Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG RESIKO BUNUH DIRI

OLEH

NAMA NAMA KELOMPOK 5

1.MARIA KLARITA MOUW

2.YUNITA NABUASA

3.ASRID Y. NENOBAIS

4.KURNIA B. OROWALA

5.LENDA MOMIAKE

KELAS : B/IV

PRODI : S1 KEPERAWATAN

MATA KULIAH : KEPERAWATAN JIWA 1

SEKOLAH TIMGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Tugas Laporan dengan judul
“RESIKO BUNUH DIRI ” bisa selesai pada waktunya.

Kami berharap semoga Laporan ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kupang, 10 juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang................................................................................................................................4
1.2 Tujuan..............................................................................................................................................5
1.3 Manfaaat..........................................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................6
A. Tinjauan Resiko Bunuh Diri.........................................................................................................6
1. Definisi........................................................................................................................................6
2. Etiology.......................................................................................................................................7
3. Klasifikasi...................................................................................................................................8
4. Faktor-Faktor Risiko Bunuh Diri.............................................................................................9
5. Tanda dan Gejala....................................................................................................................11
6. Rentang Respon Protektif Diri...............................................................................................12
7. Pohon Masalah.........................................................................................................................13
8. Genogram.................................................................................................................................14
9. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................15
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................................16
a. Kesimpulan..................................................................................................................................16
b. Saran.............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Gangguan Bipolar merupakan gangguan mood kronik yang ditandai dengan adanya
episode mania atau hipomania yang muncul secara bergantian atau bercampur dengan
episode depresi. Gangguan Bipolar dapat pula disebut sebagai depresi manik, gangguan
efektif Bipolar (bipolar afecctive disorder) atau gangguan spektrum Bipolar (Vieta, 2013).
Bipolar merupakan suatu penyakit kambuhan, sehingga pengobatan profiklaksis jangka
panjang biasanya dianjurkan dan diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi awal
(Grande, et al, 2013). Menurut data Word Healt Organisacion (WHO 2016), terdapat
sekitar 35 juta orang.

Terkena depresi, 60 juta orang terkena Bipolar, 21 juta terkena Skizofrenia, serta 47,5 j
uta terkena Dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial
dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang
berdampak pada penambahan beban Negara dan penurunan produktivitas Manusia untuk
jangka panjang. Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah Penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti Skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7 per 1.000 Penduduk.2 Menurut hasil laporan (Riskesdas 2013) didapatkan data
dari bulan Januari-April 2013 tercatat 11,6% dengan Masalah Kesehatan Jiwa yang berbeda-
beda, meliputi Perilaku Kekerasan, Halusinasi, Menarik Diri, Harga Diri Rendah, Deficit
Perawatan Diri, Waham, dan Resiko Bunuh Diri.

Gangguan Bipoolar (GB) sering salah atau tidak terdiagnosis. Karena salah atau tidak
terdiagnosis, pengobatan Gangguan Bipolar sering tidak efektif sehingga tidak menjadi
beban keluarga, disabilitas psikososial jangka panjang, dan tingginya Risiko Bunuh Diri.
Sekitar 20%-50% pasien yang mulanya didiagnosis sebagai Episode Depresi Mayor Unipolar
ternyata adalah Gangguan Bipolar. Bila manifestasi yang muncul adalah mania akut,
penegakan didiagnosisnya lebih mudah. Meskipun demikian, mania akut sulit dibedakan
dengan Skizofrenia (Muthi’ah Ramadhani Agus, 2013). Gangguan Bipolar (GB) merupakan
gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, depresi, dan
campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Angka morbiditas dan
mortalitasnya cukup tinggi. Tingginya angka mortalitas disebabkan oleh seringnya terjadi
dengan penyakit psikiatrik lainnya misalnya, dengan ketergantungan zat dan alkohol yang
juga turut berkontribusi dalam meningkatkan mortalitas. Selain itu, tingginya mortalitas juga
dapat disebabkan oleh Bunuh Diri, paling sedikit satu kali dalam kehidupannya. Oleh karena
itu, penderita Gangguan Bipolar harus diobati dengan segera dan mendapat penanganan yang
tepat (Muthi’ah Ramadhan Agus, 2013).

1.2 Tujuan 
1. Tujuan umum
Mampu melakukan analisis dan penerapan terhadap Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan masalah utama Risiko Bunuh Diri
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui apa itu resiko bunuh diri
b. untuk dapat mengetahui penyebab dari resiko bunuh
c. untuk mengetahui tanda dan gejala dari resiko bunuh diri.

1.3 Manfaaat
1. Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya


meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan khususnya penerapan asuhan keperawatan
pada klien dengan Resiko bunuh dir.

2. Institusi Pendidikan
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literatur / referensi untuk

kelengkapan perkuliahan keperawatan jiwa 1.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Resiko Bunuh Diri


1. Definisi
Clinton dalam Mental Health Nursing Practice (1995: 262) menyebutkan Bunuh
Diri dalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan,
individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati.
Perilaku Bunuh Diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal,
yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.
Bunuh Diri adalah suatu upaya yang didasari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Perilaku Bunuh Diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri
(dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).

Bunuh Diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat megancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa Bunuh Diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas Bunuh Diri,
niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995; dikutip Fitria, 2009).

Bunuh Diri adalah suatu tindakan agrsif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan. Bunuh Diri merupakan koping terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Jenny. Dkk., 2010).
Bunuh Diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Stuart, 2007, dikutip Dez, Delicious, 2009). Bunuh diri adalah
beresiko menyakiti diri sendiri dan cedera yang mengancam jiwa (Nanda-I, 2012
2. Etiology
1. Faktor prediposisi
Lima factor prediposisi yang menunjang pada pemahaman perdiri pirilaku
destruktif diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
Sifat keprabadian

a.Diagnosis psikiatrikLebih dari 90 % orang dewasa yang mengakhiri


hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif . penyalangunaan zat,
skinofrinia.

b.Tiga keprabadian yang erat hubungan dengan besarnya resiko bunuh


diri adalah antipasti, impuisif, dan depresi

c. lingkungan psikososial

factor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah


pengalaman kehilangan , kehilangan dukungan sosial, kejadian kejadian
negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan
intervensi yang terapeutik dengan terlebih dahulu mengetahui ,penyebab
masalah, respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut , dan lain
lain

d. riwayat keluarga

riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri, merupahkan factor


penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.

e. factor biokimia

data menunjukkan bawah pada klien dengan resiko bunuh diri, terjadi
peningkatan zat zat kimia yang terdapat didalam otak seperti serotinim
dan dopamine .peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman
gelombang otak electro encephalo ( EEG)

2. Factor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu .pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.

3. Klasifikasi
a. Jenis Bunuh Diri
1. Bunuh Diri egoistik Akibat seseorang mempunyai hubungan sosial yang
buruk.
2. Bunuh Diri alturistik Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
3. Bunuh Diri anomik Akibat lingkungan tidak dapat memberikan
kenyamanan bagi individu.
b. Pengelompokan Bunuh Diri
1. Isyarat Bunuh Diri Isyarat Bunuh Diri ditunjukkan dengan berperilaku
secara tidak langsung ingin Bunuh Diri, misalnya dengan
mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini
Klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan Bunuh Diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/
tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri
sendiri yang menggambarkan Risiko Bunuh Diri.
2. Ancaman Bunuh Diri Ancaman Bunuh Diri umunya diucapkan oleh Klien,
yang berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk
mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif Klien telah memikirkan rencana
Bunuh Diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan Bunuh Diri. Walaupun
dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba
Bunuh Diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja
dapat dimanfaatkan Klien untuk melaksanakan rencana Bunuh Dirinya.
3. Percobaan Bunuh Diri Percobaan Bunuh Diri adalah tindakan Klien
mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada
kondisi ini, Klien aktif mencoba Bunuh Diri dengan cara gantung diri,
minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat
yang tinggi.

4. Faktor-Faktor Risiko Bunuh Diri


Menurut Nanda-I (2012), faktor-faktor Risiko Bunuh Diri adalah :
a.Perilaku
1) Membeli senjata,
2) Mengubah surat warisan,
3) Memberikan harta milik/kepemilikan,
4) Riwayat upaya Bunuh Diri sebelumnya,
5) Implusif,
6) Membuat surat warisan,
7) Perubahan sikap yang nyata,
8) Perubahan perilaku yang nyata,
9) Perubahan peforma/kinerja disekolah secara nyata,
10) Membeli obat dalam jumlah banyak,
11) Pemulihan euforik yang tiba-tiba dari depresi mayor.

b. Demografik
1) Usia (mis, lansia, pria dewasa muda, remaja),
2) Perceraian,
3) Jenis kelamin,
4) Ras (mis, orang kulit putih, suku Asli-Amerika),
5) Janda/duda.
c. Fisik
1) Nyeri kronik,
2) Penyakit fisik,
3) Penyakit terminal.

d. Psikologis
1) Penganiayaan masa kanak-kanak,
2) Riwayat bunuh diri dalam keluarga,
3) Rasa bersalah,
4) Remaja homoseksual,
5) Gangguan psikiatrik,
6) Penyakit psikiatrik,
7) Penyalahgunaan zat,

e. Situasional
1) Remaja yang tinggal di tatanan nontradisional (mis, penjara anak-anak,
penjara, rumah singgah, rumah grup/kelompok).
2) Ketidakstabilan ekonomi,
3) Institusional,
4) Tinggal sendiri,
5) Kehilangan otonomi,
6) Kehilangan kebebasan,
7) Adanya senjata di dalam rumah,
8) Relokasi/pindah rumah,
9) Pensiun.

f. Sosial
1) Bunuh Diri massal/berkelompok,
2) Gangguan kehidupan keluarga,
3) Masalah disiplin,
4) Berduka,
5) Tidak berdaya,
6) Putus asa,
7) Masalah legal,
8) Kesepian,
9) Kehilangan hubungan yang penting,
10) Sistem dukungan yang buruk,
11) Isolasi sosial.

g. Verbal
1) Menyatakan keinginan untuk mati,
2) Mengancam bunuh diri.

5. Tanda dan Gejala


Menurut Fitria (2009), tanda dan gejala dari Risiko Bunuh Diri adalah :
a. Mempunyai ide untuk Bunuh Diri

b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

d. Implusif.

e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

f. Memiliki riwayat percobaan Bunuh Diri.

g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat

dosis mematikan).

h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan


mengasingkan diri).

i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada Klien dengan penyakit kronik atau terminal).
k. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karir).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.

6. Rentang Respon Protektif Diri


Skema, rentang respons protektif diri (Yusuf & Hanik, 2015)

Adaptif Maladaptif

Peningkatan diri Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh diri Peningkatan


destruktif diri diri Berisiko tak langsung Keterangan :
a. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan,
yakin, dan kesadaran diri meningkat.
b. Pertumbuhan-peningkatan beresiko, yaitu merupakan posisi pada rentang
yang masih normal dialami individu yang mengalami pengembangan
perilaku.
c. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang
merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada
kematian, seperti perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal,
terlibat dalam rekreasi yang beresiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku
yang menyimpang secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan stress
d. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri
yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri
sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk
melukai tubuh. Bentuk umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai
dan membakar kulit, membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai
tubuhnya sedikit demi sedikit, dan menggigit jari.
e. Bunuh Diri, yaitu tindakan agresif yang langsug terhadap diri sendiri
untuk mengakhiri kehidupan.

7. Pohon Masalah

RESIKO BUNUH DIRI

PUTUS ASA

HARGA DIRI RENDAH


8. Genogram

Ket :
= meninggal

= meninggal

= sangat dekat

= pasien

= perkawinan

= orang tinggal serumah

= laki- laki

= perempuan

9. Diagnosa Keperawatan
1. Keeputusasaan berhubungan dengan stress jangka panjang di tandai
dengan klien berpirilaku pasif
2. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan kurang saling
mendukung ditandai dengan orang terdekat menarik diri klien
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan peran sosial di tandai
dengan postur tubuh menunduk menolak berinteraksi dengan orang lain
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
5. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan berencana bunuh diri
6. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis
7. Resiko bunuh diri berhubungan dengan masalah sosial
8. Resiko perliku kekerasan berhubungan dengan berencana bunuh diri

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : Jumat, 28 mei 2021


Tanggal dirawat di ruangan : Jumat, 28 mei 2021
Tanggal pengkajian : Sabtu, 29 mei 2021
Ruang rawat : Melati

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : T.n J
Umur : 25 Tahun
Alamat : Penfui
Pendidikan : S1
Agama : Katolik
Status : Menikah
Pekerjaan : Kepala Ruangan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No Cm : 0123

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Klien mengatakan klien saat putus asa dengan kehidupannya
b. Data Sekunder
Klien mencoba bunuh diri dengan mengantungkan diri di dalam kamarnya
c. Keluhan Umum saat dikaji
Klien tampak putus asa,karena ditinggalkan istri dan anak- anaknya dank lien
kehilangan pekerjaannya.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Klien suka menyendiri dan marah-marah tak jelas dikarenakan klien kehilangan
pekerjaan, banyak utang, dank lien cerai dengan istrina.
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, jelaskan kapan, tanda dan gejala /keluhan :
Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa
2. Factor penyebab/pendukung
a. Riwayat Trauma
b. Pernah melakukan upaya/ percobaan bunuh diri
Jelaskan : Klien pernah melakukan upaya percobaan bunuh diri di
dikamarnya dikarenakan klien merasa putus asa dengan masalah yang
dihadapi

Diagnosa keperawatan :
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ( peristiwakegagalan,
kematian, perpisahan )
Jelaskan : klien tampak murung dan sulit diajak bicara dikarenakanperceraian
yang dialami dalam rumah tangga,anak dan istri yang meninggalkan.
Diagnose keperawatan : penurunan koping keluarga b.d kurangnya salimng
mendukung d.d orang terdekat menarik diri dari klien.
d. Pernah mengalami pennyakit fisik ( termaksud gangguan tumbuh kembang )
 Ya
 Tidak
Jika Ya, jelaskan

Diagnose keperawatan :
Anggota keluarga yang gangguan jiwa
 Ada
 Tidak
Jika ada, jelaskan

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit )


1. Genogram

2. Konsep diri
a. Citra tubuh
b. Identitas
c. Peran
d. Ideal diri
e. Harga diri
Diagnose keperawatan :
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti : orang tua, istri dan anak
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat dan hubungan
social :
Klien sebelum sakit klien selalu terlibat dalam kegiatan gotong royong
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Sesudah sakit klien lebih suka menyendiri, selalu menunduk kepala

Diagnose keperawatan :harga diri rendah situsional b.d perubahan


psikososial d.d postur tubuh menunduk, menolak berinteraksi dengan
orang lain.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : setiap hari minggu klien selalu beribadah di
gereja
b. Kegiatan ibadah : klien selalu mengikuti kegiatan rohani di
kelompoknya.
VI. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum
Baik ( composmetis )
2. Kesadaran ( kuantitas ) : Apati
3. Tanda Vital : TD : 90/80 mmHg N: 23x/min S: 36 c
RR : 20x/mnt
4. Ukur : BB : 45 kg TB : 170 cm
5. Tanda-tanda fisik lainnya :
Klien terlihat pucat
6. Keluhan fisik :
Klien merasa tidak mual dan muntah
Diagnose keperawatan : resiko deficit nutrisi b.d factor psikologis

VII. STATUS MENTAL


1 Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : klien merasa putus asa dan tidak lagi mengurus diri serta
penampilan, kancing baju yang tidak tepat,rosleting tidak di kunci.
2. Pembicaraan
 Cepat
 Keras
 Membisu
 Tidak mampu memulai pembicaraan
 Gagap
 Inkoherensi
 Apatis
 Lambat
Jelaskan :
Klien tampak bersikap acuh tak acuh dan tidak peduli dengan lingkungan
sekitar.
3. Aktivitas motoric/ psikomotor
Kelambatan :
 Hipokinesia/ hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stuporkatatonik
 Fleksibilitasserea
Peningkatan :
 Hyperkinesia/hiperaktifitas
 Streotipi
 Gaduh gelisah katatonik
 Tremor
 Mannerism
Jelaskan :
Klien tidak banyak melakukan aktivitas. Aktivitasnya menurun dan lemah.
Diagnose keperawatan :
4. Mood dan Afek
Mood : Afek :
 Sedih Datar
 Ketakutan Tumpul
 Putus asa Labil
 Kuatir Tidak Sesuai
 Depresi
 Anhedonia
 Gembira berlebihan ( euphoria )
Jelaskan :klien merasa putus asa dan tidak bias mencari solusi untuk
keluar dari masalahnya

5. Interaksi selama wawancara


 Bermusuhan
 Tidak kooperatif
 Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang
 Defense
 Curiga
Jelaskan : saat diwawancara klien tampak tidak menatap lawan pembicara
dan mengalihkan pandangan, seperti, bermusuhan
6. Persepsi sensorik
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penghidu
Jelaskan :-
Diagnose keperawatan :
b. Ilusi
 Ada
 Tidak Ada
Diagnose keperawatan :
7. Proses pikir
a. Arus pikir
 Flight Of Idea
 Sirkumstandial
 Blocking
 Tangensial
 Pengulangan pembicaraan/ perseverasi
Jelaskan : saat berbicara klien tampak terhenti secara tiba-tiba dan merasa
sulit menerima atau mengkomunikasikan perasaanya (cemas )
b. Isi pikir
 Phobia ( sebutkan) - Hipokondria
 Obsesif - Depersonalisasi
 Fantasi - Waham
 Alienasi . Agama
 Pikiran bunuh diri . Kebesaran
 Preekupasi . Curiga
 Pikiran isolasisosial . Nihilistik
 Pesimisme . Sisip Pikir
 Pikiran magis . Siar Pikir
 Pikiran curiga . Kontrol Pikirs
 Pikiran rendah diri
c. Bentuk Pikir
 Realistik
 Nonrealistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan :klien putus asa dan berpikir bahwa dengan upaya bunuh diri
dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapinya
Diagnose keperawatan : Resiko bunuh diri b.d Masalah Sosial
8. Kesadaran :
 Bingung
 Sedasi
 Disorientasi waktu
 Disorientasi orang
 Disorientasi tempat
 Meninggi
 Menurun ( hipnosia, confusion, sedasi, stupor )
Jelaskan : klien merasa sadar dan tidak sadar saat berencana bunuh diri
agar bias keluar dari masalah yang dihadapi.
Diagnose keperawatan : Resiko perilaku kekerasan b.d berencana bunuh
diri

9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan )
 Gangguan daya ingat jangka pedek ( 24 jam < 1 bulan )
 Gangguan daya ingat saat ini ( kurun waktu 10 detik-15 menit )
 Konfabulasi
Jelaskan :
Klien mengingat kejadian, mencari masa lalu,bersama istri, anak-anak dan
teman kerjanya di kantor
Diagnose keperawatan: -

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung


a. Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
b. Berhitung
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :

11. Daya tilik diri :


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Diagnose keperawatan :

12. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan
 Ganggua bermakna
Jelaskan :

Diagnose keperawatan :

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Ya Tidak
 Makan ya
 Keamanan ya
 Perawatan kesehatan ya
 Pakaian ya
 Transportasi ya
 Tempat tinggal ya
 Uang ya
Jelaskan :
diagnose keperawatan :
2. Kegiatan hidup sehari- hari
a. Perawatan diri
 Mandi
 Kebersihan
 Makan
 BAB/BAK
 Ganti pakaian
Jelaskan :
diagnose keperawatan :
b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda ?
 Ya
 Tidak
Apakah anda memisahkan diri ?
 Ya, jelaskan :
 Tidak
Frekwensi makan sehari :1 x
Frekwensi kudapan sehari : 24 x
Nafsu makan :
 Meningkat
 Menurun
 Berlebihan
 Sedikit- sedikit
Berat badan :
 Meningkat
 Menurun
BB Terendah : 45 kg BB Tertinggi :63
Jelaskan :
diagnosa keperawatan :
c. Tidur
 Apakah ada masalah tidur ? iya ada
 Apakah merasa segar setelah bangun tidur? Tidak
 Apakah ada kebiasaan tidur siang ? ada
 Lama tidur siang 2 jam
 Apa yang menolong tidur ? mendengarkan musik
 Tidur malam jam 23 : 00 , bangun jam 06 : 00
 Apakah ada gangguan tidur
 Sulit untuk tidur
 Bangun terlalu pagi
 Terbangun saat tidur
 Gelisah saat tidur
 Berbicara saat tidur
Jelaskan :
Diagnose keperawatan :
3. Kemampuan klien dalam :
a. mengantisipasi kebutuhan sendiri

 Ya
 Tidak
c. Membuat keputusan berdasarkan keputusan sendiri
 Ya
 Tidak
d. Melakukan pemeriksaan kesehatan
 Ya
 Tidak
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan
4. Klien memiliki system pendukung
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok social
Jelaskan :
diagnose keperawatan :

IX. MEKANISME KOPING


Adaptif
o Bicara dengan orang lain
o Mampu menyelesaikan masalah
o Teknik relokasi
o Aktivitas konstruktif
o Olahraga

Maladaptive
o Minum alcohol
o Reaksi lambat/berlebih
o Bekerja berlebihan
o Menghindar
o Mencederai diri
Jelaskan
Diagnsa keperawatan :
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Msalah dengan dukungan kelompok : Klien merasa sedih dan putus asa
dengan kepercayaannya
 Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien merasa kehilangan sahabat
di tempat tinggalnya
 Masalah dengan pendidikan : Klien tidak mengalami masalah denga
pendidikannya
 Masalah dengan pekerjaan : klien merasa putus asa dengan pekerjaannya
dikarenakan ddi PHK
 Masalah dengan perumahan : -
 Masalah dengan ekonommi : klien mengalami krisis ekonomi dan banyak
utang dimana-mana
 Masalah dengan pelayanan kesehatan : -
 Masalah lainnya,uraikan klien merasa terbeban dengan utangnya
Diagnose keperawatan :
XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
 Penyakit jiwa
 Factor presipitasi
 Koping
 System pendukung
 Penyakit fisik
 Obat-obatan
Jelaskan :
Diagnose keperawatan :
XII. Daftar diagnose keperawatan
1. Keputusasaan b.d stress jangka panjang d.d perilaku pasif
2. Koping tidak efektif b.d ketidak percayaan terhadap kemampuan sendiri
mengatasi masalah d.d perilaku tidak sertif
3. Harga diri rendah situsional b.d peran social d.d postur tubuh menunduk, menolak
berinteraksi dengan orang lain.
4. Resiko deficit nutrisi b.d factor psikososial
5. Deficit pengetahuan b.d gangguan fungsi kognitif d.d menunjukan perilaku tidak
sesuai dengan anjuran
6. Deficit pengetahuan b.d kurang mampu mengingat d.d perilaku bermusuhan
7. Resiko bunuh diri d.d masalah social
8. Resiko perilaku kekerasan b.d berencana bunuh diiri
ANALISA DATA
No Data DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS : Klien mengatakan pernah melakukan percobaan Keputusasaan b.d stress
bunuh diri, klien putus asa jangka panjang d.d perilaku
DO : klien tampak murung, klien suka menyendiri pasif

2. DS : Klien mengatakan telah bercerai dengan istrinnya Penurunan koping keluarga


DO: istri dan anak-anaknya meninggalkan klien b.d kurangnya saling
mendukung d.d orang
terdekat menarik diri dari
klien
3. DS : Klien mengatakan tidak mampu menyelesaikan Koping tidak efektif b.d
masalahnya ketidak percayaan terhadap
DO : klien tampak putus asa, kurang partisipasi social, kemampuan sendiri
bersifat asertif mengatasi masalah d.d
perilaku tidak sertif

4. DS : klien mengatakan tidak suka berinteraksi dengan Harga diri rendah situsional
orang lain b.d peran social d.d postur
DO : klien suka menyendiri, klien selalu menundukkan tubuh menunduk, menolak
kepalanya berinteraksi dengan orang
lain.

5. DS : klien mengatakan dengan upaya bunuh diri dapat Resiko bunuh diri b.d
menyelesaikan masalah masalah social
DO : Klien tampak bingung,menurun( sedasi )

POHON MASALAH

Effect : RESIKO BUNUH DIRI


Core Problem : PUTUS ASA

Causa : HARGA DIRI RENDAH

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Keputusasaan b,d stress jangka panjang d.d klien berperilaku pasif

2. Penurunan koping keluarga b.d kurang saling mendukung d.d orang terdekat
menarik diri dari klien

3. Harga diri rendah situsional b.d peran social d.d postur tubuh menunduk,
menolak berinteraksi dengan orang lain

4. Resiko deficit nutrisi b.d factor psikologis

5. Deficit pengetahuan b.d gangguan fungsi kognitif

6. Resiko perilaku kekerasan b.d berencana bunuh diri

7. Resiko bunuh diri b.d masalah sosial

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA

NAMA KLIEN : NO RM :
N HARI/TG DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
O L
KEPERAWATA TUJUAN KRITERIA TINDAKAN RASIONA
N EVALUASI (INTERVENSI) L

1. Minggu, Resiko bunuh diri Klien tidak - Klien dapat - Identifikasi


30 mei mencedera meningkatka mood
2021 i diri n harga diri ( mis,tanda,
sendiri - Klien dapat gejala, riwayat
melakukan penyakit )
aktivitas - Berikan
sehari-hari kesempatan
untuk
menyampaika
n perasaan
dengan cara
yang tepat
( mis, terapi
seni,aktivitas
seni
- Jelaskan
gangguan
mood dan
penangananny
a
- Ajarkan
mengenali
pemicu
gangguan
mood ( mis,
gangguan
stress, masalah
fisik)
- Ajarkan
koping dan
penyelesaian
masalah baru
- Rujuk untuk
psikoterapi( pe
rilaku,
hubungan
interpersonal
krluarga dan
kelompok)
RUANGAN : DX MEDIS :

IMPLEMENTASI / CATATAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA JAM IMPLEMENTAS EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN I SOAP

1. RESIKO BUNUH 11:00 Mengidentifikasi S :Tn.J


DIRI WITA mood klien agar mengatakan
menjadi lebih baik sudah
mengetahui
hal apa yang
membuat
moodnya
berantakan
O : Klien
sudah
memulai bias
memperbaiki
moodnya
A : masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

2. 16 :00 Mengidentifikasi S : Tn. J


dan memberikan sudah bias
kesempatan untuk mengontrol
klien perasaannya
mengutarakan O :Klien
perasaannya sudah mau
berbicara dan
mengutarakan
perasaannya
A: Masalah
Teratasi
P : Intervensi
dihetikan
BAB 3
PENUTUP

a. Kesimpulan
Bunuh Diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat megancam nyawa. Dalam
sumber lain dikatakan bahwa Bunuh Diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri
sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri
yang mencakup setiap bentuk aktivitas Bunuh Diri, niatnya adalah kematian dan
individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 19
95; dikutip Fitria, 2009).

b. Saran
Pengkajian pada pasien secara head to-toe dan selalu berfokus pada keluhan pasien
saat pengkajian (here and now). Selain itu tindakan mandiri perawat perlu
ditingkatkan dalam perawatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A., H., S. (201 5). Buku Ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta. Nuha
Medika. Dalami, E., et al. (2014) .Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Jiwa.Jakarta Timur.
CV Trans Info Media. Kusumawati, F & Hartono, Y. (201 6). Buku Ajar
Keperawatn Jiwa. Jakarta.
Salemba Medika. Keliat, A., B., et al. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas. Jakarta.
Buku Kedokteran EGC. KEMENKES. 2016. PERAN KELUARGA DUKUNG
KESEHATAN  JIWA MASYARAKAT.
Jakarta. Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa [Teori dan Aplikasi].
Yogyakarta. CV ANDI OFFSET. Muttaqin, A. (2015).
Pengkajian Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta. Salemba
Medika. Nurarif & Kusuma, K. (2016).
Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis. Prabowo, E. (2014). Konsep &
Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.
Yogyakarta. Nuha Medika. Patricia, G., et al. (2014). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Psikiatrik Teori & Praktik.
Jakarta. Kedokteran EGC. Yosep, I. (2017). KEPERAWATAN JIWA (Edisi
Revisi). Bandung.

Anda mungkin juga menyukai