila sampai di kuburan mengucapkan salam dan do’a sebagai berikut:

17 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


Artinya: Salam sejahtera kepadamu wahai perumahanan orang- orang
mukmin, dan Insya Allah kami akan menyusul kamu sekalian. Ya Allah,
janganlah Engkau menjauhkan kami dari pahala mereka dan janganlah Engkau
timbulkan fitnah kepada kami sepeninggal mereka. [Sunan Ibnu Majah,
Musnad Ahmad]

DAFTAR PUSTAKA

1. Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


2. Asep Shalahudin, Tuntunan Ibadah Haji, 2012, Yogyakarta : Suara Muhamamdiyah.

18 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


3. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qohthoni, Perisai Seorang Muslim, 2011, Sukoharjo : Al
Ghuraba
4. file:///C:/Users/user/Downloads/BukuPerawatanJenazah.pdf

19 | Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai