Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas.
Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan
adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik,mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup untuk produktif secara sosial dan
ekonomis. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan
jiwa, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja, secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi pada
komunitasnya. Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA)
tentang keperawatan jiwa, keperawatan jiwa adalah area khusus dalam
praktek keperawatan yang menggunakan ilmu dan tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam
meningkatkan, mempertahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien
dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. Selain keterampilan
teknik dan alat klinik, perawat juga berfokus pada proses terapeutik
menggunakan diri sendiri (use self therapeutic) (Kusumawati F dan Hartono
Y, 2010).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1.7 per mil.
Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali
dan Jawa Tengah. Proporsi Rumah Tangga (RT) yang pernah memasung
Anggota Rumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat 14,3 % dan terbanyak
pada penduduk yang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok yang
penduduk dengan kuintal indeks kepemilihan terbawah (19,5%). Prevalensi

1
gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 %. Provinsi dengan
pravalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur
(Kemenkes RI, 2013).
Perkembangan jaman menurut kehidupan maniusia semakin modern,
begitu juga semakin bertambahnya stressor psikososial akibat budaya
masyarakat modern yang cenderung lebih sekuler, hal ini dapat menyebabkan
manusia semakin sulit menghadapi tekanan-tekanan hidup yang datang.
Kondisi kritis ini juga membaw dampak terhadap peningkatan kualitas
maupun kuantitas penyakit mental-emosional manusia. Sebagai akibat maka
akan timbul gangguan jiwa khususnya pada ganggguan isolasi sosial. Menurut
Dermawan dan Rusdi (2013), Isolasi sosial: Menarik diri adalah keadaan
dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berintraksi dengan orang lain
disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu menbina hubungan yang berarti dengan orang lain.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar isolasi sosial ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial ?
3. Bagaiamana contoh kasus isolasi sosial ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar isolasi sosial.
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial.
3. Mengetahuicontoh kasus isolasi sosial.
1.4. Manfaat
1. Mengetahui konsep dasar isolasi sosial.
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial.
3. Mengetahuicontoh kasus isolasi sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Isolasi Sosial

2.1.1. Definisi

Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari


interaksi dan hubungan dengan orang lain. Menurut Townsend
M.C.(1998) dalam Abdul (2015), menarik diri merupakan suatu
keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain. Sedangakan menurut
Depkes RI (1989), penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu
tindakan melepasakan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap
lingkungan secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Jadi menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan
orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Damaiyanti 2008 dalam Damaiyanti 2014). Isolasi sosial
adalah keadaan seseorang individivu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang (Yusuf dkk, 2015).

2.1.2. Rentang respon sosial

Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam


rentang respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

3
kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan respon maladaptif
merupaka respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya
setempat. Respon sosial yang maladaptif yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari adalah menarik diri, tergantung (dependen),
manipulasi, curiga, gangguan komunikasi dan kesepian (Townsend
M.C,1998 dalam Abdul,2015)

Suatu hubungan antar manusia akan berada pada rentang respon adaptif
dan mal adaptif seperti tergambar di bawah ini.

Adaptif Maladaptif

1. Menyendiri 1. Merasa sendiri 1. Manipulasi


(solitude) (loneliness) 2. Impulsif
2. Otonomi 2. Menarik diri (withdrawal) 3. Narsisme
3. Bekerja sama 3. Bergantung (dependent)
(mutualisme)
4. Saling bergantung
(interdependence)

Rentang respon Sosial : Menarik diri


Menyendiri Merupkan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
(solitude) apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
untuk mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
Otonomi Merupkan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide, pikiran, persaan dalam hubungan sosial.

4
Bekerjasama Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
(mutualisme) tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
Saling tergantung Merupakan kondisi saling tergantung antara saling tergantung
(interdependen) antara individu dengan yang lainnya dalam membina hubungan
interpersonal.
Merasa sendiri Biasanya disebut juga kesepian. Dimanifestasian dengan merasa
tidak tahan dan untut satu alasan atau yang lain mengganggap
bahwa dirinya sendirian dalam menghadapi masalah, cenderung
pemalu sering merasa tidak PD dan minder, atau merasa kurang
bisa bergaul.
Menarik diri Merupakan suatu keadaan dimana seeorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
Tergantung Terjadi bila seeorang gagal dalam mengembangangkan rasa
(dependen) percaya diri atau kemampuannyauntuk berfungsi secara sukses.
Gambaran utama dari gangguan ini ialah kesulitan dengan
(perpisahan), dimana gangguan ini berisiko menjadi
gangguandepresi dan gangguan cemas sehingga cenderung
berpikiran untuk bunuh diri. Diperkirakan lebih dari 2% dari
populasi dewasa mengalami gangguan ini dengan perbandingan
antara pria dan wanita sama.
Manipulasi Sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan
pensembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagaian
atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta – fakta ataupun
sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem perancangan sebuah
tata sistem nilai sehingga manipulasi adalah bagian penting dari
tindakan penampakan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan
kepercayaan tertentu. Manipulasi merupakan gangguan hubungan
sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain

5
obyek. Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
Implusif Merupakan dorongan yang didasarkan keinginan atau untuk
pemuasan atau keinginan secara sadar maupun tidak sadar.
Bertindak implusif : suatu tindakan yang didasrkan dengan adanya
dorongan untuk mengekspresikan keinginan. Bertindak implusif
juga berarti bertindak tanpa berpikir/memikirkan tidakan itu
terlebih dahulu. Hal inilah yang biasanya dilakukan oleh pecandu,
bertindak tanpa berpikir. Act on impulse, bertindak sesuai
doronganyang dirasakan pada saat itu, seringkali tanpa
menggunakan rasio atau akal sehat, sehingga baru belakangan
setelah perbuatannya itu dilakukan ia akan merasakan menyesal.
Contoh tindakan implusif : kita dimarah – marahi atau sedang
dinasehati oleh orang tua kita.dari kata – kata yang dikeluarkan oleh
orang tua, ada yang menyentuh atau membuat kita menjadi marah
dan kita akan langsung melakukan tindakan yang di luar kesadaran
kita yaitu kita langsung keluar dari rumah atau kita akan masuk
kedalam kamar sambil membanting pintu. Tindakan yang
dilakukan biasanya berlebihan sehingga sulit dikontrol . itu semua
diakibatkan karena kita kurang mengenali diri kita sendiri.

6
2.1.3. Penyebab Isolasi Sosial
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptive.
Menurut Stuart dan Sundeen (2007) dalam Damaiyanti (2014), belum ada
suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain, yaitu :
a) Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus di lalui
individu dengn sukses, karena apabila tugas perkembangan ini
tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dlam menjalin hubungan dengan orang
lain. Kurangnya stimulasi,kasih sayang,perhatian dan kehangatan
dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri . rasa
ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupunl ingkungan dikemudian hari .
komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini , agar anak
tidak merasa diperlakukan sebagi objek .
2. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung ganguan jiwa .
insiden tertinggi skiofrenia pada keluarga yang anggota
keluarganya ada yang menderita skizafrenia. Kelainan pada
struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat
dan volume otak serta perubahan struktur limbik , diduga dapat
menyebabkan skizofrenia .

7
3. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
b) Faktor Presipitasi
1. Stressor sosial budaya
Sresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan sabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau
dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial
2. Stressor biokimia
1. Teori dopamine : kelebihan dopamin ada mesokortikal
dan mesolimbik serta tractus saraf dapat ,merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
2. Menurunnya MAO ( Mono Amino Oksidasi ) didalam
darah akan meningkatkan dopamin dalam otak, karena
salah atu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang
menurunkan dpamin, maka menurunnya MAO juga
dapat merupakan indikasi terjadina skizofrenia.
3. Faktor endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah
ditemukan pada klien skizofrenia. Demikian pula
proklatin mengalami penrunan karena di hambat.

8
2.1.4. Batasan karakteristik isolasi sosial

Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-1, (2012),


dibagi menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif :

A. Objektif

1. Tidak ada dukungan Orang yang dianggap penting,

2. Perilaku yang tidak sesuai Dengan perkembangan,

3. Afek tumpul

4. Bukti kecacatan

5. Ada di dalam subkultur

6. Sakit

7. Tindakan tidak berarti

8. Tidak ada kontak Mata

9. Dipenuhi dengan pikiran sendiri

10. Menunjukkan permusuhan

11. Tindakan berulang

12. Afek sedih

13. Ingin sendirian

14. Tidak komunikatif

15. Menarik diri

9
B. Subjektif

1. Minat yang tidak sesuai Dengan perkembangan

2. mengalami perasaan berbeda Dari orang lain

3. ketidakmampuan memenuhi harapan Orang lain

4. tidak percaya diri saat berhadapan Dengan publik

5. mengungkapkan perasaan yang di dorong oleh Orang lain

6. mengungkapkan perasaan penolakaan

7. mengungkapkan Tujuan hidup yang tidak adekuat

8. mengungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompokku


kultural yang dominan

2.1.5. Tanda Dan gejala

Menurut mustika Sari (2002), Tanda dan gejala Klein dengan isolasi
sosial, yaitu

a. Kurang spontan

b. Apatis ( kurang acuh terhadap lingkungan)

c. Ekspresi wajah kurang berseri ( ekspresi sedih)

d. Afek kumpul

e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri

f. Komunikasi verbal Menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap


cakap dengan klien lain atau perawat

10
g. Mengisolasi ( menyendiri)

h. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain

i. Tidak atau kurang Sadar terhadap lingkungan sekitar

j. Pemasukan makanan Dan minuman terganggu

k. Retensi urine Dan feses

l. Aktivitas Menurun kurang energi (tenaga)

m. Harganya diri rendah

n. Posisi janin saat tidur

i.Menolak hubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan


atau pergi jika diajak bercakap cakap

2.1.6. Akibat isolasi sosial

A. Gangguan sensori persepsi : halusinasi

B. Risiko perilaku kekerasan ( Pada diri sendiri,orang lain, lingkungan


Dan verbal)

C. Defisit perawatan diri

11
2.2. Konsep Asuhan Keoperawtan pasien Isolasi Sosial
2.2.1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
Faktor-faktor predisposisi terjadi gangguan hubungan sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalaui individu dengan sukses agar tidak
terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas perkembangan pada
masing-masing tahap tumbuh kembang ini memiliki karakteristik
tersendiri. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan
seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif.
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dengan orang tua. Norma keluarga yang tidak
mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga.
2) Faktor Biologis
Genetic merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian, pad penderita skizofrenia 8% kelainan
pada struktur otak, seperti atrofi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan struktur limbic diduga dapat
menyebabkan skinofrenia.
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dan norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat, dan bderpenyakit kronik. Isolasi sosial
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang
berbeda dan kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis

12
terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini.
4) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini
termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas yaitu suatu keadaan
dimana seseorang anggota keluarga yang menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan di luar keluarga.
b. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi ini pada umumnya mencangkup kejadian hidup yang
penuh stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stressor
presipitasi dapat dikelompokkan dalam kategori:
1) Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit.
2) Stressor Psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuannya individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
individu mengatasi maslah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah
gangguan berhubungan sosial (isolasi sosial).
c. Perilaku
adapun perilaku yang biasa muncul pada isolasi sosial berupa kurangnya
spontan, apatis(kurang acuh terhdap lingkungan), ekspresi wajah kurang
berseri (ekspresi sedih), afek tumpul. Tidak merawat dan memperhatikan

13
kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak
bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat, mengisolasi diri
(menyendiri). Klien tampak memisahkn diri dan orang lain, tidak atau
kurang sadar terhadap lingkungan sekitar. Pemasukan makanan dan
minuman terganggu, retensi urin dan feses, aktivitas menurun, kurang
energy (tenaga), harga diri rendah, posisi janin saat tidur, menolak
hubungan dengan orang lain. Klien memutuskna percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
d. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif
termasuk keterlibatan dalam berhubungan yang luas di dalam keluarga
maupun teman, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan.
e. Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digungakan klien sebagai usaha mengtasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian yang mengancam dirinya. Mekanisme
yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, dan
isolasi.
1) Regresi adalah kemunduran ke masa perkembangan yang telah lain.
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak
dapat diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di
kesadaran.
3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghuybungkan perilaku
dengan motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.

14
2.2.2. Masalah Keperawatan
1. Resiko ganguan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah kronik.
2.2.3. Pohon Masalah

Resiko gangguan persepsi sensori halusinasi

Isolasi sosial

Menyendiri komunikasi verbal menurun

Harga diri rendah

Faktor predisposisi : Faktor presipitasi:

1. Perkembangan 1. Stressor sosial


2. Biologis 2. Stressor biokimia
3. Sosial budaya

2.2.4. Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah kronik
3. Resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi

15
2.2.5. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

No intervensi implementasi
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien 1. Observasi pasien penyebab isolasi sosial
yang dialami pasien.
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi 2. Menjelaskan kepada klien keuntungan
dengan orang lain. berinterkasi dengan orang lain.
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian berintaaksi dengan 3. Menjelaskan kepada klien kerugian tidak
orang lain. berinterkasi dengan orang lain.
4. Mengajarkan klien berkenalan dengan satu orang. 4. Menpraktikan cara berkenalan orang lain
5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan 5. Mengatur jadwal kegiatan klien untuk
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian. berlatih berkenalan dengan orang lain.

SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Meneruskan terapi yang berdampak positif
pada klien, dan menghentikan yang negatif.
2. Memberikan kesempatan kepada klien memperaktekan cara 2. Meminta klien mempraktikan cara
berkenalan dengan satu orang berkenalan pada rang lain.
3. Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang- 3. Mengatur jadwal kegiatan klien untuk
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian. berlatih berkenalan dengan orang lain.

SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 1. Meneruskan terapi yang berdampak positif
pada klien, dan menghentikan yang negatif.
2. Memberikan kesempatan kepada klien memperaktikan cara 2. Meminta klien mempraktikan cara
berkenalan dengan dua orang atau lebih. berkenalan pada rang lain.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan 3. Mengatur jadwal kegiatan klien untuk
harian. berlatih berkenalan dengan orang lain.

16
2.3.Contoh kasus isolasi sosial
Seorang perempuan, usia 38 tahun, menikah, pendidikan terakhir SMP,
bekerja sebagai petani. Dibawa ke rumah sakit jiwa (RSJ) tahun 2018 oleh
keluarga dikarenakan pasien marah – marah tanpa sebab, sering mengambil
makanan di warung orang lain tanpa bayar, sering keluyuran , kotor, dan
sering berbicara sendiri, pasien juga sering menganggu lingkungan sekitar.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di SJ pada tahun 2013.kondisi pasien
saat ini : pasien tampak bersih, rapi, dan berpakaian sesuai, Nampak lesu
melakukan aktivitas, cara berbicara lambat dengan volume suara rendah,
kontak mata kurang, lebih banyak menyendiri mengatakan “ malas ngobrol
dengan yang lain “.
A. Pengkajian
RUANGAN RAWAT _ Melati ____ TANGGAL DIRAWAT
Minggu, 2 Oktober 2019
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. S_______________ Tanggal Pengkajian : Senin, 3 Oktober 2019
Umur : _38 tahun_______ RM No. : _-
______________
Informan : _________________

II. ALASAN MASUK


pasien marah – marah tanpa sebab, sering mengambil makanan di warung orang
lain tanpa bayar, sering keluyuran , kotor, dan sering berbicara sendiri, pasien juga
sering menganggu lingkungan sekitar.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?Ya Ѵ Tidak
2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil kurang berhasil
Ѵ

tidak berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


3 8
Aniaya fisik

17
Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga


Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
Gangguan jiwa ini sudah di alami klien ± 3 tahun yang lalu dan sudah pernah di rawat
pada tahun 2013 ± 3 bulan , pasien sudah di bawah pulang ke rumah klien tidak
pernah control , sehingga kambuh lagi dan saat ini di bawa kembali untuk di rawat ke
2 kali nya .

Masalah Keperawatan : Gangguan isolasi sosial: menarik diri

Ѵ
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya
Tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawaran


_______________________ _______________ ______
___________________
_______________________ _______________ ______
___________________
Masalah Keperawatan : __tidak ada
masalah_______________________________________________________

18
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pengalaman klien pada masa lalu yang tidak menyenangkan adalah klien
mengatakan setelah dia tamat SMA dan tidak melanjut lagi karena keterbatasan
ekonomi
Masalah Keperawatan _ harga diri rendah________________________
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : ___120/70 mmhg____ N : ____16/menit____ S:
__36,7_______ P : _____80x menit_______

2. Ukur : TB : __150________ BB : ___58_____

3. Keluhan fisik : YaѴ Tidak

Jelaskan : ___-
___________________________________________________________

Masalah keperawatan : __-


____________________________________________________________

V.PSIKOSSIAL
1. Genogram

Jelaskan : _klien anak kedua dari 3


bersaudra____________________________________
Masalah Keperawatan : tidak
ada________________________________________________________

2. Konsep diri
a Gambaran diri : klien mengatakan menyukai seluruh anggota
tubuhnya_________

19
_______________________________________________________________
b. Identitas : klien sudah menikah dan tinggal bersama kedua orang
tuanya

_______________________________________________________________
c. Peran : peran klien dikeluarga sebagai anak kedua dari 3
bersaudara___

_______________________________________________________________
d. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh, pulang dan berkumpul dengan
keluarga
_______________________________________________________________
e. Harga diri : klien merasa dirinya sudah tidak beraarti lagi di
lingkungan_____

_______________________________________________________________
Masalah Keperawatan : _ gangguan konsep diri: harga diri
rendah _____________________

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : _ Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya
adalah orangtua dan keluarganya__

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien sebelum dirawat di RSJ
tidak mengikuti kegiatan di kelompok ataupun di masyarakat di karenakan diri nya
sudah tidak di percayai lagi

c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : karena keadaan kejiwaannya


yang tidak stabil orang lain selalu mengucilkannya

Masalah keperawatan: isolasi sosial : menarik


diri________________________

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam dan percaya adanya
Tuhan_____________
___________________________________________________________________
_______________

20
b. Kegiatan ibadah : _ klien jarang mengikuti
sholat_____________________________

___________________________________________________________________
_______________

___________________________________________________________________
_______________
Masalah Keperawatan tidak ada masalah. _______________________ _
VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti Ѵ

tidak sesuai biasanya


Jelaskan :-
___________________________________________________________________
__

Masalah Keperawatan :tidak ada masalah _________________________ ______

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Ѵ Tidak


mampu memulai
pembicaraan
lelaskan : _________________________________________________ ____________
Masalah Keperawan :
_____________________________________________________________
3. Aktivitas Motorik:

Ѵ
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

21
Jelaskan :
___________________________________________________________________
_______
Masalah Keperawatan :
_______________________________________________

4. Alam perasaaan
Ѵ
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
berlebihan

Jelaskan :
_________________________________________________________________
_________
Masalah Keperawatan :
_______________________________________________

5. Afek

Datar Ѵ Tumpul Labil Tidak


sesuai

Jelaskan :
_________________________________________________________________
_________
Masalah Keperawatan :
_______________________________________________

6. lnteraksi selama wawancara

bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Ѵ Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan :__________________________________________________________
________________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________

22
7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan :
_________________________________________________________________
_________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________

23
8. Proses Pikir

Ѵ
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan


pembicaraan/persevarasi
Jelaskan :
____________________________________________________________________
______
Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________

9. Isi Pikir

Ѵ
16.
Obsesi Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Waham
17.
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Ѵ
nihilistic sisip pikir Siar pikir
Kontrol pikir

Jelaskan :
_________________________________________________________________
_________
18. Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________
19.
20. 10. Tingkat kesadaran
21.
22. bingung sedasi stupor
23.

24
Disorientasi
waktu tempat orang

Jelaskan :
____________________________________________________________________
______
Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka


pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

24. Jelaskan :
_________________________________________________________________
_________
25. Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________
26.
27. 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
28.
29. mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu
berhitung sederhana
30.
31. Jelaskan :
_________________________________________________________________
_________

25
32. Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________
33.
34. 13. Kemampuan penilaian
35.
36. Gangguan ringan gangguan bermakna
37.
38. Jelaskan :
_________________________________________________________________
_________
39. Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________
14. Daya tilik diri

mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :
____________________________________________________________________
______
Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

Ѵ
Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

Ѵ
Bantuan minimal Bantual total

26
Jelaskan :
____________________________________________________________________
______
Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________
3. Mandi

Ѵ
Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

Ѵ
Bantuan minimal Bantual total

5. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : ………………….s/d…………………………

Ѵ
Tidur malam lama : …21.00………s/d…………04.00………………

Kegiatan sebelum / sesudah tidur

6. Penggunaan obat

Ѵ
Bantuan minimal Bantual total

27
7. Pemeliharaan Kesehatan

Ѵ
Perawatan lanjutan Ya tidak

Perawatan pendukung Ѵ
Ya tidak

8. Kegiatan di dalam rumah

Ѵ
Mempersiapkan makanan Ya tidak

Menjaga kerapihan rumah Ѵ


Ya tidak

Ѵ
Mencuci pakaian Ya tidak

Pengaturan keuangan Ya tidak


Ѵ

28
9. Kegiatan di luar rumah

Ѵ
Belanja Ya tidak

Transportasi Ya Ѵ tidak

Ѵ
Lain-lain Ya tidak

Jelaskan :
____________________________________________________________________
______
Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebi

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

29
Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya _______________ lainnya : seri

Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik


________________________________________
____________________________________________________________________
__________
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
_____________________________________
____________________________________________________________________
__________
Masalah dengan pendidikan, spesifik
________________________________________________
____________________________________________________________________
__________
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
_________________________________________________
____________________________________________________________________
__________

30
Masalah dengan perumahan, spesifik
________________________________________________
____________________________________________________________________
__________
Masalah ekonomi, spesifik
_________________________________________________________
____________________________________________________________________
__________
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
________________________________________
____________________________________________________________________
__________
Masalah lainnya, spesifik
__________________________________________________________
____________________________________________________________________
__________

Masalah Keperawatan : -

31
40. X. Pengetahuan Kurang Tentang:
Ѵ
41.
Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

42.
Koping obat-obatan

Lainnya : -
Masalah Keperawatan : gangguan isolasi sosial / menarik diri

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik : -
Terapi Medik : -
XII. Daftar Masalah Keperawatan

32
Analisa Data

NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

1. DS : Gangguan Harga diri


1. Klien isolasi rendah
mengatakan sosial:
malas menarik
mengobrol diri
dengan yang
lain.
DO:
1. Nampak
lesu
melakukan
aktivitas.
2. Berbicara
lambat
dengan
volume
rendah.
3. Lebih
banyak
menyendiri.

33
A. Pohon masalah
Isolasi sosial

Menyendiri

Harga diri rendah

Faktor presipitasi
Stressor sosial budaya
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan isolasi sosial: menarik dir

34
C. Intervensi dan implement

No intervensi implementasi
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien 6. Observasi pasien penyebab isolasi sosial
yang dialami pasien.
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi 7. Menjelaskan kepada klien keuntungan
dengan orang lain. berinterkasi dengan orang lain.
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian berintaaksi dengan 8. Menjelaskan kepada klien kerugian tidak
orang lain. berinterkasi dengan orang lain.
4. Mengajarkan klien berkenalan dengan satu orang. 9. Menpraktikan cara berkenalan orang lain
5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan 10. Mengatur jadwal kegiatan klien untuk
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian. berlatih berkenalan dengan orang lain.

SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 4. Meneruskan terapi yang berdampak positif
pada klien, dan menghentikan yang negatif.
2. Memberikan kesempatan kepada klien memperaktekan cara 5. Meminta klien mempraktikan cara
berkenalan dengan satu orang berkenalan pada rang lain.
3. Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang- 6. Mengatur jadwal kegiatan klien untuk
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian. berlatih berkenalan dengan orang lain.

SP3P SP3K

35
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 4. Meneruskan terapi yang berdampak positif
pada klien, dan menghentikan yang negatif.
2. Memberikan kesempatan kepada klien memperaktikan cara 5. Meminta klien mempraktikan cara
berkenalan dengan dua orang atau lebih. berkenalan pada rang lain.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan 6. Mengatur jadwal kegiatan klien untuk
harian. berlatih berkenalan dengan orang lain.

36
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan seseorang individivu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang. Isolasi sosial terjadi karena pengaruh dari faktor predisposisi dan
presipitasi. Ada beberapa tanda dan gejala yang perlu dipahami dalam
konsep isoslasi sosial, ciri yang paling umum bagi pasien isolasi sosial
adalah suka menyendiri dan malas bergaul dengan orang lain.
3.2. Saran
Sebagai calon perawat kita harus mampu memahami tanda dan gejala
orang dengan isolasi sosial. Dan tentunya kita juga harus mampu
memberkan perawatan yang maksimal sesuai dengan procedure yang
berlaku.

37
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM


(Basik Course). Jakarta: EGC.

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes Ri.

Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

Munith , Abdul. 2015. Pendidikan keperawatan jiwa teori dan aplikasi.


Yogyakarta. Salemba Medika.

Yusuf, AH, Fitriyasari, dan Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa. Jakarta. Salemba Medika.

38
39

Anda mungkin juga menyukai