Disusun Oleh :
Pembimbing :
Sukma Ayu Candra Kirana M. Kep., Sp. Kep. J
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik yang
dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian
penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan
aktivitas kelompok; tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
oleh sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas
kolektif.
Pemahaman akan jati diri pada seorang pasien akan sangat menentukan penentuan
terhadap citra diri positif pasien. Pengembangan dan eksplorasi mendalam terhadap kekuatan dan
kelemahan diri akan sangat penting artinya dalam pencapaian pemahaman obyektif terhadap
realitas diri dan sekaligus modal dasar pembangunan citra diri untuk kemudian mengembangkan
peran diri. Pemahaman yang benar dan realtistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri
merupakan salah satu kunci peningkatan konsep diri positif sebagai salah satu modal dalam
pengelolaan gangguan jiwa; khususnya yang dipengaruhi adanya citra diri negatif seperti rasa
tidak mampu, kekurangan fisik, kekurangan fisiologis, rasa minder dan sebagainya.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka Terapi aktivitas kelompok ini bertujuan untuk
mengembangkan citra diri positif melalui eksplorasi kekuatan dan kelemahan diri.
a. Pengertian
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas
makan.
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.(Nurjannah, 2004)
c. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
1. Faktor prediposisi
b) Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c) Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
a) Body Image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
b) Praktik Sosial : Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
e) Budaya : Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang : Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
g) Kondisi fisik atau psikis : Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
a) Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.
b) Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
d. Manifestasi klinis
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1) Fisik
2) Psikologis
3) Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
e. Mekanisme Koping
1. Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini.
2. Penyangkalan (Denial)
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk,
kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.
4. Intelektualisasi
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
menggangguperasaannya.
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri :
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung satu
sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu dalam kelompok saling
mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan
dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di
desain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif atau dapat difungsikan sebagai terapi. Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini
disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok.
Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang ditandai dengan
perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan menimbulkan distres serta
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terapi menggunsksan aktivitas dalam
kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok. Dengan demikian, terapi aktivitas
kelompok sebagai bagian dari terapi kelompok sangat penting diterapkan dalam penanganan
pasien gangguan jiwa dimasyarakat.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok pasien (5-12
orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk mengubah perilaku maladaptif
menjadi adaptif. Lama pelaksanan TAK adalah 20-40 menit untuk kelompok yang baru
terbentuk. Untuk kelompok yang sudah kohesif, TAK dapat berlangsung selama 60-120 menit (
Budi Ana Keliat, 2007 )
Terapi Aktivitas Kelompok dibagi menjadi 4,yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi,terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas stimulasi realita,
dan terapi aktivitasi kelompok sosialisasi.
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.
Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan dalam pada tiap sesi. Dengan proses ini,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada stimulus sensori klien. Kemudian diobservasi
reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara
nonverbal (ekspresi wajah dan gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan
komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respon.
Aktivitas yang digunakan sebagai stimlus adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien
diketahui sebelumnya dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri dan orang
lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan klien. demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang
lalu dan rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang
ada disekitar dan semua kondisi nyata.
Klien dibantu untuk melakukan sosialisa dengan individu yang ada disekitar klien.
sosialisai dapat dilakukan seara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok dan massa.
Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok. (Budiana Keliat, 2005).
TUJUAN
Tujuan umum TASKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok
secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah:
5. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain;
7. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah
dilakukan.
Aktivitas TASKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien
yang mempunyai indikasi TASKS adalah klien dengan gangguan hubungan social berikut.
2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus.
III. TUJUAN
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum yaitu klien mampu memahami pentingnya kebersihan diri dan perawatan
diri serta manfaat perawatan diri.
b. Tujuan Khusus
IV. SESI
Karakteristik Klien
a. Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan diri: defisit
perawatan diri
b. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif
atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta 3 orang
c. Peserta dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dengan tertib
2. Evaluasi Proses
c. Klien berpartisipasi aktif dalam permainan dan dapat memberikan tanggapan tentang
permainan dan manfaat permainan
3. Evaluasi Hasil
VIII. PENGORGANISASIAN
1. Waktu Pelaksanaan
Tujuan
1. Klien dapat mengenal alat-alat yang digunakan untuk toileting dan menjelaskan tata cara
BAK secara mandiri
Setting
Alat
Peralatan toileting
Metode
Langkah Kegiatan:
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai indikasi, yaitu klien dengan defisit perawatan diri
a. Salam teraupetik
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan pada klien cara melakukan dan membersihkan BAK
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengetahui cara melakukan
dan membersihkan BAK
Jika ada klien yang ingin maninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk BAKtata cara
BAK yang baik. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran
a. Evaluasi
Menanyakan ulang cara baru yang baik dan benar tata cara BAK.
b. Tindak lanjut
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah cara berhias yang benar dan baik,
Keuntungan berhias dan akibat tidak berhias.
6
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal dan menjelaskan BAK, melakukan
BAK secara mandiri, klien mampu membersihkan diri sendiri setelah BAK, klien mampu
membersihkan tempat BAK. Beri tanda ceklis, jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak
mampu.
X. REFERENSI
Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi
3. Jakarta : EGC