ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN YANG MENGALAMI RISIKO BUNUH DIRI
Nama Mahasiswa:
ISTIYADATUL FAUZIYAH (010114A047)
ITSNA KHOIRUNNISA (010114A048)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri.
Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa keputusasaan yang disebabkan oleh
gangguan jiwa misalnya depresi , gangguan bipolar, schizophrenia, ketergantungan
alkohol/alkoholisme atau penyalahgunaan obat.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa 1 juta
orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 15-34 tahun, selain karena faktor
kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita,
karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri,
antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi,
sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun
sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih
cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain. Berdasarkan fenomena
tersebut, kelompok ingin membahas lebih lanjut mengenai peran perawat dalam
menghadapi dan membantu klien dengan resiko bunuh diri.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi resiko bunuh diri?
2. Apa saja etiologi resiko bunuh diri?
3. Apa saja jenis-jenis bunuh diri?
4. Apa saja perilaku bunuh diri?
5. Bagaimana skala bunuh diri?
6. Apa saja respon terhadap stres?
7. Bagaimana mekanisme koping resiko bunuh diri?
8. Bagaimana kemampuan mengatasi masalah/sumber koping resiko bunuh diri?
9. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan resiko bunuh diri?
10. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan resiko bunuh diri?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi resiko bunuh diri.
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi resiko bunuh diri.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis bunuh diri.
4. Mahasiswa dapat mengetahui perilaku bunuh diri.
5. Mahasiswa dapat mengetahui skala bunuh diri.
6. Mahasiswa dapat mengetahui respon terhadap stres.
7. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme koping resiko bunuh diri.
8. Mahasiswa dapat mengetahui kemampuan mengatasi masalah/sumber koping resiko
bunuh diri.
9. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan klien dengan resiko bunuh diri.
10. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan klien dengan resiko bunuh diri,
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan
adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan
terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006).
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya
yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,
2008). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Risiko bunuh diri dapat
diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai diri, serta
mengancam jiwa. (Nanda, 2012)
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan- putus harapan
merupakan rentang adaptif -maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlau, sedangkan
respon mal adaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat mengarah
kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai
respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri,dan bunuh diri
merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen, 1998). Pikiran bunuh diri biasanya
muncul pada individu yang mengalami gangguan mood, terutama depresi. Bunuh diri
adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri (Videbeck,
2008).
Sehingga dari beberapa pendapat diatas, bunuh diri merupakan tindakan yang sengaja
dilakukan seseorang individu untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara. Dan
seseorang dengan gangguan psikologi tertentu atau sedang depresi dapat pula beresiko
melakukan bunuh diri. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang bunuh diri, dapat
dari faktor eksternal seperti lingkungan dan faktor internal seperti gangguan psikologi
dalam dirinya.
Tabel faktor risiko tingkah laku bunuh diri
B. Psikodinamika
1. Etiologi Resiko Bunuh Diri
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri ada
dua faktor, yaitu faktor predisposisi (faktor risiko) dan faktor presipitasi (faktor
pencetus).
a. Faktor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku
resiko bunuh diri meliputi:
1) Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
4) Biologis
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis yang
tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada
gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan
perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku
bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suicidal mempunyai
keluarga yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun
demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan
berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri.
5) Psikologis
Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk
penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama
didasarkan pada Freud yang menyatakan bahwa suicide is murder turned
around 180 degrees, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan
kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan. Secara psikologis, individu
yang beresiko melakukan bunuh diri mengidentifikasi dirinya dengan orang
yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan
berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang
tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih
sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga ditujukan pada
diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi.
6) Sosiokultural
Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang
perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan
masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur
atau tidak dengan masyarakatnya.
b. Faktor presipitasi
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang
memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan
umum,kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui
seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk
bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untukmelakukan perilaku
bunuh diri. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah
perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi
stres, perasaan marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman pada diri
sendiri, serta cara utuk mengakhiri keputusasaan.
Adaptif Maladaptif
Strategi pelaksanaan :
a. SP I : Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
1) Membina hubungan saling percaya dengan klien
2) Megidentifikasi benda-benda yag dapat membahayakan pasien
3) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
4) Melakukan kontrak treatment
5) Mengajarkan cara mengendalikan doronagn bunuh diri
b. SP II : Meningkatkan harga diri dan mengidentifikasi aspek positif pasien isyarat
bunuh diri
1) Mengidentifikasi aspek positif terhadap diri sendiri
2) Medorong pasien untuk menghargai diri sebagai indivdu yang berharga
c. SP III : Meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (pola koping)
pasien isyarat bunuh diri
1) Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pada pasien
2) Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3) Mengidentifikasi pola koping kontruktif
1) Mendorong pasien memilih pola koping yang kontriktif
2) Meganjurkan pasien mener apkan pola koping kontrktif dalam kegiatan harian
kontriktif
d. SP IV : Menyusun rencana masa depan
1) Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
2) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
3) Membri dorongan pasien melakukan kegiataan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
2. Keluarga
Tujuan :
a. Keluarga mampu mengenal masalah pada anggota keluarga yang berisiko bunuh
diri
b. Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang berisiko bunuh diri
c. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat dan merujuk pasien yang
mengalami risiko bunuh diri
Tindakan :
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Mendiskusikan cara merawat pasien yang berisiko bunuh diri
c. Menjelaskan kepada keluarga tentang jadwal aktivitas pasien dan perilaku pasien
yang perlu dirujuk
Strategi pelaksanaan :
a. SP I : Mendiskusikan masalah dan mengajarkan keluarga tentang cara merawat
anggota keluarga yang beresiko bunuh diri
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis perilaku
yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
b. SP II :Melatih dan mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri
1) Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko
bunuh diri
c. SP III :Perencanaa pulang bersama keluarga/aktivitas di rumah dengan pasien
resiko bunuh diri
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk meminum
obat
2) Mendiskusikan sumber rujukan yang biasa dijangkau oleh keluarga
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang di sadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan secara sadar berhasrat dan berupaya melakukan hasyatnya untuk mati.
Perilaku bunuh diri meliputi isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan
mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri. Terjadinya bunuh diri
dapat di akibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori seperti halusinasi.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan berfokus pada klien dan keluarga klien.
Selain penatalaksanaan, risiko bunuh diri dapat di cegah melalui upaya pencegahan, baik
upaya pencegahan dari diri sendiri tetapi juga upaya pencegahan yang berasal dari
lingkungan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. 2008. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC