Anda di halaman 1dari 15

KONSEP SEKSUALITAS DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS D2.1

1. MINDAYANI
2. MEYLANI
3. MELANIA SYAHFITRI

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2018
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “KONSEP
SEKSUALITAS DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN” Dengan baik.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk,
dorongan, dan bantuan moril maupun material dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimaksih kepada :


1. PERLINDUNGAN PURBA,SH, MM, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia Medan.
2. Dr.IVAN ELISABETH PURBA,M.KES, selaku rector Universitas Sari
Mutiara Indonesia
3. TARULI SINAGA SP.M.kM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan
4. Ns.RINCO SIREGAR,S.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan
5. Ibu Ns.RINCO SIREGAR,S.Kep, selaku Dosen Pengajar yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam
menyelesaikan makala ini.
Tim penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari isi maupun susunannya, untuk tim penulis akan
membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak dami kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dari
pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya
dibidang keperawatan. Akhir kata tim penulis mengucapkan terimaksih.

Medan, 08 Oktober 2018


Penulis

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas
di defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim
dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan
ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari
seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata
seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan seksual. Seksualitas merupakan
aspek yang sering di bicarakan dari bagian personalitas total manusia, dan
berkembang terus dari mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen-elemen
yang terkait dengan keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen
tersebut termasuk elemen biologis; yang terkait dengan identitas dan peran
gender berdasarkan ciri seks sekundernya dipandang dari
aspekbiologis. Elemen sosiokultural, yang terkait dengan pandangan
masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan seksualitas
yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen
perkembanganpsikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan
berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan
peran gender dari aspek psikososial. Termasuk tahapan perkembangan
psikososial yang harus dilalui oleh oleh individu berdasarkan gendernya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana seksualitas dalam keperawatan itu?

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Menerapkan konsep seksualitas dalam praktek keperawatan
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa akan dapat:
1. Memahami konsep seksualitas
2. Mengkaji kebutihan seksualitas
3. Menyususn diagnosa keperawatan
4. Menyusun intervensi/implementasi sesuai eviderce based praktice
5. Evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep tentang seksualitas.
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkup
anseksualitas suatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang
merupakan kegiatan hubungan fisik seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga
menunjukkan gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan
paling dalam, akrab dan intim yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam,
dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi diri manusia. Seks adalah
perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis
kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi
biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan
dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga
kesehatan dan memfungsikan secara optimal organreproduksi dan dorongan
seksual (BKKBN, 2006).
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana
menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis (BKKBN,
2006).Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam
hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam
membentukpandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku
seks (BKKBN, 2006)

2.2 Sikap terhadap kesehatan seksual.


Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan
fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari
ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam
batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan
hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya
bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan
dihormati (BKKBN, 2006).
2.3 Perkembangan seksual.
- Masa Dewasa
Dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus untuk mengesplorasi dan
menemukan maturasi emosional dalam hubungan. Dewasa mudah secara
tradisonal dipandang sebagai berperan dalam melahirkan anak atau membesarkan
anak. Model ini menggambarkan sebagian besar orang dewasa. Keintiman dan
seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih untuk tidak
melakukan hubungan seks, tetap melajang karena pilihan sendiri atau karena
situasi tertentu tetap menginginkan aktivitas seksul, yaitu mereka yang melajang
setelah memutuskan hubungan, mereka yang homoseksul, mereka yang tidak
mempunyai anak berdasarkan pilihan, atau mereka yang tidak mampu melahirkan
anak. Sambil mengembangkan hubungan yang intim, semua orang dewasa yang
secara seksual aktif harus belajar teknik stimulasi dan respon seksual yang
memuaskan bagi pasangan mereka beberapa orang dewasa mungkin hanya
memerlukan isi untuk beresksperimen dengan perilaku.plihan atau keyakinan
bahwa ekspresi seksual selain dari senggama penis-vagina adlah normal. Orang
dewasa dapat didorong untuk mengungkapkan kepada pasangan mereka tipe
stimuli dan seksual atau kasih sayang yang dianggap sebagai memuaskan.
Pengenalan secara mutual tentang keinginan dan preverensi dan negosiasi praktik
seksual mencetuskan ekspresi seksual yang positif. Penyuluhan keagaman, nilai
keluarga, dan sikap keluarga mempengaruhi penerimaan terhadap sebagian bentuk
stimulasi atau mungkin akan mempunyai efek emosional residual seperti rasa
bersalah atau ansietas dan disfungsi seksual.
Pada akhir masa dewasa individu menyesuiakan diri terhadap perubahan
social dan emosi sejalan denga anak-anak mereka meninggalkan rumah.
pembaruan kembali keintiman dapat memungkinkan atau diperlukan diantara
pasangan. namun demikian salah sati atau kedua pasangan dapat mengalami
ancaman terhadap gambaran diri karena tubuh telah menua dan mungkin berupaya
untuk mencapai kemudaan melalui hubunga seksual dengan pasangan yang jauh
lebih muda.jika di inginkan pasangan dapat di bantu untuk mennemukan sesuatu
yang baru atau kegairahan baru galam hubungan monogami yang langgeng
melalui percobaan posisi teknik seksual dan penggunaan fantasi.
- Masa Dewasa Muda Dan Pertengahan Umur
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dengan ciri seks
sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa
pertengahan umur terjadi perubahan hormonal: pada wanita ditandai dengan
penurunan estrogen, pengecilan payu darah dan jaringan vagina, penurunan cairan
vagina selanjutnya akan tejadi penurunan reaksi ereksi. Pada pria di tandai dengan
penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan psikososial,
sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis proses pernikahan dan
memiliki anak sehingga terjadi perubahan peran.
- Masa dewasa tua
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah
atropi pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan
penurunan intensitas orgasme pada wanita sedangakan pada pria akan mengalami
penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya
pencapaian ereksi dan pembesaran kelenjar prostat.
- Masa Dewasa Tua (Lansia)
Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi menjdi
penekanan pada pertemanan kedekatan fisik komunikasi intim dan hubungan fisik
mncri ksenangan (Ebersole & Hess 1994).Tidak ada alasan bagi individu tidak
dapat tetap aktif secara seksual sepanjang mereka memilihnya.Hal ini dapat secara
efektif dipenuhi dengen mempertahankan aktifitas seksual scra teratur sepanjang
hidup,terutama seks bagi wanita hubungan senggama teratur membantu
mempertahankan elastisitas vagina mncegah atrofi dan mempertahankan
kemampuan untuk lubrikasi. Namun demikian proses penuaan mempengaruhi
perilaku seksual. Perubahan fisik yang terjadi bersama proses penuaan harus
dijelaskan kepada klien lansia. Lansia mungkin juga menghadapi kekuatiran
kesehatan yang membuat sulit bagi mereka untuk melanjutkan aktifitas
seksual.dewasa yang menua mungkin harus menyesuaikan tindakan seksual dan
berespons terhadap penyakit kronis medikasi sakit dan nyeri atau
masalah kesehatan lainnya.
2.4 Respon seksual.
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-
turut. Normal pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase,
dan hasil bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual:
1. Kegembiraan
2. Plateau
3. Orgasme
4. Resolusi
Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu
dan panjangdurasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin.
Selain itu, intensitas darimasing-masing fase dapat bervariasi antara setiap orang,
dan antara laki-laki dan perempuan.
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa
menitsampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan
meliputi:
a. Peningkatan ketegangan otot
b. Peningkatan denyut jantung
c. Perubahan warna kulit
d. Aliran darah ke daerah genital
e. Mulainya pelumasan Vagina
f. Testis membengkak dan skrotum mengencang

2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa


perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi :
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan
darah
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan
faseterpendek, hanya berlangsung beberapa detik.
Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan
ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh

4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara
perlahankembali ke tingkat fisiologis normal.
Fase resolusi ditandai dengan relaksasi,keintiman,dan seringkali
kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan faseresolusi sebelum kembali
ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan
waktu pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-
laki, panjang dari fase refraktori akan sering meningkat.
Disfungsi seksual yang paling umum pada pria adalah ejakulasi dini.
Masalahini terjadi ketika ada pemendekkan fase kegembiraan dan fase plateau.
Dalam rangkauntuk mencegah ejakulasi dini, seorang pria harus belajar
bagaimana memperlambatfase kegembiraan dan fase plateau, yang dapat dicapai
hanya dengan teknik yang benar dan latihan.

2.5 Masalah yang berhubungan dengan seksualitas.


Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:
1. Ketidaktahuan mengenai Seks.
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak
klitorisnya sendiri.Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak
diketahui oleh banyak orang.Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-
betul merakyat. Ini berpangkal darikurangnya pendidikan seks yang sebagian
besar dari antara masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja. Tidak
jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan pendidikan. Itu
terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di sekolah atau lembaga
formal lainnya.
Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari berbagai media.
Untuk ituorang tua hendaknya memberikan pendidikan soal sekskepada anak-
anaknya sejak dini. Salahsatunya dengan memisahkan anakanaknya tidur dalam
satu kamar setelah berusia sepuluhtahun, sekalipun sama-sama perempuan atau
laki-laki. Demikian halnya denganmenghindarkan anak-anaknya mandi bersama
keluarga atau juga temantemannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks.
Jawaban-jawaban yangdiberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan
usia si anak. Karena itulah, orangtua dituntut membekali dirinya dengan
pengetahuan-pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi
anak akan terjadi pada usia 13 ± 15 tahun pada pria dan 12 ± 14 tahun pada
wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas yaitu masa peralihan dari
masaanak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada
lawan jenisnya.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak serta penuh
keingintahuan dan petualangan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi
kehidupan mereka kelak.Sayangnya, banyak di antara mereka tidak menyadari
beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat
menjerumuskan. Rasa ingin tahu para remaja kadang-kadangkurang disertai
pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Itu pun
terjadiakibat kurangnya kontrol orang tua dan minimnya pendidikan seks dari
sekolah atau lembaga formal lainnya.

2. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman
ini dalammelakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan
hidup, sang wanita harusikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah.
Dan pasangan yang sedang lelah jarangmerasakan bahwa hubungan seks menarik
minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur.Kelelahan bisa menyebabkan
bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskankebutuhan lawan jenis
dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisamemadamkan
gairah seks.
3. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud
sebagai perangterbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain.
Konflik menjadi kendalahubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser
proses foreplay. Pasangan dapatmempertajam perselisihan mereka dengan
menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan
dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya.Kemarahan dan
kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah masalahseksual
antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan diri untuk
tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan
tidak juga buruk.Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan. Kemarahan,
ketegangan atau perasaankesal akan selalu menghambat gairah seks.

4. Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa
dianggap seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering
menjadi berlebihan sampai kesuatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa
bosan itu adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda
tidak terpenuhi. Masalah ini diderita olehkebanyakan pasangan yang sudah hidup
bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yangsudah hidup bersama untuk
jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatanyang datang
ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang
demikianmelihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan
mitra baru.

2.6 Dimensi Seksualitas


1. Dimensi sosiokultural
Di pengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah prilaku
yang di terima dalam kultur
2. Dimensi agama dan etik
Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan
seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksualitas.
3. Dimensi psikologi
Apa yang sesuai dan di hargai di pelajari sejak dini dalam kehidupan dnegan
mengamati prilaku orang tua.
4. Dimensi biologis
Seksualitas berkaitan dengan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan
yang di tentukan pada masa konsepsi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kebutuhan seksual
yang dialami oleh orang dewasa merupakan kebutuhan seks yang mengalami
penurunan fungsi organ reproduksi mengakibatkan kecanggungan dalam
hubungan pasangan suami istri.
Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola
seksual dan perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa
suatu kondisi seorang individu mengalami atau beresiko mengalami perubahan
kesehatan seksual.
Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau
beresiko mengalami perubahan fungsi seksual yang negatif yang di pandang
sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: salemba


medika.
Potter dan perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik. Edisi 4 Jakarta: EGC
Stevens, PJM. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid 2 Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai