Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT:KERACUNAN

KERACUNAN

A. Pengertian

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh
dengan adanya reaksi kimia.

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia
yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi
dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi
bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena
masalah toksik.

B. Macam-macam Keracunan

1. Mencerna (menelan) racun


Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum
diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara system organ vital,
menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk
mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak ada kerusakan
serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan
pernapasan dan sisitem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala,
usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek
toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system saraf pusat atau
pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditela, yaitu:
 Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
 Dialisis
 Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge
containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan
ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda dan gejala masalah
potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
 Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha bunuh diri
 Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan pencegahan racun dan
instruksi pembersihan racun rumah pada pasien atau keluarga

2. Keracunan melalui inhalasi


Penatalaksanaan umum :
1. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
2. Longgarkan semua pakaian ketat.
3. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
4. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
5. Pertahankan pesien setenang mungkin.
6. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.

3. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi
setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu
yang telah dicampur dengan telur mentah.
2. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-
turut dalam setia jamnya.
3. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi
alternative jika norit tidak tersedia.
4. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan
jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan
kontraksi
5. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau dokter terdekat
untuk mendapatkan perawatan intensif.

4. Gigitan ular

Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau
bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan
mungkin terpengaruh.

Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan korban,
melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan kehangatan, membersihkan
luka, menutup luka dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi
jantung. Es atau torniket tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan
dengan cepat meliputi :
 Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
 Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
 Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema, dan eritema jaringan
yang digigit dan didekatnya).
 Menentukan keparahan dampak keracunan.
 Memantau tanda vital.
 Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada beberapa titik.
 Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan pemeriksaan pembekuan).
5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai edema
laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang lebih pendek
diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling
buruk.
Penatalaksanaan umum:
 Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk mempercepat
absorbsi.
 Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang tepat untuk
membendung aliran vena dan limfatik.
 Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
 Injeksi segera dengan epineprin
 Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
 Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
 Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
 Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut

C. Gambaran Klinik

Yang paling menonjol adalah kelainan visus,hiperaktifitas kelenjar ludah,keringat dan


gangguan saluran pencernaan,serta kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor pada
lidah,kelopak mata,pupil miosis.
Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, bradikardi.
Keracunan berat : diare, reaksi cahaya negatif ,sesak nafas, sianosis, edema paru
,inkontenesia urine dan feces, koma

D. Penatalaksanaan

1. Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5
% kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari
obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat.Hindari
pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut
penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan
alat bag – valve – mask.
2. Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis,( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus
halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada
penderita yang tidak kooperatif.Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4
jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi
kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk
mencegah aspirasi pnemonia.

3. Anti dotum (penawar racun)


Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat
penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala
atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8
dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat
menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering
fatal.

E. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian.
Pengkajian difokusakan padfa masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status kesadran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui
setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.

b. Intervensi.
• Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk
keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yan meliputi
resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui
pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.
• Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu pemberian SA.
• Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi demamatau
mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress
pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan
kemungkinan fatal atau kematian.Monitir vital sign setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan
laporkan perubahan segera kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri
abdomen serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta
pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.
• Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan.
• Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety precautions .
Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan
kepribadian,reaksi depresi,psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain

Daftar Pustaka
Brunner and Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah.vol.3.Jakarta:EGC

LP Askep keracunan Insektisida Jenis Baygon


1. DEFINISI

Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik. Keracunan juga merupakan kondisi atau
keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada
permukaan tubuh, termakan, terinjeksi, terisap atau terserap serta terakumulasi dalam organ
tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang yang selanjutnya akan
menyebabkan kerusakan struktur/gangguan fungsi tubuh.
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung
(inhalasi), suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi
satu atau lebih organ tubuh atau jaringan (Mc. Graw Hill Nursing Dictionary).
Menurut Taylor racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah relatif kecil
bila masuk kedalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi yang akan menyebabkan
penyakit atau kematian . Baygon termasuk kedalam salah satu jenis racun, yaitu racun
serangga (insektisida).
Berdasarkan struktur kimianya insektisida dapat digolongkan menjadi :
a) Insektisida golongan fospat organic (IFO), seperti : Malathoin, Parathion, Paraoxan ,
diazinon, dan TEP.
b) Insektisida golongan karbamat, seperti : carboryl dan baygon
c) Insektisida golongan hidrokarbon yang diklorkan, seperti : DDT endrin, chlordane, dieldrin
dan lindane.

Keracunan akibat insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan dan percobaan bunuh
diri , jarang sekali akibat pembunuhan .

2. PATOFISIOLOGIS

Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim


asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh
susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung saraf parasimpatis, dan ujung-ujung
saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar
asetilkolin pada tempat-tempat tersebut.
Asetilkholin itu bersifat mengeksitasi dari neuron – neuron yang ada di post sinaps,
sedangkan asetilkolinesterasenya diinaktifkan, sehingga tidak terjadi adanya katalisis dari
asam asetil dan kholin. Terjadi akumulasi dari asetilkolin di sistem saraf tepi, sistem saraf
pusatm neomuscular junction dan sel darah merah, Akibatnya akan menimbulkan
hipereksitasi secara terus menerus dari reseptor muskarinik dan nikotinik.
Didalam kasus kita ini menyangkut keracunan baygon, perlu diketahui dulu bahwa
didalam baygon itu terkandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan transfluthrin. Propoxur
adalah senyawa karbamat yang merupakan senyawa Seperti organofosfat tetapi efek
hambatan cholin esterase bersivat reversibel dan tidak mempunyai efek sentral karena tidak
dapat menembus blood brain barrier. Gejala klinis sama dengan keracunan organofosfat
tetapi lebih ringan dan waktunya lebih singkat. Penatalaksanaannya juga sama seperti pada
keracunan organofosfat.
Dampak terbanyak dari kasus ini adalah pada sistem saraf pusat yang akan
mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler
mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh
darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular di otak. Hipotensi yang
terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok
mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia
yang terjadi akan memperberat syok, asidemia, dan hipoksia

3. CARA KERJA RACUN

Bila dilihat dari cara kerjanya, maka insektisida golongan fospat organik dan
golongan karbamat dapat dikategorikan dalam antikolinesterase (Cholynesterase inhibitor
insektisida), sehingga keduanya mempunyai persamaan dalam hal cara kerjanya , yaitu
merupakan inhibitor yang langsung dan tidak langsung terhadap enzim kholinesterase.
Racun jenis ini dapat diabsorbsi melalui oral, inhalasi, dan kulit. Masuk ke dalam
tubuh dan akan mengikat enzim asetilkholinesterase ( AChE ) sehingga AChE menjadi
inaktif maka akan terjadi akumulasi dari asetilkholin. Dalam keadaan normal enzim AChE
bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH ) dengan jalan mengikat Akh –AChE yang
bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi akibatnya akan terjadi penumpukan AKH
ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala berupa ransangan AKH yang
berlebihan yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan
stimulasi kemudian depresi SSP)
Pada keracunan IFO, ikatan-ikatan IFO – AChE bersifat menetap (ireversibel),
sedangkan keracunan carbamate ikatannya bersifat sementara (reversible ). Secara
farmakologis efek AKH dapat dibagi 3 golongan :
a) Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat, pupil, bronkus
dan jantung.
b) Nikotinik, terutama pada otot-otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot
pernafasan.
c) SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang (konvulsi) sampai koma

Kita dapat menduga terjadinya keracunan dengan golongan ini jika :


1. Gejala–gejala timbul cepat, bila > 6 jam jelas bukan keracunan dengan insektisida golongan
ini.
2. Gejala–gejala progresif, makin lama makin hebat, sehingga jika tidak segera mendapatkan
pertolongan dapat berakibat fatal, terjadi depresi pernafasan dan blok jantung.
3. Gejala–gejala tidak dapat dimasukkan kedalam suatu sindroma penyakit apapun, gejala dapat
seperti gastroenteritis, ensephalitis, pneumonia, Dan lain-lain.
4. Dengan terapi yang lazim tidak menolong.
5. Pada pemeriksaan anamnesa ada kontak dengan keracunan golongan ini.

4. GAMBARAN KLINIS

Tanda dan gejala yang mungkin timbul akibat reaksi keracunan adalah gangguan
penglihatan , gangguan pernafasan dan hiper aktif gastrointestinal. Untuk jenis keracunan
akut dan kronis memiliki tanda dan gejala yang berbeda-beda, seperti yang dijelaskan di
bawah ini :

a. Keracunan Akut

Tanda dan gejala timbul dalam waktu 30–60 menit dan mencapai maksimum dalam
2–8 jam.
 Keracunan ringan : Anoreksia, sakit kepala, pusing, lemah, ansietas, tremor lidah dan
kelopak mata, miosis, penglihatan kabur.
 Keracunan Sedang : Nausia, Salivasi, lakrimasi, kram perut, muntah– muntah, keringatan,
nadi lambat dan fasikulasi otot.
 Keracunan Berat : Diare, pin point, pupil tidak bereaksi, sukar bernafas, edema paru,
sianons, kontrol spirgter hilang, kejang – kejang, koma, dan blok jantung.

b. Keracunan Kronis

Penghambatan kolinesterase akan menetap selama 2–6 minggu (organofospat ) .


Untuk karbamat ikatan dengan AchE hanya bersifat sementara dan akan lepas kembali
setelah beberapa jam (reversibel ) . Keracunan kronis untuk karbomat tidak ada.
Gejala–gejala bila ada dapat menyerupai keracunan akut yang ringan, tetapi bila
eksposure lagi dalam jumlah yang kecil dapat menimbulkan gejala–gejala yang berat.
Kematian biasanya terjadi karena kegagalan pernafasan, dan pada penelitian menunjukkan
bahwa segala keracunan mempunyai korelasi dengan perubahan dalam aktivitas enzim
kholinesterase yang terdapat pada pons dan medulla ( Bajgor dalam Rohim, 2001).
Kegagalan pernafasan dapat pula terjadi karena adanya kelemahan otot pernafasan, spasme
bronchus dan edema pulmonum.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Pemeriksaan rutin tidak banyak menolong


2) Pemeriksaan khusus, misalnya pengukuran kadar AChE dalam sel darah merah dan plasma,
penting untuk memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik.
a. Keracunan akut :
 Ringan 40 – 70 % N
 Sedang 20 % N
 Berat < 20 % N
b. Keracunan kronik : bila kadar AChE menurun sampai 25 – 50 %, setiap individu yang
berhubungan dengan insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru diizinkan bekerja
kembali bila kadar AChE telah meningkat > 75 % N.
3) Pemeriksaan PA
Pada keracunan acut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas. Sering hanya
ditemukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru,otak dan organ-oragan lainnya.

6. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN

Hal yang pertama kali harus dilakukan dalam kegawatdaruratan dalam keracunan
adalah melakukan survey primer dan sekunder, yaitu meliputi :

1. Survey Primer

a. Resusitasi (ABCD).
Airway
Periksa klancaran jalan napas, gangguan jalan napas sering terjadi pada klien dengan
keracunan baygon, botulisme karena klien sering mengalami depresi pernapasan seperti pada
klien keracunan baygon, botulinun. Usaha untuk kelancaran jalan napas dapat dilakukan
dengan head tilt chin lift/jaw trust/nasopharyngeal airway/ pemasangan guedal.
Cegah aspirasi isi lambung dengan posisi kepala pasien diturunkan, menggunakan
jalan napas orofaring dan pengisap. Jika ada gangguan jalan napas maka dilakukan
penanganan sesuai BHD (bantuan hidup dasar). Bebaskan jalan napas dari sumbatan bahan
muntahan, lender, gigi palsu, pangkal lidah dan lain-lain. Kalau perlu dengan
“Oropharyngealairway”, alat penghisap lendir. Posisi kepala ditengadahkan (ekstensi), bila
perlu lakukan pemasangan pipa ETT.

Breathing = pernapasan.
Kaji keadekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui analisa gas darah
atau spirometri. Siapkan untuk ventilasi mekanik jika terjadi depresi pernpasan. Tekanan
ekspirasi positif diberikan pada jalan napas, masker kantong dapat membantu menjaga alveoli
tetap mengembang. Berikan oksigen pada klien yang mengalami depresi pernapasan, tidak
sadar dan syock. Jaga agar pernapasan tetap dapat berlangsung dengan baik.

Circulation
Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang tepat, dengan
memasang IV line, mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio depresan dari obat yang
ditelan, pengumpulan aliran vena di ekstremitas bawah, atau penurunan sirkulasi volume
darah, sampai dengan meningkatnya permeabilitas kapiler.
Kaji TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan vena sentral
dan suhu. Stabilkan fungsi kardioaskuler dan pantau EKG

Disability (evaluasi neurologis)


Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan GCS, ukuran dan
reaksi pupil serta tanda-tanda vital. Penurunan kesadaran dapat terjadi pada klien keracunan
alcohol dan obat-obatan. Penurunan kesadaran dapat juga disebabkan karena penurunan
oksigenasi, akibat depresi pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinum

2. Survey Sekunder

Kaji adanya bau baygon dari mulut dan muntahan, sakit kepala, sukar bicara, sesak
nafas, tekanan darah menurun, kejang-kejang, gangguan penglihatan, hypersekresi hidung,
spasme laringks, brongko kontriksi, aritmia jantung dan syhock

Langkah selanjutnya setelah survey primer (resusitasi) dan survey skunder adalah
sebagai berikut :

1. Dekontaminasi

Merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan pemaparan terhadap racun,
mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan. Ada beberapa dekontaminasi yang perlu
dilakukan yaitu:
a. Dekontaminasi pulmonal
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi zat
racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen 100% dan jika perlu beri
ventilator.
b. Dekontaminasi mata
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu dengan
memposisikan kepala pasien ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang terburuk
kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau NaCL 0,9%
perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.
c. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu dan aksesoris
lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air kemudian tutup rapat, cuci
bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya
keringkan dengan handuk kering dan lembut.
d. Dekontaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan pemberian bahan
pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi lambung dengan cara induksi
muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik.

2. Eliminasi

Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang sedang
beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari 4 jam. Langkah-
langkahnya meliputi :
a. Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemberian sirup ipecac 15 – 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
b. Katarsis, (intestinal lavage), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus
halus dan besar.
c. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun, atau pada
penderita yang tidak kooperatif. Hasilnya paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan.

Emesis, katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi
kurang dari 4-6 jam. pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk
mencegah aspirasi pnemonia.

3. Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada obat antidotumnya dan
sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial sangat sedikit jumlahnya. Salah satu
antidotum yang bisa digunakan adalah Atropin sulfat (SA) yang bekerja menghambat efek
akumulasi AKH pada tempat penumpukannya.
Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :
a) Pengobatan Pada pasien yang sadar :
 Kumbah lambung
 Injeksi sulfas atropin 2 mg (8 ampul) Intra muscular
 30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA (2 ampul) IM, diulang tiap 30 menit sampai terjadi
artropinisasi.
 Setelah atropinisasi tercapai, diberikan 0,25 mg SA (1 ampul) IM tiap 4 jam selama 24 jam .

b) Pada pasien yang tidak sadar


 Injeksi sulfus Atropin 4 mg intra vena (16 ampul)
 30 menit kemudian berikan SA 2 mg (8 ampul) IM, diulangi setiap 30 menit sampai klien
sadar.
 Setelah klien sadar, berikan SA 0,5 mg (2 ampul) IM sampai tercapai atropinisasi, ditandai
dengan midriasis, fotofobia, mulut kering, takikardi, palpitasi, dan tensi terukur.
 Setelah atropinisasi tercapai, berikan SA 0,25 mg (1 ampul) IM tiap 4 jam selama 24 jam.

c) Pada Pasien Anak


 Lakukan tindakan cuci lambung atau membuat klien muntah.
 Berikan nafas buatan bila terjadi depresi pernafasan dan bebaskan jalan nafas dari sumbatan–
sumbatan.
 Bila racun mengenai kulit atau mukosa mata, bersihkan dengan air.
 Atropin dapat diberikan dengan dosis 0,015 – 0,05 mg / Kg BB secara intra vena dan dapat
diulangi setiap 5 – 10 menit sampai timbul gejala atropinisasi. Kemudian berikan dosis rumat
untuk mempertahankan atropinisasi ringan selama 24 jam.
 Protopan dapat diberikan pada anak dengan dosis 0,25 gram secara intra vena sangat
perlahan – lahan atau melalui IVFD
 Pengobatan simtomatik dan suportif.

7. PROGNOSIS
Prognosis dari kasus ini pada umumnya baik, bila pengobatan dilakukan secepat
mungkin, namun akan berdampak fatal hingga pada kematian jika terjadi kesalahan dalam
pengobatan. Beberapa kesalahan pengobatan yang sering terjadi, berupa :
 Resusitasi kurang baik dikerjakan.
 Eliminasi racun kurang baik.
 Dosis atropin kurang adekuat, atau terlalu cepat dihentikan.

8. KOMPLIKASI

Komplikasi yang bisa muncul pada kasus ini diantaranya adalah:


a. Shock
b. Henti nafas
c. Henti jantung
d. Kejang
e. Koma

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KERACUNAN


INSEKTISIDA JENIS BAYGON

1. PENGKAJIAN

Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi
yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status
kesadaran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis
yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
Hasil pemeriksaan fisik yang mungkin pada setiap sistem tubuh diantaranya adalah :
a) Tanda-tanda vital
1. Distress pernapasan
2. Sianosis
3. Takipnoe, dispnea
4. Hipoksia
5. Peningkatan frekuensi
6. Kusmaul

b) Neurologi
IFO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya termasuk letargi, peka
rangsangan, pusing, stupor & koma.

c) Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (pada kasus berat), aritmia jantung,
pucat, sianosis, keringat banyak.

d) GI Tract
Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus, mual dan muntah.

e) Kardiovaskuler
Disritmia.

f) Dermal
Iritasi kulit

g) Okuler (Mata)
Luka bakar kornea

Pada pemeriksaan ADL (Activity Daily Living) data yang mungkin muncul adalah
sebagai berikut :
1. Aktifitas dan istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
2. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak

3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus menurun,kerusakan
ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat

4. Nyaman/ nyeri
Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
5. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia

Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut :


1. Eritrosit menurun
2. Proteinuria
3. Hematuria
4. Hipoplasi sumsum tulang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan yang mengkin timbul adalah :


1. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pernapasan akibat efek langsung
dari intoksikasi baygon
2. Resiko gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

3. INTERVENSI
1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan depresi pernapasan akibat efek langsung
dari toksisitas baygon

Tujuan : Mempertahankan keefektifan pola nafas


Kriteria hasil : RR dalam batas normal, jalan nafas bersih, sputum tidak ada

Intervensi Rasional
Pantau tingkat, irama pernapasan & Efek insektisida mendepresi SSP yang
suara napas serta pola pernapasan mungkin dapat mengakibatkan
hilangnya kepatenan aliran udara atau
depresi pernapasan, pengkajian yang
berulang kali sangat penting karena
kadar toksisitas mungkin berubah-ubah
secara drastis.
Tinggikan kepala tempat tidur Menurunkan kemungkinan aspirasi,
diafragma bagian bawah untuk
menigkatkan inflasi paru.
Dorong untuk batuk/ nafas dalam Memudahkan ekspansi paru &
mobilisasi sekresi untuk mengurangi
resiko atelektasis/pneumonia.
Auskultasi suara napas Pasien beresiko atelektasis
dihubungkan dengan hipoventilasi &
pneumonia.
Berikan O2 jika dibutuhkan Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi
pernapasan
Kolaborasi untuk sinar X dada, Blood Memantau kemungkinan munculnya
Gas Analysis komplikasi sekunder seperti
atelektasis/pneumonia, evaluasi
kefektifan dari usaha pernapasan.

2. Resiko gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output yang berlebihan

Tujuan : Kekurangan cairan tidak terjadi


Kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital stabil
 Turgor kulit stabil
 Membran mukosa lembab
 Pengeluaran urine normal 1 – 2 cc/kg BB/jam

Intervensi Rasional
Monitor pemasukan dan pengeluaran Dokumentasi yang akurat dapat
cairan. membantu dalam mengidentifikasi
pengeluran dan penggantian cairan.
Monitor suhu kulit, palpasi denyut Kulit dingain dan lembab, denyut yang
perifer. lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk
pengantian cairan tambahan.
Observasi adanya mual, muntah, Mual, muntah dan perdarahan yang
perdarahan berlebihan dapat mengacu pada
hipordemia.
Pantau tanda-tanda vital Hipotensi, takikardia, peningkatan
pernapasan mengindikasikan
kekurangan cairan
(dehindrasi/hipovolemia).
Kolaborasi dengan tim medis dalam Cairan parenteral dibutuhkan untuk
pemberian cairan parenteral mendukung volume cairan /mencegah
hipotensi.
Kolaborasi dalam pemberian antiemetik Antiemetik dapat menghilangkan
mual/muntah yang dapat menyebabkan
ketidak seimbangan pemasukan.
Berikan kembali pemasukan oral secara Pemasukan peroral bergantung kepada
berangsur-angsur. pengembalian fungsi gastrointestinal.
Pantau studi laboratorium (Hb, Ht). Sebagai indikator untuk menentukan
volume sirkulasi dengan kehilanan
cairan.
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

Tujuan : Tingkat kesadaran klien dapat dipertahankan


Kriteria hasil :
 Kesadaran composmentis (GCS : 15)
 Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional
Monitor vital sign tiap 15 menit Bila ada perubahan yang bermakna
merupakan indikasi penurunan
kesadaran
Observasi tingkat kesadaran pasien Penurunan kesadaran sebagai indikasi
penurunan aliran darah otak
Kaji adanya tanda-tanda distress Gejala tersebut merupakan manifestasi
pernapasan, nadi cepat, sianosis dan dari perubahan pada otak, ginjal,
kolapsnya pembuluh darah jantung dan paru.
Monitor adanya perubahan tingkat Tindakan umum yang bertujuan untuk
kesadaran keselamatan hidup, meliputi resusitasi :
Airway, breathing, sirkulasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam Anti dotum (penawar racun) dapat
pemberian anti dotum membantu mengakumulasi
penumpukan racun

DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Nur. 2008. Buku Panduan Pelatihan BC & TLS (Basic Cardiac & Trauma Life
Support). Jakarta : EMS 119
Blantan, Kamanti Indriyani. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Keracunan Insektisida. (Online : http://id.scribd.com/doc/94941402/ASKEP-Intoksikasi-
Baygon) Diakses tanggal 14 Maret 2014
Isma. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Intoksikasi. (Online :
http://keperawatan-wn.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-pada-kasus.html) Diakses
tanggal 14 Maret 2014
Sahid, Abdul. 2013. LP dan Askep Klien Keracunan IFO Baygon. (Online :
http://abuzzahra1980.blogspot.com/2013/07/lp-dan-askep-klien-keracunan-ifo-baygon.html)
Diakses tanggal 14 Maret 2014
Zasika, Hartas. 2011. Keeacunan Baygon. (Online :
http://ja.scribd.com/doc/152390019/KERACUNAN-BAYGON-1) Diakses tanggal 14 Maret
2014.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien dengan Keracunan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan
dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan
bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat
yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya
dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita
berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta
memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala
keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.
Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.
Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan
sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan keracunan.
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan gigitan binatang
berbisa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Askep Gawat Darurat Keracunan


1. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh
dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik
kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum,
alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh
kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri
atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak
disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan kerja.
2. Penyebab dan Jenis Keracunan
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan
berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
a. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat
aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut
untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh
bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang
patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara
lain:

1) Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di tempat-tempat
yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi
dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak
dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah memakan
makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan
penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan
saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah
menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum
antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah
pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama
kalengnya di dalam air sampai mendidih.
2) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun
(Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus,
berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah.
Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2
liter air), atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim
penderita ke rumah sakit.
3) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing.
Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang
dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu
kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air
kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda
sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi
sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
4) Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut terbawa dari
ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut
tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah,
kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan
itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang khas
untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
5) Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun biasanya ditanam
hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau memakan daunnya. Racun asam
biru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam beberapa menit setelah termakan racun singkong,
gejala-gejala mulai timbul. Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
b. Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak tanah:
1) Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.
2) Daerah perkotaan > daerah pedesaan
3) Pria > wanita
4) Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan
CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun
jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk
persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas
pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan
konvulsi. Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular
fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala
lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum,
pneumothorax, dan subcutaneus emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit dan
dermatitis bila terjadi paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda
iritasi pada mata hingga kerusakan permanen mata.
Komplikasi

Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada
binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran pencernaan.
Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat viskositas yang rendah
dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran
melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli, dan
menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun
kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang
bermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada lambung +
350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS
ringan - sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit.
Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada
saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.
Penatalaksanaan
1) Monitor sistem respirasi
2) Inhalasi oksigen
3) Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas
4) Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis
5) Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan
6) Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak penatalaksanaan
dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi dan kerusakan paru.
Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila jumlah yang ditelan cukup
banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari lambung ke paru.
7) Antasida: untuk mencegah iritasi mukosa lambung
8) Pemberian susu atau bahan dilusi lain
9) Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End Expiratory
Pressure / PEEP)
c. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan
propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama.
Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox),
timethacarb (landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis,
fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut,
muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena
depresi pernafasan.
1) Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi,
Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut.,
Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi
2) Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi
(hipertensi).
3) Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi
pernafasan.
4) Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kontak dengan insektisida, pemeriksaan klinis dan
menyeluruh dan terakhir pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan
1) General Management
a) Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi
c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign.
2) Spesifik terapi
a) Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif. Direkomendasikan pada kasus
yang mengancam.
b) Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800 ml.
3) Pharmacologik terapi
Atropine: ≥ 12 tahun: 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis pemeliharaan
0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50
mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48 jam.
Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan furosemide 40-160 mg bila ronki basah
basal muncul.
d. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti bahan kimia
rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri. Beberapa jenis bahan kimia
yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah:
Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan
Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar dan
Simpanlah dalam botol berwarna dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
ruang yang gelap serta jauhkan dari menebabkan hal yang sama.
bahan-bahan yang mudah terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat korosif Dapat menyebabkan luka bakar dan
terutama dengan kepekatan tinggi. kulit melepuh. Gas/uapnya juga
menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan beracun Menghirup bahan ini dapat
menyebabkan pingsan, gangguan
pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, higroskopis, Jangan menghirup uap asam sulfat
bersifat membakar bahan organik dan pekat karena dapat menyebabkan
dapat merusak jaringan tubuh kerusakan paru-paru, kontak dengan
Gunakan ruang asam untuk proses kulit menyebabkan dermatitis,
pengenceran dan hidupkan kipas sedangkan kontak dengan mata
penghisapnya. menyebabkan kebutaan.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis dan Dapat merusak jaringan tubuh.
menyerap gas CO2.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang khas. Menghirup senyawa ini pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
pembengkakan saluran pernafasan dan
sesak nafas. Terkena amonia pada
konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit
dapat menyebabkan kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan
menghirup gas ini karena dapat
menyebabkan pingsan dan kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata,
beracun. dan saluran pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar,
menghirup uapnya dapat menyebabkan
kematian.
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama
terhadap korban keracunan bahan kimia:

Jenis Peracun Pertolongan Pertama


Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), Bila tertelan berilah bubur
fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric aluminium hidroksida atau milk of
acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur dioksida, magnesia diikuti dengan susu atau
dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium putih telur yang dikocok dengan air.
hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau Jangan diberi dengan karbonat atau
putih telur yang dikocok dengan air. soda kue.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida Bila tertelan berilah asam asetat
(NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat
(CaO), soda abu, dan lain-lain. (1%), atau air jeruk. Lanjutkan
dengan memberi susu atau putih
telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain Berikan antidote umum, susu,
minum air kelapa, norit, suntikan
BAL, atau putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta,
norit, suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan
dan berikan milk of magnesia.

3. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah
melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak
hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa
racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang),
pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut
morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil
berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat
kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit
muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa Awitan) Gejala Utama Jasad Renik/Toksin
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim Garam logam
di mulut, mulut terasa panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit
kepala, pusing, sesak nafas,
gemetar, lemah, pingsan.
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus Aureus dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 muntah) Muntah, kram perut, diare, rasa Bacillus Cereus.
mual.
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, Jamur berjenis Amanita.
pelebaran pupil, pingsan, koma.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, Streptococcus Pyogene
mual, muntah, pengeluaran secret
dari hidung, terkadang ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, Corynebacterium
eksudat berwarna keabuan, diphtheria
demam, mengigil, nyeri
tengorokan, lemah, sulit menelan,
pembengkakan kelenjar getah
bening leher.
Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata 6-12) Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B. cereus;
disebabkan Clostridium S; faecalis; S. faecium
perfringens, kadang-kadang rasa
mual dan muntah
12-72 jam (rerata 18- Kram perut, diare, muntah, Salmonella spp (termasuk
36) demam, mengigil, lemah hebat, S. Arizonae), E. coli
mual, sakit kepala, kadang-kadang enteropatogenik, dan
diare berdarah dan berlendir, lesi Enterobakteriacae, V.
kulit yang disebabkan Vibrio cholera (01 dan non-01),
vulnificuis. Yersinia enterocolitica vulvinicus, V. fluvialis.
menyebabkan gejala yang
menyerupai flu apendisitis akut.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan Virus-virus enterik
nyeri perut, gejala saluran nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), Giardia lamblia
sakit perut, berat badan menurun
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, sakit Entamoeba hystolitica
kepala, mengantuk, kadang tanpa
gejala
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, Taenia sanginata dan
berat badan menurun, sakit perut, taenia solium
kadang gastroenteritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, Fosfat organic
penglihatan kabur, nyeri dada,
sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur, Jamur jenis muscaria
pupil mengecil, bernafas seperti
orang asma.
1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin
pucat, pendarahan perut,
pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, reflek hilang, kedutan,
paralisis otot.
Rasa baal atau gatal,
gastroenteritis, pusing, mulut Ciguatoxin
kering, otot nyeri, pupil melebar,
pandangan kabur, paralisis otot.
2 jam-6 hari (12-36 Rasa mual, muntah, rasa (geli) Chlorinated hydrocarbon
jam) seperti dikaruk, pusing, lemah, tak
ada nafsu makan, berat badan
menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau
diplobia, reflek cahaya hilang, Clostridium botulinum dan
sulit menelan, berbicara dan toksinnya.
bernafas; mulut kering, lemah,
paralisis pernafasan.
>72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis, Air raksa organic
spastic, penglihatan berkurang,
buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki,
kaki dan tangan jatuh. Triortrocresyl phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, Scombrotoxin (histamine)
muntah, rasa panas pada mulut,
tengorok terasa terbakar, muka
sembab dan merah, sakit perut,
gatal dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa Monosodium glutamate
seperti digaruk (geli), kemerahan, (MSG)
pusing, sakit kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal,
sakit perut, edema lutut dan Asam nikotinat
wajah.
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin (paralytic
terbakar, baal, mengantuk, bicara shelifish poisoning: PSP)
inkoheren, paralisis pernafasan.
2-5 menit sampai 3-4 Sensasi panas dan dingin Brevetoxin (neurotoxic
jam bergantian, rasa geli; baal shelifish poisoning: NSP)
disekitar bibir, lidah dan
tengorokan; nyeri otot, pusing,
diare, muntah.
30 menit sampai 2-3 Rasa mual, muntah, diare, sakit Dinophysis toxin, okadaic
jam perut, mengigil, demam. acid, pectenotoxin,
yessotoxin (Diarrheic
shelifish poisoning:DSP)
24 jam Muntah, diare, sakit perut, Domoic Acid (Amnestic
(gastrointestinal) bingung, hilang ingatan, shelifish poisoning: ASP)
sampai 48 jam deisorientasi, kejang dan koma.
(neurologis)
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar
Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, edema Trichinella spiralis
hari) disekitar mata, berkeringat, nyeri
otot, mengigil, lemah, sulit
bernafas.
7-28 hari (rerata 14 Lemah yang hebat, sakit kepala, Salmonella typhi
hari) sakit kepala, demam, batuk, mual,
muntah, sembelit, sakit perut,
mengigil, bintik merah dikulit,
tinja berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, Toxoplasma gondii
kemerahan.
10-50 hari (rerata 25- Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu Mungkin virus
30) makan, mual, sakit perut, kuning
(ikterus).
Bervariasi, bergantung Demam, mengigil, sakit kepala Bacillus anthracis,
pada tipe penyakit atau sendi, lemah-lesu, bengkak brucella melitensis, B.
dikelenjar getah bening, dan abortus, B. suis, coxiella
gejala yang khas untuk penyakit bernetti, francisella
lain. tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis,
mycobacterium sp,
pasteurella multocida,
streptobacillus
moniliformis,
campylobacter jejuni,
leptospira SSP.

4. Mengatasi Efek dan Gejala Keracunan


Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau sistemik
setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau keduanya.
a. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada selaput lendir atau
jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara lokal mempunyai efek pada sistem saraf
pusat dan organ tubuh lain, seperti jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif dan iritan.

b. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem
peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting. Faktor-faktor
yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia,
makanan, kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan gejala yang
ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem pernapasan, pencernaan,
kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika, serta sistem saraf pusat (SSP).
Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara:
1) Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat,
minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
2) Bilas lambung:
 Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
 Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5
%.
 Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
 Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
 Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
1) Pakaian yang terkena racun dilepas
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka /
bicnat encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan
menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih teraba
dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
e. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2) Dialisa
3) Transfusi exchange

5. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan


Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum
diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital,
menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk
mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan
antara lain:
a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada
kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala,
usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek
toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat atau
pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditelan, yaitu:
1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan
cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah
dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala masalah
potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

6. Asuhan Keperawatan Pada Klien Keracunan


a. Pengkajian.
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
b. Intervensi
Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi tindakan umum yang bertujuan untuk
keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yang meliputi
sirkulasi:
1) Airway, breathing, circulating, eliminasi untuk menghambat absorbsi melalui pencernaan
dengan cara kumbah lambung, emesis, atau katarsis.
2) Berikan anti dotum sesuai anjuran dokter minimal 2 x 24 jam.
Perawatan suportif meliputi:
1) Mempertahankan agar pasien tidak sampai demam atau mengigil,monitor perubahan-
perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis,
dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.
2) Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera
kepada dokter.
3) Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monitor semua muntah
akan adanya darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai
anjuran dokter.
4) Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan.
5) Jika keracunan sebagai usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety precautions.
Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan
kepribadian, reaksi depresi, psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.

B. Askep Gawat Darurat Gigitan Binatang Berbisa


1. Ular Berbisa
Ada tiga famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hydrophidae, dan Viperidae. Bisa ular
dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan perdarahan. Banyak bisa yang
menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit.
Beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam. Untuk
sementara akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi dalam kelenjar getah bening, jika
tidak dilakukan tindakan pertolongan pertama, dalam waktu 2 jam setelah gigitan akan
terdeteksi dalam plasma atau urin dengan kadar tinggi. Balutan yang kuat dapat dilakukan
beberapa jam tanpa membahayakan peredaran darah keseluruhan anggota tubuh. Balutan
yang kuat membatasi perubahan lokal di daerah gigitan dan juga untuk meningkatkan reaksi
terhadap antibisa.
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur, sifat bisa tersebut
adalah:
a. Neurotoksin yang berakibat pada saraf perifer atau sentral.
b. Haemotoksin, berakibat haemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya yang
mengaktifkan protombin.
c. Myotoksin, menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin, merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e. Cytotoksin, dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktif lainnya yang berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik, zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrosis di jaringan tempat
patukan.
g. Enzim-enzim, termasuk hyalurondase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

a. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien bekas gigitan ular adalah; lokal sakit
bukan gambaran umum, tanda-tanda bekas taring, laserasi, bengkak dan kemerahan, sakit
kepala, muntah, rasa sakit pada otot dan dinding perut, demam serta berkeringat dingin.
b. Tindakan penanggulangan
Dalam mengatasi gigitan ular berbisa, pemberian serum antibisa yang cukup dan
pengaturan ventilasi yang memadai merupakan tindakan yang utama. Sedangkan tindakan
yang bersifat supportif merupakan tindakan sekunder dan dilakukan sesuai dengan kondisi
penderita.
1) Premedikasi
Sebelum diberi serum antibisaa, sebaiknya dilakukan premedikasi dengan adrenalin 0,25 mg
(untuk dosis anak dikurangi) secara SC atau obat golongan antihistaminika dengan efek
sedatif minimal secara parenteral.
2) Pemberian serum antibisa
Pada waktu pemberian serum antibisa harus tersedia oksigen, arus udara mencukupi, dan alat
penghisap yang siap pakai. Serum antibisa diencerkan dengan larutan hartmann (larutan
ringer laktat) dengan perbandingan 1:10 dan diberikan perlahan-lahan, terutama pda
permulaan. Pemberian antibisaharus segera diberhentikan jika timbul gejala yang tidak
dikehendaki dan ulangi pemberian obat seperti pada premedikasi, sebelum pemberian infus
antibisa diteruskan.
Beberapa tindakan lain yang perlu dilakukan antara lain:
1) Luka akibat gigitan, potesial mudah terkena infeksi bakteri. Selain diperlukan obat golongan
antibiotika, juga perlu dilakukan tindakan pencegahan tetanus dengan memperhatikan tingkat
imunisasinya.
2) Pemberian cairan infus
3) Jika terjadi nekrosis jaringan, perlu dilakukan pembedahan
4) Perdarahan, termasuk gangguan koagulasi, koagulasi intravaskuler dan afibrinogenemia
perlu diatasi, tetapi tidak dilakukan sebelum netralisasi bisa mencukupi.
5) Pemberian morfin merupakan kontraindikasi. Diazepam dengan dosis sedang akan
memberikan hasil yang memuaskan.
6) Jika antibisa tidak dapat mengatasi syok, diperlukan plasma volume ekspander atau mungkin
obat golongan vasopresor.
7) Pada penderita gagal ginjal, perlu dilakukan hemodialisa atau dialisa peritoneal.
c. Tindakan Yang Keliru
Kekeliruan dalam tindakan penanggulangan dapat terjadi, antara lain:
1) Infeksi/eksisi daerah gigitan yang dapat merusak urat saraf dan pembuluh darah.
2) Pendinginan daerah gigitan, sehingga penderita mengalami radang dingin (frostbite), selain
menderita karena gigitan.
3) Pemberian serum antibisa yang sebetulnya tidak diperlukan.
4) Memulangkan penderita dari rumah sakit tanpa waktu yang cukup untuk observasi, sehingga
penderita akan dibawa kembali ke rumah sakit dalam keadaan sekarat.
5) Memberikan serum antibisa kepada anak-anak lebih sedikit daripada kepada orang dewasa.
Padahal seharusnya diberikan dalam jumlah yang sama dengan orang dewasa, bahkan
mungkin diperlukan lebih besar mengingat perbandingan bisa per kg berat badan lebih tinggi.
6) Pemberian serm antibisa yang tidak cukup. Seorang penderita mungkin hanya memerlukan 1
ampul serum antibisa sedangkan pemderita lain dapat memerlukan 10 ampul.
2. Lebah
Akibat yang ditimbulkan oleh sengatan serangga biasanya ringan dan tidak banyak
bahayanya. Dasar timbulnya reaksi dari penderita adalah suatu reaksi alergi. Reaksi alergi ini
tergantung pada individu. Kematian disebabkan reaksi anafilaksis dan timbul biasanya akibat
sengatan. Manfestasi klinis dalam bentuk urtikaria eksterna sampai reaksi alergi kronis yang
muncul hebat dengan reaksi anafilaksis didahului oleh reaksi setempat berupa kemerahan,
bengkak, rasa terbakar kemudian mual, muntah dan kesadaran menurun.
Jika seseorang disengat lebah untuk pertama kali biasanya akan menimbulkan rasa sakit
lokal yang spontan, pembengkakan lokal, dan pruritus. Setelah tersengat lebah, kelenjar bisa
yang masih menempel segera dibuang dengan ujung kuku atau dengan pisau, karena masih
dapat memompakan bisa. Selanjutnya jika reaksi yang timbul ringan, dapat diberi obat
golongan antihistaminika. Sedangkan jika timbul reaksi yang berat, pemberian adrenalin
sampai 0,5 mg secara IM. Dan jika terjadi obstruksi saluran udara, pemberian adrenalin dapat
dilakukan secara inhalasi dengan inhaler yang terukur. Kolaps peredaran darah perifer, selalu
memerlukan pemberian adrenalin secara parenteral.
3. Binatang Laut
a. Ubur-ubur
Dengan tentakel yang ditembakkan biasanya hanya menyebabkan gatal dan edema lokal,
hiperemis. Reaksi anafilaksis terjadi bila jumlah serangan banyak, berupa oksilasi tekanan
darah, kegagalan pernapasan dan kardiovaskuler.
Pengobatan:
1) Resusitasi
2) Torniquet arterial
3) Lokal dengan pasir panas, alkohol
4) Obat-obata: narkotik, anestesi lokal, kortison krem
Prognosis: baik bila masa 10 menit dilewati setelah keracunan.
b. Gurita (Octopus)
Bisa dari saluran ludah yang mengandung hyaluronidase, dengan neurotoksin yang bersifat
blokade pada neuromuskuler. Zat ini sesuai dengan anticholinterase.
Gambaran klinis:
1) Bekas gigitan tidak sakit, hanya bengkak dengan cairan seromorrhagis.
2) Beberapa menit kemudian muncul gejala keracunan, dengan bentuk paralisis otot, kadang-
kadang diikuti mual, muntah, hipotensi dan bradikardia. Gejala ini biasanya berakhir setelah
beberapa jam.
Pertolongan:
1) Luka gigitan dicuci, sebelum dipasang torniquet arterial.
2) Jalan napas dipertahankan kalau perlu resusitasi.
3) Simptomatis

c. Ikan beracun
Tusukan dari salah satu sirip bila ereksi yang memang mengandung bisa. Bisa ini bersifat
hyaluronidase yang menyebabkan jaringan nekrosis, vasokonstriksi dan myotoksin.
Gambaran klinik:
1) Rasa sakit yang hebat pada saat tertusuk, sering menyebabkan pingsan.
2) Reaksi radang tampak pada bekas sengatan, lemas, di daerah regional terasa sakit.
3) Sistemik berupa kegagalan kardiovaskuler akibat depresi miokardial dan hilangnya tonus
pembuluh darah. Paralise umum yang kadang-kadang diikuti koma.
4) Apabila masa akut dilewati, penyembuhan lamban berupa luka lama sembuh akibat keadaan
umum yang buru.
Pertolongan:
1) Pasang torniquet arterial
2) Suntik anestesi lokal untuk mengurangi sakit
3) Daerah luka dihangati dan rendam dengan air hangat kuku atau larutan kalium permanganan
(PK)
4) Obat-obatan: narkotik, ATS, toksoid, antibiotik
5) Debridemen luka

4. Asuhan keperawatan pada sengatan dan gigitan binatang berbisa


a. Pengkajian
Pada sengatan serangga mungkin ditemukan; mendesah, sesak nafas, tenggorokan sakit atau
susah berbicara, pingsan atau lemah, infeksi, kemerahan, bengkak, nyeri, gatal-gatal di
sekitar area yang terkena.
Pada gigitan ular dapat ditemukan data; tampak kebiruan, pingsan, lumpuh, sesak nafas, syok
hipovolemik, nyeri kepala, mual dan muntah, nyeri perut, diare keluarnya darah terus
menerus dari tempat gigitan, flaccid paralysis dan miotoksisitas.
Gejala tidak segera muncul tetapi 15 menit sampai 2 jam setelah digigit oleh binatang
berbisa. Kondisi korban setelah digigit:
1) Reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar, mengantuk
2) Sakit kepala, pusing dan pingsan
3) Mual atau muntah dan diare, gigitan biasanya pada tungkai atau kaki
4) Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar
5) Sukar bernapas dan berkeringat banyak

b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
2) Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
4) Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
5) Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
6) Rasa gatal, bengkak dan bintik–bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi.
c. Intervensi
1) Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
Intervensi:
a) Auskultasi bunyi nafas
b) Pantau frekuensi pernapasan
c) Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
d) Motivasi/bantu klien latihan nafas dalam
e) Observasi warna kulit dan adanya sianosis
f) Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
g) Batasi pengunjung klien
h) Pantau seri GDA
i) Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
j) Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)
2) Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
Intervensi:
a) Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis
b) Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
c) Beri kompres mandi hangat
d) Beri antipiretik
e) Berikan selimut pendingin
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
Intervensi:
a) Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
c) Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
d) Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
e) Lakukan insfeksi terhadap luka alat invasif setiap hari
f) Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
g) Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuka atau antisipasi dari kontak
langsung dengan ekskresi atau sekresi
h) Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
i) Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
j) Berikan obat antiinfeksi (antibiotik)
4) Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Tujuan : Meredakan nyeri
Intervensi:
a) Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
R/ : mengeluarkan sengat serangga yang masih tertinggal.
b) Berikan kompres dingin
R/ : meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
c) Lakukan tehnik distraksi relaksasi
R/ : mengurangi nyeri
d) Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk
krim/salep atau pil, losion Calamine
R/ : mengurangi gatal–gatal
5) Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
Tujuan: Menangani penyebab, memperbaiki suplai darah ke jaringan
Intervensi:
a) Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di atasi (perdarahan luar)
R/: Mengurangi keparahan
b) Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.
R/: Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang kesadaran
c) Kaki di tinggikan dan di topang
R/: Meningkatkan suplai darah ke otak
d) Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang menghalangi
R/: Sirkulasi tidak terganggu
e) Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit
R/: Mengetahui tingkat perkembangan pasien
6) Rasa gatal, bengkak dan bintik–bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan: Mencegah peradangan akut
Intervensi:
a) Pasang tourniquet pada daerah di atas gigitan
R/: Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh
b) Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel
yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk)
R/: Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada luka
c) Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa Ular (ABU) polivalen i.v dan
disekitar luka. ATS dan penisilin procain 900.000 IU.
R/: Mencegah terjadinya infeksi
d. Evaluasi
1) Analisa gas darah dan frekuensi pernapasan dalam batas normal dengan bunyi nafas
vesikuler.
2) Tidak mengalami dispnea atau sianosis
3) Suhu dalam batas normal
4) Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
5) Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

BAB III
KESIMPULAN

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh
dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik
kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan
atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung,
untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan
racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Ada tiga famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hydrophidae, dan Viperidae. Bisa ular
dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan perdarahan. Banyak bisa yang
menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit.
Balutan yang kuat dapat dilakukan beberapa jam tanpa membahayakan peredaran darah
keseluruhan anggota tubuh. Balutan yang kuat membatasi perubahan lokal di daerah gigitan
dan juga untuk meningkatkan reaksi terhadap antibisa. Dalam mengatasi gigitan ular berbisa,
pemberian serum antibisa yang cukup dan pengaturan ventilasi yang memadai merupakan
tindakan yang utama. Sedangkan tindakan yang bersifat supportif merupakan tindakan
sekunder dan dilakukan sesuai dengan kondisi penderita.

DAFTAR PUSTAKA

Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:


http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/.
Diakses tanggal 4 Mei 2012.
Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Luka Bakar (Combustio).
Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-luka-
bakar-combustio/. Diakses tanggal 16 April 2012.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3. Jakarta:
EGC.
Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga.
Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-kegawatdaruratan-pada-pasien.html.
Diakses tanggal 16 April 2012.
askep keracunan
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN KERACUNAN

PENGERTIAN

INTOKSIKASI = KERACUNAN

Masuknya zat/senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.

PERAWATAN PASIEN DENGAN INTOKSIKASI

Perawatan pasien intoksikasi adalah suatu bentuk pelayanan perawatan yang komprehensif pada
pasien yang intoksikasi dengan menggunakan proses perawatan yang bertujuan mempertahankan
vitalitas kehidupan pasien serta mencegah penyerapan racun dengan cara menghambat absorbsi
dan menghilangkan racun dalam tubuh.

PENYEBAB KERACUNAN

1. Usaha bunuh diri ? umur 10 – 30 tahun.

2. Pembunuhan (Humiside)

3. Tidak sengaja

ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN DI FOKUSKAN PADA:

1. PENGKAJIAN

• Diarahkan pada masalah yang mendesak

? Jalan nafas

? Sirkulasi yang mengancam jiwa

• Adanya perdarahan

• Adanya cidera yang berkaitan dengan penyakit lain

• Adanya gangguan asam basa

• Keadaan status jantung

• Status kesadaran

2. RIWAYAT KESEHATAN

• Riwayat keracunan

• Bahan racun yang digunakan


• Berapa lama diketahui setelah keracunan

• Ada masalah lain sebagai pencetus keracunan

• Syndroma toksik yang ditimbulkan

TATA LAKSANA SECARA UMUM

1. Pertolongan pertama

2. Tata laksana darurat

3. Perawatan jiwa

Macam bahan IFO ? Baygon, RAID

Kimia Analgetika ? Anti Flu

Minyak Tanah

Pestisida ? Racun Tikus

Alkohol

Sedativa ? Valium

AMN. Korosif ? air keras

Anti septik ? Lysol

Makanan ? Gadung

Keracunan Cara Masuk Pencernaan

(intoksikasi) Saluran Pernafasan

Kulit

Mata

Penanganan Pertolongan Pertama

Tata laksana darurat

Perawatan Jiwa

PERTOLONGAN PERTAMA

Tergantung cara masuknya racun:

• Pencernaan ? mulut

• Pernafasan
• Kulit

• Mata

TATA LAKSANA DARURAT

Pertolongan I ? Tindakan Umum ? 7 cm

• Keselamatan hidup

• Cegah penyerapan

• Penawar racun

TINDAKAN DARURAT UMUM

1. Resusitasi ? ABC

2. Eliminasi ? hambat absorbsi ? melalui pencernaan

3. Terapi penunjang ? per organ

4. Anti dotum

PERAWATAN JIWA

Dengan Masalah:

1. Kelainan kepribadian

2. Reaksi depresi

3. Psikosis

4. Neurosis

5. Retardasi Mental

PERTOLONGAN PERTAMA INTOKSIKASI TERGANTUNG CARA MASUK

TERTELAN

1. Baringkan Pasien di tempat datar

2. Muntahkan racun:

• Rangsang farings

• Beri syrup Ipecac 15 – 30 cc dengan air ½ gelas

3. Beri Norit : 25 – 40 mg Anak: 1 mg/KgBB

KONTRA INDIKASI
1. Kejang – koma

2. Tertelan bahan korosif + minyak

DIHIRUP

• Bawa ke udara bebas

• Beri oksigen

KULIT

• Cuci dengan air mengalir

• Sabun – keramas

MATA

Cuci bersih ? balik kel. Mata

A: Bebaskan Jalan Nafas

Resusitasi B: Pertahankan Nafas

C: Peeredaran Darah

Penatalaksanaan Eliminasi Emesis

Darurat Umum Katarsis

Kumbah Lambung

Diuresis Paksa FDA

(Forced Diuresis) FDN

Dialisis

Mandi Keramas

Terapi Mempertahankan

Penunjang organ vital – cairan elektrolit,

Terapi komplikasi

Anti Dotum

INTOKSIKASI I F O

(INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK)

MACAM IFO : BAYGON – RAID, dsb


SIFAT : – Menembus Kulit

- Diserap Paru

- Kolenergik

PATOFISIOLOGI :

RACUN

Muskarinik

AKH ? Ditempat Nikotinik

Tertentu SSP

Resusitasi : A – B – C

TERAPI Eliminasi: Emesis, katarsis, kumbah lambung, mandi.

Anti Dotum: Sulfat Atropin

PEMBERIAN SULFAS ATROPIN

1. Bolus : 1 – 2,5 mg IV

2. 0,5 – 1 Mg tiap 5’ – 10’ – 15’ ? ATROPINISASI

3. 30’ – 60’ ? 2 – 4 – 6 – 8 – 12 jam

4. dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam

GEJALA KOLINERGIK

• Tanda-tanda vital ?

• Saliva ??

• Lakrimasi

• Urinasi

• Emesis

• Diaforesis

• Depresi SSP

• Fasikulasi otot

• Miosis

• Bradikardi
• Edem paru-konvulsi

EFEK ASETIL KHOLIN

1. Muskarinik : otot polos ? saluran cerna : kelenjar ludah, keringat, pupil,

bronkhus dan jantung

2. Nikotinik ? otot bergaris : bola mata, lidah, kelopak mata, otot pernafasan.

3. SSP ? rasa nyeri kepala, perubahan emosi, konvulsi ? koma.

INTOKSIKASI INSEKTISIDA HIDROKARBON

MACAM: DDT- ENDRIN – TOXAPHENE

SIFAT :

• Larut dalam minyak

• Bertahan berbulan-bulan

• Dapat menyerang SSP

GEJALA:

• Muntah ? ½ – 1 jam setelah intoksikasi

• Lemah – diare – lumpuh – kejang

• Tremor ? leher + kepala ? distress nafas

TATA LAKSANA:

• Resusitasi

• Eliminasi : emesis – katarsis – kumbah lambung

• Terapi penunjang ? anti konvulsan

INTOKSIKASI MINYAK (HIDROKARBON)

MACAM:

• Minyak tanah, diesel : titik didih 150 – 300 0 C

• Destilas minyak : titik didih 100 – 150 0 C

• Bensin, minyak cat : titik didih 20 – 100 0 C

SIFAT:

• Via saluran cerna ? gangguan saraf: depresi, koma, kejang.


• Via saluran nafas ? iritasi, cepat sebar.

GEJALA:

• Depresi SSP, nausea, muntah

• Batuk ? iritasi, lemah, pusing

• Nafas ? ? bronkho penumonia

• Kena kulit ? rusak

LABORAT:

Eritrosit ? , proteinuria, hematuri, hipoplasi sumsum tulang.

TATA LAKSANA:

• Eliminasi ? kumbah lambung (endotrakheal tube)

• Obat penunjang ? antibiotik, respirator

Macam Asam Kuat

Basa Kuat

INTOKSIKASI Sifat Mudah Larut

BAHAN KOROSIF Penetrasi Jaringan ? Nekrosis

Gejala Kontak ? nyeri kombustio

Muntah, Diare ? Kolaps

Luka saluran cerna, odem

Demam ? , aspirasi, mati

Tata Minum susu + air lebih banyak

Laksana 1-2 jam ? 100-200 cc ? secukupnya

Infus D5% /HL/ Darah

Kortiko steroid

Antibiotik

Diit ~ endoskopi

Cair ? lesi ringan

Sonde/NGT
PENTING

• KONTRA INDIKASI: KATARSIS, EMESIS, KUMBAH LAMBUNG

• Bila basa (KOH, NaOH) ? beri air buah /HCl encer sebanyak 2 liter setiap

30 gram alkali yang diminum.

INTOKSIKASI BAHAN, HIPNOTIKA, SEDATIVA & ANALGETIKA

MACAM:

Luminal, Pentotal, Valium, Ativa, Largactil, Dilantin, dll.

SIFAT:

Depresi SSP

GEJALA:

Ngantuk, kejang, koma, nafas ? , tensi ?, sianosis, reflek (-).

TATA LAKSANA:

1. Resusitasi

2. Eliminasi:

? Sadar ? emesis : Norit, laksan

? Koma Ringan:

? Diuresis Paksa : Ca. Glukonas 1 ampul

KCl 15% 10 CC/D5 %

? 3 L/12 jam

? Lasik 40 mg/6 jam

? ulang sampai sadar

untuk intoksikasi salisilat ? Nabic 10 mg/D5 500 CC

? Koma Berat:

? Kumbah lambung ? ETT

? Dialisis

SINDROMA

SIMPATOMIMETIK
? Delusi

? Paranoia

? Nadi ? , Tensi ?

? Medriasis

? Kejang

PARAMETER PEMANTAUAN DALAM TOKSIKOLOGI

? EKG

? Radiologi

? Elektrolit

? Anion

? Osmolaritas

INTOKSIKASI NARKOBA/NAPZA

PENGERTIAN

NARKOBA ? Narkotika & obat-obat berbahaya

NAPZA ? Narkotika Psikotropika & obat adiktif lain

NAPZA ? Obat bila masuk dalam tubuh dapat mempengaruhi SSP & menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, mental emosional dan sosial ? karena ketergantungan obat.

Yang termasuk NAPZA:

1. NARKOTIKA : Heroin/Putauw, morfin, kodein, kokain, ganja.

2. PSIKOTROPIKA : Ekstasi, Sabu-sabu, Amfetamin, Diazepam, pil koplo.

3. ZAT ADIKTIF LAIN: Alkohol, Bensin, Lem, Rokok

Ketergantungan NAPZA dapat menimbulkan:

1. Keinginan yang amat kuat untuk mencuri/menggunakan

2. Ketergantungan fisik/psikik

3. Toleransi ? ? dosis zat obat yang dibutuhkan

4. Putus obat (With Drawal Syndrom) ? gejala fisik & mental bila zat tsb. Dihentikan/ diturunkan
secara fisik.

ISTILAH YANG DIGUNAKAN


? PT = Putauw

? Sakau = Pakai

? O.De = Over Dosis

? Nyepet = Nyuntik

? Cimeng = Gelek = Ganja

? Parno = Paranoia

? Insul = Spuit

? Graving = Sakau = Sakit

? Junkies = Para pemakai Narkoba

? Dragon/Ngedrug = Memakai putaw dengan dibakar di atas kertas timah.

CARA PEMAKAIAN

? PT = Dihirup, suntik, dragon

? Ganja = Diisap (Dirokok)

? Ekstasi = Ditelan

? Shabu = Dihirup pakai bong

PENYALAHGUNAAN NAPZA KARENA:

? Individu

? Faktor lingkungan

? Faktor mudahnya obat dipasaran

1. FAKTOR INDIVIDU

• Rasa ingin tahu

• Untuk senang-senang

• Mode/trend

• Gaul

• Kurang jantan

• Cemas, depresi, gangguan kepribadian

• Putus sekolah
• Kel. Anak beresiko tinggi

2. FAKTOR LINGKUNGAN

• Komunikasi dengan orangtua kurang

• Broken home

BAHAYA PENYALAHGUNAAN NAPZA

? Kematian ? With Drawal Syndrome

? Keradangan ? Hepatitis/HIV

? Tensi meningkat ? Stroke

? Gangguan daya ingat

? Paranoid

? Prestasi menurun

? Kriminalitas

? Impotensia

? Psikis : mudah cemas, banyak bicara

PENATALAKSANAAN NAPZA

1. Detoksifikasi

2. Rehabilitasi ? rehabilitasi sosial

3. Resosialisasi

TANDA UMUM PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. PERUBAHAN PERILAKU

? Emosi labil

? Takut sinar/Air

? Menyendiri

? Bohong, mencuri

? Menjual barang

? Pergi tanpa pamit

? Halusinasi
? Paranoid

2. PERUBAHAN FISIK

? Badan kurus

? Mengantuk

? Mata merah, cekung

? Ada goresan di lengan/kaki

3. DITEMUKAN

? Sendok, aqua, spuit, korek api, grenjeng, darah

? Bubuk bungkus kertas, alkohol, bong, dll

EFEK PENGGUNA NARKOBA

? Euforia

? Energi berlebihan

? Meningkatkan kemampuan kerja & interaksi sosial

EFEK KLINIK

? Euforia

? Perubahan suasana hati

? Ngantuk

? Melayang

? Mual

? Obstipasi

? Depresi respirasi

? Tekanan reflek batuk

? Tekanan kerja jantung

EFEK PUTUS OBAT

? Craving = Sugesti = Rindu = selama hidup

? Gelisah = Mudah tersinggung

? Peningkatan kepekaan terhadap nyeri


? Mual-mual

? Nyeri otot

? Disforia, cemas

? Keringat >>>

? Pilo erektil, bulu roma berdiri

? Nadi >>, tansi meningkat

? Kejang otot

? Diare, insomnia

? Demam

? Jalur kenikmatan

CARA MENGATASI PASIEN NARKOBA

? Memberi dukungan lingkungan ? secara realistik

? Terimalah sebagai individu dewasa

? Beri kesempatan memecahkan masalah

? Beri reward (+), motivasi meningkat

? Beri kepercayaan

? Kesempatan proses kesembuhan pasang/surut

? Berusaha menerima lembaran hitam

MENURUT MANFAATNYA BAGI MEDIK

I. NARKOTIKA

1. Analgetika ? nyeri (Morphi, Petidin)

2. Anti Spasmodik ? Papaverin

3. Antitusive ? Codein

4. Hipnotika ? Morphine

5. Anti Emetika ? Apomorphine

II. PSIKOTROPIKA

1. Anti Psikosis = Neuroleptika


? CPZ, Haloperidol

2. Anti Ansietas = Anxiolitika

? Diazepam, Lorazepam

3. Anti Depresi

? Amitryptiline, Maproptile

4. Anti mania (Lithium K)

5. Anti Obsesi Konvulsi (Clomipramin)

6. Anti Insomnia (Hipnotika)

7. Stimulansia (Amphetamine)

8. Halusinogenik (Psikotomimetik, Psikodelik, LSD, MDMA, MDEA)

9. Nootropik = Neurotonik (Piracetam)

III. ALKOHOL

Etanol:

1. Zat Pelarut

2. Desinfeksi

3. Campuran obat

Metanol ? merupakan bahan bakar

KERACUNAN ALKOHOL

ALKOHOL = ETANOL

Dapat diketahui dalam darah 5 menit setelah minum.

ALKOHOL:

Merupakan penyakit kronis yang dapat mengakibatkan problem pada:

? Sosial ? keluarga, masyarakat

? Psikologis Utama : (apa yang menyebabkannya)

? Kesehatan Fisik : hepar, syaraf, jantung, dll

ALKOHOL

Diabsorbsi di gaster dan usus halus.


Dimetabolisme di hati melalui enzym sitoplastik ? alkohol dehidrogenase ? jadi Asetil Dehida ? Asetil
Ko Enzym A dan Asetat ? karbon dioksidase + air.

Asam amino + insulin mempercepat metabolisme alkohol ? sehingga starvasi susu dan lemak
memperlambat absorbsi.

Alkohol

Metabolisme Lipid

Hiper trigliserida

Fatty liver

Menurunkan metabolisme karbohidrat

? Glukoneogenesis Perifer ? P2MG dlm Darah

? Gula Darah ? Gula Darah NH3

As. Metabolis

Gejala – gejala alkoholisme: (mabuk)

A. riang – terangsang – hilang kendali – erilaku tak teratur – bicara terseret – gerak tak terkordinasi –
iritabilitas – ngantuk – stupor – koma.

B. Sindroma potus obat = Abstingns

- Tremor – halusinasi epilepsi – delirium.

- Setelah 24 – 36 jam berhenti obat terjadi :

• Mudah terkejut

• Infeksi konjungtiva

• Takhikardi – anoreksia – nausia – vomitus

• Insomnia , respon kasar ? cuek

• Disoroentasi

- Gangguan persepsi:

Haluinasi ? mmpi buruk , suara / bayangan

- Konvulsi

- Delirium ? bingung yang bera – halusinasi – remor – insomnia

Penanganan / tataaksana :
Ringan :

- Dapat sembuh sendiri.

Berat:

- Na. Fenobarbital 200 mg SC.

- Kafein , lakukan resusistasi dengan memperhatikan A B C.

- Lakukan dengan sikap yang lembut, cegah adanya >> tenaga.

- Hindari penekanan agiasi.

- Cegah adanya trauma

- Selama gawat ? nutrisi parenteral lalu bertahap.

- Monitor dengan ketat sistem saraf pusat.

- Observasi tarikan napas.

Efek klinis alkoholisme:

1. kerusakan otot jantung.

2. Kerusakan faktor darah : anemi, trombositopenia.

3. Kerusakan saluran cerna: meliputi malnutrisi, infeksi, gangguan hepar, pangkreatitis.

4. Kerusakan sistem saraf: merusak sumsum tulang, degenerasi cerebral mempengaruhi sikap, caa
berjalan.

5. Kerusakan otot ? jantung dan rangka.

6. Cacat pada fetus ? BB < , iritabel, anomali jantung dll.

PENYALAHGUNAAN OBAT EKTASI

Pengertian :

Ekstai : XTG ? masuk keurunan amfetamin (MDMA = methelene dioxy mea amphetamine)
dikelompokkan dalam halusinogenik

Sifat halusinogenik:

- ilusi visual.

- Apat melihat suara dan membau

- Depersonalisasi.

Macam macam halusinogenik:


- LSD – morning glory.

- Mariyuana

- Cocain

- Mescalin

Patofisiologi:

Pil / serbuk ? hirup / telan / suntikan? berpengaruh sebagai neuroadrenergik ? Dopaminergik


serotonik dalam SSP ? melepas neurotransmiter endogen terhadap efeksimpatetik. 20 – 30 “ pasca
oral ? efek berakhir 4 – 48 jam ~ obatnya. Dimetabolisme di hati ? ekskrei melalui urine.

Gejala:

Ringan:

- iritabel , mulut kering, palitasi.

- HT ringan, gelisah, sulit tidur.

- Tremor, medriasis, flushing ? gelisah.

Sedang:

- rasa takut, agitasi, memberontak, mual, muntah, nyeri perut, otot kejang.

- Hiperrefleksi, diaforesis, nadi cepat, HT, Suhu tinggi, panik, halusinasi

Berat:

- Dilirium, kejang, gangguan SSP, koma.

- Aritmia, otot spasme, suhu + T meninggi.

- Koagulasi ? perdarahan ? GGA – ARDS.

- Iskemia – perfusi Menurun, pucat, infark cordis, meninggal

Pemeriksaan fisik:

- kardiovaskuler: ? Nadi , Respiratory, temperatur, tekanan darah meningkat.

- Neurologis: ? hiperaktif, kejang, psikosis.

- Kulit: ? kering, suhu meningkat, mukosa kering, ada bekas suntikan.

- Mata: ? medriasis.

- Abdomen : ? bising usus meningkat

- Traktus urinarius: ? alkalosis ? hiperventilasi, acidosis metabolik, kalim meningkat, natrium


meningkat, RFt meningkat, gula darah meningkat akibat rangsangan karbohidrat meningkat.

Anda mungkin juga menyukai