KEPERAWATAN JIWA
Finny Febriannisya
Sri Astuti
Dosen Pembimbing :
2021
Kesehatan jiwa menurut UU No. 18 tahun 2014 adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Jika seseorang tidak
memiliki karakteristik sehat jiwa maka dapat menjadi indikasi suatu gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi kehidupan, menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, dkk 2014).
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung satu
sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu dalam kelompok
saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam
kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya
sehingga apabila kelompok ini didesain secara sistematis dapat menjadi sarana
perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan sebagai
perilaku (Kelliat dkk 2014).
Terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan ganggan interpersonal (Yosep, 2008 dalam
Prabowo, 2017).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok pasien yang mepunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan
(Klliat, 2015).
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis
terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan
hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997 dalam Prabowo, 2017).
Terapeutik
a.Umum
Melakukan sosialisasi
b. Khusus
c. Rehabilitasi
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang.
Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu : fase praklompok, fase awal
kelompok, fase kerja kelompok, fase terminasi kelompok (Prabowo, 2017).
Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota,
tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Yosep dalam Prabowo
(2017), jumlah kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7 – 8 orang.
Sedang jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat
untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah,
tidak agresif, waham tidak terlalu berat.
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peeran baru.
Stuart dan Laria dalam Prabowo (2017) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu
orientasi, konflik, dan kohesif.
Tahap Orientasi
b. Tahapan Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan
perasaan, baik positif maupun negative dan membantu kelompok mengenali penyebab
konflik. Serta mencegah prilaku yang tidak produktif.
c. Tahap Kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu
sama lain.
e. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan
digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat
sementara (temporal) atau akhir.
Aktifitas : menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang
dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Tipe : relaksasi.
3. Mengembangkan sosialisasi
Terpi Aktivitas Kelompok Stimulasi kognitif atau Persepsi Terpi AktivitaS Kelompok
Stimulasi Sensori.
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Keliat, Budi Anna dkk, 2014-2015. Keperawatan Jiwa, Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.