Disusun oleh :
Tegar Raka H ( JNR0210145 )
1
A. Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu dengan yang
lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (struart & Laraia , 2018).
Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 2018 dalam Struart & Laraia). Semua
memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi
dalam kelompok
pada kelompok dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia (2018) menguraikan beberapa
kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan perawat sebagai tindakan keperawatan
bagi klien, misalnya task group, supportive group, brief therapy groups, intensive
problem-solving groups, medication groups, activity therapy, dan peer support groups.
Wilson dan Kneisl (2019) menyampaikan beberapa terapi kelompok seperti, analytic
2
Terapi aktivitas kelompok Rawlins, Williams, dan Beck (2019) membagi kelompok menjadi
tiga, yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas kelompok.
Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan
waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok
Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh-
kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu,
individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang
dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut :
menyelesaikan masalah.
3
Tabel 1-2 Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok
dan mengembangkan
lain.
persepsi.
memenuhi kebutuhan
4
atau sosialisasi
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan dengan hal
tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa aktivitas yang digunakan pada TAK, yaitu
kegiatan sehari-hari yang lain. Wilson dan Kneisl (2019) menyatakan bahwa TAK adalah
manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta
meninkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam
Dari uraian tentang terapi aktivitas kelompok yang dikemukakan oleh Wilson, Kneisl,
dan Lancester ditemukan kesamaan dengan terapi kelompok tambahan yang disampaikan
oleh Rawlins, Williams, dan Beck. Oleh karena itu, akan diuraikan kombinasi keduanya
Terapi aktivitas kelompok bibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas stimulasi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan
5
proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi
adaptif.
Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: baca artikel /
majalah / buku / puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan);
stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang
negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.
reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan ssecara
nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan
komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons.
Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi
klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien,
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang
lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan lingkungan yang
pernah mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini,
waktu yang lalu, dan rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu,
6
B. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok,
C. Kualifikasi Terapis
Rawlins, Williams, dan Beck (2019) mengidentifikasi tiga area yang perlu
dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis
melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya; praktik yang disupervisi pada
psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA
sebagai spesialis klinik dalam keperawatan psikiatri-kesehatan jira menjamin perawat mahir
dan competen sebagai terapis kelompok. The American Group Pshycotherapy Association
berpendidikan master.
persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan mengetahui metode
yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan sebagai pemimpin.
7
PERILAKU KEKERASAN
A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit
Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan
oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota
keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama
yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai,
keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen
perilaku kekerasan).
B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang
kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang
ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan
interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi
akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang
sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang
8
C. Metode TAK
Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah dialami.
Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
2. Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian diobservasi reaksi
sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi perasaan secar non-verbal.
Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri sendiri, orang
lain disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan lingkunan yang mempunyai
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana
kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar
4. TAK Sosialisasi
dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini ialah klien dapat
meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sosialisasi dapat juga
dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. Aktifitas dapat
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh
9
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,
cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise
1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/ keinginan yang
ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
10
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga dalam mengatasi marah
klien yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak
b.Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan pernafasan
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran
2. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau
11
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Terapis : mahasiswa
Sasaran : klien
Tempat : Ruang
Waktu : 1 X 15 menit
Kriteria Pasien :
klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok
Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
Leader :
Bertugas :
perasaannya
12
Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara
Co Leader :
Bertugas :
Observer :
Bertugas :
Bertugas :
Operator :
Bertugas :
· Mengatur sound,music
Pendamping pasien :
13
Bertugas :
Anggota /Klien :
Bertugas :
d. Lamanya : 15 menit
Seting Tempat :
14
Keterangan :
Leader :
Co Leader : Observator :
15
TAK STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN
Tujuan
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik(dengan
Setting
Alat
1. Kertas
Metode
1. Dinamika kelompok
16
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi validasi
17
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus minta izin pada
terapis.
Ø Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
3. Tahap kerja
· Salah satu peserta TAK memegang bola, sambil operator memainkan musik.
· Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang bola berarti, ia harus
menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang pernah dilakukan, akibat, serta mempraktekkan cara mengontrol PK dengan latihan fisik
a. Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat musik berhenti.
2. Tulis di kertas
18
c. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah
1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
2. Tulis di kertas
2. Tulis di kertas
f. Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan.
Selanjutnya observer memberikan pujian atas peran serta klien dalam pelaksanaan TAK serta
memberi motivasi pada klien untuk meningkatkan kemampuannya dalam berlatih cara
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan.
19
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak Lanjut
1. Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.Aspek
yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi
mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
20
Sesi 1 TAK
Kemampuan Psikologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
dengan nafas dalam. Beri tanda + jika mampu dan beri tanda - jika tidak mampu.
21
Dokumentasi
Dokumentasikan kemempuyan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku
diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”),
perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan
dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik
nafas dalam. Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di
rumah sakit
22
DAFTAR PUSTAKA
3. http://www.harnawatiaj.wordpress.com/ASKEP-PERILAKU-KEKERASAN«
23