Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK KEPERAWATAN JIWA


DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :
Tegar Raka H ( JNR0210145 )

PROGRAM STUDI NERS


KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN KUNINGAN
2022

1
A. Pengertian

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu dengan yang

lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (struart & Laraia , 2018).

Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus ditangani

sesuai dengan keadaanya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,

ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 2018 dalam Struart & Laraia). Semua

kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok , ketika anggota kelompok

memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi

dalam kelompok

a. Jenis terapi kelompok

Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan

pada kelompok dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia (2018) menguraikan beberapa

kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan perawat sebagai tindakan keperawatan

bagi klien, misalnya task group, supportive group, brief therapy groups, intensive

problem-solving groups, medication groups, activity therapy, dan peer support groups.

Wilson dan Kneisl (2019) menyampaikan beberapa terapi kelompok seperti, analytic

group psycho therapi, psychodrama, self-help groups, remotivation, reedukasi dan

client government groups.

2
Terapi aktivitas kelompok Rawlins, Williams, dan Beck (2019) membagi kelompok menjadi

tiga, yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas kelompok.

Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan

waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok

adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat

perubahan atau ketiganya.

Kelompok Terapeutik

Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh-

kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu,

individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang

dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut :

· Mencegah masalah kesehatan

· Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok

· Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling membantu dalam

menyelesaikan masalah.

Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok dibagi sesuai kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, stimulasi sensoris,

orientasi realita, dan sosialisasi.

3
Tabel 1-2 Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok

(Sumber : Rawlins, Williams, dan Beck, 2019)

Tujuan Tipe Aktivitas

1.Mengembangkan Bibliotherapy Menggunakan artikel,

stimulasi persepsi buku, sajak, puisi, surat

kabar untuk merangsang

atau menstimulasi berpikir

dan mengembangkan

hubungan dengan orang

lain.

Stimulus dapat berbagai

hal yang tujuannya melatih

persepsi.

2.Mengembangkan Musik, seni, menari Menyediakan kegiatan

stimulasi sensoris mengekspresikan perasaan

Relaksasi Belajar teknik relaksasi

dengan cara nafas dalam,

relaksasi otot, imajinasi

3.Mengembangkan Kelompok orientasi Fokus pada orientasi

orientasi realitas realitas, kelompok validasi waktu, tempat dan orang;

benar dan salah; bantu

memenuhi kebutuhan

4.Mengembangkan Kelompok remotivasi Mengorientasikan diri dan

sosialisasi regresi pada klien menarik

realitas dalam berinteraksi

4
atau sosialisasi

Kelompok mengingatkan Fokus pada mengingat

Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan dengan hal

tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa aktivitas yang digunakan pada TAK, yaitu

menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik, mempersiapkan meja makan, dan

kegiatan sehari-hari yang lain. Wilson dan Kneisl (2019) menyatakan bahwa TAK adalah

manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta

meninkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam

kelompok, yaitu membaca puisi, seni, musik, menari dan literatur.

Dari uraian tentang terapi aktivitas kelompok yang dikemukakan oleh Wilson, Kneisl,

dan Lancester ditemukan kesamaan dengan terapi kelompok tambahan yang disampaikan

oleh Rawlins, Williams, dan Beck. Oleh karena itu, akan diuraikan kombinasi keduanya

menjadi terapi aktivitas kelompok.

b. Terapi aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok bibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi

kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas stimulasi

realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah

dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan

5
proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi

adaptif.

Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: baca artikel /

majalah / buku / puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan);

stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang

maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan

negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian diobservasi

reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan ssecara

nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan

komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons.

Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi

klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien,

dapat digunakan sebagai stimulus.

3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang

lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan lingkungan yang

pernah mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini,

waktu yang lalu, dan rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu,

tempat, benda yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata.

6
B. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien.

Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok,

dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

C. Kualifikasi Terapis

Rawlins, Williams, dan Beck (2019) mengidentifikasi tiga area yang perlu

dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis

melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya; praktik yang disupervisi pada

saat berperan sebagai pemimpin kelompok; pengalaman mengikuti terapi kelompok.

Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jira telah dipersiapkan secara

profesional. American Nurses ‘ Association (ANA) menetapkan pada praktik keperawatan

psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA

sebagai spesialis klinik dalam keperawatan psikiatri-kesehatan jira menjamin perawat mahir

dan competen sebagai terapis kelompok. The American Group Pshycotherapy Association

(AGPA) sebagai badan akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal

berpendidikan master.

Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan (TAK),

persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan mengetahui metode

yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan sebagai pemimpin.

7
PERILAKU KEKERASAN

A. Latar Belakang

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit

Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan

oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota

keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama

yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai,

keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen

perilaku kekerasan).

B. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak

konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 2017).

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang

kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang

ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan

interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi

akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang

sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang

dan fungsi positif marah.

8
C. Metode TAK

1. TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah dialami.

Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini

diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.

2. Stimulasi Sensoris

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian diobservasi reaksi

sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi perasaan secar non-verbal.

3. TAK Orientasi Realitas

Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri sendiri, orang

lain disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan lingkunan yang mempunyai

hubungan dengan klien).

Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana

kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar

dan semua kondisi nyata.

4. TAK Sosialisasi

Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien

dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini ialah klien dapat

meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sosialisasi dapat juga

dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. Aktifitas dapat

berupa latihan sosialisasi dalam kelompok

D. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa

seberapa jauh
9
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan

sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal

mencapai keinginan.

E. Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,

cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise

yang tidak terpenuhi.

1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/ keinginan yang

diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika

ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan

orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama

untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut

mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas

marah, dan sebagainya.

3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan

untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

F. Tanda dan Gejala Orang yang Menarik Diri

1. Muka merah

2. Pandangan tajam

3. Otot tegang

4. Nada suara tinggi

10
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6. Memukul jika tidak senang

G. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan

mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga dalam mengatasi marah

klien yaitu :

1. Tindakan Keperawatan

a. Berteriak, menjerit, dan memukul.

Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak

mudah rusak seperti bantal, kasur

b.Cari gara-gara.

Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan pernafasan

2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.

c. Bantu melalui humor.

Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran

dan diskusi cara umum yang sesuai.

2. Terapi Medis

Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau

menghilangkan gejala gangguan jiwa.

11
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Stimulasi : Perilaku Kekerasan

Topik : Perilaku Kekerasan

Terapis : mahasiswa

Sasaran : klien

Tempat : Ruang

Waktu : 1 X 15 menit

Kriteria Pasien :

 Klien yang tidak terlalu gelisah.

 klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas

Kelompok

 Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam

kelompok kecil

 Klien tenang dan kooperatif

 Kondisi fisik dalam keadaan baik

 Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas

 Klien yang dapat memegang alat tulis

 Klien yang panca inderanya masih memungkinkan

Leader :

Bertugas :

 Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan

situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan

perasaannya

 Sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi

12
 Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara

memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

Co Leader :

Bertugas :

 Mendampingi leader jika terjadi blocking

 Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan

 Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah

Observer :

Bertugas :

 Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir

 Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok

 Mengobservasi perilaku pasien

Bertugas :

 Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan

 Mendampingi peserta TAK

 Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok

 Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

Operator :

Bertugas :

· Mengatur sound,music

Pendamping pasien :

13
Bertugas :

· Mendampingi pasien dalam pelaksanaan TAK

· Mengingatkan pasien tentang aturan permainan

· Mengikuti jalannya TAK

Anggota /Klien :

Bertugas :

· Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

Uraian Seleksi Kelompok :

a. Hari/Tanggal : Selasa, 2 agustus 2022

b. Tempat pertemuan : Ruang

c. Waktu : 09.00 s/d selesai

d. Lamanya : 15 menit

e. Kegiatan : Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku kekerasan

f. Jumlah Anggota : ...Orang

g. Jenis TAK : Perilaku kekerasan

Seting Tempat :

14
Keterangan :

Leader :

Co Leader : Observator :

Fasilitator : Anggota /Klien :

15
TAK STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

Sesi 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan Secara Fisik

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.

2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.

3. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik(dengan

latihan nafas dalam dan memukul bantal)

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Kertas

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

16
Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada klien.

2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )

3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

b. Evaluasi validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

17
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus minta izin pada

terapis.

2. Menjelaskan aturan main berikut.

Ø Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.

Ø Lama kegiatan 15 menit.

Ø Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

3. Tahap kerja

Leader membacakan aturan permainan :

· Salah satu peserta TAK memegang bola, sambil operator memainkan musik.

· Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang bola berarti, ia harus

menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan

yang pernah dilakukan, akibat, serta mempraktekkan cara mengontrol PK dengan latihan fisik

(cara nafas dalam dan memukul bantal)

a. Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat musik berhenti.

b. Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku kekerasan

1. Tanyakan pengalaman tiap klien

2. Tulis di kertas

18
c. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah

sebelum perilaku kekerasan terjadi.

1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)

2. Tulis di kertas

d. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak

lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri sendiri)

1. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah

2. Tulis di kertas

e. Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan.

1. Tanyakan akibat perilaku kekerasan.

2. Tulis di papan tulis di kertas

f. Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik

(latihan nafas dalam dan memukul bantal)

g. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.

h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.

i. Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.

j. Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai jawaban klien

tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan.

Selanjutnya observer memberikan pujian atas peran serta klien dalam pelaksanaan TAK serta

memberi motivasi pada klien untuk meningkatkan kemampuannya dalam berlatih cara

mengontrol perilaku kemarahan.

k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi

kemarahan.

19
4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.

b. Tindak Lanjut

1. Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu

tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.

2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan

dan akibat yang belum diceritakan.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.

2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.Aspek

yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi

perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui perilaku,

mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku

kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut :

20
Sesi 1 TAK

Stimilasi perilaku Kekerasan

Kemampuan Psikologi

Memberi Tanggapan Tentang

Nama Penyebab Tanda & Perilaku Akibat Mempraktekkan cara


No.
klien PK gejala PK kekerasan PK mengontrol PK

dengan nafas dalam

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku

kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan

akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan nafas dalam. Beri tanda + jika mampu dan beri tanda - jika tidak mampu.

21
Dokumentasi

Dokumentasikan kemempuyan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku

kekerasan.Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya( disalahkan dan tidak

diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”),

perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan

dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik

nafas dalam. Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di

rumah sakit

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Stuar, Gail W. 2018. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC, Edisi 5

2. Keliat anna budi.2019. Keperawatan Jiwa TAK, Jakarta:EGC

3. http://www.harnawatiaj.wordpress.com/ASKEP-PERILAKU-KEKERASAN«

..WELCOME TO HARNA’S WORLD.htm

23

Anda mungkin juga menyukai