Anda di halaman 1dari 25

BAHAS TUNTAS

• KEPERAWATAN JIWA

NOVA KRISTINA LUMBAN TORUAN


KEPERAWATAN
JIWA
individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi
fisik, mental dan sosial yang terbebas dari gangguan
(penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat
mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan
individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan
hubungan sosial yang memuaskan

CIRI SEHAT JIWA


• Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif
pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya
• Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
• Merasa lebih puas memberi dari pada menerima
• Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas
dan depresi.
• Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong
menolong dan saling memuaskan.
• Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang
akan dating
• Mempunyai rasa kasih sayang.
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien
dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi
modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-
modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya.

TERAPI INDIVIDU TERAPI BIOLOGIS


• suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan Gangguan jiwa murni dissebabkan karena adanya gangguan pada jiwa
klien untuk mengubah perilaku klien. hubungan yang terjalin semata, tanpa mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis.
merupakan hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, Beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa seperti: pemberian obat
dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy
hubungan ini diharapkan terjadi perubahan tingkah laku klien (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi
• Tahapan orientasi, tahapan kerja, dan tahapan terminasi psikoaktif dan ECT.

TERAPI LINGKUNGAN TERAPI KOGNITIF


suatu terapi yang dilakukan dengan cara mengubah atau menata memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan
lingkungan agar tercipta perubahan perilaku pada klien dari perilaku perilaku klien. Proses terapi dilakukan dengan membantu menemukan
maladaptive menjadi perilaku adaptif. Proses terapi dilakukan dengan stressos yang menjadi penyebab gangguan jiwa, selanjutnya
mengubah seluruh lingkungan menjadi lingkungan yang terapeutik mengidentifikasi dan mengubah pola fikir dan keyakinan yang tidak
untuk klien. Dengan lingkungan yang terapeutik akan memberikan akurat menjadi akurat
kesempatan klien untuk belajar dan mengubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi
TERAPI KELUARGA TERAPI PERILAKU
terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga dimana setiap Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah bahwa perilaku timbul akibat proses
anggota keluarga memiliki peran dan fungsi sebagai terapis. Terapi ini pembelajaran. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
bertujuan agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya dalam merawat a. Role model
klien dengan gangguan jiwa. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini b. Kondisioning operan
adalah keluarga yang mengalami disfungsi; yaitu keluarga yang tidak c. Desensitisasi sistematis
mampu melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya d. Pengendalian diri
e. Terapi aversi atau releks kondisi

TERAPI BERMAIN
ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat berkomunikasi
dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal.
Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi
untuk mengatasi masalah anak

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


suatu psikoterapi yang diberikan kepada sekelompok pasien
dilakukan dengan cara berdiskusi antar sesama pasien dan
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa yang telah terlatih
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual,
rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi
pengalaman seseorang serta Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan
meningkatkan respon sosial dan harga diri. kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, sensori, orientasi
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah realita, sosialisasi dan penyaluran energi (Keliat &
satu terapi modalitas yang dilakukan perawat Akemat, 2016)
kepada sekelompok pasien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif / persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang


TUJUAN
disediakan atau stimulus yang pernah dialami. TAK
1) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
stimulus kognitif/ persepsi adalah terapi yang
2) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami
3) Meningkatkan kemampuan intelektual
kemunduran orientasi, menstimulasi persepsi dalam
4) Mengemukakan pendapat dan menerika pendapat orang lain
uoaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta
5) Mengemukakan perasaannya
mengurangi perilaku maladaptif

KARAKTERISTIK
1) Klien dengan gangguan persepsi yang
berhubungan dengan nilainilai
2) Menarik diri dari realitas
3) Inisiasi atau ide-ide negative
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi
pada sensasi klien, kemudian di observasi reaksi Klien di orientasikan pada kenyataan yang ada disekitar
sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling
melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan
kelompok untuk menstimulasi sensori pada Klien yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan
yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. waktu saat ini dan yang lalu. Terapi aktivitas kelompok
Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi orientasi realitas adalah pendekatan untuk
penggunaan panca indera dan kemampuan mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas)
mengekspresikan stimulus baik dari internal
maupun eksternal.
TUJUAN
1) Klien mampu mengidentifikasi stimulus internal
TUJUAN (pikiran, perasaan, sensari somatik) dan stimulus
1) Meningkatkan kemampuan sensori eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
2) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian 2) Klien dapat membedakan antara lamunan dan
3) Meningkatkan kesegaran jasmani kenyataan
4) Mengekspresikan perasaan. 3) Pembicaraan Klien sesuai realita
4) Klien mampu mengenali diri sendiri
5) Klien mampu mengenal orang lain, waktu dan
tempat
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi Teknik penyaluran energi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitar klien. Kegiatan Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan
sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan energi secara konstruktif dimana memungkinkan
kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial pengembangan pola-pola penyaluran energi seperti
maupun berperan dalam lingkungan sosial katarsis, peluapan amarah dan rasa batin secara
konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada
TUJUAN diri sendiri maupun lingkungan
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota kelompok, berkomunikasi, saling
memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang TUJUAN
lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus 1) Menyalurkan energi, destruktif ke konstruktif
eksternal 2) Mengekspresikan perasaan
3) Meningkatkan hubungan interpersonal
KARKTERISTIK
1) Klien kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk
mengikuti kegiatan Ruangan
2) Klien menarik diri, kontak sosial kurang
3) Klien dengan harga diri rendah
4) Klien curiga, gelisah, takut dan cemas
5) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan,
menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

• Adalah gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan


sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
• Ada 5 : pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan
perabaan

• Comforting (ansietas sedang,


halusinasi menyenangkan) pengertian • Predisposisi : biologis (trauma kepala, narkotika) ,
• Comdemning (ansietas berat, psikologis (korban), sosbud (penolakan
halusinasi menjijikan) lingkungan)
• Controlling (ansietas berat, fase Faktor • Presipitasi : riwayat penyakit infeksi, penyakit
pengalaman sensori berkuasa) kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat
• Conquering (panik, melebur dalam Rentang kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-
pengaruh halusinasi) respon kegagalan dalam hidup, kemiskinan
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
SP 1 klien: Membantu klien mengenal halusinasi,
menjelasakan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan
klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusnasi.

SP 2 kien: Klien pasien mengontrol halusinasi dengan


bercakap-cakap bersama orang lain

SP 3 Klien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan


melaksanakan aktivitas terjadwal

SP 4 Klien: Melatih pasien minum obat secara teratur

Strategi Pelaksanaan (SP) merupakan instrumen


panduan pelaksanaan intervensi keperawatan jiwa yang
digunakan sebagai acuan bagi ners saat berinteraksi atau
berkomunikasi secara terapeutik kepada klien dengan gangguan
jiwa
Perilaku Kekerasan
Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai
ancaman

pengertian

• Predisposisi : biologis (trauma kepala, narkotika) ,


psikologis (korban), sosbud (penolakan
lingkungan)
• Presipitasi : kekhawatiran, kehilangan, dan
Rentang respon Faktor serangan
Perilaku Kekerasan

SP 1: mengidentifikasi penyebab, tanda gejala, perilaku


kekerasan yang bisa dilakukan dan akibat dari perilaku
kekerasan, dan mengontrol PK dengan cara tarik nafas dalam
dan pukul bantal

SP 2: latih minum obat

SP 3: latihan secara verbal 3 cara yaitu mengungkapkan,


meminta dan menolak dengan benar

SP 4: latih cara mengontrol dengan berdoa


Defisit Perawatan Diri
• Gangguan didalam melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan
diri, berhias, makan, toileting).

• Gangguan kebersihan diri, ditandai


dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit pengertian
berdaki dan bau, kuku panjang dan
kotor.
• Ketidakmampuan berhias/berdandan, • Predisposisi : biologis (penyakit fisik dan mental) ,
ditandai dengan rambut acak-acakan, psikologis (korban), sosbud (Kurangnya dukungan
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian Tanda dan sosial)
tidak sesuai, pada pasien laki-laki Faktor
gejala • Presipitasi : penurunan motivasi, kerusakan
tidak bercukur, pada pasien wanita kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang
tidak berdandan. dialami individu
• Ketidakmampuan makan dan minum
secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan
dan minum sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
DEFISIT PERAWATAN DIRI

SP 1 : Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

SP 2 : Klien mampu melakukan berhias atau berdandan secara


baik

SP 3 : Klien mampu mencuci tangan sebelum dan sesudah


makan

SP 4 : Klien mampu mencuci tangan setelah BAB/BAK


Harga Diri Rendah
• berkembangnya persepsi diri yang negatif dalam
berespon terhadap situasi yang sedang terjadi

• Mengkritik diri sendiri


• Perasaan tidak mampu
• Pandangan hidup yang pesimis pengertian • Predisposisi : biologis (keturunan, trauma kepala) ,
• Penurunan produktifitas psikologis (penolakan, kegagalan), sosbud
• Penolakan terhadap kemampuan (penilaian negatif dari lingkungan, kondisi sosial
Tanda dan
diri Faktor ekonomi )
gejala
• Kurang memperhatikan perawatan • Presipitasi : riwayat trauma, ketegangan peran
diri, berpakaian tidak rapih, selera (transisi kanak-kanak ke remaja, anggota keluarga
Rentang
makan kurang, respon yang bertambah atau berkurang)
• tidak berani menatap lawan bicara,
lebih banyak menunduk, bicara
lambat dengan
• nada suara lemah.
Harga Diri Rendah

SP
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Melatih kemampuan/hal positif yang dimiliki

Tujuan untuk
keluarga

a) Mengenal masalah harga diri rendah


b) Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah
c) Merawat harga diri rendah
d) Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien
e) Menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
Isolasi Sosial
• seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya

1) Perasaan sepi
2) Perasaan tidak aman
3) Perasan bosan dan waktu terasa pengertian
lambat • Predisposisi : biologis (keturunan, trauma kepala) ,
4) Ketidakmampun berkonsentrasi psikologis (penolakan, kegagalan), sosbud
Tanda dan
5) Perasaan ditolak Faktor (penilaian negatif dari lingkungan, kondisi sosial
gejala
6) Banyak diam ekonomi, usia, pendidikan )
7) Tidak mau bicara • Presipitasi : struktur otak, abuse dalam keluarga
Tujuan : pasien
8) Menyendiri mampu
9) Tidak mau berinteraksi
10) Tampak sedih
11) Ekspresi datar dan dangkal
12) Kontak mata kurang
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyadari isolasi sosial yang dialaminya
c. Berinteraksi secara bertahap dengan
anggota keluarga dan lingkungan
sekitarnya
d. Berkomunikasi saat melakukan kegiatan
rumah tangga dankegiatan sosial
ISOLASI SOSIAL
SP 1 : BHSP, bantu pasien mengenal penyebab isolasi, bantu
mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
ajarkan berkenalan dengan orang lain

SP 2 : ajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan


dengan orang pertama / seorang perawat)

SP 3 : latih pasien berinteraksi secara bertahap

SP 4 : latih pasien terlibat dalam kegiatan kelompok seperti TAK


Gangguan Citra Tubuh
• sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar
termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu

1) Perubahan dan hilangnya


anggota tubuh
2) Menyembunyikan atau pengertian
• Mengidentifikasi citra tubuhnya
memamerkan bagian tubuh yang
• Meningkatkan penerimaan terhadap citra
terganggu
tubuhnya
3) Menolak melihat bagian tubuh
• Mengidentifikasi aspek positif diri
4) Menolak menyentuh bagian tubuh
• Mengetahui cara-cara untuk
5) Aktifitas social menurun Tanda dan Tujuan : pasien
gejala mampu meningkatkan citra
6) Perasaan tidak berdaya, tidak
tubuh
berharga dan keputusasaan
• Melakukan cara-cara untuk
7) Keinginan yang tinggi terhadap
meningkatkan citra tubuh
bagian tubuh yang terganggu
• Berinteraksi dengan orang lain tanpa
8) Sering mengatakan kehilangan
terganggu
yang terjadi
9) Merasa asing terhadap bagian
tubuh yang hilang
Waham
• suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol

1) Cara berfikir magis dan primitif, pengertian


perhatian, isi pikir, bentuk, dan • Predisposisi : biologis (keturunan, trauma kepala) ,
pengorganisasian bicara kacau Tanda dan psikologis (penolakan, kegagalan), sosbud
2) Afek tumpul (kurang respons Faktor (penilaian negatif dari lingkungan, kondisi sosial
gejala
emosional, afek datar, afek tidak ekonomi, usia, pendidikan )
sesuai, reaksi berlebihan, • Presipitasi : struktur otak
Rentang respon
ambivalen)
3) Implusif
SP

• Membina hubungan saling percaya


Mengindentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhinya
• Mengindentifikasi kemampuan positif
yang dimiliki dan membantu
mempraktekkannya
• Mengajarkan dan melatih cara minum
obat yang benar

Anda mungkin juga menyukai