Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katub jantung bekerja mengatur aliran darah melalui jantung ke arteria pulmonal dan
aorta dengan cara membuka dan menutup pada saat yang tepat ketika jantung
berkontraksi dan berelaksasi selama siklus jantung.
Bila salah satu katup jantung tidak terbuka atau tertetup dengan baik maka akan
mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat membuka secara sempurna (biasanya
karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup tersebut akan berkurang. Bila katup
tidak dapat menutup secara sempurna darah akan mengalami kebocoran sebagai proses
yang disebut regurgitasi atau insufisiensi.
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama
pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan
kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun,
tetapi

biasanya

gejalanya

baru

muncul

setelah

usia

70-80

tahun.

Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa kanak-kanak.
Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik berupa
stenosis, regurgitasi maupun keduanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stenosis aorta dan regurgitasi aorta, stenosis pulmonal dan
regurgitasi pulmonal?
2. Apa etiologi stenosis aorta dan regurgitasi aorta,

stenosis pulmonal dan

regurgitasi pulmonal?
3. Apa gejala stenosis aorta dan regurgitasi aorta, stenosis pulmonal dan regurgitasi
pulmonal ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit katup aorta, stenosis pulmonal dan regurgitasi
pulmonal?
5. Bagaimana manifestasi klinis stenosis aorta dan regurgitasi aorta, stenosis
pulmonal dan regurgitasi pulmonal?
6. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik stenosis aorta dan regurgitasi aorta, stenosis
pulmonal dan regurgitasi pulmonal?
7. Bagaimana penatalaksanaan stenosis aorta dan regurgitasi aorta stenosis pulmonal
dan regurgitasi pulmonal?
8. Apa saja komplikasi dari stenosis aorta dan regurgitasi aorta stenosis pulmonal
dan regurgitasi pulmonal?
9. Bagaimana pengobatan yang dilakukan?

10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan stenosis aorta, regurgitasi
aorta, stenosis pulmonal, dan regurgitasi pulmonal?
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian stenosis aorta dan regurgitasi aorta, stenosis
pulmonal dan regurgitasi pulmonal.
2. Dapat menjelaskan etiologi stenosis aorta dan regurgitasi aorta, stenosis pulmonal
dan regurgitasi pulmonal.
3. Dapat menyebutkan dan menjelaskan stenosis aorta dan regurgitasi aorta, stenosis
pulmonal dan regurgitasi pulmonal.
4. Dapat menjelaskan penyakit katup aorta, stenosis pulmonal dan regurgitasi
pulmonal.
5. Dapat menjelaskan manifestasi klinis stenosis aorta dan regurgitasi aorta, stenosis
pulmonal dan regurgitasi pulmonal.
6. Dapat menjelaskan pemeriksaan diagnostik stenosis aorta dan regurgitasi aorta,
stenosis pulmonal dan regurgitasi pulmonal.
7. Dapat menjelaskan penatalaksanaan stenosis aorta dan regurgitasi aorta stenosis
pulmonal dan regurgitasi pulmonal.
8. Dapat menjelaskan komplikasi dari stenosis aorta dan regurgitasi aorta stenosis
pulmonal dan regurgitasi pulmonal
9. Dapat menjelaskan bagaimana pengobatan yang dilakukan.
10. Dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan stenosis aorta,
regurgitasi aorta, stenosis pulmonal, dan regurgitasi pulmonal

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penyakit Jantung Katup Aorta
A. Definisi
1. Definisi Stenosis katup Aorta
Stenosis katup aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang
menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri
keaorta. Stenosis aorta merupakan penyempitan abnormal katup aorta. Sejumlah

persyaratan menyebabkan penyakit yang mengakibatkan penyempitan katup aorta.


Ketika derajat penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghambat aliran darah
dari ventrikel kiri ke arteri, masalah jantung berkembang.
2. Definisi Regugitasi Katup Aorta
Regurgitasi katup aorta adalah kebocoran pada katup aorta yang terjadi setiap
kali ventrikel mengalami relaksasi. Insufisiensi katup aorta adalah suatu keadaan
dimana katup kehilangan fungsi yang normal dan gagal menghambat kembali darah
setelah kontraksi dari setiap ruang jantung atau refluks darah dari aorta adendens ke
dalam ventrikel selama diastole (trinoval, 2009).
Insufisiensi aorta adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama
diastole (vanvid, 2011).
Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah
dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi (wajan, 2010).
Insufisiensi aorta adalah penyakit katup jantung dimana katup aorta atau balon
melemah, mencegah katup menutup erat-erat. Hal ini menyebabkan mundurnya aliran
darah dari aorta (pembuluh darah terbesar) ke dalam ventrikel kiri (evan, 2010).
B. Etiologi
1. Etiologi Stenosis Katup Aorta
Stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang
merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di
dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun,
tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun.
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa
kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup
mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya.
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah kelainan
bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit mungkin tidak
menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa pertumbuhan anak.
Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung melebar dan mencoba untuk
memompa sejumlah besar darah melalui katup yang kecil.
Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau memiliki
bentuk abnormal seperti corong. Lama-lama, lubang/pembukaan katup tersebut,
sering menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.
2. Etiologi Regurgitasi Katup Aorta

Regurgitasi katup aorta disebabkan oleh demam rematik dan sifilis. Kini
kedua penyakit jarang ditemukan karean penggunaan antibiotik sudah digunakan
secara luas. Regurgitasi katup aorta juga bisa disebabkan faktor lainnya, seperti:
a. Melemahnya katup
b. Kelainan bawaan
c. Cedera
d. Infeksi bakteri
e. Bahan fibrosa akibat degenerasi miksomatous
Sekitar 2% anak laki-laki dan 1% anak perempuan dilahirkan dengan katup
berdaun dua yang biasanya berdaun tiga, yang dapat menyebabkan regurgitasi
ringan.
C. Gejala
1. Gejala Stenosis Katup Aorta
Dinding ventrikel kiri menebal karena ventrikel berusaha memompa sejumlah
darah melalui katup aorta yang sempit. Otot jantung yang membesar
membutuhkan lebih banyak darah dari arteri koroner. Persediaan darah yang tidak
mencukupi akhirnya akan menyebabkan terjadinya nyeri dada (angina) pada
waktu penderita melakukan aktivitas.
Berkurangnya aliran darah juga dapat merusak otot jantung, sehingga curah
jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh. Gagal jantung yang terjadi
menyebabkan kelemahan dan sesak nafas ketika melakukan aktivitas. Penderita
stenosis katup aorta yang berat bisa mengalami pingsan ketika melakukan
aktivitas, karena katupyang sempit menghalangi ventrikel untuk memompa cukup
darah ke arteri di otot, yang telah melebar untuk menerima darah yang kaya akan
oksigen.
2. Gejala Regurgitasi Katup Aorta
Regurgitasi katup aorta ringan biasanya ditandai dengan timbulnya gejala
murmur jantung yang bisa didengar melalui stetoskop (terjadi tiap kali ventrikel
kiri relaksasi.
Jika regurgitasi katup aorta berat maka bisa mengakibatkan pembesaran
ventrikel yang akhirnya menjadi gagal jantung. Gagal jantung mengakibatkan

terjadinya sesak napas saat melakukan aktivitas atau waktu berbaring terlentang,
terutama pada malam hari. Kemungkinan duduk tegak dapat mengalirkan cairan
dari paru-paru atas hingga nafas kembali normal.
Penderita juga kemungkinan mengalami jantung berdebar (palpitasi) yang
disebabkan oleh kontraksi yang kuat dari ventrikel yang membesar. Pada malam
hari bisa juga mengalami nyeri dada.
D. Patofisiologi
Stenosis katub aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri dan aorta.
Pada orang dewasa stenosis bias merupakan kelainan bawaan atau dapat sebagai
akibat dari endokarditis remaitik atau kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak
di ketahui penyempitan terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau beberapa
puluh tahun.
Bilah-bilah katup aorta saling menempel dan menutup sebagian lumen
diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan
berkontraksi lebih lambat tapi dengan energy yang lebih besar dari normal,
mendorong darah melalui lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompensasi
jantung mulai gagal dan muncullah tanda-tanda klinis. Obstruksi jalur aliran aorta
tersebut menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri, yang mengakibatkan
penebalan dinding otot. Otot jantung menebal (hipertrofi) sebagai respon terhadap
besarnya obstruksi; terjadilah gagal jantung bila obstruksinya terlalu berat.
Pada kasus stenosis aota tingkat sedang sampai berat, pasien mula-mula
mengalami dispnu saat latihan, yang merupakan manifestasi dekompensasi ventrikel
kiri terhadap kongesti paru. Tanda lainnya berupa pusing dan pingsan karena
berkurangnya volume darah yang mengalir ke otak. Angina pektoris merupakan gejala
yang sering timbul karena meningkatnya kebutuhan oksigen akibat meningkatnya
beban kerja ventrikel kiri dan hipertrofi miokardium. Tekanan darah dapat turun tapi
dapat juga normal; terkadang terjadi tekanan nadi yang rendah (kurang dari 30
mmHg)

karena

berkurangnya

aliran

darah.

Pada pemerikasaan fisik dapat terdengar murmur sistolik yang keras dan kasar di
daerah aorta. Suara ini terdengar sebagai murmur sistolik kresendo-dekresendo, yang
dapat menyebar ke arteri karotis dan ke apeks ventrikel kiri. Murmur ini bernada
rendah kasar dan bergetar. Bila kita letakkan tangan pada dasar jantung maka akan
terasa getaran yang paling kuat diantara semua bunyi jantung, dan menyerupai
erangan seekor kucing. Suara ini berhubungan dengan turbulensi yang diakibatkan

oleh aliran darah yang melalui lumen katup yang menyempit. Bukti adanya hipertrofi
ventrikel kiri dapat terlihat dengan elektrokardiogram ( EKG ) 12 lead dan
ekokardiogram.Kateterisasi jantung kiri perlu dilakukan untuk mengukur dengan
akurat beratnya abnormalitas katup ini. Pengukuran tekanan diambil di ventrikel kiri
dan dasar aorta. Tekanan sistolik ventrikel tentu saja lebih tinggi dari tekanan di aorta
selama sistole.
E. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi Katup aorta
a. Dyspnea : merupakan dekompensasi ventrikel kiri terhadap adanya kongesti
paru
b. Syncope : Terjadi akibat menurunnya cardiac output sehingga perfusi ke otak
berkurang
c. Angina : timbul akibat ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
oksigen miokard serta adanya pe urunan aliran darah koroner.
Gejala lain yang timbul yaitu palpitasi yang disebabkan oleh karena ventrikel kiri
meningkatkan kekuatan denyutan jantung untuk memompa darah lebih banyak.Pada
tahap lanjut maka akan timbul Gagal jantung kiri, akibat peningkatan beban ventrikel
kiri sehingga otot jantung kiri mengalami hipertropi sebagai respon terhadap besarnya
obstruksi dan bila obstruksi semakin membesar makam mengakibatkan penurunan
fungsi jantung kiri.
2. Manifestasi Klinis Regurgitasi Aorta
a. Selama mekanisme kompensasi ventrikel kiri masih baik, gejala bersifat
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

asimtomatik Adapun tanda dan gejala insufisiensi aorta adalah


Dyspnea saat aktivitas
Palpitasi, fatigue
Orthopena akibat edema paru
Rasa lelah
Noktural angina dan diaforosis
Angina dengan hipertropi ventrikel kiri
Palpasi:
1. Pulsus seller/denyut nadi meloncat
2. Tekanan nadi melebar (tekanan sistolik meningkat dan tekanan diastolik

menurun)
3. Denyut apeks bergeser dan kuat
i. EKG
1. Hipertrofi ventrikel kiri
2. Sinus takikardia
j. Auskultasi
1. Murmur diastolik, suara angin ribut (blowing)
2. Intensitas murmur tinggi karena peningkatan volume ejeksi

k. Rontgen thorax
1. Apeks jantung memanjang / downward apeks (bentuk sepatu bot)
2. Dilatasi aorta descending
3. Peningkatan vaskularisasi paru
l. Kateterisasi jantung
1. Refluks ke ventrikel kiri saat pangkal aorta disuntik dengan zat kontras
2. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
m. Echocardiografi
Bentuk katup bikuspidalis
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Stenosis aorta
a. Radiologi
1. Pembesaran jantung ( CTR > 50%)
2. Peningkatan Vaskularisasi Paru
3. Kalsifikasi katup arota dapat terlihat pada pemeriksaan Flouroscopy
4. Dilatasi aorta asenden dan dilatasi ventrikel kiri
b. Elektrokardiogram
1. LVH ( Left Ventrikel Hypertropi)
2. LBBB ( Left Bundle Branch Block)
3. LAD ( Left axis Deviasi)
4. Atrial Fibrilasi
c. Echocardiografi
Ditemukan adanya aorta stenosis, kalsifikasi pada daerah aorta, hipertropi
ventrikel kiri dan atrium kiri membesar.
d. Kateterisasi
1. Hemodinamik
Pada hemodinamik terjadi peningkatan tekanan sistolik ventrikel kiri
dan LVEDP selain itu juga terjadi peningkatan PCWP dan terdapat
perbedaan gradient tekanan ventrikel kiri dan aorta lebih dari 50 mmHg.
2. Kalkulasi area katup aorta
a. Normal : 3.0 3.5 cm
b. Midstenosis aorta : 1.0 1.5 cm
c. Moderate stenosis aorta: 0.85 1.0 cm
d. Severe stenosis aorta : < 0.85 cm
2. Regurgitasi aorta
a. Elektrokardiogram
: Hipertropi ventrikel kiri
b. Radiogram dada
: Pembesaran ventrikl kiri, dilatasi aorta
proksimal
c. Echocardiogram
abnormal
d. Katerisasi jantung

: strukur dan gerakan katup yang


: Ventrikel kiri tampak opag selama penyuntikan

bahan kontras ke dalam pangkal aorta


e. Aortography
f. Peningkatan cardiac iso enzim (ckmb)

G. Penatalaksanaan
1. Stenosis Aorta
Dapat dilakukan reparasi (repair) atau replace (mengganti katup dengan katup
artificial). Penderitaan asimtomatik perlu dirujuk untuk pemeriksaan DopplerEkokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk
menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit
memberikan nasehat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi
sederhana biasanya kurang menolong.
Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan melebarkan saja tidak
dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus dipertimbangkan.
Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat
mengerikan. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak
dan remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang
menyempit. Dari pihak lain tantangan terhadap anggapan tersebut bahwa stenosis
aorta membahayakan kehidupan. Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga
terpaksa diharuskan, tetapi kemudian akan mengakibatkan hal-hal yang tidak
diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan jasmani. Pada saat ini masih tidak
diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut.
Lebih mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular daripada
membran murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih
sukar lagi dari pada stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi. Sekarang terdapat
teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter yang
dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan
terjadinya penyempitan kembali. Berikut beberapa cara penatalaksanaan yang dapat
dilakukan antara lain :
1. Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)
2. Balloon Valvuloplasty (valvulotomy)
Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa
menggantinya merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon
valvuloplasty dilakukan dengan kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon
yang dapat dikembangkan ketika mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut
akan menekan katup yang menyempit sehingga dapat terbuka kembali dan
memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal kembali.

Balon valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis


katup aorta beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada
infant dan anak-anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu
berhasil karena stenosis dapat muncul kembali setelah dilakukan balon valvulopasty.
Oleh karena alasan diatas, untuk penyembuhan stenosis katup aorta pada dewasa jrang
dilakukan balon vasvulopasty terkecuali pada klien yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan operasi penggantian katup atau valvulopasty.
a. Percutaneous aortic valve replacement
Percutaneous aortic valve replacement atau penempatan kembali katup aorta
percutan merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien
dengan stenosis katup aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini dengan
menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko
tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta. Pembedahan katup aorta
dilakukan dengan beberapa metode antara lain :
1. Penempatan kembali katup aorta
Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis
katup aorta. Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup yang rusak
dengan katup mekanik baru atau bagian dari jaringan katup. Katup mekanik
terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi dapat pula menyebabkan resiko
penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat dengan katup. Oleh
karena itu, untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan
seperti warfarin (caumadin) seumur hidup untuk mencegah penggumpalan
darah.
2. Valvuloplasty
Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih
baik untuk dilakukan daripada penggunaan metode balon valvuloplasty.
Seperti pada bayi yang baru lahir yang mengalami kelainan dimana daun
katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara operasi bedah cardiac pada
katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan meningkatkan
kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki
katup, yaitu menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah
sekitar katup.
2.Insufisiensi aorta
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah :

a. Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan. Pilihan untuk katup buatan
ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk koagulan, serta
lamanya umur katup. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan
hipertrofi ventrikelm kiri tanpa tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala
lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan
penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.
H. Komplikasi
1. Stenosis Aorta
a. Gagal jantung
b. Hipertensi sistemik
c. Nyeri dada (angina pectoris)
d. Sesak nafas
2. Insufisiensi aorta
Perubahan hemodinamika yang mendadak, selain prosedurnya sendiri,
menyebabkan

pasien

dapat

mengalami

komplikasi

setelah

pembedahan.

Komplikasi tersebut meliputi pendarahan, tromboembolisme, insfeksi, gagal


jantung kongestif, hipertensi, disritmia, hemolisis, dan sumbatan mekanis.
I.

Pengobatan
1. Stenosis Katup Aorta
Bila penderita dewasa mengalami angina, pingsan dan sesak nafas ketika
melakukan aktivitas akibat stenosis katup aorta, maka dilakukan pembedahan
untuk mengganti katup, yang sebaiknya dilakukan sebelum terjadinya kerusakan
ventrikel kiri yang menetap. Katup pengganti dapat berupa katup mekanik atau
katup yang sebagian terbuat dari katup babi.
Untuk mencegah infeksi katup jantung, setiap penderita dengan katup
pengganti, harus mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani tindakan gigi atau
pembedahan. Pada anak-anak, jika stenosisnya berat, pembedahan dapat
dilakukan bahkan sebelum gejala-gejalanya timbul. Pengobatan dini sangat
penting karena kematian mendadak bisa terjadi sebelum timbulnya gejala.
Untuk anak-anak, pilihan yang aman dan efektif untuk mengganti katup
adalah perbaikan katup melalui pembedahan dan valvuloplasti balon. Pada
valvuloplasti balon, suatu kateter yang pada ujungnya terpasang balon,

dimasukkan ke dalam katup dan balon digelembungkan untuk melebarkan lubang


katup.
Valvuloplasti balon juga digunakan pada pasien yang lebih tua yang tidak
dapat menjalani pembedahan, meskipun stenosisnya cenderung berulang. Tetapi
penggantian katup biasanya merupakan pengobatan terbaik untuk orang dewasa,
yang memiliki prognosis sangat baik.
2. Pengobatan Regurgitasi Katup Aorta
Untuk mencegah infeksi pada katup jantung yang rusak, setiap sebelum
menjalani tindakan gigi atau pembedahan, kepada penderita diberikan antibiotik.
Tindakan tersebut juga dilakukan pada regurgitasi katup aorta yang ringan.
Bila muncul gejala gagal jantung maka harus dilakukan pembedahan sebelum
ventrikel kiri rusak permanen. Sebelum dilakukan pembedahan maka gagal
jantung bisa diobati dengan digoxin dan penghambat ACE, atau obat lain yang
bisa melebarkan pembuluh darah dan mengurangi kerja jantung. Biasanya katup
akan diganti dengan katup mekanik atau katup yang sebagian dibuat dari katup
babi.
2.2. Penyakit katup Pulmonal
A. DefinisiStenosis Pulmonal
Stenosis Katup Pulmoner adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada
katup pulmoner. Katup pulmoner adalah katup pada ventrikel kanan jantung, yang
akan membuka untuk mengalirkan darah ke paru-paru.
B. Penyebab Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmoner seringkali disebabkan oleh adanya gangguan pembentukan
selama perkembangan janin yang penyebabnya tidak diketahui. Penyempitan bisa
terjadi pada katup pulmoner maupun di bawah katup pulmoner (pada arteri
pulmonalis). Kelainan ini bisa berdiri sendiri atau bersamaan dengan kelainan
jantung lainnya, sifatnya bisa ringan maupun berat. Ditemukan pada 1 diantara
8000 bayi.
C. Gejala Stenosis Pulmonal
Jika terjadi penyumbatan yang lebih berat, maka darah yang mengalir ke
paru-paru sangat sedikit. Tekanan di ventrikel dan atrium kanan meningkat,
sehingga mendorong darah yang kekurangan oksigen (yang berwarna biru)
menembus ke dinding diantara atrium kiri dan kanan, lalu masuk ke dalam
ventrikel kiri dan dipompa ke dalam aorta untuk dialirkan ke seluruh tubuh.

Akibatnya bayi tampak biru (keadaan ini disebut sianosis). Berat badan tidak
bertambah dan anak gagal berkembang.
D. Patofisiologi
Karena stenosis yang terjadi pada katup pulmonal ( tipe valvuler ), atau pada
pangkal arteri pulmonal ( tipe supravalvuler ), atau pada infundibulum ventrikel kanan
( tipe subvalveler ), maka ventrikel kanan akan menghadapi beban tekanan berlebihan
yang kronis. Dilatasi pasca stenotik pada arteri pulmonal merupakan pertanda yang
karakteristik bagi stenosis pulmonal tipe valvuler dan tidak ditemukan pada tipe
stenosis pulmonal yang lain. Katup pulmonal tampak doming pada waktu systole,
tebal dan mengalami fibrosis, tapi jarang sekali disertai klasifikasi. Jika ditemukan
proses klasifikasi, biasanya disebabkan oleh infiksi endokarditis bacterial.
Adanya hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan bahwa stenosis pulmonal cukup
signifikan. Bagian infundibuler akan mengalami hipertrofi pula dan hal ini akan
memperberat stenosis pulmonal. Tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kanan pun
meninggi. Elastisitas miokard berkurang dan akhirnya timbul gejala gagal jantung
kanan.
Severitas stenosis pulmonal umumnya dibedakan sebagai stenosis pulmonal yang
ringan, yang moderat dan yang berat, walaupun perbedaan ini hanya bersifat arbitrer
dan sering overlapping, bahkan mengalami perubahan yang progresif. Pada stenosis
pulmonal yang ringan, tekanan sistolik di ventrikel kanan biasanya kurang dari 50
mmHg dan itu berarti kurang dari 50% tekanan sistemik. Pada stenosis pulmonal yang
moderat, tekanan sistolik ventrikel kanan berkisar antara 50-75% dari tekanan
sistemik, atau antara 50-75mmHg. Dan stenosis pulmonal dianggap berat, apabila
tekanan sistolik ventrikel kanan lebih dari 75% tekanan sistemik, atau lebih dari 75
mmHg. Kemudian stenosis pulmonal dianggap sudah kritis apabila tekanan sistolik
ventrikel kanan melebihi tekanan sistemik.
E. Manifestasi Klinis
1. Gangguan fungsi miokard :
a. Takikardia
b. Perspirasi ( yang tidak tepat )

c. Penurunan haluaran urine


d. Keletihan
e. Kelemahan
f. Gelisah
g. Anoreksia
h. Ekstrimitas pucat dan dingin
i. Denyut nadi perifer lemah
j. Penurunan tekanan darah
k. Irama gallop
l. Kardiomegali
2. Kongesti paru
a.

Takipnea

b.

Dispnea

c.

Retraksi ( bayi )

d.

Pernapasan cuping hidung

e.

Intoleransi terhadap latihan fisik

f.

Ortopnea

g.

Batuk, suara serak

h.

Sianosis

i.

Mengi

j.

Suara seperti mendengkur ( grunting )


3. Kongesti vena sistemik
a.

Pertambahan berat badan

b.

Hepatomegali

c.

Edema perifer, periorbital

d.

Asites

e.

Distensi vena leher ( pada anak-anak )


F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan ekokardiografi
Dengan ekokardiografi M-mode dinding ventrikel kanan tampak tebal dan
mungkin dilatasi. Hipertrofi dan dilatasi ini disebabkan oleh beban tekanan berlebih
yang kronis yang dihadapi oleh ventrikel kanan. Pada stenosis pulmonal valvuler,
katup pulmonal menunjukkan multiple echoes pada saat diastole disertai gelombang A
yang dalam. Pada stenosis pulmonal infundibuler, tampak fluttering daun katup
pulmonal pada saat systole dan gelombang A mungkin tidak begitu dalam atau
menghilang.
Daerah ekokardiografi 2-D, dan posisi pengambilan aksis lintang di daerah
pulmonal, akan terekam daun katup pulmonal yang tebal disetai doming pada saat
systole, penebalan infundibulum ventrikel kanan, atau stenosis arteri pulmonal
supravalvuler. Pada stenosis pulmonal yang lanjut, kadang-kadang ditemukan pula
adanya klasifikasi pada katup.
Dengan pemeriksaan Doppler, turbolensi aliran darah dan meningkatnya
kecepatan aliran darah yang melewati katup pulmonal pada saat systole, menunjukkan
adanya stenosis pulmonal yang signifikan. Rewkaman Doppler dilakukan dengan
posisi pengambilan aksis lintang di daerah pulmonal ataupun posisi suprasternal kea
rah arteri pulmonal kanan. Pada stenosis pulmonal valvuler, rekaman turbulensi aliran
darah akan tampak jelas apabila volume sampel diletakkan persis di balik katup

pulmonal dan aliran darah akan tampak laminal apabila volume sampel diletakkan di
infundibulum ventrikel kanan didepan katup pulmonal
2. Penggunaan kateterisasi
Pada stenosis pulmonal yang ringan dan asimtomatik, kateterisasi tidak perlu
segera dilakukan. Tapi pada stenosis pulmonal yang cukup berat, kateterisasi harus
segera dilakukan untuk mengetahui gradient tekanan antara ventrikel kanan dengan
arteri pulmonal, perbedaan saturasi antar ruang dan kemungkinan adanya kelainan
jantung yang lain.
Tekanan di ventrikel kanan tampak meningkat, tapi tekanan dalam arteri
pulmonal relative normal atau bahkan berkurang, sehingga terjadi gradient tekanan
sistolik antara kedua ruangan itu diatas 10mmHg. Tekanan ventrikel kanan biasanya
kurang dari 50mmHg, tapi belum melebihi tekanan sistemik, dianggap stenosis
pulmonal masih moderat. Dan stenosis pilmonal dianggap berat, apabila tekanan di
ventrikel kanan menyamai atau bahkan sudah melebihi tekanan sistemik, sementara
tekanan rata-rata dalam arteri pulmonal rendah sekali.
Angiografi ventrikel kanan dengan posisi lateral dapat memperlihatkan letaknya
stenosis. Katop pulmonal tampak tebal, doming, dengan pancaran kontras yang nyata
pada saat systole melalui lubang katup yang kecil. Dengan jelas tampak pula dilatasi
arteri pulmonal pasca stenotik.
3. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
4. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak
ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.

5. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai pulmonal
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Tidak ada terapi spesifik pada pasien dengan stenosis
pulmonal. Jika terjadi gagal jantung kanan, diobati dengan pemberian diuretik.
Ada sedikit data yang mendukung keberhasilan pemberian digoxin pada keadaan
ini. Pasien dengan aritmia atrial, sering memerlukan terapi antiaritmia, ablasi atau
keduanya. Pengobatan pada stenosis pulmonal berat adalah dengan valvuloplasti
balon percutaneus atau dengan intervensi pembedahan.
H. Komplikasi
Pada stenosis pulmonal yang berat bisa terjadi gagal jantung kanan. Demikian
pula infark miokard kanan dapat terjadi pada stenosis pulmonal berat dengan
pembesaran ventrikel kanan. Walaupun jarang, andokarditis dapat terjadi sebagai
komplikasi stenosis pulmonal.
I. Pengobatan
Stenosis Pulmonal
Jika penyakitnya sedang sampai berat, katup bisa dibuka dengan cara
memasukkan sebuah selang plastik yang pada ujungnya terpasang balon melalui
sebuah vena (pembuluh balik) di tungkai.
Jika terjadi sianosis, maka sebelum dilakukan pembedahan diberikan obat
prostaglandin (misalnya Alprostadil) agar duktus arteriosus tetap terbuka.
Pembedahan yang dilakukan bisa berupa membuat hubungan antara aorta dan
arteri pulmonalis atau membuka katup pulmoner maupun keduanya. Pembedahan
ini memungkinkan darah untuk tidak melewati katup yang menyempit dan
mengalir ke dalam paru-paru agar kaya akan oksigen. Pembedahan biasanya
dilakukan pada usia pra-sekolah. Jika terdapat kelainan bentuk katup, maka
dilakukan pembedahan untuk kembali membentuk katup pulmoner.
2. Regurgitasi Katup Pulmonal
Regurgitas pulmonal merupakan kelainan yang jarang terdapat. Kelainan ini bisa
di sebabkan kelainan kongenital daun katup, endokarditis infeksiosa, operasi koreksi
stenosis pulmonal, hipertensi pulmonal berat akibat stenosis mitral maupun sebab

yang lain seperti penyakit yang lain seperti seperti penyakit paru kronik dan emboli
paru.
Regurgitasi katup pulmonalis biasanya ditemukan pada hipertensi pulmonal yang
berat dan merupakan akibat dari dilatasi cincin katup karena pembesaran arteri
pulmonalis. Dari pemeriksaan auskultasi, dapat ditemukan adanya murmur drescendo
sepanjang garis sternum kiri, namun bunyi ini juga terdapat pada regurgitasi aorta
sehingga pembedaannya dilakukan dengan echokardiografi Doppler.
Pengelola regurgitasi pulmonal berat biasanya terbatas pada pemberian profilaksis
antibiotic pada tindakan dental atau operasi. Gagal jantung sangat jarang terjadi pada
regurgitasi pulmonal sehingga tidak banyak pengalaman tindakan pengobatan ataupun
operasi pada kasus tersebut.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Keadaan umum : pasien tampak lemah / tampak sesak, kesadaran
composmentis, apatis, somnolen, sofor dan coma.
2. Tanda-tanda vital : Berat Badan ( BB ) dan Tinggi Badan ( TB )
3. Pemeriksaan kepala dan leher : pasien tampak gelisah, wajah pucat, konjungtiva
anemis, skelera ikterik, eksoptalmus, ptechie, bibir sianosis, hidung simetris,
keluhan pusing, nyeri kepala dan pingsan.
4. Menilai arteri carotis : penurunan pulsasi arteri carotis, bising ( Bruit ) saat
auskultasi.
5. Pemeriksaan dada :

obsrevasi gerakan pernafasan ( frekuensi, irama,

kedalaman nafas), kesimetrisan dada, suara nafas vesikuler / ronchi, saat palpasi
teraba thrill di daerah aorta, kaji bising stenosis aorta. ( suara paling keras,
sepanjang atas sternum dan menjadi lemah di area afek dan aksila dan atau
systolik yang kasar disela iga 2-3 sebelah kanan sternum.
6. Pemerikaaan abdomen : adanya bruit, atau bising pembuluh oleh karena
stenosis yang menyangkut pembuluh-pembuluh cabang aorta, kesimetrsan bentuk
abdomen ( asites, hepatomegali )
7. Pemerikasaan kulit / ekstremitas : akral hangat atau dingin , kulit lembab atau
kering, sianosis, adanya edema
8. Pemeriksaan kuku : sianosis perifer, cavilary refill
B. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Diagnosa Keperawatan Penyakit Jantung Katup Aorta

1. Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringaan.


2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
4. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan retensi cairan dan natrium.
5. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpajan pada informasi tentang penyakit katup jantung.
2.Diagnosa Keperawatan Penyakit jantung Katup Pulmonal
1. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai
dengan RR 25x/menit
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume
sekuncup yang ditandai dengan TD : 110/70 mmHg
C.Rencana Keperawatan
1. Rencana Keperawatan Penyakit Jantung Katup Aorta
1. Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan.
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil:
a. Nyeri berkurang atau hilang.
b. Klien tampak tenang.
Intervensi:
1) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau
penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ;
berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
Rasionalisasi : Pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau
berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
2) Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ;
perubahan posisi, gosokkan punggung, dukungan emosional.
Rasionalisasi : Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan
emosional pasien.
3) Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasionalisasi : Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam
tingkat aktivitas individu.

4) Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid :


aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).
Rasionalisasi : Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan demam ; steroid
diberikan untuk gejala yang lebih berat.
5) Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
Rasionalisasi : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan
beban kerja jantung.
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
b. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi :
1) Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan
setelah aktivitas dan selama diperlukan.
Rasionalisasi : Membantu menentukan derajat dekompensasi jantung
,pulmonal. Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi
jantung

terhadap

aktivitas.

2) Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.


Rasionalisasi : Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah
jantung.
3) Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur,
gallop S3 dan S4. Rasionalisasi : Memberikan deteksi dini dari terjadinya
komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
4) Berikan tindakan kenyamanan misalnya; perubahan posisi, gosokkan
punggung,

dalam

toleransi

jantung

Rasionalisasi : Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.


3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
Tujuan : Agar pasien tidak menunjukan stress pernapasan atau stress jantung
Kriteria Hasil : Klien dapat istirahat dengan tenang.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi nadi, catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri dada,
kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan

Rasional : parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres


aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
2. Pertahankan lingkungan termal yang netral.
Rasionalisasi : Hipotermia atau hipertermia akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
3. Berikan periode istirahat dan hindari hal-hal yang melelahkan klien.
Rasionalisasi : Untuk mengurangi atau memperkecil kerja jantung.
4. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas
Rasional : stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
4. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan retensi cairan dan natrium.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan

masukan

dan

haluaran

cairan

Kriteria Hasil :
1. Berat badan stabil
2. Tanda vital dalam rentang norml
3. Tidak ada edema
Intervensi :
1) Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan.
Rasionalisasi : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan
kefektifan terapi diuretik,
keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari
pengeluaran).
2) Timbang berat badan tiap hari.
Rasionalisasi : berat badan meningkat menunjukkan makin buruknya gagal
jantung.
3) Auskultasi bunyi nafas dan jantung.
Rasionalisasi : tambahan bunyi nafas (krekels) dapat menunjukkan timbulnya
edema paru akut atau GJK kronis.
4) Pantau tekanan darah.
Rasionalisasi : peningkatan tekanan darah dapat menunjukkan kelebihan
cairan
5) Jelaskan tujuan pembatasan cairan/natrium pada pasien.
Rasionalisasi : memberikan beberapa rasa kontrol dalam menghadapi upaya
pembatasan.
6) Berikan diuretik contohnya furosemid, asam etakrinik, sesuai indikasi.
Rasionalisasi : menghambat reabsorpsi natium/klorida, yang meningkatkan
ekskresi cairan dan menurunkan kelebihan cairantotal tubuh dan edema paru.

5. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.


Tujuan : Menyatakan kesadaran perasaan ansietas
Kriteria Hasil :
a. Penurunan ansietas
b. Menunjukkan relaksasi
c. Menunjukkan perilaku untuk menangani stress
Intervensi :
1) Pantau respon fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.
Rasionalisasi : membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung,
penggunaan evaluasi seirama dengan respon verbal dan nonverbal.
2) Berikan tindakan kenyamanan.
Rasionalisasi : membantu mengarahkan perhatian dan meningkatkan relaksasi,
meningkatkan kemampuan koping.
3) Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong
partisipasi maksimum pad rencana pengobatan.
Rasionalisasi : keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien
dalam arti positif dan memberikan rasa kontrol.
4) Anjurkan pasien melakukan relaksasi, contoh nafas dalam.
Rasionalisasi : memberikan arti penghilangan respon ansietas, menurunkan
perhatian, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpajan pada informasi tentang penyakit katup jantung.
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit.
Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikasi perilaku pola hidup untuk mencegah komplikasi
b. Mengenali kebutuhan untuk kerjasama dn mengikuti perawatan
Intervensi :
1) Jelaskan dasar patoloi abnormalits katup.
Rasionalisasi : pasien harus mempunyai dasar pemahaman tentang
abnormalitas katupnya sendiri dan konsekuensi hemodinamik kerusakan
sebagai dasar penjelasan rasional berbagai aspek pengobatan.
2) Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologisendiri terhadap aktivitas.
Rasionalisasi : keterlibatan pasien dalam memantau toleransi terhadap
aktivitasnya sendiri adalh penting untuk keamanan dan/atau mengubah
aktivitas harian.
3) Tekankan pentingnya melaporkan rasa haus berlebihan, pusing berat, atau
episode

berdenyut.

Rasionalisasi : dapat mengidentifikasi kebutuhan evaluasi status elektrolit


(khususnya kalium) dan/atau gangguan program obat.

4) Diskusikan kebutuhan pasien untuk keseimbangan aktivitas dan istirahat.


Rasionalisasi : program aktivitas bertahap yang konsisten dan tepat paling baik
untuk meminimalkan kondisi dan kelemahan dan mencegah kelebihan kerja,
yang dapat meningkatkan beban jantung/dekompensasi.
2.Rencana Keperawatan penyakit Jantung katup Pulmonal
1. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai
dengan RR 25x/menit.
Tujuan : Efektifnya pola nafas setelah tindakan keperawatan selama 1 x 30
menit dibuktikan dengan:
Suhu : 36,5-37,5 C
TD : 110-120/70-80 mmHg
Nadi : 80-100 x/menit
RR : 16-20 x/menit
Sianosis (-)
Konjungtiva normal
Wheezing (-)
Intervensi :
1. Pantau adanya pucat atau sianosis
Rasional : Pucat atau sianosis merupakan tanda bahwa klien kekurangan O2
2. Pantau kecepatan irama, kedalaman, usaha respirasi
Rasional : Untuk mengetahui apakah keluhan pasien sudah berkurang setelah
tindakan keperawatan dilakukan.
3. Kaji kebutuhan insersi jalan nafas.
Rasional : Untuk mengetahui seberapa tingkat kebutuhan klien terhadap
oksigen yang akan diberikan.
4. Auskultasi bunyi nafas, kaji adanya bunyi nafas tambahan
Rasional : Untuk mengetahui sebab dari sesak nafas.
5. Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan
Rasional : Posisi yang tepat akan membantu pengoptimalan pernafasan klien

2.

Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume

sekuncup yang ditandai dengan TD : 110/70 mmHg


Tujuan : Penurunan curah jantung teratasi setelah tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam dibuktikan dengan:
Suhu : 36,5-37,5 C
TD : 110-120/70-80 mmHg
Nadi : 80-100 x/menit
RR : 16-20 x/menit
Akral normal
Sianosis (-)
Konjungtiva normal
Wheezing (-)
Intervensi :
1. Palpasi nadi perifer
Rasional : Tanda penurunan curah jantung dapat diperlihatkan dengan ciri
menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsalis pedis, dan post-tibial, nadi
mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi, dan gangguan pulsasi
(denyut kuat disertai dengan denyut lemah) mungkin ada.
2. Kaji perubahan pada sensorik, contoh letargi, cemas dan depresi
Rasional :Penurunan curah jantung dapat mengakibatkan tidak efektifnya
perfusi serebral
3. Pantau serial EKG
Rasional :EKG merupaka indicator utama terhadap perubahan konduksi
elektrikal jantung. adanya perubahan dapat di pantau dengan serial EKG
4. Kolaborasi untuk dilakukan pembedahan
Rasional :TGA dengan regurgitas aorta yang berat memerlukan koreksi TGA
dan rekonstruksi katub aorta pada usia muda.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Katup jantung bekerja mengatur aliran darah melalui jantung ke arteri
pulmonal dan aorta dengan cara membuka dan menutup pada saat yang tepat
ketika jantung berkontraksi dan berelaksasi selama siklus jantung. Katup
pulmonalis membuka dari ventrikel kanan ke dalam arteri pulmonalis. Katup aorta
membuka dari ventrikel kiri ke dalam aorta. Bila salah satu katup tidak terbuka
atau tertutup dengan baik maka akan mempengaruhi aliran darah, bila katup tidak
dapat membuka secara sempurna(biasanya karena stenosis), akibatnya aliran
darah melalui katup tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat menutup
secara sempurna darah akan mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut
regurgitasi atau infusiensi. Penyakit jantung katup aorta yaitu stenosis aorta dan
regurgitasi aorta. Penyakit jantng katup pulmonal yaitu stenosis pulmonal dan
regurgitasi pulmonal.

DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Elsevier.
Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Apriliand,

Prazz.

2012.

Makalah

Kelainan

Katup

Jantung.

http://www.scribd.com/doc/111360279/Makalah-Kelainan-Katub-Jantung#scribd,
diakses pada 9 Oktober 2015.
Penyebab Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis). http://www.spesialis.info/?penyebabstenosis-katup-aorta-%28aortic-stenosis%29,744, diakses pada 9 Oktober 2015.
Regurgitasi Katup Aorta. http://doktersehat.com/regurgitasi-katup-aorta/, diakses pada 9
Oktober 2015.
Abdullah,

Rozi.

2012.

Stenosis

Katup

Pumoner.

http://bukusakudokter.org/2012/11/05/stenosis-katup-pulmoner/, diakses pada 9


Oktober 2015.
Ferry.

2012.

Penyakit

Sistem

https://srimahendra.files.wordpress.com/2012/06/1-penyakit-sistemkardiovascular.doc. diakses pada 9 Oktober 2015.

Kardiovaskuler.

MAKALAH
PENYAKIT JANTUNG KATUP (AORTA DAN PULMONAL)
Dosen Pengampu : Priyanto, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB.

Disusun oleh :
Ni Wayan Muliarti
Nina Ardiyanti
Nindy Kumalasari
Nita Agustina Wardani
Syaifudin M. Rifai
Rina Warni

(010114A080)
(010114A083)
(010114A084)
(010114A086)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN

2015

Anda mungkin juga menyukai