Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN JIWA 2

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI

PERSEPSI DEFISIT PERAWATAN DIRI SESI 4B TATA CARA BAK

Disusun Oleh :

Niluh Ayu Yolanda B. (141.0071)

Pembimbing :
Sukma Ayu Candra Kirana M. Kep., Sp. Kep. J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2016
I. Latar belakang

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik yang
dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian
penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan
aktivitas kelompok; tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
oleh sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas
kolektif.

Pemahaman akan jati diri pada seorang pasien akan sangat menentukan penentuan
terhadap citra diri positif pasien. Pengembangan dan eksplorasi mendalam terhadap kekuatan dan
kelemahan diri akan sangat penting artinya dalam pencapaian pemahaman obyektif terhadap
realitas diri dan sekaligus modal dasar pembangunan citra diri untuk kemudian mengembangkan
peran diri. Pemahaman yang benar dan realtistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri
merupakan salah satu kunci peningkatan konsep diri positif sebagai salah satu modal dalam
pengelolaan gangguan jiwa; khususnya yang dipengaruhi adanya citra diri negatif seperti rasa
tidak mampu, kekurangan fisik, kekurangan fisiologis, rasa minder dan sebagainya.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka Terapi aktivitas kelompok ini bertujuan untuk
mengembangkan citra diri positif melalui eksplorasi kekuatan dan kelemahan diri.

II. LANDASAN TEORI

A. Konsep Defisit Perawatan Diri

a. Pengertian

Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas


perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

b. Klasifikasi defisit perawatan diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai


pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas
makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.(Nurjannah, 2004)

c. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut (Dep Kes, 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor prediposisi

a) Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien


sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

b) Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.

c) Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d) Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi

Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kogniti atau perseptual, cemas,


lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:

a) Body Image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.

b) Praktik Sosial : Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c) Status Sosial Ekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d) Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang


baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes melitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.

e) Budaya : Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

f) Kebiasaan seseorang : Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.

g) Kondisi fisik atau psikis : Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

a) Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.

b) Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
d. Manifestasi klinis

Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :

1) Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor.

d. Gigi kotor disertai mulut bau.

e. Penampilan tidak rapi.

2) Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3) Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

e. Mekanisme Koping
1. Regresi

Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini.

2. Penyangkalan (Denial)

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme


pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.

3. Isolasi diri, menarik diri

Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk,
kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.

4. Intelektualisasi

Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
menggangguperasaannya.

f. Rentang respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :

a) Bina hubungan saling percaya

b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan

c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri :

a) Bantu klien merawat diri.

b) Ajarkan keterampilan secara bertahap.

c) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari.

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

a) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

b) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.


c) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.

B. Konsep terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung satu
sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu dalam kelompok saling
mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan
dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di
desain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif atau dapat difungsikan sebagai terapi. Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini
disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok.

Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang ditandai dengan
perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan menimbulkan distres serta
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terapi menggunsksan aktivitas dalam
kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok. Dengan demikian, terapi aktivitas
kelompok sebagai bagian dari terapi kelompok sangat penting diterapkan dalam penanganan
pasien gangguan jiwa dimasyarakat.

Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok pasien (5-12
orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk mengubah perilaku maladaptif
menjadi adaptif. Lama pelaksanan TAK adalah 20-40 menit untuk kelompok yang baru
terbentuk. Untuk kelompok yang sudah kohesif, TAK dapat berlangsung selama 60-120 menit (
Budi Ana Keliat, 2007 )

Terapi Aktivitas Kelompok dibagi menjadi 4,yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi,terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas stimulasi realita,
dan terapi aktivitasi kelompok sosialisasi.

1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.
Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan dalam pada tiap sesi. Dengan proses ini,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.

Aktivitas berupa stimulus dan persepsi, stimulus yang disediakan: baca


artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan),
stimlulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif
atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang
lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.
2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada stimulus sensori klien. Kemudian diobservasi
reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara
nonverbal (ekspresi wajah dan gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan
komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respon.
Aktivitas yang digunakan sebagai stimlus adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien
diketahui sebelumnya dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.

3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri dan orang
lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan klien. demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang
lalu dan rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang
ada disekitar dan semua kondisi nyata.

4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisa dengan individu yang ada disekitar klien.
sosialisai dapat dilakukan seara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok dan massa.
Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok. (Budiana Keliat, 2005).

C. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Terapi aktivitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi


kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.

TUJUAN

Tujuan umum TASKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok
secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah:

1. Klien mampu memperkenalkan diri;

2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok;


3. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok;

4. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan;

5. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain;

6. Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok;

7. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah
dilakukan.

AKTIVITAS DAN INDIKASI

Aktivitas TASKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien
yang mempunyai indikasi TASKS adalah klien dengan gangguan hubungan social berikut.

1. Klien menarik diri yang telah melakukan interaksi interpersonal.

2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus.

III. TUJUAN

B. Tujuan

a. Tujuan umum

Tujuan umum yaitu klien mampu memahami pentingnya kebersihan diri dan perawatan
diri serta manfaat perawatan diri.

b. Tujuan Khusus

1. Klien mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

IV. SESI

SESI 4B: Tata cara toileting (BAK)


V. KARAKTERISTIK KLIEN

Karakteristik Klien

a. Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan diri: defisit
perawatan diri
b. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif
atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)

VI. KRITERIA HASIL

1. Evaluasi Struktur

a. Peserta 3 orang

b. Setting tempat sesuai dengan rencana

c. Peserta dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dengan tertib

2. Evaluasi Proses

a. Klien tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung

b. Klien dapat mengikuti peraturan permainan yang telah ditetapkan

c. Klien berpartisipasi aktif dalam permainan dan dapat memberikan tanggapan tentang
permainan dan manfaat permainan

d. Pengorganisasian dapat terlaksana sesuai rencana

3. Evaluasi Hasil

a. Peserta mampu menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk toileting

b. Peserta mampu cara melakukan BAK

c. Peserta mampu membersihkan BAK

d. Peserta mampu mengetahui tata cara BAK yang baik


VII. ANTISIPASI MASALAH

1. Beri Perhatian khusus dalam penyampain Materi dan Peragaan


2. Bimbing sebisa mungkin peserta TAK mengikuti perintah terapis
3. Jika ada peserta TAK meninggalkan tempat tanpa izin maka di gantikan dengan peserta

VIII. PENGORGANISASIAN

1. Waktu Pelaksanaan

Terapi aktivitas kelompok dilaksanakan pada:


Hari, tanggal : Desember 2016
Waktu :10:00 - 10.45 WIB
Tempat : Ruangan Cendrawasih

2. Tim Terapi dan Tugasnya

a). Tim Terapi


a) Leader : Niluh Ayu Yolanda b.
b) Co. Leader :
c) Fasilitator :
d) Observer :

b). Tugas Terapi


1) Tugas Leader
Memimpin berlangsungnya TAK
Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK
. menyampaikan materi sesuai TAK
Memimpin diskusi kelompok
2) Tugas Co. Leader
Membuka acara
Mendampingi leader
Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
Menyerahkan kembali kepada leader posisi leader
Menutup acara leader
3) Tugas fasilitator
Ikut serta dalam kegiatan kelompok
Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok untuk
aktif mengikuti berlangsungnya TAK.
4) Tugas Observer
Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).
Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses hingga
penutupan.

IX. PROSES PELAKSANAAN TAK

Tujuan

1. Klien dapat mengenal alat-alat yang digunakan untuk toileting dan menjelaskan tata cara
BAK secara mandiri

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Tempat tenang dan nyaman

Alat

Peralatan toileting

Metode

1. Diskusi dan tanya jawab

2. Bermain peran dan simulasi

Langkah Kegiatan:

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai indikasi, yaitu klien dengan defisit perawatan diri

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan


2. Orientasi

a. Salam teraupetik

1. Salam dan terapis kepada klien

2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis

3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien

b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan pada klien cara melakukan dan membersihkan BAK

c. Kontrak

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengetahui cara melakukan
dan membersihkan BAK

Terapis menjelaskan aturan main berikut:

Jika ada klien yang ingin maninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis

Lama kegiatan 45 menit

Setiap klien mengikuti kegitan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk BAKtata cara
BAK yang baik. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran

b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita

c. Terapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk BAK

d. Menanyakan perasaan klien setelah mengenal tata cara BAK

e. Memberikan pujian kepada klien.

f. Upayakan semua klien mampu mengenal tata cara BAK


4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengenal tata cara BAK.

Menanyakan ulang cara baru yang baik dan benar tata cara BAK.

b. Tindak lanjut

Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari untuk BAK

Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah cara berhias yang benar dan baik,
Keuntungan berhias dan akibat tidak berhias.

Kemampuan berhias untuk mencegah defisit perawatan diri

No Nama Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan cara


klien secara mandiri tempat BAK membersihkan
cara BAK Cara BAK
melakukan
BAK

6
Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal dan menjelaskan BAK, melakukan
BAK secara mandiri, klien mampu membersihkan diri sendiri setelah BAK, klien mampu
membersihkan tempat BAK. Beri tanda ceklis, jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak
mampu.

X. REFERENSI

Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi
3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai