DOSEN PENGAMPUH
NS. MARITA SARI, MAN
DISUSUN OLEH
1.Voni putriani (202201002)
2.Yustika Effriyani(202201009)
3.Putri Ulta Ariqah (202201040)
4.Febi dwi putri (202201012)
5.sindy Juwita (202201013)
6.Melesti puji lestari (202201032)
7.Adinda mutiara Aisyah (202201006)
8.Natasyah Dwi Pronica (202201008)
9.Dinda Widya paramitha (202001011)
10.Okta ria sari (202201005 )
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari proposal defisit perawatan diri biasanya adalah
untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merancang intervensi yang
tepat untuk membantu individu yang mengalami kesulitan dalam
melakukan perawatan diri mereka sendiri. Ini bisa mencakup perawatan
pribadi, kebersihan, nutrisi, atau aktivitas sehari-hari lainnya yang
dibutuhkan untuk kesehatan dan kesejahteraan yang optimal.
1
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari proposal defisit perawatan diri mungkin melibatkan :
1. Menentukan Sumber Defisit
Mengidentifikasi faktor-faktor spesifik yang menyebabkan
kesulitan dalam perawatan diri, seperti keterbatasan fisik, masalah
mental, atau kurangnya pengetahuan.
2. Merancang Rencana Intervensi
Mengembangkan strategi yang tepat untuk membantu individu
dalam meningkatkan kemampuan mereka untuk melakukan perawatan
diri, seperti pelatihan keterampilan, pendidikan, atau bantuan fisik.
3. Mengevaluasi Kemajuan
Menetapkan parameter untuk mengukur perkembangan dalam
melakukan perawatan diri dan menilai efektivitas dari intervensi yang
diusulkan.
4. Mendorong Kemandirian
Memotivasi individu untuk mengambil peran aktif dalam
merawat diri mereka sendiri dengan memberikan dukungan dan
bantuan yang sesuai.
Tujuan khusus ini membantu merinci langkah-langkah yang
akan diambil untuk menangani defisit perawatan diri secara
spesifik dan efektif.
2
C. KONSEP TAK (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)
1. Definisi
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan,
saling bergantung satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma
tertentu. Individu dalam kelompok saling mempengaruhi dan bertukar
informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan dapat
memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila
kelompok ini di desain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan
perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan
sebagai terapi.
Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini disebut sebagai
Terapi Aktivitas Kelompok. Pasien dengan gangguan jiwa mengalami
perubahan perilaku yang ditandai dengan perilaku pasien maladptif, tidak
umum, anch, tidak lazim, dan. menimbulkan distres serta gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup sehari- hari. Terapi menggunakan aktivitas
dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok. Dengan
demikian, terapi aktivitas kelompok sebagai bagian dari terapi kelompok
sangat penting diterapkan dalam penanganan pasien gangguan jiwa
dimasyarakat.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada
sekelompok pasien (5-12 orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas
tertentu untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif. Lama
pelaksanan TAK adalah 20-40 menit untuk kelompok yang baru terbentuk.
Untuk kelompok yang sudah kohesif, TAK dapat berlangsung selama 60-
120 menit (Keliat, 2004).
3
b. Mengembangkan stimulasi sensoris dengan tipe musik, seni dan
menariberupa aktivitas seperti menyediakan kegiatan,
mengekspresikan perasaan. Dengan tipe relaksasi berupa aktivitas
seperti belajar teknik relaksasidengan cara napas dalam, relaksasi otot
dan imajinasi
c. Mengembangkan orientas realitas dengan tipe kelompok orientasi
realitasdan kelompok validasi berupa aktivitas yang berfokus pada
orientasiwaktu, tempat dan orang, benar atau salah dapat membantu
memenuhi kebutuhan.
d. Mengembangkan sosialisasi dengan tipe kelompok remotivasi
denganaktivitas mengorientasikan klien yang menarik diri dan regresi.
Sedangkantipe lain yaitu tipe kelompok mengingatkan berupa aktivitas
yang berfokusuntuk mengingatkan sebagai upaya menetapkan arti
positif (Purwaningsih, 2012).
4
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Terapi aktivitas kelompok stimulus
kognitif/ persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien
yang mengalami kemunduran orientasi, menstimulasi persepsi dalam
upaya memotivasiproses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaptif.
1) Tujuan :
Meningkatkan kemampuan orientasi realita
Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
Meningkatkan kemampuan intelektual
Mengemukakan pendapat dan menerika pendapat orang lain
Mengemukakan perasaannya
2) Karakteristik :
Klien dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan
nilai-nilai
Menarik diri dari realitas
Inisiasi atau ide-ide negative.
5
c. Terapi aktivitas kelompok orientai realitas
Klien di orientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien
yaitudiri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang
dekatdengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan kliendan waktu saat ini dan yang lalu. Terapi aktivitas
kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan
klien terhadap situasinyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada
kelompok yang mengalamigangguan orientasi terhadap orang, waktu
dan tempat. Teknik yangdigunakan meliputi inspirasi represif,
interaksi bebas maupun secaradidaktik.
1) Tujuan :
Klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran,
perasaan,sensari somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi,
situasi alamsekitar)
Klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
Pembicaraan Klien sesuai realitas
Klien mampu mengenali diri sendiri
Klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
6
4) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.
Tujuan umum : Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi
tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima
stimulus eksternal.
1) Tujuan khusus :
Klien mampu menyebutkan identitasnya
Menyebutkan identitas anggota kelompok
Berespon terhadap anggota kelompok
Mengikuti aturan main.
Mengemukakan pendapat dan perasaannya
2) Karakteristik :
Klien kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
Klien menarik diri, kontak sosial kurang
Klien dengan harga diri rendah
Klien curiga, gelisah, takut dan cemas
Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab
seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan
7
D. KONSEP DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas. kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah
satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan
jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri Keadaan ini.
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan
baik dalam keluarga maupun masyarakat. (Yusuf dkk, 2015)
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya. (Damaiyanti M & Iskandar, 2014)
8
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada
tingkat memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan Sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukannya kemulut, melengkapi makanan,
mencema makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan
aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
9
3) Tidak mampu berprilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
(Damaiyanti M & Iskandar, 2014)
3. Etiologi
Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan
penurunan kesadaran. Penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
yang termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi Latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
10
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik social
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo, dan
lainnya
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu sakit kemempuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. (Damaiyati M
& Iskandar, 2014)
11
4. Proses terjadinya
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri
tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara
mandiri, berhias diri secara mandiri dan toileting (BAB dan BAK) secara
mandiri. (Yusuf dkk, 2015).
5. Rentang respon
12
6. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga
merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal
dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan
dimana- mana, tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional,
dan hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi
yang baru. la terus berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan
sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada
kenyataan. Keadaan dimana. seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor interval atau
lingkungan dengan adekuatnya. (Damaiyanti M & Iskandar, 2014)
13
8. Mekanisme koping
Ada beberapa Menurut (Damaiyanti M & Iskandar, 2014):
a. Regresi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara kembali ke level perilaku
sebelumnya untuk mengurangi kecemasan, membebaskan seseorang
agar merasa lebih nyaman dan membiarkan sikap ketergantungan
b. Penyangkalan
Adalah penolakan bawah sadar untuk menghadapi pemikiran-
pemikiran realita yang sangat berat
c. Isolasi diri, menarik diri
Proses memisahkan perasaan yang tak dapat diterima, ide atau
impuls dari pemikiran seseorang juga mengarah pada isolasi emosional
d. Intelektualisasi Hal ini mengarah pada tindaka transfer emosional
terhadap lingkungan intelektual
9. Perilaku
Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika
perilaku klien tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga
dapat merasa bersalah atau bertanggung jawab dengan meyakini bahwa
mereka gagal menyediakan kehidupan penuh cinta dan dukungan klien
bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan dirumah dan dukungan.
10. Penatalaksanaan
Terapi pengobatan pada klien skizofrenia sangat beragam
tergantung pada jenis dan gejala yang dimunculkan. Terkait dengan gejala
negatif seperti defisit perawatan diri, obat yang dapat diberikan adalah
risperidon yang juga berfungsi memperbaiki gejala positif skizofrenia.
Risperidon termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidon
merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi
terhadap reseptor serotonergik. 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidon
berikatan dengan reseptor al- adrenergik. Risperidon tidak memilki
14
afinitas terhadap reseptor kolinergik. Meskipun risperidon antagonis D2
kuat, dan aman dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut
menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi
katalepsi dibanding neuroleptik klasik yang terjadi.
Adapun Penataklaksannan lainnya, yaitu:
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercyaan diri
Bina hubungan saling percaya
Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
Bantu klien merawat diri
Ajarkan keterampilan secara bertahap
Buat jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
perwatan diri
Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien
Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
15
Keanggotaan kelompok dapat diatur berdasarkan kesamaan kebutuhan
atau tujuan, sehingga setiap anggota dapat saling mendukung dan berbagi
pengalaman yang mirip.
4. Komitmen untuk Perubahan
Anggota kelompok perlu menunjukkan komitmen untuk memperbaiki atau
meningkatkan kemampuan mereka dalam merawat diri sendiri.
5. Keterbukaan untuk Kolaborasi
Kemauan untuk bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya, saling
mendukung, memberi dan menerima umpan balik, serta belajar dari
pengalaman bersama.
Kriteria-kriteria ini membantu memastikan bahwa kelompok terapi
aktivitas terdiri dari individu yang dapat saling mendukung dan bekerja sama
untuk mengatasi defisit perawatan diri mereka.
F. PROSES SELEKSI
Dilakukan selama tiga hari dengan cara wawancara dan observasi untuk
memastikan bahwa pasien yang akan diikutkan masuk dalam kriteria.
Nama-nama pasien yang memiliki kriteria adalah:
1. Tn.A
2. Tn.A
3. Tn.A
4. Tn.P
5. Tn.w
1. Waktu pelaksanaan
16
2. Pengorganisasian terapis
17
Tugasnya :
1. Mempertahankan kehadiran peserta.
2. Mempertahankan motivasi peserta.
Keterangan :
Leader :
CO. leader :
Observer :
Fasilitator :
18
I. MEKANISME KEGIATAN TAK
SESI 1 : Memperkenalkan Diri, Menyebutkan Manfaat Perawatan Diri
Dan Cara Menjaga Kebersihan Diri
1. Tujuan
a. Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap,
b. nama panggilan, dan asal
c. Klien mampu menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diri
d. Klien mampu menyebutkan cara menjaga kebersihan diri
e. Klien mampu menyebutkan akibat apabila tidak melakukan perawatan.
Diri
2. Kriteria Anggota
Kriteria klien sebagai anggota yang mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok
ini adalah:
a. Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan
perawatan diri: defisit perawatan diri
b. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami
perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang
c. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
3. Seting
Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
Ruangan nyaman dan tenang.
4. Alat
Name tag
Sound/speaker
Kaset atau CD
Tape recorder
Bola kecil
19
Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien
5. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab
6. Pelaksanaan
20
Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai
21
keberhasilan kelompok tentang rencana
2. Tindak Lanjut selanjutnya
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok
melatih memperkenalkan diri kepada
orang lain di kehidupan sehari-hari.
2) Menganjurkan tiap anggota kelompok
untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari dalam perawatan diri.
3) Memasukkan kegiatan
memperkenalkan diri dan manfaat
perawatan diri pada jadwal kegiatan
harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikutnya,
yaitu tata cara berhias Menyepakati
waktu dan tempat.
22
Kemampuan verbal
1.
2.
3.
Jumlah
1.
2.
3.
Jumlah
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien,beri penilaian tentang kemampuan beri tanda (ѵ) jika
klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu.
23
SESI 2 : Tata Cara Berhias
1. Tujuan
a. Klien dapat mengenal dan menyebutkan alat-alat untuk berhias
b. Klien mampu menyebutkan cara berpakaian, cara berhias dan menyisir
rambut dan bercukur untuk pria
c. Klen mampu menggunakan alat alat yang diberikan untuk berhias
d. Klien mampu menjelaskan manfaat berhias
2. Alat
Peralatan berhias dan bercukur
3. Metode
a. Diskusi dan tanya jawab
b. Bermain peran/simulasi
4. Seting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b. Ruangan nyaman dan tenang.
5. Pelaksanaan
24
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara
berhias untuk mempercantik diri
Menjelaskan aturan main berikut :
Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai
25
menit pendapan
1) Terapis menanyakan perasaan klien - Menyetujui/
setelah berhias memberi pendapat
2) Menanyakan ulang cara baru yang tentang rencana
baik dan benar cara berhias selanjutnya
2. Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan
cara yang telah dipelajari untuk
berhias.
2) Memasukkan pada jadwal kegiatan
harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikutnya,
yaitu tata cara makan dan minum
yang baik
2) Menyepakati waktu dan tempat.
26
NO Nama Klien Menyebutkan alat Menyebutkan tata Menyebutkan akibat
untuk berhias cara berhias tidak berhias
1.
2.
3.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien,beri penilaian tentang kemampuan beri tanda (ѵ) jika
klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu.
27
SESI 3 : Mengenal Dan Menyebutkan Tata Cara Makan Dan Minum
Yang Baik Dan Benar
1. Tujuan
a. Klien mampu menyebutkan alat-alat makan dan minum
b. Klien mampu menjelaskan cara mempersiapkan makan dan minum
c. Klien mampu menjelaskan cara makan dan minum yang baik
d. Klien mampu menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
2. Alat
Perlatan makan dan minum seperti : sendok, piring, cangkir dan lain-lain
3. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran dan simulasi
4. Seting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
5. Pelaksanaan
28
Evaluasi/validasi
Kontrak
29
makan setelah makan. yang ditentukan
3. Ulangi sampai semua klien mendapat terapis. (jika ada)
giliran.
4. Berikan pujian setiap klien selesai
bercerita
5. Terapis menjelaskan alat alat makan dan
minum dan mendemonstrasikan cara
mempersiapkan makan dan minum, cara
makan dan minum yang tertib, cara
merapikan peralatan makan setelah
makan.
6. Meminta klien secara bergilir untuk
mendemonstrasikan ulang kegiatan
7. Memberikan pujian pada peran serta
klien.
8. Memberikan kesimpulan pada setiap
kegiatan yang telah dipraktekkan.
30
jadwal kegiatan harian klien
1.
2.
3.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien,beri penilaian tentang kemampuan beri tanda (ѵ) jika
klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu.
31
SESI 4 : Toileting (tata cara BAB/BAK yang baik dan benar)
1. Tujuan
1) Klien dapat membina hubungan salingan percaya
2) Klien dapat melakukan BAB dan BAK yang baik
3) Klien dapat menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
4) Klien dapat menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAK dan BAB
2. Kondisi pasien
1) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
atau BAB. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai BAB
atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB atau BAK.
3. Diagnosis Keperawatan
1) Defisit Perawatan Diri Toileting
4. Seting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
5. Alat
1) Prin/Fotocopy gambar toilet duduk dan jongkok
6. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran dan simulasi
7. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Latihan cara BAB dan BAK
3) Jelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
4) Jelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
32
8. Pelaksanaan
Evaluasi/validasi
Kontrak
33
2. Benar bapak buang air besar atau kecil - Melaksanakan
yang baik itu di WC, kamar mandi atau antisipasi masalah
tempat lain yang tertutup dan ada saluran yang ditentukan
pembuangan kotoran. Jadi kita tidak terapis. (jika ada)
boleh buang air besar atau kecil di
sembarang tempat.
3. Sekarang, apakah bapak tau bagaimana
cara cebok ? Yang perlu diingat saat
mencebok adalah bapak membersihkan
bokong atau kemaluan dengan air yang
bersih dan pastikan tidak ada tinja atau air
kencing yang di tubuh bapak.
4. Setelah bapak selesai cebok, jangan lupa
tinja atau air kencing yang ada di WC di
bersihkan.
5. Caranya siram tinja atau air kencing yang
ada di WC secukupnya sampai tinja atau
air kencing itu tidak tersisa di WC.
6. Setelah itu cuci tangan dengan
menggunakan sabun.
Terminasi 5 Evaluasi - Mengungkapkan
menit 1) Bagaiman perasaan Bapak atau ibu pendapan
setelah berbincang - bincang lagi tentang - Menyetujui/
Buang air besar atau kecil yang baik. memberi pendapat
2) Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang rencana
tentang cara BAB/BAK yang baik. selanjutnya
Tindak Lanjut
1) Saya harap Bapak atau ibu melakukan
toileting yang baik
2) jangan lupa masukkan dalam jadwal
kegiatan harian
34
Kontrak yang akan dating
1) Jelaskan jadwal pertemuan berikutinya
beserta tindakan seperti perawatan pada
kuku pasien
1.
2.
3.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien,beri penilaian tentang kemampuan beri tanda (ѵ) jika
klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu.
35
PENUTUP
36
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti M & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi II. Refika
Aditama: Bandung
Yusuf, AH, Fitryasari R dan Hanik EN. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Salemba Medika: Jakarta
37