Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

DI SUSUN OLEH :

ANNISA NURFADILLAH

19.04.031

CI INSTITUSI CA LAHAN

( ) ( )

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI NERS

T.A. 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI AKTVITAS KELOMPOK (TAK)

A. Latar belakang

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan


sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa
yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di
Indonesia dalam Yosep, 2007).

Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota


yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa
yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat
(Yosep, 2007).

Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas


kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas orientasi realita, dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait
dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok
(Keliat, 2006).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan Terapi Aktivitas Kelompok


2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian TAK

b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan manfaat TAK

c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan tujuan TAK

d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dampak terapeutik TAK

e. Mahasiswa mampu mendeskripsikan indikasi dan kontra indikasi TAK

f. Mahasiswa mampu mendeskripsikan komponen kelompok proses


TAK

g. Mahasiswa mampu mendeskripsikan tahapan TAK

h. Mahasiswa mampu mendeskripsikan macam TAK


TINJAUAN TEORI

A. Definisi TAK

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu


dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart
& Laraia, 2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009). Terapi kelompok merupakan
suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan
jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang
therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman
Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep,
2007). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan
interpersonal (Yosep, 2008).

B. Manfaat TAK

Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu :

1. Umum

a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing)


melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.

b. Membentuk sosialisasi

c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran


tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku
defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.

d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis


seperti kognitif dan afektif.
2. Khusus

a. Meningkatkan identitas diri.

b. Menyalurkan emosi secara konstruktif.

c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-


hari.

d. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,


keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan
meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan
pemecahannya.

C. Tujuan terapi aktivitas kelompok (TAK)

Depkes RI mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara


rinci sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh


pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.

b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk


berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan
memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang
lain.

c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri


dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari
rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.

d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis


seperti fungsi kognitif dan afektif.
2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai


identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.

b. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat


dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di
dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan
emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok
lainnya.

c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-


hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling
berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial
dalam kesehariannya.

D. Dampak terapeutik dari kelompok

Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat


memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom
(1985) dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus
yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok. Faktor-faktor tersebut
adalah :

1. Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yang


mempunyai masalah dan bahwa perjuangannya adalah dengan membagi
atau setidaknya dapat dimengerti oleh orang lain.

2. Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang


lain yang telah dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan
emosional yang diberikan oleh kelompok lainnya.

3. Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan


dukungan satu sama lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya
menerima ide dari yang lainnya.
4. Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk
kebanyakan klien merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota
lainnya dapat jadi resepien reaksi tranferensi yang kemudian dapat
dilakukan.

5. Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk


menghubungkan dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien
dapat memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk belajar
dan melatih cara baru berinteraksi.

6. Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi


tentang ganguan seseorang terhadap umpan balik langsung tentang
perilaku orang dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya.

7. Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis


atau anggota lainnya memberikan model peran yang baik.

8. Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam


kehidupan seseorang. Bila terapi kelompok menimbulkan berkembangnya
rasa kesatuan dan persatuan memberi pengaruh kuat dan memberi
perasaan memiliki dan menerima yang dapat menjadi kekuatan dalam
kehidupan seseorang.

9. Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar


pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan
mempunyai pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.

10. Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu
mengurangi ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan
dalam kelompok.

11. Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui


keterbatasan seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri
seseorang.
E. Indikasi dan kontraindikasi terapi aktivitas kelompok (TAK)

Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok


(Depkes RI (1997) adalah :

1. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas


kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan
autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.

2. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas
kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah
tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu
berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas
kelompok.

3. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di


upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik
terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan
berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan
berdasarkan problem yang sama.

F. Komponen kelompok

Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :

1. Struktur kelompok.

Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses


pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur
kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan
interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan
anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
2. Besar kelompok.

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil


yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu
besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu
kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat,
2005).

3. Lamanya sesi.

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang
tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu
kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan
(Kelliat, 2005).

G. Proses terapi aktivitas kelompok

Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari


pada terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan
pengalaman dalam psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan
kehilangan sebagian otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok.

Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya


suasana yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik
membuka diri dan tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme
pertahanan diri. Setiap permulaan dari suatu terapi aktifitas kelompok yang
baru merupakan saat yang kritis karena prosedurnya merupakan sesuatu yang
belum pernah dialami oleh anggota kelompok dan mereka dihadapkan dengan
orang lain.

Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai


dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-
terapis dan kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri
secara bergilir, bila ada anggota yang tidak mampu maka terapis
memperkenalkannya. Terapis kemudian menjelaskan maksud dan tujuan serta
prosedur terapi kelompok dan juga masalah yang akan dibicarakan dalam
kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh terapis atau usul klien.
Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja, bebas mengkritik
siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat moderat dan
menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah.

Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan


sementara. Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang
meningkatoleh karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan
ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti
terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara
agar mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis
membantu mengatasi kemacetan.

Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya


kekacauan dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan
memberikan penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar
atau permintaan yang datang dari anggota diperhatikan dengan sungguh-
sungguh dan di tanggapi dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru,
penasehat atau bukan pula wasit. Terapis lebih banyak pasif atau katalisator.
Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak menghadapi individu dalam suatu
kelompok tetapi menghadapi kelompok yang terdiri dari individu-individu.

Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara


singkat pembicaraan yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang
mungkin dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada
anggota untuk pertemuan berikutnya. (Kelliat, 2005).

H. Tahapan dalam TAK

Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh


dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase
prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi
kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam Cyber Nurse, 2009).

1. Fase Prakelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah


anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang
digunakan. Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah
anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang.
Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang
memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa
yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat
(Yosep, 2007).

2. Fase Awal Kelompok

Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru,


dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi
fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara
Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam
tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.

1. Tahap Orientasi

Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial


masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati
kontrak dengan anggota.

2. Tahap Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin


perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif
dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta
mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih &
Karlina, 2009).
3. Tahap Kohesif

Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang


informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004).

3. Fase Kerja Kelompok

Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi


stabil dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota
kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah
disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).

4. Fase Terminasi

Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan


pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada
kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau
akhir (Keliat, 2004).

I. Macam Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu :

1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi


yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman
dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004).
Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu
pasien yang mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik:
pasien dengan gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan
realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat
berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).

Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien


mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara, tujuan
khususnya: pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan
kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari
stimulus yang dialami (Darsana, 2007).

Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang


dialami dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas
dibagi dalam empat sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :

a. Sesi pertama : mengenal halusinasi

b. Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi

c. Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan

d. Sesi keempat : cara minum obat yang benar

2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori

TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan


memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubhan
perilaku.

Bentuk stimulus :

a. Stimulus suara: music

b. Stimulus visual: gambar

c. Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video

Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :

a. Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.

b. Peningkatan kemampuan merasakan keindahan

c. Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan


Jenis TAK yaitu :

a. TAK Stimulasi Suara

b. TAK Stimulasi Gambar

c. TAK Stimulasi Suara dan Gambar

3. Terapi aktivitas orientasi realita

Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi


realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien,
yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.

Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan


daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali
tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan
klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien.
Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi
stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya.
Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri
sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.

Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan


waktu sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:

a. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada

b. Klien mengenal waktu dengan tepat.

c. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya


dengan tepat.

Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan


orang, tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi
realitas adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal
dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.
Tahapan kegiatan :

a. Sesi I : Orientasi Orang

b. Sesi II : Orientasi Tempat

c. Sesi III : Orientasi Waktu


DAFTAR PUSTAKA

Keliat B. A, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta. EGC.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai